aguspurnomosite.blogspot.com

aguspurnomosite.blogspot.com
Berpikir Luas Membuka Cakrawala Kehidupan! Berusaha Memberikan Yang Terbaik Untuk Masa Depan! Katakan "Go Go Go SEMANGAT" !!!

Sabtu, 19 Januari 2013

Kejujuran Mahkota Kehidupan

 "Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati." (QS Ghafir: 19).

"Sesungguhnya Rabb-mu benar-benar mengawasi." (QS al-Fajr: 14).


Suatu hari, Khalifah Umar bin Khattab berjalan melintasi padang rumput. Dia terpesona melihat kambing-kambing yang gemuk dan sehat.

Dia kemudian menemui sang penggembala dan berniat untuk membelinya. Namun, budak itu menolak, dengan alasan kambing itu punya majikannya.

Khalifah Umar berkata lagi, "Bilang saja kepada majikanmu bahwa kambing itu dimakan serigala."

Namun, apa kata si bocah gembala? "Kalau begitu, di mana Allah?" Akhirnya, Umar membebaskan budak tersebut dan menyerahkan seluruh kambing itu kepadanya.

Pada waktu lainnya, ketika musim paceklik, Khalifah Umar berjalan berkeliling Kota Madinah. Sebelumnya, dia mewanti-wanti kepada kaum Muslim agar jangan berlaku curang.

Ketika pada suatu malam dia melintas dekat sebuah rumah, terdengar percakapan antara seorang ibu penjual susu dan anak gadisnya. Sang ibu menyuruh anaknya untuk mencampur susu tersebut dengan air, supaya hasilnya lebih banyak dan mereka untung lebih besar.

Namun, sang gadis tidak mau, karena Khalifah Umar melarang warga mencampur susu dengan air. "Memang, tidak ada orang yang mengetahui perbuatan kita. Tapi, di mana Allah? Allah dan para malaikat tahu, dan besok di hari kiamat kita akan dimintai pertanggungjawabannya," kata si gadis.

Mendengar kejujuran sang gadis, Khalifah Umar lalu mengambilnya sebagai menantu.

Dua kisah di atas menggambarkan betapa agungnya kejujuran. Kejujuran yang lahir dari iman yang teguh kepada Allah SWT. Iman yang meyakini bahwa Allah Mahamelihat apa pun yang kita lakukan, biarpun tidak ada orang lain yang tahu. Selalu jujur kapan pun dan di manapun. Selalu merasa diawasi oleh Allah SWT (muraqabah).

Rasul SAW memerintahkan kepada setiap Muslim untuk selalu bersikap dan berbuat jujur. Sebaliknya, Rasul SAW mengingatkan setiap Muslim agar menghindari sikap dan perbuatan dusta.

Mari kita simak hadis berikut ini: "Bersikaplah jujur. Sesungguhnya kejujuran mengantarkan pada kebaikan, dan kebaikan mengantarkan ke surga… Jauhilah bohong. Sesungguhnya kebohongan menyeret pada kedurjanaan, dan kedurjanaan menyeret ke neraka…" (HR Muslim).

Jujur adalah mahkota kehidupan. Karena itu, sudah seharusnya kaum Muslim senantiasa berpegang teguh pada kejujuran. Kejujuran akan mencegah seseorang dari melakukan hal-hal yang tidak diridai Allah SWT.

Misalnya, korupsi, berjudi, berzina, mencuri, merampok, menipu, memperdaya orang lain, dan berbagai perbuatan buruk lainnya yang selama ini, dan terutama akhir-akhir ini, makin sering terjadi di negeri ini.

"Sesungguhnya Allah itu cemburu. Cemburunya Allah, yaitu jika seseorang melakukan sesuatu yang diharamkan terhadapnya." (HR Bukhari-Muslim).

Bahaya Harta Haram

Dari Jabir bin Abdillah RA, ia berkata, “Telah diriwayatkan kepada kami bahwa Rasulullah SAW bersabda, ‘Wahai Kaab bin Ujroh, aku mohonkan perlindungan untukmu kepada Allah dari kepemimpinan orang-orang bodoh.’ 

Kaab bertanya, ‘Apakah itu, wa hai Rasulullah?’

Beliau menjawab, ‘Setelahku akan ada para penguasa di mana siapa yang ikut mereka dan membenarkan ucapannya serta mendukung kezalimannya maka mereka bukanlah golonganku dan aku tidak termasuk golongannya dan mereka tidak akan masuk dalam telagaku’.”

