A. Urgensi Motivasi
Proses pembelajaran dapat dipahami atau dijelaskan dengan menggunakan berbagai teori belajar sebagaimana dibahas dalam bagian terdahulu. Di samping itu proses tersebut dapat pula dijelaskan dengan memperhatikan satu aspek yang penting, yaitu motivasi mahasiswa. Guru sering dirisaukan dengan adanya siswa yang dinilai cerdas tetapi mempunyai prestasi yang sedang–sedang saja. Dalam pembelajaran siswa tersebut kelihatan bosan dan lesu, sedikit sekali menggunakan pikiran untuk memecahkan persoalan yang dikemukakan di kelas, apalagi secara aktif melibatkan diri dalam proses pembelajaran. Salah satu cara memahaminya adalah dengan anlisis yang dikemukakan oleh Romiszowski (1984), bahwa kinerja yang rendah dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang berasal dari dalam dan luar diri siswa.
Keberhasilan belajar dipengaruhi oleh banyak faktor yang berasal dari dalam dan luar diri siswa. Faktor luar misalnya fasilitas belajar, cara mengajar guru, sistem pemberian umpan balik, dan sebaginya. Faktor–faktor dari dalam diri siswa mencakup kecerdasan, strategi belajar, motivasi dan sebagainya.
Motivasi juga dapat dijelaskan sebagai ”tujuan yang ingin dicapai melalui perilaku tertentu”(Cropley, 1985 ). Dalam konsep ini, siswa akan berusaha mencapai suatu tujuan karena dirangsang oleh manfaat atau keuntungan yang akan diperoleh. Motivasi siswa tercermin melalui ketekunan yang tidak mudah patah untuk mencapai sukses, meskipun dihadang berbagai kesulitan. Motivasi juga ditunjukan melalui intensitas untuk kerja dalam melakukan suatu tugas.
Beberapa penelitian tentang prestasi belajar siswa menunjukan motivasi sebagai faktor yang banyak berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar siswa. Tokoh–tokoh pendidikan seperti Mc Clelland (1985), Bandura (1977), Bloom (1980), Weiner (1986), Fyans dan Maerh (1987) melakukan berbagai penelitian tentang peranan motivasi belajar, dan menemukan hasil yang menarik.
Sebagai contoh, dalam studi yang dilakukan Fyans dan Maerh (1987) diantara 3 faktor, yaitu : latar belakang keluarga, kondisi/konteks sekolah dan motivasi, faktor yang terakhir merupakan prediktor yang paling baik untuk prestasi belajar. Walberg dkk (1983) menyimpulkan bahwa motivasi mempunyai kontribusi anatra 11 sampai 20 persen terhadap prestasi belajar. Studi yang dilakukan Suciati (1990) menyimpulkan bahwa kontribusi motivasi sebesar 36 persen, sedangkan McClelland menunjukan bahwa motivasi berprestasi (achievment motivation) mempunyai kontribusi sampai 64 persen terhadap prestasi belajar. Berdasarkan penemuan di atas guru dapat mempertimbangkan untuk melakukan intervensi dalam hal meningkatkan motivasi belajar mahasiswa.
Dari berbagai teori motivasi yang berkembang, Keller (1983) telah menyusun seperangkat prinsip–prinsip motivasi yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran, yang disebut sebagai model ARCS.
Guru sering berasumsi bahwa motivasi belajar siswa merupakan masalah siswa itu sendiri dan siswalah yang bertanggungjawab untuk mengusahakan agar mempunyai motivasi yang tinggi. Namun sebenarnya guru dapat berusaha untuk menetapkan prinsip– prinsip motivasi dalam proses dan cara mengajar, untuk merangsang, meningkatkan dan memelihara motivasi siswa dalam belajar. ARCS model dapat membantu guru untuk melakukan hal tersebut.
Ada empat kategori kondisi motivasional yang harus diperhatikan oleh guru dalam usaha menghasilkan perkuliahan yang menarik, bermakna dan memberikan tantangan bagi siswa. Keempat kondisi motivasional tersebut dijelaskan sebagai berikut :
a. Perhatian (Attention)
b. Relevansi (Relevance)
c. Kepercayaan diri (Confidence),dan
d. Kepuasan (Satisfaction).
Apabila elemen–elemen seperti ini dimasukan dalam rencana perkuliahan, hal ini dapat menstimulir rasa ingin tahu siswa. Namun perlu diperhatikan agar stimulus tersebut digunakan tidak berlebihan, akibatnya stimulus menjadi hal yang biasa dan efektifitasnya hilang.
Strategi untuk merangsang minat dan perhatian siswa :
Yang kedua adalah nilai yang bersifat instrumental, di mana keberhasilan dalam mengerjakan suatu tugas dianggap sebagai langkah untuk mencapai keberhasilan lebih lanjut.
