aguspurnomosite.blogspot.com

aguspurnomosite.blogspot.com
Berpikir Luas Membuka Cakrawala Kehidupan! Berusaha Memberikan Yang Terbaik Untuk Masa Depan! Katakan "Go Go Go SEMANGAT" !!!

Selasa, 09 April 2013

Perjuangan Sang Nenek Untuk Cucunya

Ada seorang remaja wanita masih sekolah di kelas 2 SMA
Setiap hari ditugaskan untuk merawat neneknya…
Neneknya sudah lumpuh…
hidupnya hanya dihabiskan di tempat tidur
Suatu saat…
ia mulai protes karena ketidak adilan yang dirasakannya
Ma… gantian dong yang merawat nenek… 
Masa setiap hari harus aku…

Kemudian mamanya memotivasi
Nak… merawat nenek pahalanya banyak…

Sesekali anak itu mau menuruti
Tapi disaat lain Ia mulai protes lagi…
Ma… gantian dong yang merawat nenek… 
Masa setiap hari harus aku… 
Kenapa mesti aku… kenapa tidak mama… kenapa tidak papa… kenapa tidak kakak atau adik yang merawat nenek… tapi kenapa harus aku terus!… 
protesnya mulai keras

Mamanya memeluk sambil menangis…
Nak… kamu sudah besar… kamu benar-benar mau tau kenapa?…
Mau ma….    


Dulu saat kamu masih umur 6 bulan… 
Malam itu rumah kita kebakaran… 
 semua orang menyelamatkan diri dan barang-barang yang bisa diselamatkan. Papa dan nenek menggendong kakak-kakakmu dan mama menggendong kamu… 
setelah kita keluar semua… 
papa bertanya mana bayinya? Tanpa sadar ternyata yang mama gendong bukan bayi tapi guling kecil. Kami baru sadar.. 
Tenyata kamu masih di dalam rumah… 
di lantai dua. Tiba-tiba saja dari arah belakang… 
lari menerjang masuk kedalam rumah… 
Ternyata nenekmu nak…nenekmu… lari memaksa masuk kedalam rumah… 
kemudian naik kelantai dua… 
setelah membawa mu… 
nenek terjun dari lantai dua… 
sambil menggendong kamu… 
mulai saat itulah nenekmu lumpuh…

Anak itu terdiam sambil meneteskan air mata tanpa suara…
Mulai saat itu…
ia tidak pernah lagi protes saat disuruh merawat neneknya
Bahkan hari-hari nya dihabiskan untuk merawat neneknya…
ia sangat senang dan bangga bisa merawat neneknya…
ia bangga pada neneknya…  

Tiada kesenangan melebihi kesenangan merawat neneknya.
Andaikan kita tau kenapa kita berbuat sesuatu maka pastilah kita akan bekerja dengan ikhlas, tekun dan serius

Suatu Saat kita akan faham…
Apapun akan kita lakukan untuk membahagiakan orang-orang yang kita cintai dan mencintai kita
Karena Allah mencitai kita dan kita mencintai Allah….
Semoga bermanfaat

Kisah Ketegaran Seorang Suami

“Kalau bukan karena kedua anakku yang masih kecil.. maka aku sudah mengikuti nafsuku untuk segera meninggalkan dan menceraikan istriku yang tidak berbakti itu. Aku tidak mau meninggalkan apa yang menjadi amanat-Mu dalam keadaan lemah Ya Allah.”

Itulah jeritan hati Yudi di malam itu.. di tengah heningnya malam, Yudi sudah biasa melewatkan malam malamnya dengan kemesraan bersama Tuhannya, Allah Swt.

Di samping ruangan tempat sholatnya, terbaring kedua anaknya yang masih balita, tertidur pulas, ditemani istrinya yang enggan bangun untuk menemaninya shalat tahajjud, walaupun Yudi sudah mencoba untuk membangunkannya.

Pagi hari.. Yudi bangun paling awal, sholat shubuh dan langsung beranjak membereskan seluruh isi rumah, mengepel, mencuci piring dan memasak, semuanya sudah menjadi rutinitas Yudi di pagi hari. Setelah selesai, Yudi pun langsung membuka laptopnya dan mulai bekerja melayani jasa para konsumennya.