“Dan barang siapa yang tidak mau ikut mereka, tidak membenarkan ucapannya dan tidak mendukung kezalimannya, maka mereka termasuk golonganku dan aku termasuk golongannya serta mereka akan masuk dalam telagaku.”

“Wahai Kaab bin Ujroh, shalat adalah taqarrub, puasa adalah benteng, sedekah menghapuskan kesalahan seperti air memadamkan api. Hai Kaab, tidak akan masuk surga orang yang dagingnya tumbuh dari makanan haram karena neraka lebih dekat dengannya.” (HR Muslim, Nasai, ad-Darami).


Allah memerintahkan kita agar selalu makan makanan halal dan menjauhi yang haram sebagai bentuk syukur untuk menambah keberkahan hidup. (QS al-Baqarah [2]: 172). Orang yang memakan makanan halal akan dilindungi dari api neraka.

Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar RA, ia berkata, “Seseorang di bawah tanggungan Rasulullah SAW bernama Kirkiroh, kemudian ia meninggal. Namun Rasul berkata, ia akan masuk ke neraka. Maka, para sahabat pergi memeriksanya, ternyata mereka menemukan sebuah baju jubah hasil tipuan.” (Shahih Bukhari, hadis No. 2845).

Di antara akibat atau  bahaya memakan harta haram, antara lain : 

Pertama, pelakunya akan masuk neraka. “Barang siapa yang mengambil hak milik orang Muslim dengan menggunakan sumpah, maka Allah akan mewajibkannya masuk neraka dan diharamkan masuk surga.”
Seorang bertanya, “Walaupun barang yang kecil, wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “Walaupun sepotong kayu arok.” (HR Muslim, Nasai, ad-Darami dari Abu Umamah).

Kedua, pemakan haram tidak akan mencapai derajat takwa. Orang bertakwa adalah ahli surga. Dari Atiyyah as- Sa’di, Rasulullah SAW bersabda, “Seorang hamba tidak akan mencapai derajat muttaqin sampai meninggalkan sebagian yang halal karena khawatir terperosok pada yang haram.”

Ketiga, orang yang makan makanan haram kesadaran beragamanya sempit, artinya tidak banyak beramal yang mendapat pahala sehingga mudah masuk neraka. “Seorang mukmin akan berada dalam kelapangan agamanya selama tidak makan yang haram.” (HR Bukhari).

Keempat, pemakan harta haram tidak diterima amalnya dan ditolak doanya. “Demi Zat yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, seorang yang memasukkan sekerat daging haram ke perutnya, maka tidak akan diterima amalnya selama 40 hari dan barang siapa yang dagingnya tumbuh dari barang haram dan riba maka neraka lebih utama untuk membakarnya.” (HR Muslim, Tirmidzi, Ahmad dan ad-Darami).

Orang yang makan harta haram sama dengan berusaha menghancurkan dirinya, merusak ibadahnya, mempermainkan doanya dan menghancurkan keluarga serta keturunannya.
Sumber

Hakikat Tawakal

Suatu hari, seorang lelaki Badui datang ke masjid menunggangi kuda. Sesampainya di Masjid, ia menghadap Rasulullah SAW tanpa mengikat kudanya.

Ketika ditanyakan hal itu kepadanya, lelaki itu berkata, "Aku sudah bertawakal kepada Allah." Atas hal ini, Rasulullah SAW pun berkata, "Ikatlah kudamu, kemudian bertawakallah kepada Allah." (HR Tirmidzi).

Pesan penting ini disampaikan Rasulullah SAW untuk membuka pemahaman kita akan makna penting dari tawakal.

Tawakal yang seharusnya mendasari segala aktivitas orang-orang beriman dan menjadi landasan bagi mereka yang senantiasa berserah diri kepada Allah SWT.

Inilah salah satu ajakan Rasulullah SAW kepada umatnya untuk bertawakal hanya kepada pencipta kehidupan ini. "... dan hanya kepada Allah sajalah hendaknya orang-orang mukmin bertawakal." (QS Ibrahim: 11).

Permasalahannya, banyak di antara kita yang sering misunderstanding (salah persepsi) dalam menafsirkan dan mengaplikasikan bentuk tawakal tersebut.

Banyak orang yang mengaku bertawakal kepada Allah SWT dalam setiap urusannya, namun mereka tidak atau belum melakukan usaha secara maksimal. Dan ketika terjadi kegagalan, mereka menyalahkan takdir atau ketentuan yang mereka terima.

Banyak manusia yang condong mengutamakan pasrah tanpa usaha sebagai bentuk tawakal mereka. Mereka menyerahkan segala urusan kepada Allah SWT tanpa ada upaya untuk menyelesaikannya.

Misalnya, seorang hamba berzikir dan berdoa kepada Allah SWT dengan sepenuh hatinya ketika dia mendapati kesulitan membayar utangnya. Dia berharap karunia Allah secara tiba-tiba. Namun, dia tak punya usaha untuk menyelesaikan utangnya itu.

Tawakal bukan berarti meniadakan upaya, harus ada kerja nyata dan kesungguhan dalam mewujudkan impian. Apabila bekerja harus ada usaha dalam mencapai hasil kerja yang terbaik, meski untuk hasilnya hanya Allah SWT yang menentukan.

Sekelompok semut pun harus bekerja sama mengangkat makanan cadangan untuk disimpan, kendati mereka mendapatkan makanan itu dari tempat yang sangat jauh. Demikian juga dengan seekor merpati yang harus terbang lagi mencari makan, walaupun tuan pemiliknya telah meletakkan makanan di depan kandangnya.

Demikianlah sebagai kiasan pada orang-orang yang bertawakal dengan sesungguhnya. Tawakal yang tidak menjadikan seseorang berdiam diri dalam menunggu takdir. Tawakal menuntut kita untuk berupaya semaksimal, sembari mengharap rida Allah SWT.

"Seandainya kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya, niscaya Allah akan memberikan rezeki kepadamu, sebagaimana Allah memberikan rezeki kepada burung yang berangkat di pagi hari dalam keadaan lapar, lalu pulang di sore hari dalam keadaan kenyang." (HR Tirmidzi).


Rasulullah SAW sangat menganjurkan kepada umatnya untuk bekerja keras dan tidak sekadar bergantung pada doa. Rasulullah juga mengimbau kaum Muslim untuk mencari rezeki tanpa putus asa dan menyerahkan apa pun hasilnya kepada Allah SWT. "... Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya..." (QS ath-Thalaq [65]: 3). Sumber

Pohon yang Baik

durian merah pohon Allah SWT. mengajarkan kepada kita salah satu metode pembelajaran dalam al-Qur’an yakni perumpamaan (amtsaal). Suatu masalah akan lebih mudah dipahami jika diumpamakan, apalagi menyangkut perkara yang metafisik.

Dalam umpama terkandung kearifan dan renungan, seseorang tidak secara langsung merasa menjadi objek, namun perlahan menyadari arah dan maksud pesan tersebut. Perumpamaan dimaksudkan agar kita mengambil i’tibar (hikmah) dari suatu peristiwa. (QS. 29:43,17:89).

Dalam al-Quran, Allah SWT. memberikan banyak perumpamaan. Menjadikan nyamuk sebagai umpama (QS.2:26) yang berkaitan dengan kelemahan berhala (QS.22:73). Kebenaran seperti air dan logam murni, kebatilan laksana buih air dan tahi logam (QS.13:17).

Cahaya Allah ibarat lobang yang tidak tembus (misykat) di dalamnya ada pelita besar (QS.24:35). Berinfak di jalan Allah bagaikan sebutir biji yang tumbuh tujuh tangkai (QS.2:161) dan berinfak dengan riya tak ubahnya debu di atas batu licin (QS.2:265).

Begitu juga orang berilmu tapi tidak mengamalkan disamakan dengan keledai (QS.62:5). Masih banyak perumpamaan lain, meskipun kita seringkali tidak pandai mengambil pelajaran.

Perumpamaan yang sangat menarik adalah seorang Mukmin itu laksana pohon yang baik (QS.14:24-25). Kalimatan thoyyibah (kalimat yang baik) laksana pohon yang baik (syajaratun thoyyibah). Kalimat yang baik itu adalah laa ilaha illahllah(syahadat).

Dalam Tafsir Jaami’ul Bayan, Ibnu Jarir Ath-Thabari juga menjelaskan kalimatan thoyyibah adalah persaksian tiada tuhan selain Allah, dan syajarotun toyyibahadalah seorang Mukmin, ashluha tsabitun artinya laa ilaha illallah yang tertanam di dalam hati seorang Mukmin, wa far’uha fis-samaai yakni amal perbuatannya akan diangkat ke langit.

Jika kita renungkan ayat di atas, indikator pohon yang baik atau berkualitas ada 3 hal:  


Pertama, ashluha tsabitun (akarnya menghujam ke perut bumi). Akar yang kuat menjadi dasar dan tumpuan tumbuhnya pohon yang besar.