Ketiga, nilai kultural, apabila tujuan yang ingin dicapai konsisten atau sesuai dengan nilai yang dipegang oleh kelompok yang diacu siswa, seperti orang tua, teman, dsb.
Strategi untuk menunjukan relevansi pembelajaran :
Prinsip yang berlaku dalam hal ini adalah bahwa motivasi akan meningkat sejalan dengan menigkatnya harapan untuk berhasil. Harapan ini sering dipengaruhi oleh pengalaman sukses di masa yang lampau. Dengan demikian ada hubungan spiral antara pengalaman sukses dan motivasi. Motivasi dapat menghasilkan ketekunan yang membawa keberhasilan (prestasi), dan selanjutnya pengalaman sukses tersebut akan memotivasi siswa untuk mengerjakan tugas berikutnya.
Strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan kepercayaan diri :
Keberhasilan dalam mencapai suatu tujuan akan menghasilkan kepuasan, dan siswa akan termotivasi untuk terus berusaha mencapai tujuan yang serupa. Kepuasan karena mencapai tujuan dipengaruhi oleh konsekuensi yang diterima, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar diri siswa. Sebagai contoh, dalam kelas Komunikasi, siswa diuji kemampuanya berpidato. Setelah selesai berpidato, iswa merasa puas dan lega karena ternyata dia tidak pingsan seperti yang dikhawatirkanya. Tetapi beberapa saat kemudian konsekuensi dari luar (dari guru) membuatnya merasa malu dan kecewa. Guru mengatakan dia nampak tegang, suaranya hampir tidak terdengar, dan jelas kelihatan tidak berlatih sebelumnya. Dalam hal ini terjadi konflik dalam diri siswa tersebut, dan membuat kepuasaannya hilang.
Peran guru sangat penting dalam menumbuhkan kepuasan belajar siswa. Untuk meningkatkan dan memelihara motivasi siswa guru dapat menggunakan pemberian penguatan (reinforcement) barupa pujian, pemberian kesempatan, dan sebagainya.
Strategi untuk meningkatakan kepuasan :
Keberhasilan belajar dipengaruhi oleh banyak faktor yang berasal dari dalam dan luar diri siswa. Faktor luar misalnya fasilitas belajar, cara mengajar guru, sistem pemberian umpan balik, dan sebaginya. Faktor–faktor dari dalam diri siswa mencakup kecerdasan, strategi belajar, motivasi dan sebagainya.
B. Definisi Motivasi
Istilah motivasi berasal dari kata bahasa Latin movere yang berarti ”menggerakan”. Berdasarkan pengertian ini makna motivasi menjadi berkembang. Wlodkowski (1985) menjelaskan motivasi sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu dan yang memberi arah dan ketahanan (persistence pada tingkah laku tersebut.
Ames dan Ames (1984) didefinisikan motivasi sebagai perspektif yang dimiliki seseorang mengenai dirinya sendiri dan lingkunganya. Sebagai contoh, seorang siswa yang percaya bahwa dirinya memiliki kemampuan yang diperlukan untuk melakukan suatu tugas, akan termotivasi untuk melakukan tugas tersebut. Konsep diri yang positif ini menjadi motor penggerak bagi kemaunnya.
Ames dan Ames (1984) didefinisikan motivasi sebagai perspektif yang dimiliki seseorang mengenai dirinya sendiri dan lingkunganya. Sebagai contoh, seorang siswa yang percaya bahwa dirinya memiliki kemampuan yang diperlukan untuk melakukan suatu tugas, akan termotivasi untuk melakukan tugas tersebut. Konsep diri yang positif ini menjadi motor penggerak bagi kemaunnya.
Motivasi juga dapat dijelaskan sebagai ”tujuan yang ingin dicapai melalui perilaku tertentu”(Cropley, 1985 ). Dalam konsep ini, siswa akan berusaha mencapai suatu tujuan karena dirangsang oleh manfaat atau keuntungan yang akan diperoleh. Motivasi siswa tercermin melalui ketekunan yang tidak mudah patah untuk mencapai sukses, meskipun dihadang berbagai kesulitan. Motivasi juga ditunjukan melalui intensitas untuk kerja dalam melakukan suatu tugas.
Beberapa penelitian tentang prestasi belajar siswa menunjukan motivasi sebagai faktor yang banyak berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar siswa. Tokoh–tokoh pendidikan seperti Mc Clelland (1985), Bandura (1977), Bloom (1980), Weiner (1986), Fyans dan Maerh (1987) melakukan berbagai penelitian tentang peranan motivasi belajar, dan menemukan hasil yang menarik.
Sebagai contoh, dalam studi yang dilakukan Fyans dan Maerh (1987) diantara 3 faktor, yaitu : latar belakang keluarga, kondisi/konteks sekolah dan motivasi, faktor yang terakhir merupakan prediktor yang paling baik untuk prestasi belajar. Walberg dkk (1983) menyimpulkan bahwa motivasi mempunyai kontribusi anatra 11 sampai 20 persen terhadap prestasi belajar. Studi yang dilakukan Suciati (1990) menyimpulkan bahwa kontribusi motivasi sebesar 36 persen, sedangkan McClelland menunjukan bahwa motivasi berprestasi (achievment motivation) mempunyai kontribusi sampai 64 persen terhadap prestasi belajar. Berdasarkan penemuan di atas guru dapat mempertimbangkan untuk melakukan intervensi dalam hal meningkatkan motivasi belajar mahasiswa.
Dari berbagai teori motivasi yang berkembang, Keller (1983) telah menyusun seperangkat prinsip–prinsip motivasi yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran, yang disebut sebagai model ARCS.
Guru sering berasumsi bahwa motivasi belajar siswa merupakan masalah siswa itu sendiri dan siswalah yang bertanggungjawab untuk mengusahakan agar mempunyai motivasi yang tinggi. Namun sebenarnya guru dapat berusaha untuk menetapkan prinsip– prinsip motivasi dalam proses dan cara mengajar, untuk merangsang, meningkatkan dan memelihara motivasi siswa dalam belajar. ARCS model dapat membantu guru untuk melakukan hal tersebut.
Ada empat kategori kondisi motivasional yang harus diperhatikan oleh guru dalam usaha menghasilkan perkuliahan yang menarik, bermakna dan memberikan tantangan bagi siswa. Keempat kondisi motivasional tersebut dijelaskan sebagai berikut :
a. Perhatian (Attention)
b. Relevansi (Relevance)
c. Kepercayaan diri (Confidence),dan
d. Kepuasan (Satisfaction).
C. Perhatian
Perhatian siswa muncul didorong rasa ingin tahu. Oleh sebab itu rasa ingin tahu ini perlu mendapat rangsangan, sehingga siswa akan memberikan perhatian, dan perhatian tersebut terpelihara selama pembelajaran, bahkan lebih lama lagi. Rasa ingin tahu ini dapat dirangsang atau dipancing melalui elemen-elemen yang baru, aneh, lain dengan yang sudah ada, kontradiktif atau kompleks.
Apabila elemen–elemen seperti ini dimasukan dalam rencana perkuliahan, hal ini dapat menstimulir rasa ingin tahu siswa. Namun perlu diperhatikan agar stimulus tersebut digunakan tidak berlebihan, akibatnya stimulus menjadi hal yang biasa dan efektifitasnya hilang.
Strategi untuk merangsang minat dan perhatian siswa :
- Gunakan metode penyampaian pembelajaran yang bervariasi (ceramah, kelompok diskusi, bermain peran, simulasi, curah pendapat, demonstrasi, studi kasus dan lain–lain).
- Gunakan media (multimedia interaktif, power point, film, video, dan sebagainya) untuk melengkapi penyampaian perkuliahan.
- Bila dirasa tepat gunakan humor dalam presentasi pembelajaran.
- Gunakan peristiwa nyata, anekdot dan contoh–contoh untuk memperjelas konsep.
- Gunakan teknik bertanya untuk melibatkan siswa.
D. Relevansi
Relevansi menunjukan adanya hubungan materi perkuliahan dengan kebutuhan dan kondisi siswa. Motivasi siswa akan terpelihara apabila mereka menganggap apa yang dipelajari memenuhi kebutuhan pribadi, atau bermanfaat atau sesuai dengan nilai yang dipegang. Kebutuhan pribadi (basic needs) dikelompokan ke dalam 3 kategori yaitu motif pribadi, motif instrumental dan motif kultural. Yang pertama, nilai motif pribadi (personal motive value) mencakup tiga hal, yaitu :
Kebutuhan untuk berprestasi (needs for achievment),
Kebutuhan untuk memiliki kuasa (needs for power), dan
Kebutuhan untuk berafilisasi (needs for affiliation).
Kebutuhan untuk berprestasi (needs for achievment),
Kebutuhan untuk memiliki kuasa (needs for power), dan
Kebutuhan untuk berafilisasi (needs for affiliation).
Yang kedua adalah nilai yang bersifat instrumental, di mana keberhasilan dalam mengerjakan suatu tugas dianggap sebagai langkah untuk mencapai keberhasilan lebih lanjut.
Ketiga, nilai kultural, apabila tujuan yang ingin dicapai konsisten atau sesuai dengan nilai yang dipegang oleh kelompok yang diacu siswa, seperti orang tua, teman, dsb.
Strategi untuk menunjukan relevansi pembelajaran :
- Sampaikan kepada siswa apa yang akan dapat mereka lakukan setelah mempelajari materi perkuliahan. Ini berarti guru harus menjelaskan tujuan pembelajaran atau indikator pembelajaran yang ingin dicapai.