Yudi adalah seorang konsultan bisnis, banyak sekali pengusaha dan para pebisnis yang mengkonsultasikan masalah bisnis mereka kepada Yudi. Dari penghasilan sebagai konsultan yang bisa dikatakan cukup menjanjikan, Yudi tetap saja ikhlas menjalankan rumah tangga yang sudah hampir 7 tahun dijalaninya tanpa keseimbangan kewajiban suami istri.

Setiap kali Yudi mengajak istrinya untuk melakukan hubungan, istrinya selalu menolak dengan beralasan kurang enak badan. Saat Yudi bekerja, jika ada anaknya yang ingin BAB atau BAK, maka istrinya teriak kepada Yudi untuk mengurusinya. Yudi pun menunda dulu pekerjaannya, meraih anaknya kemudian membawanya ke kamar mandi.

Saat anaknya ingin diantar jajan, maka Yudi pun diteriaki kembali untuk mengantarkannya ke warung.

Saat istrinya ingin sarapan, maka Yudi diminta pergi ke tukang bubur atau tukang gorengan dekat rumahnya.

Itulah keadaan yang dialami Yudi setiap hari. Hal ini dialaminya semenjak beberapa bulan lalu, sepulangnya dari dinas di luar negeri, selama satu tahun lamanya.

Malam hari, saat adzan isya berkumandang, Yudi langsung beranjak ke masjid sambil mengingatkan istrinya untuk sholat isya. Sepulangnya dari masjid, Yudi sudah terbiasa melihat istri dan kedua anaknya sudah terbaring di tempat tidur dan terlelap dalam mimpi. Yudi pun mencoba membangunkan istrinya dan bertanya, “udah sholat Isya Bu???” Istrinya menggeleng dengan mata yang sulit untuk dibuka karena rasa kantuknya. Yudi pun mencoba membangunkan dan memintanya untuk sholat isya dulu, tetapi istrinya tetap menggeleng, bahkan sampai berkata “tidak akh Pa.. nanti saja”..

Itulah ketegaran Yudi dalam rumah tangganya.. aku pun sebagai temannya baru tahu keadaannya seperti itu saat kudesak Yudi untuk mengutarakan masalahnya, karena beberapa minggu ini kulihat wajahnya sangat sendu dan selalu murung.

Saat kubilang “kalau aku.. punya istri seperti itu.. sudah kuceraikan dia Di..!” Tapi, Yudi menjawab dengan tenang dan bijak.

“Kalau urusan menceraikan, itu hal yang mudah.. namun efek yang ditinggalkannya akan terasa sulit bagi anak anak. Bukankah ada ayat Allah yang menyuruh kita agar jangan meninggalkan anak anak kita dalam keadaan lemah. Itulah, saya takut anak anak tidak mendapatkan kasih sayang, pengertian, perhatian serta kecukupan hidup yang layak, sehingga anak anak menjadi manusia yang lemah”

“Lalu.. bagaimana dengan hasrat biologismu Yud?? Sampai kapan kamu bisa bertahan??” Tanyaku..

“Sampai dia mau.. kalaupun seumur hidupnya dia tidak mau, tetap saya tidak akan mencari yang lain. Biarlah kesabaranku, keikhlasanku terhadap istriku sebagai jalanku untuk mencapai Ridho-Nya. Allah Swt. Pasti tahu yang terbaik bagiku.. dan makhluk yang paling indah, paling cantik dan paling membahagiakan bagiku adalah mendapatkan bidadari di syurga..”

Saya tidak bisa berkata apa apa lagi.. setalah mendengar jawabannya..!! Semuanya pasti sudah Yudi pertimbangkan, sehingga dia begitu kuat menghadapi kehidupan rumah tangga yang seperti itu.

Saat banyak orang yang dengan mudahnya bercerai tanpa alasan yang kuat, saat banyak orang tua yang tidak bertanggung jawab terhadap anaknya, saat orang seenaknya menyalurkan hasrat biologis dengan membabi buta, ternyata masih ada orang setegar dan seikhlas Yudi..

Saya pun mendapatkan pelajaran darinya, hidup ini adalah ujian.. seberat apapun keadaannya, semuanya akan bisa dihadapi dengan kesabaran, keikhlasan, dan pengertian bahwa hidup ini hanyalah sebentar.. hanya sekejap saja, jika dibandingkan dengan kehidupan akhirat..

