aguspurnomosite.blogspot.com

aguspurnomosite.blogspot.com
Berpikir Luas Membuka Cakrawala Kehidupan! Berusaha Memberikan Yang Terbaik Untuk Masa Depan! Katakan "Go Go Go SEMANGAT" !!!

Selasa, 29 Januari 2013

Wanita Yahudi Australia Beralih Ke Islam Karena Menonton Film Malcolm X

Malcolm-X. Siapa tak kagum dengan sosok pria Afro-Amerika Muslim tersebut dalam memperjuangkan hak warga kulit hitam. Dia juga dikenal sebagai tokoh antirasisme yang menginspirasi banyak orang.

Meski telah wafat sekitar 47 tahun silam, buku dan film biografinya mengekalkan visi antirasisme dan nilai humanis Islam yang ia seru selama hidupnya. Sara, wanita Australia keturunan Yahudi, adalah salah seorang yang mendapat semangat sang Malcolm.

Saat itu, Sara baru berusia 22 tahun. Bersama teman-teman kuliahnya, ia menonton film Malcolm-X yang dirilis pada 1992. Selama film diputar, tak ada yang dirasakan Sara kecuali rasa kagum. Ia bahkan berlutut selama berjam-jam di sebuah lorong sepulang menonton film, mematung dan tak mampu bergerak apalagi berkatakata. “Saat itu aku benar-benar sangat tersentuh hingga aku berlutut di lorong jalan. Aku tak tahu mengapa melakukan itu. Banyak orang menatapku, tapi aku hanya ingat melakukan itu karena sangat tersentuh,” kata Sara.

Dalam film itu, ia mengaku sangat terkesan dengan scene yang mengisahkan perjalanan Malcolm ke Tanah Suci. Saat berhaji, Malcolm yang sebelumnya menganggap warga kulit putih adalah setan, menyadari bahwa di hadapan Allah Subhanahu Wa Ta’ala, seluruh bangsa, baik kulit putih maupun hitam, adalah sama. Mereka sama-sama menyerahkan diri, beribadah kepada-Nya. Malcolm pun menyadari bahwa memperjuangkan hak warga kulit hitam bukanlah dengan membenci warga kulit putih.

“Perjalanan haji telah membuka cakrawala berpikir saya. Saya melihat hal yang tidak pernah saya lihat selama 39 tahun hidup di Amerika Serikat. Saya melihat semua ras dan warna kulit bersaudara dan beribadah kepada satu Tuhan tanpa menyekutukannya. Kebenaran Islam telah menunjukkan kepada saya bahwa kebencian membabi buta kepada semua orang putih adalah sikap yang salah seperti halnya jika sikap yang sama dilakukan orang kulit putih terhadap orang kulit hitam,” kata Malcolm dalam film itu.

Ada dua hal yang membuat Sara tersentuh dari kata-kata itu. Pertama, seorang tokoh besar seperti Malcolm mengakui kesalahannya terkait pandangannya mengenai kulit putih. Kedua, fakta yang diungkap Malcolm bahwa tak ada perbedaan etnis dalam Islam. “Aku terkesan dengan kerendahan hatinya. Aku juga terkesan pada fakta bahwa ia (Malcolm) ketika pergi ke Makkah menyatakan, ‘Wow, di sini adalah tempat di mana ada kesetaraan ras.’ Hal itu benar-benar menginspirasi aku,” ujar Sara.

Meski berdarah Yahudi, Sara mengakui, keluarganya bukanlah penganut agama Yahudi yang taat. Kakeknya merupakan Yahudi murtad yang beralih ke agama Mormonisme. Ibunya pun seorang misionaris Mormon. Na un, keduanya bahkan seluruh keluarganya tak benar-benar meyakini agama mana pun, namun tak pula mengakui sebagai penganut ateis.

“Jadi, aku dibesarkan tanpa agama mana pun dengan benar, kecuali apa yang aku kira menjadi budaya Australia, seperti pergi ke sekolah Minggu dan sebagainya,” kenang Sara. Saat beranjak dewasa, Sara pindah ke Sydney untuk kuliah dan bekerja. Di sanalah ia menonton Malcolm-X, sebuah film yang mengawali perjalanan panjangnya mengenal Islam.

Sepucuk Undangan
Beberapa tahun setelah menonton film itu, Sara belum benar-benar menemukan kesejatian Islam. Namun, ia menjadi penggemar berat sosok Malcolm-X yang notabene seorang Muslim. Ia pun terus bertanya-tanya dan penasaran akan agama Islam. Namun, pernikahannya dan kesibukan berkeluarga melupakan sejenak rasa penasaran Sara.