- Jelaskan manfaat pengetahuan atau ketrampilan yang akan dipelajari dan bagaimana hal tersebut dapat diterapkan dalam pekerjaan nanti.
- Berikan contoh, latihan atau tes yang langsung berhubungan dengan kondisi siswa atau profesi tertentu.
E. Percaya Diri
Merasa diri kompeten atau mampu,merupakan potensi untuk dapat berinteraksi secara positif dengan lingkungan. Bandura (1977) mengembangkan lebih lanjut konsep tersebut dengan mengajukan konsep self-efficacy. Konsep tersebut berhubungan dengan keyakinan pribadi bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk melakukan suatu tugas yang menjadi syarat keberhasilan.
Prinsip yang berlaku dalam hal ini adalah bahwa motivasi akan meningkat sejalan dengan menigkatnya harapan untuk berhasil. Harapan ini sering dipengaruhi oleh pengalaman sukses di masa yang lampau. Dengan demikian ada hubungan spiral antara pengalaman sukses dan motivasi. Motivasi dapat menghasilkan ketekunan yang membawa keberhasilan (prestasi), dan selanjutnya pengalaman sukses tersebut akan memotivasi siswa untuk mengerjakan tugas berikutnya.
Strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan kepercayaan diri :
- Meningkatkan harapan siswa untuk berhasil dengan memperbanyak pengalaman berhasil siswa, misalnya dengan mendesain pembelajaran agar dengan mudah dipahami, diurutkan dari materi yang mudah ke yang sukar. Dengan demikian siswa merasa mengalami keberhasilan sejak awal perkuliahan.
- Organisasikan pembelajaran ke dalam bagian–bagian yang lebih kecil, sehingga mahasiswa tidak dituntut untuk mempelajari terlalu banyak konsep baru sekaligus
- Meningkatkan harapan untuk berhasil dengan menggunakan menyatakan persyaratan untuk berhasil. Hal ini dapat dilakukan dengan menyampaikan tujuan pembelajaran dan kriteria tes atau ujian pada awal pembelajaran. Hal tersebut akan membantu siswa mempunyai gambaran yang jelas mengenai apa yang diharapkan.
- Meningkatkan harapan untuk berhasil dengan menggunakan strategi yang memungkinkan kontrol keberhasilan di tangan siswa sendiri. Kontrak belajar (learning contract) merupakan hal yang harus dilakukan oleh guru dengan siswa. Kontrak belajar hendaknya dengan jelas mencantumkan strategi perkuliahan dan kriteria untuk menentukan berhasil atau tidaknya siswa.
- Tumbuh kembangkan kepercayaan diri siswa dengan mengatakan ”Sepertinya kamu telah memahami konsep ini dengan baik”, serta menyebut kelemahan siswa sebagai ”hal -hal yang masih perlu dikembangkan.”
- Berikan umpan balik yang konstruktif selama pembelajaran agar siswa mengetahui tingkat pemahaman dan prestasi belajar mereka sejauh ini.
F. Kepuasan
Keberhasilan dalam mencapai suatu tujuan akan menghasilkan kepuasan, dan siswa akan termotivasi untuk terus berusaha mencapai tujuan yang serupa. Kepuasan karena mencapai tujuan dipengaruhi oleh konsekuensi yang diterima, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar diri siswa. Sebagai contoh, dalam kelas Komunikasi, siswa diuji kemampuanya berpidato. Setelah selesai berpidato, iswa merasa puas dan lega karena ternyata dia tidak pingsan seperti yang dikhawatirkanya. Tetapi beberapa saat kemudian konsekuensi dari luar (dari guru) membuatnya merasa malu dan kecewa. Guru mengatakan dia nampak tegang, suaranya hampir tidak terdengar, dan jelas kelihatan tidak berlatih sebelumnya. Dalam hal ini terjadi konflik dalam diri siswa tersebut, dan membuat kepuasaannya hilang.
Peran guru sangat penting dalam menumbuhkan kepuasan belajar siswa. Untuk meningkatkan dan memelihara motivasi siswa guru dapat menggunakan pemberian penguatan (reinforcement) barupa pujian, pemberian kesempatan, dan sebagainya.
Strategi untuk meningkatakan kepuasan :
- Gunakan pujian secara verbal dan umpan balik yang informatif, bukan ancaman atau sejenisnya.
- Berikan kesempatan kepada siswa untuk segera menggunakan atau mempraktikkan pengetahuan yang baru dipelajari
- Minta kepada siswa yang telah menguasai suatu keterampilan atau pengetahuan untuk membantu teman–temannya yang belum berhasil.
- Bandingkan prestasi siswa dengan prestasinya sendiri di masa lalu atau dengan suatu standar tertentu, bukan dengan siswa lain.
Sourcce : tirman.wordpress.com