Betapapun beratnya, sulitnya serta banyaknya masalah yang dihadapi.. maka hadapilah dengan sabar, untuk urusan kebahagiaan.. semoga kita mendapatkan yang hakiki dan abadi di syurga-Nya Allah Swt. Amiin.
  • Jaga anakmu.. karena itu adalah amanat dan investasi buatmu,
  • Janganlah mengikuti nafsumu, karena itu hanya akan menjerumuskanmu ke dalam kehinaan,
  • Janganlah terpesona dengan keindahan dan kecantikan wanita dunia, karena bidadari lebih indah dan lebih cantik dibandingkan wanita tercantik di dunia, bahkan kecantikan wanita di dunia tidak ada seujung kukunya bidadari syurga,
  • Sabar dan ikhlaslah.. Allah mengetahui balasan yang terbaik untukmu..
Semoga kisah ini menjadi pelajaran dan i’tibar bagi kita semua.. Amiin..
Silahkan share jika sahabat pikir artikel ini bermanfaat… 

Jangan Karena Siapa Dia, Tapi Karena Siapa Saya

Sir Winston Leonard Spencer Churchill (1874-1965), mantan Perdana Menteri Inggris yang termasyur, ditegur temannya ketika berpapasan dengan seorang wanita, Churchill mengangkat topinya. Itu adalah sebagai tanda hormat.

Temannya itu mengingatkan, bahwa wanita yang barusan ia beri hormat, hanyalah seorang wanita malam. Tak selayaknya Churchill melakukan hal itu.

Churchill dengan arif menjawab,”Tuan, saya mengangkat topi bukan karena siapa dia, saya melakukannya justru karena siapa saya.”

Luar biasa. Sebuah sikap dan karakter dari seorang yang memiliki kebaikan yang sesungguhnya. Bukan sikap kepura-puraan seperti yang ada pada kebanyakan dari kita ketika berhadapan dengan orang lain.

Kita sering menunjukkan kemunafikan dalam bersikap. Umumnya sikap hormat kita disebabkan ’siapa dia’ bukan ‘bukan saya’.

Sikap kita akan berbeda pada seorang pembantu di rumah tangga dengan pembantu presiden. Berbeda ketika kita berhadapan dengan tukang bangunan dengan arsitek. Berbeda antara menghadapi office boy dengan head office.

Mungkin kita akan begitu sulit untuk menyunggingkan senyum pada seorang pengemis. Tapi kita akan mengumbar senyum lebar ketika bertemu dengan mereka yang berpenampilan resik dan klimis.

Sikap menerapkan standar ganda ini akhirnya menjadi perilaku permanen dalam kehidupan kita. Untuk mengubahnya sampai memiliki sikap menghormati orang lain bukan karena siapa dia memang tidak mudah.

Tapi minimal kita dapat selalu mengingatkan diri, bahwa semua makhluk, "siapapun dia" pantas untuk dihormati. Karena semuanya merupakan ciptaan Tuhan.

HAJAT NASIONAL BERNAMA UN

Setiap tahun, gelaran Ujian Nasional (UN) selalu menyita perhatian publik. Banyak faktor yang mendasari mengapa Ujian Nasional menyedot energi masyarakat. UN bukan event yang berdiri sendiri, sebagai bagian integral proses pembelajaran siswa di sekolah. UN sudah seperti menjadi hajatan tahunan secara nasional. 

Dalam beberapa tahun belakangan ini, ada yang berubah dalam nuansa UN. Jika dulu UN menjadi pemacu belajar siswa secara lebih intensif, dan meraih keberhasilan dengan kebahagiaan dan kebanggaan yang hakiki. 


Ketika lulus ujian, siswa mengungkapkannya dengan rasa syukur yang dalam. Keluarga pun menyambut dengan wajar. Sekolah menanggapi secara elegan. Tidak ada acara yang bersifat hura-hura, seperti pawai kendaraan bermotor, mencoret-coret baju seragam, atau pesta-pesta sekelompok pelajar.

Citra dan Harga Diri 

Dewasa ini, UN menyangkut citra dan harga diri sebagian pihak. Sekolah yang tidak lulus 100 persen menanggung malu, seakan-akan tamat sudah kelangsungan sekolah. Pejabat daerah, khususnya yang terkait dengan pendidikan, juga akan kehilangan muka, apabila tingkat persentase kelulusan siswa di daerahnya lebih rendah dari daerah lain. 

Angka 100 persen kelulusan siswa dalam UN menjadi prestise. Ia akan menjadi ikon promosi yang menggiurkan. Citra sekolah pun naik daun. Sekolah menjadi favorit dituju calon siswa baru. Bagi sekolah swasta, kelulusan 100 persen dan citra favorit merupakan poin yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Sulit dibayangkan bagaimana nasib sekolah yang tingkat kelulusannya paling rendah, karena tahun-tahun berikutnya tidak ada calon siswa yang mendaftarkan di sekolah tersebut. 

Oleh karena itu, menjelang UN, banyak pihak yang supersibuk. Berbagai cara dilakukan untuk mendongkrak persentase kelulusan siswa. Upaya itu bukan murni didasari motivasi meraih prestasi bagi siswa sekolah, melainkan didorong semangat menjaga harga diri yang bersifat semu. 

Akibat lanjutannya, cara-cara illegal pun ditempuh. Ada tim tersembunyi yang bekerja secara sistematis untuk mendongkrak nilai dan tingkat kelulusan. Sebagai “gerakan bawah tanah”, jelas tidak ada “surat keputusan” pengangkatan anggota tim. Tapi gerakannya jelas sistematis dan terkoordinasi. Kalau terbongkar, operator lapangan dijadikan martir. Dan kalau gagal, maka berbagai konsekuensi sudah siap menunggu; mutasi, nonjob, atau sanksi sejenis. 

Fenomena “tim sukses” yang berlangsung beberapa tahun belakangan ini berdampak psikologis pada diri siswa yang saat ini sedang belajar atau akan menghadapi UN 2013. Survei kecil menunjukkan kurangnya motivasi belajar menghadapi UN. Dalam diri mereka tertanam sikap, bahwa UN pasti lulus 100 persen atau seloroh, kalau ada yang tidak lulus, yang malu adalah sekolah. Siswa tampak kurang gairah mempersiapkan diri menghadapi ujian. Yang terlihat justru sikap menunggu bocoran, atau menanti SMS jawaban. 

Jelas amat sulit mengembalikan kondisi semangat belajar, apabila sudah tertanam sikap seperti tersebut. Padahal membangun motivasi belajar itu semestinya dilakukan sejak dini dengan cara-cara ilmiah. Motivasi belajar yang sudah terbangun juga harus terus ditingkatkan dan dipelihara. 

Fenomena kecurangan dalam UN setiap tahun berulang. Modusnya saja yang berbeda dan penyelesaiannya juga kabur. Akhirnya, untuk memperkecil kecurangan, dalam UN 2013 diselenggarakan dengan paket soal bervariasi, kode soal menggunakan barcode, pengawasan berjenjang dan berlapis, serta prosedur-prosedur lain yang lebih ketat. 

Menyikapi kecenderungan praktik menyimpang dalam ujian, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Moh. Nuh menyatakan, "Saya minta kepala daerah wajib membuat suasana UN berjalan dengan kondusif. Dilarang menekan kepala dinas, kepala sekolah, juga guru agar sekolah luluskan UN 100 persen ,pelaksanaan UN harus jujur, dan bertanggung jawab," ujar Moh. Nuh di Tangerang Selatan,Banten, Rabu (13/3) (metrotvnews.com). 

Dari pernyataan menteri tersebut tersirat fakta bahwa selama ini telah terjadi pelanggaran yang tersistematisasi. Permainan kotor yang merasuki dunia pendidikan. Sementara para guru dan staf sekolah tidak berdaya menghadapi kekuatan elit birokrasi.

Kecemasan Orang tua 

Suasana bathin dalam masyarakat pun serupa dalam menghadapi UN. Tetapi kecemasan orang tua itu lebih didasari “rasa malu” atau gengsi. Maka ramai-ramailah memasukkan anak-anaknya ke dalam program bimbingan belajar yang memang menjamur. Lembaga bimbel kebanjiran siswa, bahkan jam belajar sampai malam hari atau malam minggu. Padahal siswa sudah menghabiskan waktunya di sekolah. Jika demikian, siswa kehilangan kesempatan berinteraksi secara berkualitas dengan keluarganya. 

Disadari, menambah jam belajar siswa di lingkungan keluarga merupakan tindakan bijaksana dan penting. Sekolah pun mengharapkan partisipasi orang tua atau wali untuk mengarahkan dan membimbing putra-putrinya belajar di rumah. Yang tidak bijaksana adalah memasukkan anak-anak ke dalam program bimbingan belajar di luar sekolah didasari motivasi “supaya lulus” atau “agar tidak kalah dengan temannya. 

Situasi dan kondisi demikian, lagi-lagi melahirkan persaingan tidak sehat. Siswa ditanamkan meraih sesuatu dengan cara instan, bahkan sejak dini. Egoisme anak-anak yang semestinya diarahkan ke hal-hal positif, seperti kerjasama dan keuletan justru dipupuk untuk “menang sendiri”. Dalam “usia emas”, anak-anak penting mendapat pengalaman yang menunjang kepercayaan diri, menumbuhkan motivasi belajar, dan motivasi berprestasi secara benar. 

Bimbingan belajar idealnya diberikan di sekolah. Kalaupun siswa sangat memerlukan pembelajran tambahan dilakukan secara private. Bimbingan belajar diberikan secara situasional, seperti dalam rangka mempersiapkan diri untuk ujian masuk perguruan tinggi, atau untuk seleksi memasuki dunia kerja. Atau dalam rangka kebutuhan khusus minat dan bakat, seperti bahasa Inggris, bahasa asing lainnya, atau bidang seni dan peminatan khusus. 

Bimbingan belajar dalam lembaga bimbingan belajar yang bersifat menetap cenderung kehilangan esensi sebagai salah satu cara memperkaya wawasan dan pendampingan siswa. Ia akan mudah tergelincir menjadi lahan bisnis yang bersifat sangat komersial. 

Histeria massa menghadapi UN juga kerap tercermin dari gejala kesurupan, baik kesurupan beberapa siswa sekolah maupun kesurupan missal. Menjelang UN ada sekolah yang menyelenggarakan kegiatan kerohanian dan doa bersama, acara-cara yang dimaksudkan untuk motivasi, dan sejenisnya. Sekali lagi, ini upaya manusiawi, tetapi jika diselenggarakan secara mendadak mengesankan ketiadaan persiapan sejak awal. 

Harapan Perbaikan 

Bagaimanapun, ujian dalam suatu jenjang pendidikan adalah tahapan penting untuk meraih prestasi di berbagai bidang di kemudian hari. Ujian di sekolah termasuk UN, bukan saja untuk mengukur pencapaian proses pembelajaran secara individual dan pemetaan mutu pendidikan. 

Kelulusan dalam suatu ujian merupakan harapan setiap orang dan bagi siswa yang sedang menempuh UN juga merupakan harapan dan kebanggaan para orang tua. Kelulusan dalam ujian membuka berbagai kemungkinan dan harapan di masa depan yang lebih baik.
Semoga UN 2013 dilaksanakan secara lebih baik, bermartabat, dan bertanggung jawab. Perbaikan secara teknis dan procedural hendaknya dibarengi dengan perbaikan sikap mental menghadapi UN baik bagi siswa, orang tua, guru, dan pejabat birokrasi pendidikan.
Source   

Tantangan Implementasi Kurikulum 2013

Kurikulum baru akan diimplementasikan, mulai tahun pelajaran 2013.2014. Penerapannya pun secara bertahap untuk kelas-kelas awal. Dan khusus di tingkat SD, termasuk kelas IV. Ini untuk menyesuaikan dengan kondisi pembelajaran siswa. 

Tapi, suara penolakan masih terus terdengar. Salah satunya datang dari Koalisi Tolak Kurikulum 2013. Koalisi yang dimotori Indonesian Corruption Watchmendatangi Komisi Pemberantasan Korupsi, (KPK) dan meminta lembaga itu turut mengawasi anggaran implementasi kurikulum baru. Koalisi juga mendatangi DPR dan meminta wakil rakyat memeriksa ulang rencana anggaran. Tujuannya, agar tidak ada penyelewengan anggaran, mengingat besarnya biaya untuk implementasi kurikulum (kompas.com. 26/03). Jadi ini masalah efisiensi dan transparansi anggaran.Sedangkan pemerintah dan DPR belum sepakat bulat terhadap kurikulum 2013, meskipun sesungguhnya itu hanya bersifat artifisial dan prosedural. 