Di sinilah pentingnya peran sang penanam yang ikhlas dan sungguh-sungguh, berkorban tanaga, pikiran dan membutuhkan waktu yang cukup lama. Semakin dalam akarnya, maka semakin kuat pula pohon itu. Tidak mudah tumbang walau dihantam badai. Akar ibarat akidah tauhid (iman) yang tertanam di dalam lubuk hati sanubari seorang mukmin.

Jika akidahnya kuat, maka ia mampu menghadapi cobaan dan godaan hidup seberat apapun. Akidah tauhid harus ditanamkan oleh orang tua dan guru kepada anak sejak dini. Peran keduanya sebagai pendidik sangat penting agar akar akidah anak menghujam ke lubuk hati sanubari. (QS.31:13).

Kedua, far’uha fis-samai (dahannya menjulang ke langit). Pohon yang sudah berurat berakar, akan menumbuhkan batang yang besar, dahan dan ranting yang banyak serta berdaun lebat. Ia akan membagikan oksigen yang bersih dan kesejukan bagi manusia. Hijau dan menyejukkan.

Inilah ibarat seorang Mukmin yang taat dalam menjalankan syariat Islam, baik dalam ibadah ritual maupun sosial (muamalah). Akidah (iman) yang kuat harus tampak pada kepatuhan dalam menjalankan ibadah ketika menjalankan aktivitas sehari-hari.

Ketiga, tu’tii ukulaha kulla hiin (berbuah setiap waktu). Pohon yang baik tidak hanya berakar kuat dan berdahan besar, tapi juga berbuah banyak dan enak. Bukan hanya pada musimnya, tapi di setiap musim tiada henti. Pohon berbuah menguntungkan pemiliknya dan orang lain. Semakin bagus kualitasnya, semakin tinggi pula harganya.

Inilah perumpamaan Mukmin yang berakhlak karimah. Akidah dan syariat yang kuat dan benar mestilah berbuah akhlak mulia (karakter islami). “Sebaik-baik keislaman seseorang adalah yang terbaik akhlakhnya”. (HR. At-Turmudzi).

Akhlak karimah inilah yang mulai pudar dari sebagian anak-anak, orang tua, pemimpin, politisi dan pejabat negara kita. Pendidikan karakter hanya berhasil jika ada model. Dalam sejarah, tidak ada yang berhasil menjadi model kecuali Nabi Muhammad SAW. (QS.33:21).

Orang tua di rumah dan guru di sekolah harus menjadi pilar utama dan bertanggung jawab dalam menanamkan akidah, menjalankan syariat dan teladan dalam akhlak karimah. Insya Allah, anak-anak kita akan menjadi “pohon yang baik”. Amin. Allahu a’lam bish-shawab. ***

Ayat Quran di Gerbang Fakultas Hukum Harvard

 Universitas Harvard, Amerika Serikat, mengabadikan sebuah ayat Alquran di gerbang masuk Fakultas Hukum. Ayat yang diukirkan sebagai bentuk penghormatan itu diambil dari surat Annisa ayat 135.

''Ayat 135 Surat Annisa (bab tentang wanita) telah dituliskan di dinding yang menghadap gerbang masuk Fakultas Hukum sebagai kata-kata terhebat tentang keadilan,'' tulis surat kabar Arab Saudi 'Ajel'seperti dikutip Emirates247.

Abdullah Jumma, mahasiswa Harvard asal Arab Saudi, yang memerhatikan tukilan ayat Alquran di dinding gerbang Fakultas Hukum Universitas Harvard tersebut. Dia kemudian memfoto tulisan ayat Alquran tersebut (Ini fotonya).


 
Terjemahan surat Annisa ayat 135 yang dituliskan di dinding gerbang masuk Fakultas Hukum Universitas Harvard, Amerika Serikat, yang difoto oleh Abdullah Jumma. (www.emirates247.com)

Jumma kemudian menyebarkannya lewat situs jejaring sosial Twitter. ''Saya menyadarinya bahwa itu sebuah ayat Alquran yang telah dituliskan oleh Fakultas Hukum untuk menggambarkan sebagai salah satu kata-kata terhebat tentang keadilan sepanjang sejarah,'' kata Jumma seperti dikutip Ajel.

Adapun isi Surat Annisa Ayat 135 adalah "Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah, walaupun terhadap dirimu sendiri atau terhadap ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka, janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutarbalikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka ketahuilah Allah Maha Tahu terhadap segala apa yang kamu kerjakan.''

Universitas Harvard didirikan di Cambridge, Massachusetts, pada 1636. Harvard tercatat sebagai perguruan tinggi tertua di Amerika Serikat.
Sumber :www.republika.co.id