Pernahkah kita merenung, bahwa kehidupan kita berlalu dengan sangat cepat dan mengalir begitu saja. Perubahan pada diri kita pun tak bisa dihindari. Kita akan menjadi tua renta dimakan usia, lambat laun kita akan kehilangan ketampaan, kecantikan, kesehatan dan kekuatan yang selama ini kadang dibangga-banggakan?
Pernahkah kita memikirkan bahwa setiap saat malaikat maut yang di utus Allah mungkin saja akan datang dan menjemput ajal kita untuk meninggalkan dunia ini? Jika demikian, pernahkah kita merenungkan kenapa manusia terlalu terbelenggu dengan kenikmatan dunia yang sebentar lagi juga mereka akan tinggalkan? Bukankah kematian adalah sebuah keniscayaan yang tidak mungkin dihindari bagi setiap manusia?
Pertanyaan-pertanyaan diatas, masih sering terabaikan, terlupakan dan terlalaikan. Merenung adalah kegiatan yang bisa dilakukan siapa dan kapan saja. Merenung mendalam tidak hanya bisa dilakukan oleh para pakar, ilmuwan, professor. Tapi bahkan bisa dilakukan oleh setiap orang yang berakal sehat. Karena itu, Islam mewajibkan untuk merenung, berfikir kepada setiap muslim. Sebab bila kita tidak mendayagunakan pikiran kita dengan hal-hal yang baik dan positif, pasti akal pikiran akan dipenuhi hal-hal yang buruk dan destruktif.
Sering kita tidak sadar, bahwa kita diciptakan sebagai manusia yang memiliki kemampuan berfikir yang luar biasa. Fakta-fakta yang mesterius lambat-laun akan terus terungkap dengan perenungan yang mendalam. Tapi sayang, masih banyak individu yang tidak mengunakan sarana akal pikirannya sebagai pengungkap pelbagai fenomena keajaiban alam ini.
Keniscayaan untuk merenung harus disadari, manusia harus mendayagunakan akal sebagai kebutuhan untuk berfikir, berimajinasi dan merenung semaksimal mungkin. Semakin dalam kita berfikir, maka kian bertambah kemampuan daya imajinasi kita untuk menemukan hal-hal yang inovatif-kreatif.
Kenyataan berfikir logis telah dilakoni oleh para ilmuwan sejak dahulu. Munculnya kecanggihan teknologi merupakan ejawantah dari perenungan yang panjang. Elaborasi para cendikiawan telah menciptakan peradaban yang lebih maju bagi umat manusia. Teori gaya gravitasi bumi garapan Isack Newton adalah bukti bahwa fenomena alam banyak menyimpan rahasia dan hikmah ilahi yang harus diketahui.
Jika demikian, maka hal yang paling esensial untuk menjadi obyek renungan adalah merenungkan secara mendalam tujuan dari penciptaan diri kita, paling tidak dari tiga persepektif ; dari mana asal kita? Mengapa kita ada? Dan kita mau kemana?. Setelah itu, baru merenungkan segala sesuatu yang biasa kita lihat di alam sekitar serta fenomena-fenomena yang kita jumpai selama hidup ini. Manusia yang tidak memikirkan hal ini, hanya akan menyesal di masa-masa mendatang.
Berfikir atau merenung untuk kemudian mengambil kesimpulan atau pelajaran-pelajaran dari apa yang kita renungkan untuk memahami kebenaran, akan menghasilkan sesuatu yang bernilai bagi kehidupan manusia. Dari sini, maka Allah mewajibkan bagi manusia untuk memikirkan dan merenungkan penciptaan diri mereka dan penciptaan jagad alam raya.
Sediakan beberapa menit dalam sehari untuk melakukan perenungan. Lakukan di pagi hari yang tenang, segera setelah bangun tidur. Atau di malam hari sesaat sebelum beranjak tidur. Merenunglah dalam keheningan. Jangan gunakan pikiran untuk mencari berbagai jawaban. Dalam perenungan anda tidak perlu mencari jawaban. Cukup berteman dengan ketenangan, maka anda akan mendapatkan kejernihan pikiran.
Jawaban berasal dari pikiran anda yang bening. Selama berhari-hari anda disibukkan dengan berbagai hal. Sadarilah bahwa pikiran anda memerlukan istirahat. Tidak cukup hanya dengan tidur. Anda perlu tidur dalam keadaan terbangun. Merenunglah dan dapatkan ketentraman batin.
Pikiran yang digunakan itu bagaikan air sabun yang diaduk dalam sebuah gelas kaca. Semakin banyak sabun yang tercampur semakin keruh air. Semakin cepat anda mengaduk semakin kencang pusaran. Merenung adalah menghentikan adukan. Dan membiarkan air berputar perlahan. Perhatikan partikel sabun turun satu persatu, menyentuh dasar gelas. Benar-benar perlahan. Tanpa suara. Bahkan anda mampu mendengar luruhnya partikel sabun. Kini anda mendapatkan air jernih tersisa di permukaan. Bukankah air yang jernih mampu meneruskan cahaya. Demikian halnya dengan pikiran anda yang bening.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar