Implementasi kurikulum 2013 (K13) mengisyaratkan bahwa dalam pembelajarannya berorintasi kepada peserta didik. Dengan demikian guru tidak lagi menjadi sosok yang paling dominan dalam kegiatan pembelajaran. Guru hanya berperan sebagai fasilitator yang bertugas menjembatani peserta didik dalam mengkonstruksi pengetahuan baru. Sehingga di dalam pembelajaran terjadi perubahan paradigma, dari peserta didik diberi tahu menjadi peserta didik mencari tahu. Strategi pembelajarannyapun diarahkan agar peserta didik mencari dan menemukan pengetahuan baru. Pengetahuan yang mereka peroleh diharapkan berupa pengetahuan kontekstual yaitu pengetahuan yang sering mereka temukan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian peserta didik mulai dilatih untuk menggunakan ranah berlikir tingkat tinggi yaitu pada level C4 sampai dengan C6. Beranjak dari proses pembelajaran tersebut maka penyusunan instrumen penilaian berupa tes diharapkan merujuk pada tingkat berpikir tinggi. Cara Menyusun Soal Tes dengan HOTS.
Kemampuan berpikir tingkat tinggi dapat dilatih melalui proses pembelajaran di dalam kelas. Agar peserta didik memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi, maka proses pembelajarannya juga memberikan ruang untuk menemukan konsep pengetahuan berbasis aktivitas. Aktivitas dalam pembelajaran dapat mendorong peserta didik untuk membangun kreativitas dan berpikir kritis.
Berawal dari pembelajaran di dalam kelas inilah peserta didik mulai mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi atau HOTS. Dengan demikian peserta didik akan terbiasa manakala harus menghadapi soal HOTS. Dalam penyusunan soalnya dapat menggunakan berbagai bentuk, misalnya pilihan ganda, uraian, benar-salah, melengkapi maupun jawaban singkat. Tentunya guru harus lebih kreatif dalam pemberian stimulusnya.
Di dalam dunia pendidikan penilaian hasil belajar peserta didik merupakan salah satu kegiatan rutin yang wajib dilakukan. Penilaian hasil belajar digunakan untuk mendiagnosa kekuatan dan kelemahan peserta didik dan memonitor perkembangan belajarnya. Selain itu digunakan untuk mengetahui ketercapaian kurikulum dan memberi nilai peserta didik serta menentukan efektivitas pembelajaran. Dalam rangka tujuan tersebut dapat menggunakan berbagai bentuk dan instrumen penilaian. Namun penilaian hasil belajar peserta didik dengan menggunakan instrumen tes tertulis lebih sering digunakan dibandingkan bentuk tes lainnya.
Cara Menyusun Soal Tes dengan HOTS
Secara umum bentuk tes tertulis terdiri atas, pertama, tes dengan pilihan jawaban (non-constructed response test). Pada bentuk tes ini peserta didik diberi kesempatan untuk memilih jawaban yang telah tersedia. Dan kedua, tes tanpa pilihan jawaban (constructed response test), di sini peserta didik diminta untuk mengkonstruksikan jawabannya sendiri.
Tes dengan pilihan jawaban sering dianggap tidak dapat mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skill/HOTS). Sebetulnya hal ini tidaklah benar, soal tes dengan pilihan jawaban juga dapat digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi. Namun dalam penyusunannya memang tidak mudah dan memerlukan kreativitas dari pendidik. Sebaliknya tes tanpa pilihan jawaban (constructed response test) dianggap dapat mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi. Akan tetapi apa bila soal tes tidak disusun dengan cermat, maka hanya akan mengukur berpikir tingkat rendah. Sehingga kedua bentuk tes tersebut potensial untuk mengukur berpikir tingkat rendah dan tingkat tinggi, tergantung kejelian guru dalam penulisan soal.
Ranah Kognitif Taksonomi Bloom
Taksonomi Bloom mengalami dua kali perubahan perubahan yaitu Taksonomi yang dikemukakan oleh Bloom sendiri. Dan yang telah direvisi oleh Andreson dan KartWohl. Pada dasarnya Bloom menyampaikan enam tingkatan dalam ranah kognitif/berpikir. Keenam tingkatan itu terdiri atas pengetahuan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), sintesis (C5) dan evaluasi (C6).
Keenam dimensi proses berpikir tersebut kemudian dibedakan menjadi tiga tingkatan. Pertama, Lower Order Tinking Skills (LOTS) terdiri atas C1. Kedua, Midle Order Thinking Skills (MOTS) terdiri atas C2 dan C3. Ketiga, Higher Order Thinking Skills (HOTS) meliputi C4, C5, dan C6.
Yang perlu diperhatikan dalam menyusun soal HOTS adalah penetapan kata kerja operasional (KKO). Kata kerja pada level kognitif analisis antara lain membandingkan, memeriksa, mengkritisi, dan menguji. Pada level sintesis terdiri atas evaluasi, menilai, menyanggah, memutuskan, memilih, mendukung. Sedangkan pada level evaluasi meliputi mengkonstruksi, desain, kreasi, mengembangkan, menulis, memformulasikan.
