aguspurnomosite.blogspot.com

aguspurnomosite.blogspot.com
Berpikir Luas Membuka Cakrawala Kehidupan! Berusaha Memberikan Yang Terbaik Untuk Masa Depan! Katakan "Go Go Go SEMANGAT" !!!

Senin, 01 April 2013

Dia Yang Datang Tak Diundang

Berita kematian berada dimana-mana, hampir tiap detik ada kematian, di segala penjuru dunia, kematian begitu tergambar jelas dan nyata, di TV, di Internet, di koran dan majalah erita kematian demi kematian. Di Irak, kejahatan penjajah Pemerintah Amerika membuat kematian semakin dekat. Di Irak, kematian dengan berbagai bentuknya,gerilyawan Irak… terus menerus menjemput maut. Darah berceceran di mana-mana,tangis, air mata dan darah, mengabarkan kematian demi kematian.

Di Palestina darah para mujahidin terus membasahi bumi, tak kenal menyerah dan bom bunuh diri menjemput maut dengan caranya sendiri, melawan penjajah Israel tak kenal henti,terkutuklah para penjajah dimana pun kau berada.

Bertahun yang lalu, Tsunami menghantam Aceh 26 Desember 2004 memberitakan kematian dan maut, tak kurang 150.000 jiwa melayang, syahid bagi yang beriman. Tsunami meluluhlantakan Aceh dan sekitarnya, dalam hitungan kilat, ratusan ribu orang nyawanya melayang, memberitakan duka dan gempa bumi di Jogyakarta dan sekitarnya 27 Mei 2006 meluluhlantakan kehidupan, jeritan kematian kembali menggema,tak kurang dari 5000 jiwa melayang,tewas dalam hitungan menit!

Gempa di Haiti telah menghancurkan kehidupan, tak kurang dari 100.000 orang tewas, Malaikat maut memberitakan kehadiranya, peringatan bagi yang masih hidup bahwa kematian datang dengan tiba-tiba, tak di duga. Yang diantisipasi bahaya letusan GunungMerapi, berminggu-minggu penduduk mengungsi, yang ditakuti letusan Gunung Merapi, tapi gempa bumi yang terjadi,tanpa bisa diprediksi, ribuan orang mati.

Malaikat maut bertanya, tak cukupkah berita kematian yang kukirimkan kepadamu? Tak cukupkah kau baca berita kematian yang tiap saat? Tak cukupkah kau melihat di TV berbagai jenis kematian? Tak cukupkah kamu melihat disekelilingmu bahwa kamatian sudah hadir dihadapanmu? Masihkah kau tak mau bertobat? Masihkah kau bangga dengan dosa-dosa?
Masihkah kau tunda untuk beribadah kepadaNya? Masihkah kau terus berpoya-berpoya bergelimang dosa dan noda? Atau kematian datang padamu dan kamu baru bertobat?
Terlambat!

Tanyakan kemana orang tuamu sekarang? Dimana sekarang mereka berada? Tanyakan di mana sebagian saudara, teman dan sahabatmu sekarang? Dimana sekarang mereka berada? Mereka sudah diambil yang punya, mereka sudah kembali kepada pemiliknya, mereka sudah dijemput maut, dengan caranya masing-masing

Malaikat maut bertanya, tidak cukupkan berita kematian yang ku kabarkan setiap hari padamu? Berita kematian sudah ku sampaikan lewat TV, Internet, Cerita, SMS, koran, majalah dan lain sebaginya, masih kau sangsi bahwa aku akan datang padamu? Tanpa pemberitahuan terlebih dahulu, tanpa kau duga, tanpa bisa kau prediksi, tiba-tiba, kau mati! 

“Bila aku datang”, kata Malaikat maut Putuslah semua yang kau banggakan Putuslah semua harapanmu Putuslah semua cita-citamu Putuslah semua yang kau cintai dan mencintaimu Putuslah semuanya, kecuali amal jariah, ilmu yang bermanfaat dan anak yang sholeh Putuslah kamu dengan segala harta benda yang kamu milikiLalu apa yang kamu cari, jika semua akan kau tinggalkan?
Wahai …. pecinta dunia, tak cukupkah kau melihat kematian menari-nari dimatamu? Tak cukupkah kau melihat maut dihadapanmu? Tak cukupkah kau sadari bahwa kematian semakin dekat, bukan semakin jauh? Tidakah kau merasakan bahwa malaikat maut sedang tersenyum padamu? Tidakah merasakan bahwa detak jantungmu bisa tiba-tiba berhenti? Tidakah kau sadari bahwa napasmu bisa tiba-tiba berhenti? Tidakah kau sadari bahwa nyawamu bisa melayang dengan tiba-tiba? Dan tiba-tiba saja rohmu kembali kepadaNya dan kau mati Kapan? Hanya masalah waktu.

Kematian adalah tema yang paling ditakuti, terutama bagi pendosa atau justru tema paling dilupakan dan dijauhkan, mereka takut bila kematian menjelang, kok kematian melulu yang dibicarakan, kan kita masih hidup? Mereka yang lupa akan kematian, akan terus bergelimang dosa, apalagi merasa masih muda. Mereka yang lupa kematian, padahal sudah tua akan terus terus bergelimang dosa, kematian baginya hanya sebatas kata, mati,iItu saja. Ya mati, lalu, kenapa kalau aku mati ? “Itu urusanku”, katanya.

Berita kematian bagi orang-orang seperti itu, hanya sebatas kata-kata, tak merubah apapun, tak ada kata tobat baginya, tak ada kata sadar baginya, tak ada kata ibadah baginya, mari minum, minuman keras, mari bernyanyi, nyanyian keras, mari mabuk, semabuk-mabuknya, lupakan kematian, buat apa ingat kematian? Mari terus pesta, sampai ajal tiba. 

Malaikat Maut tetap tersenyum Melihat orang-orang tak juga sadar Melihat orang-orang tak juga tobat Melihat orang-orang yang bangga dengan dosa-dosa Melihat orang-orang yang tak juga mau sholat 
Malaikat hanya tersenyum, sambil menunggu perintahNya, Malaikat Izroil hanya petugas dan hanya menjalankan tugasNya, bila tak ada perintahNya, malaikat maut hanya diam menunggu, saat Malaikat maut menunggu perintahNya, saat itu nyawamu masih ada, saat itu kesempatan hidup masih ada, saat itu pintu tobat masih terbuka, saat itu bonus Allah masih diberikan padamu, maka pergunakanlah kesempatan emas ini, jangan sia-siakan, pergunakanlah untuk mencari bekal sebanyak-banyaknya, jadikan ladang amal, tebarkanlah benih-benih kebaikan,
carilah ridhoNya.

Saat Malaikat maut menunggu perintahNya, seakan dia berkata: 

Ayo segera tobat Ayo segera kembali kepadaNya Ayo segera sholat Ayo segera berbuat kebaikan Ayo segera beramal sebanyak-banyaknya dan berdoalah Ya Allah … hidup dan kematian keduanya berasal dariMu Engkaulah yang menghidupkan dan Engkaulah yang mematikan Maka hidupkanlah hamba dalam kebaikan Dan matikan hamba juga dalam kebaikan, amin.
Reff : eramuslim.com

Enam Prinsip Pendidikan Karakter Islami

Pendidikan Karakter adalah sesuatu yang baik. Dalam Islam, karakter identik dengan akhlaq, yaitu kecenderungan jiwa untuk bersikap/bertindak secara otomatis. Akhlaq yang sesuai ajaran Islam disebut dengan akhlaqul karimah atau akhlaq mulia (Mohamed Ahmed Sherif, Ghazali’s Theory of Virtue, 1975), yang dapat diperoleh melalui dua jalan. Pertama, bawaan lahir, sebagai karunia dari Allah. Contohnya adalah akhlaq para nabi. Kedua, hasil usaha melalui pendidikan dan penggemblengan jiwa (SM Ziauddin Alavi, Muslim Educational Thought in The Middle Ages, 1988).

Berdasarkan pengkajian penulis terhadap konsep akhlak Islam yang berlandaskan nash al-Quran dan hadits Nabi serta konsep karakter dalam tradisi empiris-rasional Barat, program pendidikan karakter yang baik seyogyanya memenuhi enam prinsip pendidikan akhlaq, yaitu:

1. Menjadikan Allah Sebagai Tujuan

Perbedaan mendasar antara masyarakat sekular dengan Islam terletak pada cara memandang Tuhan. Masyarakat sekular hanya mengimani “ide ketuhanan” karena ide ini berpengaruh baik bagi perilaku manusia. Mereka tidak ambil pusing apakah yang diimani benar-benar wujud atau sekedar khayalan (Muhammad Ismail, Bunga Rampai Pemikiran Islam, 1993). Sebuah penelitian menunjukkan, 80% responden menyatakan bahwa mencuri tetap salah sekalipun diperintahkan Tuhan (Larry Nucci, Handbook of Moral and Character Education, 2008). Kaum secular mengurung agama dalam interpretasi kemanusiaan. Agama versi sekular tidak dapat menjelaskan keajaiban yang dialami Nabi Ibrahim tatkala menerima wahyu untuk menyembelih putranya.

Islam mengimani Allah sebagai Tuhan yang wujud sehingga ketaatan kepadaNya menjadi mutlak. Islam bukanlah agama sekular yang memasung agama dalam dinding kehidupan privat. Agama tidak diakui sekedar diambil manfaatnya. Agama merupakan penuntun kehidupan dunia menuju keridhaan Allah. “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku.” [QS. al-Dzaariyaat 56]

Keridhaan Allah merupakan kunci sukses kehidupan. Ilmu, kecerdasan, maupun rizki hanya mungkin dicapai apabila Allah menganugerahkannya kepada manusia (Zibakalam-Mofrad, 1999; Alavi, 1975). Untuk menggapai keridhaan Allah inilah, manusia wajib menghiasi diri dengan akhlaq mulia (Sherif, 1975).

2. Memperhatikan Perkembangan Akal Rasional

Perilaku manusia dipengaruhi oleh pengetahuan dan pemahamannya tentang hidup (an-Nabhani, 2002). Pendidikan karakter tidak akan membawa kesuksesan apabila murid tidak memahami makna-makna perilaku dalam kehidupannya. Untuk itu, Islam sangat menekankan pendidikan akal. Allah Swt menyebutkan keutamaan orang-orang yang berpikir dan mempunyai ilmu dalam berbagai ayat, salah satunya adalah QS. at-Thariq [86] ayat 5 (yang artinya): Maka hendaklah manusia memperhatikan (sehingga memikirkan konsekuensinya) dari apakah dia diciptakan?

Akal adalah alat utama untuk mencapai keimanan. Akal harus diasah dengan baik sehingga manusia memahami alasan perilaku baiknya. Pada tahap awal pendidikan, anak-anak memerlukan doktrinasi. Orang tua tidak boleh membiarkan mereka memukul teman atau bermain api walaupun mereka belum memahami alasan pelarangan itu. Namun, sejalan dengan usia, akal manusia mulai mempertanyakan alasan rasional. Keingintahuan ini tidak boleh diabaikan. Salah satu cara untuk mengasah akal adalah dengan perumpamaan dan dialog (Abdullah Nasih Ulwan, Pendidikan Anak Dalam Islam, 1995). 


Rasulullah Saw sering melakukan dialog dengan para sahabatnya dalam rangka mengasah kemampuan akal mereka. Salah satunya tergambar dalam hadist berikut: “Apakah pendapat kalian, jika sebuah sungai berada di depan pintu salah satu dari kalian, sehingga ia mandi darinya sehari lima kali; apakah akan tersisa kotoran pada badannya?” Para sahabat menyahut, “Tidak sedikit pun kotoran tersisa pada badannya.” Nabi melanjutkan, “Demikianlah seperti shalat lima waktu, dengannya Allah menghapus kesalahan-kesalahan.” [HR. Muslim]

Dialog antara pendidik dan anak didik harus selalu dipelihara. Pendidik harus cerdas sehingga mampu mengimbangi pertanyaan-pertanyaan dari anak didik. Pendidik memberikan kesempatan kepada anak didik untuk memikirkan persoalan yang dihadapi dan mengarahkannya pada solusi Islam.

3. Memperhatikan Perkembangan Kecerdasan Emosi

Perilaku manusia banyak terpengaruh oleh kecenderungan emosinya (Elias dkk, 2008; Narvaez, 2008). Pendidikan karakter yang baik memperhatikan pendidikan emosi, yaitu bagaimana melatih emosi anak agar dapat berperilaku baik. Penelitian menunjukkan bahwa program pendidikan karakter yang efektif harus disertai dengan pendidikan emosi (Elias dkk, 2008; Kessler & Fink, 2008).