Hingga suatu hari, ia mendapat undangan untuk menghadiri kegiatan “Hari Dakwah” yang diselenggarakan sebuah komunitas Muslimah. Kegiatan tersebut bertujuan menjembatani kesenjangan antara Muslim dan non-Muslim, terutama menyusul merebaknya kesalahpahaman terhadap Islam pascaperistiwa 11 September. Mendapati undangan dari sebuah milis (mailing list) tersebut, Sara pun teringat kembali akan ketertarikannya pada Islam. “Aku pun mengikuti kegiatan itu.”

Tiba di lokasi acara, Sara mendapati seluruh wanita mengenakan jilbab. Bahkan, wanita pertama yang menyambutnya di depan pintu memakai burqa hingga seluruh tubuhnya tertutup. Namun, Sara tak merasa terganggu.“Justru setiap saya melihat wanita yang mengenakan burqa atau niqab (cadar), saya menilai ia seorang yang amat religius,” ujar ibu dua anak tersebut.

Sara mengikuti acara dari awal hingga usai. Ia terhanyut dengan pengetahuan Is lam yang ia dapatkan di sana. Sebuah pengetahuan yang menurutnya tak mungkin diperoleh di bangku pendidikan. Sebuah pengetahuan yang sangat berharga, layaknya harta karun yang selama ini tak pernah dilihatnya. Ia benar-benar mendapat hari yang sangat menakjubkan.

Rasa takjub Sara pun memuncak saat di bacakan ayat-ayat Al-Quran. Saat itulah, ia merasa menyesal mengapa selama ini tak pernah membaca kitab suci umat Islam ini, padahal telah banyak buku agama yang ia baca. “Aku merasa ingin menangis. Itu (Al-Quran) begitu indah dan saya berpikir itu adalah hal paling suci yang pernah saya dengar.”

Sepulang mengikuti kegiatan itu, Sara diam-diam membaca Al-Quran. Selama beberapa bulan, ia terhanyut dengan isi Al-Quran yang begitu menakjubkan. Meski belum bersyahadat, Sara merasa ingin melakukan apa yang ia baca. Ia pun mulai mengenakan pakaian tertutup meski belum berjilbab. Ia bersilaturahim dengan menemui komunitas Muslim.

Perubahan Sara mulai dirasa janggal oleh sang suami. Sara pun mulai mencoba membicarakan tentang Islam pada suaminya, namun tak pernah berhasil. Sang suami selalu menganggap pembicaraan tentang Islam sebagai omong kosong dan angin lalu.

Bersyahadat Bersama Suami
Terkejut. Itulah yang dirasakan Sara tatkala suatu hari suaminya yang selama ini enggan membicarakan Islam tiba-tiba ingin bersyahadat bersamanya. Hal tersebut ber mula saat ayah mertua Sara meninggal dunia. Beberapa saat setelah kabar kematian itu datang, suaminya mendapat kiriman Alquran dari seorang teman Sara di kegiatan “Hari Dakwah”. Pasangan suami istri ini kemudian takziah ke Melbourne, tempat jenazah dimakamkan.

Di tengah kedukaan, Sara terkesima dengan pengurusan jenazah Muslim yang sangat sederhana. Meski suami Sara bukan seorang Muslim, ia merupakan keturunan Tur ki Muslim. “Saya sangat terkesan, itu sangat sederhana, indah. Orang-orang menempatkan ayah di liang lahat dengan tangan mereka. Hal itu benar-benar membuat saya tersentuh. Saya pikir itu benar-benar indah. Jadi, itu semua adalah bagian yang juga datang dari Islam,” kata Sara.

Sepulang dari pemakaman, Sara berbincang dengan sang suami di dalam mobil. Sara menyatakan telah memantapkan hati untuk bersyahadat dan benar-benar akan memeluk agama Islam. “Aku ingin melantunkan syahadat hari ini,” ujar Sara kepada sang suami.

Sungguh mengejutkan karena Sara tak mendapati penolakan ataupun penyangkalan dari sang suami. Lebih mengejutkan lagi, suaminya juga menyatakan keinginan untuk menjadi Muslim. “Aku terkejut sekaligus gembira. Selama ini, aku khawatir apa yang akan terjadi jika aku menjadi seorang Muslim sementara suami tak menginginkannya.”

Malam itu, Sara bersama suami memasuki masjid. Disak sikan sejumlah kerabat dan teman, mereka duduk di depan seorang imam. Keduanya pun mengucapkan syahadat, meyakini satu tuhan, yaitu Allah Subhanahu Wa Ta’ala, dan memulai perjalanan hidup sebagai seorang Muslim dan Muslimah. (Dz/disadur dari kisah Muallaf)

2 PRIA INI COBA MERASAKAN SAKITNYA MELAHIRKAN, MENYERAH DALAM 2 JAM


Allah berfirman : “Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan.” (QS. Al-Ahqaaf, 46:15)
Melahirkan, terutama melalui proses normal, merupakan salah satu momen terberat sekaligus membahagiakan untuk wanita. 