Higher Order Thinking Skills/HOTS
Kita sering menemukan soal yang diawali dengan prawacana, ilustrasi, gambar, tabel atau diagram inilah yang disebut dengan stimulus. Bentuk soal yang diawali dengan stimulus ini merupakan soal HOTS. Stimulus yang disajikan pada awal sebuah pertanyaan harus menarik, informatif dan kontekstual, karena stimulus menjadi dasar pembuatan soal. Kompetensi dan kreatifitas seorang guru akan menentukan kualitas stimulus dalam menyusun soal HOTS. Untuk penilaian yang dilakukan oleh sekolah bentuk soal HOTS yang disarankan cukup dua saja, yaitu bentuk pilihan ganda dan uraian. Karena kedua bentuk soal ini memungkinkan untuk dilakukan penskorang dengan cepat sehingga hasilnya dapat segera diumumkan.
Soal-soal HOTS merupakan instrumen pengukuran yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kemampuan berpikir yang tidak sekadar mengingat (recall), menyatakan kembali (restate), atau merujuk tanpa melakukan pengolahan (recite). Soal-soal HOTS pada konteks asesmen mengukur berbagai kemampuan. Petama, transfer satu konsep ke konsep lainnya. Kedua, memproses dan menerapkan informasi. Ketiga, mencari kaitan dari berbagai informasi yang berbeda-beda. Keempat, menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah. Kelima, menelaah ide dan informasi secara kritis.
Pada saat menyusun soal HOTS harus berbasis situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari atau kontekstual. Sehingga peserta didik diharapkan dapat menerapkan konsep-konsep pembelajaran di dalam kelas untuk menyelesaikan masalah. Melalui soal HOTS, peserta didik diharapkan memiliki kemampuan untuk menghubungkan (relate), menginterpretasikan (interprete), menerapkan (apply) dan mengintegrasikan (integrate) ilmu pengetahuan.
Cara Menyusun Soal Tes dengan HOTS
Soal HOTS mengukur dimensi metakognitif yaitu kemampuan menghubungkan beberapa konsep yang berbeda, menginterpretasikan, memecahkan masalah (problem solving). Mampu memilih strategi pemecahan masalah, menemukan (discovery) metode baru, berargumen (reasoning), dan mengambil keputusan yang tepat. Soal HOTS berbeda dengan soal yang memiliki tingkat kesukaran yang tinggi.
Ciri-ciri penilaian kontekstual berbasis pada asesmen autentik. Pertama, peserta didik mengonstruksi responnya sendiri, bukan sekadar memilih jawaban yang tersedia. Kedua, tugas-tugas merupakan tantangan yang dihadapkan dalam dunia nyata. Ketiga, tugas yang diberikan tidak hanya memiliki satu jawaban yang benar, tetapi memungkinkan banyak jawaban benar atau semua jawaban benar.
Terkadang terjadi perbedaan penafsiran ranah kata kerja operasional yang dilakukan oleh guru dalam penulisan soal. Untuk meminimalisir perbedaan penafsiran KKO, maka Pusat Penilaian Pendidikan (Puspendik) mengklaisifikasikan level kognitif menjadi tiga. Pertama, pengetahuan dan pemahaman (level 1). Kedua, aplikasi (level 2). Ketiga, penalaran (level 3). Pada level pertama, mengukur pengetahuan faktual, konsep, dan prosedural. Contoh KKO yang sering digunakan antara lain menyebutkan, menjelaskan, membedakan, menghitung, mendaftar, dan menyatakan. Soal yang termasuk kategori sukar pada level ini tidak termasuk sola HOTS karena hanya mengukur pengetahuan.
Adapun ciri soal pada level kedua mengukur kemampuan dalam menggunakan pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural. Selain itu juga mengukur kemampuan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural tertentu untuk menyelesaikan masalah kontekstual. KKO yang sering digunakan pada level kedua antara lain menerapkan, menggunakan, menentukan, menghitung, dan membuktikan.
Sedangkan pada level ketiga peserta didik harus mampu mengingat, memahami, dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, serta memiliki logika dan penalaran. Dengan demikian peserta didik akan terbiasa untuk memecahkan masalah-masalah kontekstual (situasi nyata).
Langkah-langkah yang harus diperhatikan pendidik dalam Cara Menyusun Soal Tes dengan HOTS.
Menganalisis KD yang dapat dibuat soal-soal HOTS
Analisis terhadap KD perlu dilakukan karena tidak semua Kompetensi dasar (KD) dapat dibuat model soal HOTS. Dalam menganalisis KD dapat dilakukan secara mandiri oleh guru mata pelajaran maupun melalui forum KKG atau MGMP.
Menyusun kisi-kisi soal
Kisi-kisi soal ditulis dengan tujuan untuk membantu para pendidik dalam menulis butir soal HOTS. OLeh karena itu kisi-kisi dijakdikan sebagai panduan dalam memilih KD yang dapat dibuat soal HOTS dengan menentukan level kognitif.
Memilih stimulus yang menarik dan kontekstual
Stimulus yang menarik umumnya peristiwa-peristiwa baru atau aktual. Sedangkan stimulus kontekstual berarti stimulus yang sesuai dengan kenyataan dalam kehidupan sehari-hari. Keterampilan guru dalam menemukan stimulus yang menarik dan kontekstual merupakan indikator yang bermutu.
Menulis butir soal sesuai dengan kisi-kisi
Butir-butir soal yang disusun berdasarkan kaidah penulisan butir soal pada umumnya. Perbedaannya hanya terletak pada aspek materi.
Membuat pedoman penskoran atau kunci jawaban
Pedoman penskoran dan kunci jawaban disusun untuk mempermudah dalam pengkoreksian.
Demikianlah Cara Menyusun Soal Tes dengan HOTS, semoga bermanfaat.