Ketika seorang pemuda datang meminta ijin berzina, Rasulullah Saw tidak menghardik pemuda ini atas kegagalannya memahami larangan zina secara kognitif. Nabi Saw menyentuh faktor emosinya dengan mengatakan, “Sukakah dirimu jika seseorang menzinai ibumu?” Sang pemuda menjawab, tidak. Maka Nabi mengatakan, “Sama, orang lain juga tidak suka ibunya kamu zinai. Sukakah dirimu jika seseorang menzinai putrimu?” Sang pemuda terkejut dan secara tegas menolaknya. Nabi Saw melanjutkan, “Sama, orang lain juga tidak suka jika putrinya kamu zinai.” Nabi Saw memahami gejolak sang pemuda dan memilih menyentuh faktor emosinya. Sang pemuda diarahkan untuk merasakan bahwa apa yang hendak dilakukannya akan menyakiti orang lain.

Pembangunan kecerdasan emosi juga Rasulullah Saw lakukan melalui upaya meningkatkan kedekatan hamba kepada Allah Swt. Disebutkan dalam sebuah hadits qudsi: “Jika seorang hamba bertaqarrub kepadaKu sejengkal, Aku mendekatinya sehasta. Jika ia mendekatiKu sehasta, Aku medekatinya sedepa. Jika ia mendekatiKu dengan berjalan, maka Aku mendekatinya dengan berlari.” (Shahih Bukhari)

Kecerdasan emosi anak didik harus mendapatkan perhatian. Emosi anak yang ditekan dapat menjadikan anak tumbuh sebagai individu yang masa bodoh (al-Naqib, 1993). Kehebatan akal yang tidak didukung dengan kecerdasan emosi menyebabkan manusia melakukan tindakan spontan yang bertentangan dengan rasional dan nilai-nilai akhlaq.

4. Praktik Melalui Keteladanan dan Pembiasaan

Lingkungan masyarakat yang mempraktikkan akhlaqul karimah merupakan bentuk keteladanan dan pembiasaan terbaik. Penelitian menyebutkan bahwa perilaku anak lebih ditentukan oleh lingkungannya daripada kondisi internal si anak (Leming, 2008). Keteladanan dan pembiasaan merupakan faktor utama dalam mengasah kecerdasan emosi (Narvaez, 2008).

Dalam mendidik karakter umat Islam, Rasulullah Saw menjadikan dirinya suri teladan terlebih dahulu sebelum menuntut umatnya mempraktikkannya. Prinsip inilah yang harus dipegang teguh oleh para pendidik. Bahkan, para teladan harus menunjukkan kebaikan yang lebih besar dari apa yang dituntut atas anak-anak sehingga anak-anak menjadi lebih termotivasi dalam menjalankan kebaikan.

Keteladanan Rasululullah Saw ditegaskan Allah Swt dalam firmanNya di Surat al-Ahzab ayat 21: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.

Dalam kehidupan sehari-hari, Rasulullah Saw selalu berpegang teguh kepada perilaku terpuji sesuai ajaran Islam, sehingga Aisyah ra. menyatakan: “Akhlaq Rasulullah Saw adalah (sesuai) al-Qur’an.” (HR. Muslim)

Selain memberikan keteladanan, Rasulullah Saw menyuruh para orang tua untuk membiasakan anak-anak menjalankan perintah agama sejak kecil, walaupun mereka baru terkena beban agama setelah baligh. Dalam sebuah hadist Nabi Saw bersabda: “Perintahkanlah anak-anak kalian untuk melaksanakan shalat apabila sudah mencapai umur tujuh tahun, dan apabila sudah mencapai umur sepuluh tahun maka pukullah mereka apabila tidak melaksanakannya, dan pisahkanlah mereka dalam tempat tidurnya.” (HR. Abu Daud & al-Hakim)

Rasulullah Saw memberikan keteladanan sekaligus membiasakan perbuatan baik melalui penerapan Islam dalam kehidupan bermasyarakat. Larangan zina, misalnya, didukung dengan langkah-langkah untuk menjauhkan manusia dari berzina, seperti larangan untuk berdua-duaan, kewajiban untuk menutup aurat, serta pelaksanaan hukuman bagi pelaku zina.

5. Memperhatikan Pemenuhan Kebutuhan Hidup

Karakter tidak dapat dilepaskan dari pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Seseorang yang beristri lebih mudah untuk menghalau keinginan berzina daripada mereka yang membujang. Seseorang yang kenyang akan terhindar dari mencuri makanan. Tindakan kriminalitas sering terjadi akibat tekanan kebutuhan.

Islam memerintahkan negara untuk menjamin kebutuhan pokok masyarakat. Apabila seseorang tidak mampu mendapatkan pekerjaan sendiri, maka negara wajib menyediakan lapangan pekerjaan untuknya. Apabila seseorang tidak mampu bekerja (cacat, tua, gila, dsb) maka Islam mewajibkan keluarganya untuk menanggung hidupnya. Apabila keluarganya tidak mampu atau tidak memiliki keluarga, maka Islam mewajibkan negara untuk mengurusi segala keperluannya (Abdul Aziz Al-Badri, Hidup Sejahtera dalam Naungan Islam, 1995). Rasulullah Muhammad Saw bersabda: “Barangsiapa mati meninggalkan harta, maka itu hak ahli warisnya. Dan barangsiapa mati meninggalkan keluarga yang memerlukan santunan, maka akulah penanggungnya.” (HR. Muslim)

Jaminan atas kebutuhan dasar hidup memberikan rasa aman bagi tiap-tiap individu dalam masyarakat. Masyarakat tidak lagi perlu khawatir biaya sekolah anak cucunya sehingga menumpuk harta melebihi kebutuhannya, bahkan dengan cara-cara tidak halal. Masyarakat lebih rela mengantri apabila ada jaminan bahwa mereka yang mengantri tidak akan kehabisan sembako, tiket, atau kursi. Penumpang pesawat terbang bersedia mengantri dengan tertib karena jatah kursinya sudah terjamin. Penumpang kereta ekonomi tidak mau mengantri karena mereka harus berebut kursi.

6. Menempatkan Nilai Sesuai Prioritas

Pendidikan karakter seringkali tidak efektif karena ada perbedaan prioritas dalam memandang nilai. Ada seorang siswa laki-laki sekolah menengah trauma ke sekolah akibat digundul secara paksa oleh gurunya. Perbedaan persepsi rambut panjang bahkan pernah berujung menjadi tawuran antara orang tua murid dengan guru

Islam memiliki konsep prioritas perbuatan, yang terbagi dalam 5 (lima) kategori, yaitu wajib, sunnah, mubah, makruh, dan haram. Penilaian moralitas tidak terlepas dari kelima tingkatan prioritas ini. Islam tidak melarang laki-laki berambut panjang, namun mewajibkan merapikan dan menjaga kebersihannya (Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah Jilid 1, 2011). Dalilnya adalah kisah Abu Qatadah ra. yang memiliki rambut panjang dan menanyakan kebolehannya kepada Nabi. Beliau Saw menyuruhnya untuk merapikan dan menyisirnya setiap hari.

Pendidik wajib mengetahui kedudukan tiap-tiap perbuatan sebelum mengambilnya sebagai aturan kedisiplinan. Dalam wilayah yang sunnah, mubah, dan makruh, apabila ada hal yang ingin dijadikan aturan kedisiplinan, maka pendidik harus mengkomunikasikan dan mengikutsertakan anak-anak dalam membuat keputusan sehingga mereka memaklumi manfaat aturan tersebut bagi kelangsungan komunitas dan menjalankannya secara bersungguh-sungguh.

Demikianlah enam prinsip pendidikan karakter. Keenam prinsip ini harus dipenuhi agar pendidikan karakter dapat mencapai kesuksesan.

Ketika Jibril Menjadi Guru

Suatu hari, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sedang duduk-duduk bersama para sahabat-sahabatnya. Namun, saat itu para sahabat dikejutkan dengan kedatangan seorang lelaki secara tiba-tiba yang memakai pakaian putih, berambut yang sangat hitam legam, tidak nampak padanya tanda-tanda perjalanan dan tak ada seorang pun diantara para sahabat yang mengenalnya hingga ia duduk di hadapan Rasulullah. Lalu dia merapatkan lututnya ke lutut Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan meletakkan kedua telapak tangannya di atas paha Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam seraya bertanya tentang islam, iman, ikhsan, dan hari kiamat.

Setelah menanyakan hal tersebut kemudian orang tadi pergi, para sahabat terdiam dalam waktu yang lama. Kemudian Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bertanya: ”Wahai Umar, tahukah engkau siapa bertanya tadi?" Sahabat menjawab: ”Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui”, yang artinya tidak ada satu pun dari mereka yang mengetahuinya. Rasul Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: ”Sesungguhnya dia adalah Jibril yang datang kepada kalian untuk mengajarkan agama kalian.” Jadi, dialah Jibril yang berperan sebagai guru bagi Rasulullah.

Dalam kisah ini sering disebut ”Hadits Jibril” yang terdapat di dalam Hadits Arba’in yang sering dihafal oleh banyak umat islam. Saat itu, Jibril menyerupai manusia laki-laki dan mengajarkan hal-hal pokok tentang agama islam. Ada satu benang merah yang menarik untuk dijadikan hikmah dalam dunia pendidikan yaitu kesan pertama yang membuat para sahabat berkonsentrasi untuk memusatkan perhatiannya melihat setiap gerakan dan perkataan Jibril selaku sang guru.

Inilah salah satu modal awal pendidik sebagai seorang guru, yakni berusaha membuat siswa-siswinya antusias dan keingintahuan yang tinggi dalam menerima apa yang akan sang guru berikan secara tatap muka ketika berada di dalam kelas. Seperti datangnya Jibril dengan penampilan yang eye catching ketika bertemu dengan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan para sahabatnya.

Penampilan seorang guru dalam proses belajar-mengajar memang bukanlah hal yang paling utama. Akan tetapi sebagai orang yang akan menjadi pusat perhatian di kelas sangat penting untuk menyiapkan diri agar setiap gerak-gerik kita menjadi daya tarik dan motivasi siswa untuk merasa nyaman dan konsentrasi dalam proses pembelajaran.

Pada kenyataannya, masih saja ada guru yang kurang memperhatikan aspek penampilan baik kerapian dan kebersihan sehingga kadang kala siswa menjadi underestimate terhadap guru tersebut. Baju yang lecek, robek bahkan sampai pakaian berubah warna atau ”bule” masih saja sering kita jumpai di lingkungan pendidikan. Padahal, jika kita sadari bahwa guru adalah teladan dan contoh bagi siswa dalam berbagai aktifitas di dalam maupun di luar kelas, maka guru yang “Good Looking” atau enak dipandang akan membuat siswa nyaman dan semangat untuk belajar.

Sehingga, seorang guru diharapkan bisa berpenampilan yang menarik seperti Jibril saat mengajar dihadapan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan para sahabatnya. Karena penting sekali bagi seorang guru untuk menjaga penampilan. Seperti merawat kebersihan badan dan pakaian, kerapian dalam berbusana dan memiliki aroma wangi atau tidak bau badan. Selain itu, guru pun diharuskan menjaga kelembutan dalam bertutur kata. Ini akan menjadi modal awal dalam berinteraksi dengan siswa, sehingga dapat membantu kesiapan anak dalam menerima materi pelajaran yang diberikan. Allahu a’lam

Pelukan Inspirasi

Alkisah, ada seorang siswa yang berpenampilan berbeda dengan teman-teman di kelasnya. Baju seragamnya lusuh dan kusam. Seringkali dia menjadi bahan ejekan teman-temannya. Rasa percaya dirinya terkikis sedikit demi sedikit. 

Suatu ketika, tanpa diduga sebelumnya. Hari itu wali kelasnya mengumumkan jika esok beliau akan pindah mengajar ke kota lain. Keesokan harinya, sebelum sang guru benar-benar pindah meninggalkan sekolah tersebut, murid-muridnya satu persatu memberikan hadiah sebagai kenang-kenangan. Hampir semua memberikan hadiah yang bernilai mahal secara harga. Satu persatu siswanya maju ke depan, memberikan hadiah kepada gurunya dengan perasaan bangga. 

Sampai kemudian tinggal satu siswa yang malu-malu maju ke depan. Teman-temannya, seperti biasa, mengejeknya. Tapi siswa tadi mencoba kuat melangkah ke depan. Dikeluarkannya beberapa barang dari kantong bajunya. Botol minyak wangi yang hanya tinggal sisa sedikit dan sebuah kalung yang sudah lusuh. Dengan perasaan amat cemas diulurkan barang-barang tersebut pada gurunya. Subhanallah. Hanya dalam hitungan detik, sang guru tertegun dan memeluk siswanya tersebut. Tentu saja siswa tadi terperanjat, kaget dan sangat terharu. Dia sangat tidak menyangka. Pemberiaannya yang amat sederhana tersebut diterima sang guru dengan ekspresi kehangatan dan kecintaan yang luar biasa. 