Argumen lain dari pihak-pihak yang menolak implementasi kurikulum 2013 adalah karena tidak ada kajian mendalam, tidak ada evaluasi secara komprehensif atas kurikulum sebelumnya, uji publik dalam waktu yang singkat dan disinyalir hanya formalitas Perdebatan yang bersifat dialektis dan filosofis, akan tetap ada, karena dalam penyusunan kurikulum tersedia banyak konsep dan teori. Terlebih, suatu kurikulum menyangkut berbagai aspek, termasuk sosial, ekonomi, budaya, teknologi. 

Penolakan dan dukungan terhadap kurikulum 2013 lebih merujuk pada sudut pandang sektoral. Mereka yang berkecenderungan pada sikap politik tertentu akan menyoroti kurikulum sebagai komoditas politik. Sebagian lainnya menolak dengan alasan kurikulum 2013 tidak dipersiapkan secara matang. 

Implementasi 

Suka atau tidak, kurikulum 2013 akan menjadi pedoman pendidikan di tanah air. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sudah melakukan berbagai sosialisasi. Berbagai persiapan, seperti penyiapan pelatihan guru, buku pegangan guru, buku paket untuk siswa , dan sebagainya. 

Disadari bahwa guru merupakan kunci utama keberhasilan proses pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu, harapan keberhasilan pendidikan sering dibebankan pada guru. Salah satu hal mendasar yang penting disikapi oleh guru adalah kesiapan mental terhadap perubahan. Guru tidak boleh terjebak dalam rutinitas dan formalitas. Masih banyak guru yang enggan mengupdate informasi atau meningkatkan pengetahuan dan keterampilan terkait profesi. Di lapangan masih banyak guru yang belum selesai dengan urusannya sendiri. Masih sibuk untuk hal-hal yang di luar konteks menciptakan pembelajaran yang efektif.  

Globalisasi telah menembus batas-batas ruang dan waktu. Dinamika yang demikian cepat di bidang teknologi dan informasi, menuntut tindakan antisipasi dan adaptasi yang cepat. Perkembangan sosial budaya, pengetahuan, teknologi, telah membawa kehidupan siswa pada suatu tahapan kehidupan yang lebih cepat dari usianya. 

Substansi suatu kurikulum adalah program pendidikan yang bertujuan membentuk siswa berkarakter, bertanggung jawab, pantang menyerah, dan tertanam jiwa nasionalisme.
Penerapan kurikulum 2013 menjadi tantangan sekaligus peluang bagi guru untuk mewujudkan cita-cita pendidikan. Tenaga pendidikan dan kependidikan ditantang untuk menjembatani kondisi ideal dan kondisi nyata dunia pendidikan. 

Evaluasi 

Model dan pendekatan pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa sebenarnya sudah dikenalkan sejak akhir 1980-an. Dulu dikenal istilah Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA). Dan sampai kini, model dan pendekatan CBSA sebenarnya juga masih menjadi perhatian utama. Tapi sampai di mana praktik itu mencapai tujuan hakikinya?. Siswa aktif itu seperti apa? Bagaimana mau aktif, kalau gurunya saja masih seperti dulu, seperti dulu dia diajar oleh gurunya. 

Sekarang yang diperlukan adalah optimalisasi peran guru. Selain itu juga partisipasi dan keterlibatan semua komponen masyarakat. Dunia pendidikan harus fokus mengerahkan sumber daya kependidikan untuk implementasi kurikulum. Segala sumber daya harus dikelola sesuai kaidah-kaidah pedagogik dan ilmiah. 

Guru harus mengikuti perubahan dengan mengubah pola pikir terbuka terhadap perubahan. Guru wajib mengikuti atau disertakan dalam program pelatihan dan pengembangan profesi yang bersifat periodik. Guru dan tenaga kependidikan hendaknya dapat mengikuti pelatihan-pelatihan, seminar-seminar, maupun kunjungan studi. Guru secara pribadi, dan sekolah secara kelembagaan, harus mencari solusi dan langkah-langkah strategis agar guru dapat mengikuti berbagai program peningatan pengetahuan dan keterampilan guna menunjang pembelajaran. 