Beberapa tahun kemudian. Ada sepucuk surat diterima seorang guru di kota yang berbeda. Bertanya-tanya guru tersebut, siapa pengirimnya ? Tak sabar, dibukalah amplop surat tersebut dan dibacalah segera. Air mata haru dan bahagia mengalir di kedua pipi sang guru. Ingatannya melayang pada episode kepindahannya ke kota ini beberapa tahun yang lalu. Ternyata keikhlasan dan ekspresi kehangatan menerima hadiah sederhana dari siswanya tadi telah membuat rasa percaya diri pada seorang anak kecil yang selama ini jadi bahan ejekan teman-temannya kembali bangkit. 

Sejak ibu menerima hadiah sederhana tersebut, saya menjadi percaya diri. Bahwa berharganya seseorang bukan karena kemewahan hartanya. Minyak wangi dan kalung itu adalah pemberian terakhir ibu saya sesaat sebelum beliau meninggal. Barang yang sangat saya sayangi. Sejak itu saya belajar dengan giat tanpa memperdulikan ejekan teman. Dan sekarang, alhamdullah saya telah menjadi seorang sarjana. 

Itu adalah sepenggal kisah guru, yang tidak sekedar mengajar. Tapi memberi inspirasi yang luar biasa untuk muridnya. Kalau mau dikategorikan, ada beberapa tipe guru.

Yang pertama, tipe guru baik. Guru yang hanya sekedar mengajar. Guru tipe ini sudah cukup puas jika siswanya yang asalnya tidak mengerti menjadi mengerti. 

Tipe yang kedua adalah tipe guru lebih baik. Guru ini memberi contoh dan keteladanan kepada siswanya. 

Dan tipe guru yang ketiga adalah tipe guru terbaik. Guru tipe ini yang memberi inspirasi dan kekuatan baru untuk siswanya. 

Seperti kisah di atas. Pertanyaannya sekarang adalah, dari ketiga tipe guru tadi, kita para guru termasuk pada katagori tipe yang mana ? Tipe pertama, kedua atau ketiga ? Atau malah tidak masuk dalam 3 katagori tersebut ? Atau hanya sebagai guru yang hanya datang dan memberikan tugas. Datang dan marah-marah. Datang dan mencemooh serta menghukum siswa ? Datang dan membanding bandingkan siswa-siswanya ? Ketika sekarang tren digaungkannya pendidikan berkarakter. 

Sebelum siswanya punya karakter baik tentu para guru harus bisa memberikan keteladanan dan inspirasi kepada siswanya. Tak mungkin siswa dapat berkarakter baik jika para gurunya jauh dari katagori tersebut. Sudah saatnya, kita para guru, menata hati, menata kata, menata sikap dan perilaku agar murid-murid bangga dengan gurunya. Agar bangsa ini segera keluar dari keterpurukannya. 

Mari kita lakukan, sekarang !!. Mohon dinyanyikan seperti lagu  Halo-halo Bandung!
� Halo-halo guru, bangunlah kau guru semua 
� Halo-halo guru, kenapa kau diam saja 
� Sudah lama kita tidak berjumpa denganmu 
� Sekarang, tiba saatnya bangkit dan sadar, 
� Bangunlah guru semua

Kisah Inspiratif Bu Guru Thomson

Kisah berikut ini mudah-mudahan memberikan kita semangat bagaimana untuk menjadi guru yang profesional, guru yang tidak Mengajar “Membaca, menulis dan menghafal dan matematika.” Tetapi Mengajarkan Pendidikan kepada para muridnya. Saksikan kisahnya :

Bertahun-tahun yang lalu, Bu Thomson berdiri didepan siswa kelas V mengucapkan sebuah kata bohong kepada para siswanya dia mengatakan akan mencintai setiap muridnya. Tetapi hal tersebut sebetulnya tak sepenuhnya jujur, karena Teddy yang duduk dibarisan depan adalah seorang anak yang tidak konsentrasi belajar dan kotor. Sebenarnya Bu Thomson sangat ingin dengan pena merahnya menulis diatas rapor Teddy nilai “E”.

Pada suatu hari ketika Bu Thomson sedang memeriksa catatan di rapor para muridnya. Dia sangat terkejut membaca komentar para mantan guru Teddy.