Guru secara pribadi juga harus termotivasi dan tak segan mengeluarkan biaya untuk pengembangan potensi didi. Studi banding penting untuk memperoleh patokan atas apa yang telah dilakukan dan apa-apa saja yang dilakukan oleh sekolah lain. Guru juga perlu menambah durasi membaca buku atau hasil-hasil penelitian tentang pembelajaran dan pendidikan. Sekolah hendaknya dapat memiliki majalah pendidikan dan media komunikasi bagi guru yang idealnya menjadi sarana penyebarluasan informasi dan berbagi pengalaman.
Reorientasi forum guru seperti MGMP diari orientasi proyek ke orientasi proses dan kinerja.  

Di beberapa daerah, MGMP lebih bersifat formalistis dan berorientasi proyek. Secara konseptual forum sejawat semacam MGMP merupakan media yang efektif untuk penyebarluasan informasi dan pengetahuan tentang profesi. Dukungan pemerintah terhadap MGMP seharusnya berorientasi pada proses dan kinerja kegiatan. Melalui forum seperti itu akan lahir inovasi dan pembaruan-pembaruan yang belum pernah ada. Forum sejawat juga menjadi pijakan bagi loncatan pengetahuan dan pengalaman para guru.

Untuk Seorang Anak

BAGUS DIBACA BUAT INTROPEKSI DIRI SEORANG ANAK :
  • Anak terkadang berfikir orang tuanya pilih kasih terhadap saudaranya 
  • Anak terkadang merasa terkekang oleh orang tuanya
  • Anak terkadang merasa lebih pintar dan membantah nasihat orang tuanya 
  • Anak terkadang merasa bahwa dirinya tidak di sayang 
  • Anak terkadang memperhitungkan ­segala sesuatu yang telah ia lakukan untuk orang tuanya 
  • Anak terkadang membingungkan harta warisan 
  • Anak terkadang menganggap remeh sesuatu pekerjaan yang telah diberikan 
  • Anak terkadang membentak orang tuanya saat berbicara  

8 Fakta yang Tidak Diketahui Oleh Anak :
  • Anak sering tidak mengerti jika di balik sepengetahuannya orang tuanya selalu memuji anak di depan saudaranya 
  • Anak sering tidak mengerti bahwa semua yang dilakukan orang tuanya hanya untuk kebaikan masa depan anak 
  • Anak sering tidak mengerti bahwa orang tuanya telah menjalani kehidupan yang lebih keras dibanding anak 
  • Anak sering tidak mengerti bahwa di setiap doa dan harapan orang tua nama anak selalu di ingat dan disebut 
  • Orang tua jarang sekali memberitahukan mengenai pengorbanannya selama melahirkan anda 
  • Orang tua telah mempersiapkan warisan terbaik (tidak selalu harta) untuk anaknya, hanya tinggal menunggu waktu yang tepat untuk menyerahkan 
  • Orang tua tidak rela melihat anaknya hidup bersusah-susah di tempat orang lain. 
  • Anak tidak mengerti setiap kali ia membentak, hati orang tua akan bergetar dan menyebabkan umurnya lebih pendek

Belajar Keikhlasan

Ikhlas itu kata yang mudah diucapkan, tetapi sulit dilaksanakan. Karena itu, kita perlu belajar dan membiasakan diri menjadi Mukhlis (orang yang ikhlas). 

Dari segi bahasa, ikhlas itu mengandung makna memurnikan dari kotoran, membebaskan diri dari segala yang merusak niat dan tujuan kita dalam melakukan suatu amalan.

Ikhlas juga mengandung arti meniadakan segala penyakit hati, seperti syirik, riya, munafik, dan takabur dalam ibadah. Ibadah yang ikhlas adalah ibadah yang dilakukan semata-mata karena Allah SWT.

Ungkapan “semata-mata karena Allah SWT” setidaknya mengandung tiga dimensi penghambaan, yaitu niatnya benar karena Allah (shalih al-niyyat), sesuai tata caranya (shalih al-kaifiyyat), dan tujuannya untuk mencari rida Allah SWT (shalih al-ghayat), bukan karena mengharap pujian, sanjungan, apresiasi, dan balasan dari selain Allah SWT.

Beribadah secara ikhlas merupakan dambaan setiap Mukmin yang saleh karena ikhlas mengantarkannya untuk benar-benar hanya menyembah atau beribadah kepada Allah SWT, tidak menyekutukan atau menuhankan selain- Nya. “Sembahlah Allah dan jangan kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun” (QS An-Nisa’ [4]: 36). 

Jika ikhlas sudah menjadi karakter hati dalam beramal ibadah, niscaya keberagamaan kita menjadi lurus, benar, dan istiqamah (konsisten). (QS Al-Bayyinah [98]: 5). Selain kunci diterima tidaknya amal ibadah kita oleh Allah SWT, ikhlas juga membuat “kinerja” kita bermakna dan tidak sia-sia. Kinerja yang bermakna adalah kinerja yang berangkat dari hati yang ikhlas.

Menurut Imam Al-Ghazali, peringkat ikhlas itu ada tiga. Pertama, ikhlas awam yakni ikhlas dalam beribadah kepada Allah karena dilandasi perasaan takut kepada siksa-Nya dan masih mengharapkan pahala dari-Nya.

Kedua, ikhlash khawas,ialah ikhlas dalam beribadah kepada Allah karena dimotivasi oleh harapan agar menjadi hamba yang lebih dekat dengan-Nya dan dengan kedekatannya kelak ia mendapatkan “sesuatu” dari-Nya.

Ketiga, ikhlash khawas al-khawas adalah ikhlas dalam beribadah kepada Allah karena atas kesadaran yang tulus dan keinsyafan yang mendalam bahwa segala sesuatu yang ada adalah milik Allah dan hanya Dia-lah Tuhan yang Mahasegala-galanya.

Ikhlas merupakan komitmen ter ting gi yang seharusnya ditambatkan oleh setiap Mukmin dalam hatinya: sebuah komitmen tulus ikhlas yang sering dinyatakan dalam doa iftitah. (Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku semata-mata karena Allah Tuhan semesta alam). (QS Al-An’am [6]: 162). 

Sifat dan perbuatan hati yang ikhlas itu merupakan perisai moral yang dapat menjauhkan diri dari godaan setan (Iblis). Menurut At-Thabari, hamba yang mukhlis adalah orang-orang Mukmin yang benar-benar tulus sepenuh hati dalam beribadah kepada Allah, sehingga hati yang murni dan benar-benar tulus itu menjadi tidak mempan dibujuk rayu dan diprovokasi setan.

Ikhlas sejatinya juga merupakan “benteng pertahanan” mental spiritual Mukmin dari kebinasaan atau kesia-siaan dalam menjalani kehidupan. Ibnu Al-Qayyim Al-Jauziyah berujar, “Amal tanpa keikhlasan seperti musafir yang meng isi kantong dengan kerikil pasir. Memberatkannya tetapi tidak bermanfaat.”

Soal dan Pembahasan UN Fisika SMA 2012 Paket A,B,C,D,E Secara Efektif dan Efesien


Untuk anak-anak SMA kelas XII jurusan IPA yang akan menghadapi UN pada tahun 2013, disini saya berikan contoh pembahasan Soal UN Fisika tahun 2012 yang dibahas secara Efektif dan Efesien sebagai bahan referensi agar kalian mampu mengerjakan soal UN tersebut secara Mudah, Simpel, Efektif, Efesien, Smart. 

Materi ini  saya ambilkan dari blognya pak Anang di http://pak-anang.blogspot.com/, salut untuk beliau yang telah share materi yang sangat bermamfaat untuk siswa-siswa Indonesia.

Pelajari, pahami dengan seksama, karena soal-soal UN umumnya tidak banyak mengalami perubahan SKL tiap tahunnya. Jadi dengan menguasai soal-soal UN sebelumnya kalian takkan begitu terkejut dengan bentuk, model, bobot soal UN yang nantinya akan kalian hadapi. Silahkan download secepatnya. Selamat belajar, semoga sukses!

Download pada link yang saya sediakan dibawah ini :