  • Guru di kelas I menulis, “Teddy adalah seorang murid yang cerdas, selalu tersenyum, pekerjaan rumahnya dan catatannya selalu rapi, sangat menghormati orang lain, membuat orang disekelilingnya berbahagia!.”
  • Guru kelas II menulis, “Teddy adalah seorang pelajar yang sempurna, semua teman-teman menyukainya, tetapi ibunya menderita penyakit kanker, kehidupan dirumahnya pasti sangat susah!”
  • Guru kelas III menulis, “Kematian ibunya menimbulkan pukulan berat baginya. Dia sangat rajin belajar, tetapi ayahnya tidak peduli terhadapnya, jika tidak segera diambil tindakan maka kehidupan keluarganya akan segera mempengaruhi pelajarannya. “
  • Guru kelas IV menulis, “Pelajaran Teddy mulai mundur, dia tidak tertarik kepada pelajaran lagi, dia tidak ada teman lagi, terkadang tertidur di ruang kelas.”
Setelah membaca catatan tersebut, Bu Thomson baru menyadari masalah yang sebenarnya. Dia merasa malu dan sangat sedih. Pada saat natal, semua muridnya memberi dia hadiah yang dibungkus dengan kertas kado yang cantik, sedangkan Teddy membungkus hadiahnya dengan kertas koran.

Bu Thomson membuka hadiah Teddy, didepan kelas, hadiahnya adalah sebuah gelang berlian palsu dan sebotol parfum yang tersisa ¼ , murid-murid yang lain mulai menertawakan hadiah dari Teddy, tetapi guru Bu Thomson segera mengambil gelang tersebut dipakai ditangannya dan berkata sangat indah dia menyukai hadiah tersebut, lalu menyemprotkan parfum tersebut ke tangannya.

Hari itu setelah lonceng pulang berbunyi, Teddy tinggal dikelas dan berkata kepada guru Bu Thomson, “Guru, hari ini engkau wangi seperti ibuku!.” Setelah Teddy pulang, guru Bu Thomson menangis dengan sedih selama satu jam. Setelah hari itu guru Bu Thomson tidak mengajar “Membaca, menulis dan menghafal dan matematika lagi.” Tetapi dia mengajarkan pendidikan kepada para muridnya.

Mulai hari itu dia memberi perhatian khusus kepada Teddy, mencurahkan kasih sayang seperti seorang ibu kandung, Teddy juga mulai hidup kembali, guru Bu Thomson selalu memberi semangat kepadanya, dia semakin tangkas. Di akhir tahun Teddy menjadi murid yang terpintar dikelasnya. Walaupun guru Bu Thomson mengatakan akan mencintai setiap muridnya tetapi Teddy adalah siswa favoritnya.

Setahun kemudian, guru Bu Thomson menemukan secarik kertas yang ditempel dipintu rumahnya, itu adalah tulisan Teddy yang mengatakan “guru Bu Thomson adalah guru yang paling baik yang dijumpai seumur hidupnya!” Setelah 6 tahun berlalu guru Bu Thomson menerima sepucuk surat dari Teddy yang mengatakan dia sudah tamat SMA, dia mendapat juara 3, dia mengatakan guru Bu Thomson tetap adalah guru yang paling baik seumur hidupnya dan guru favoritnya!

Empat tahun kemudian, Teddy menulis bahwa dia telah tamat S1 dan akan melanjutkan ke S2 dia mengatakan guru Bu Thomson tetap guru favorit dan guru yang terbaik selama hidupnya, dan guru Bu Thomson melihat ada tambahan gelar dokter ditanda tangannya.

Cerita ini belum berakhir, pada musim semi tahun ini, Teddy menulis surat lagi, menceritakan bahwa ayahnya sudah meninggal beberapa tahun yang lalu, dia sudah menemukan seorang gadis dan akan menikah dengannya, dia meminta guru Bu Thomson sebagai walinya akan disediakan tempat duduk di posisi orang tuanya. Guru Bu Thomson memenuhi permintaan Teddy, pada hari pernikahan dia memakai gelang berlian palsu pemberian Teddy dan menyemprotkan parfum pemberian Teddy, Teddy teringat itu terakhir kalinya dia bersama ibunya merayakan natal dan ibunya memakai parfum ini.

Ketika mereka merangkul satu sama lain, Prof. Teddy dengan berbisik ditelinga Bu Thomson mengatakan, “Terima kasih guru Bu Thomson engkau telah mempercayai saya, terima kasih karena engkau membuat saya menjadi orang penting, sehingga saya mempunyai kepercayaan diri untuk berubah!” 


Airmata guru Thomsom mengalir dengan deras, dengan lembut dia berkata, “Teddy, kamu salah! kamu yang mengajari saya, sehingga saya mempunyai kepercayaan diri untuk berubah, setelah bertemu denganmu, saya baru tahu bagaimana mengajar!