Dua pria asal Belanda ini pun mencoba merasakan seperti apa sakitnya melahirkan. Seperti dikutip Daily Mail, dua pria tersebut bernama Dennis Storm dan Valerio Zena. Keduanya merupakan presenter sebuah acara televisi di Belanda, Proefkonijnen (Guinea Pigs). Dalam salah satu episode acara televisi itu, Storm dan Zena tertarik mencoba merasakan seperti apa sakitnya melahirkan. Hal itu karena berdasarkan informasi yang mereka dengar ‘melahirkan merupakan aktivitas paling menyakitkan’. Storm dan Zena kemudian diminta berbaring di tempat tidur. Seorang suster tampak memasang sebuah alat di perut mereka yang bisa menimbulkan sensasi kontraksi. Kontraksi yang dirasakan keduanya akan sama persis seperti yang dirasakan wanita ketika akan melahirkan.

“Apakah menurutmu rasa sakitnya akan membuat kami berteriak,” tanya Zena pada perawat. “Ya, sudah pasti akan membuatmu berteriak,” jawab sang suster.

Jawaban sang suster itu benar-benar menjadi kenyataan. Tidak berapa lama setelah duo presenter itu diberikan kontraksi palsu, mereka mengalami kesakitan. Meskipun Zena dan Storm tampak tertawa dan banyak bercanda selama proses eksperimen itu, wajah keduanya tidak bisa menyembunyikan sakit yang dirasakan. Dalam tayangan video tersebut tampak duo presenter itu merasakan sakit yang teramat-sangat. Storm bahkan sampai dipegangi tangannya oleh pasangannya ketika sakit kontraksi palsu itu datang.

Alhasil dalam dua jam, Storm dan Zena memilih menyerah. Proses melahirkan yang menyakitkan itu sampai membuat Zena berpikir apakah dia ingin punya anak karena istrinya akan melalui proses yang menyiksa tersebut.

Storm dan Zena bukan pria yang pertama kali menjalani eksperimen untuk mencoba merasakan sakitnya melahirkan. 

Sebelumnya pada 2009, Dr Andrew Rochford pernah mencoba hal serupa untuk sebuah acara televisi di Australia. Dalam dua jam, wajah sang dokter sudah pucat dan dia pun jadi paham kenapa wanita kerap memaki saat menjalani proses melahirkan. 

Sahabat, betapa benar apa yang disampaikan Al-Qur’an dan Al-Hadits tentang keutamaan ibu. Dan, betapa dahsyatnya sakit yang dirasakan saat ibu melahirkan kita.

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia(Allah) dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya . Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (QS al-Israa’ [17]: 23).

Allah mengajarkan kepada kita agar berbuat baik dan berbakti kepada kedua orang tua. Untuk mengatakan kepada keduanya “ah” ( perkataan yang dapat menyakiti hati keduanya ) saja kita tidak diperkenankan apalagi yang lebih dari itu.

Pernah suatu ketika datang seorang laki-laki kepada Rasulullah saw, ia bertanya kepada Rasulullah saw,” Ya Rasulullah, siapa dari manusia yang paling berhak aku utamakan? Rasulullah saw bersabda “Ibumu”. Laki-laki tersebut bertanya kembali, “kemudian siapa lagi?” Rasulullah saw bersabda, “kemudian ibumu”. Laki-laki tersebut betanya kembali, “kemudian siapa lagi?” Rasulullah bersabda, “kemudian ibumu”. “Kemudian siapa lagi?” Rasulullah bersabda, “kemudian ayahmu”. (HR Muslim ).

Imam Al-Qurthubi dalam tafsirnya “Al-Jami’ul Al-Ahkamil Qur’an” mangatakan bahwasanya hadits tersebut menunjukan tiga kecintaan dan pengorbanan seorang ibu.

Ketiga perakara itu, pertama adalah pengorbanan seorang ibu ketika dalam keadaan hamil, kedua adalah pengorbanan ketika melahirkan, dan ketika adalah pengorbanan ketika menyusui serta mendidik anak.

Ketiga perkara tersebut dilakukannya seorang diri.
Terimakasih ibu, semoga Allah menjagamu di dunia dan di akhirat mendapat surga.

Apa hikmah yang dapat kita ambil dari artikel ini sobat2 sekalian ?

Jasa-jasa dari seorang ibu tak terbalaskan sampai kapanpun… :’)
Sumber: dailymail

GAYA HIDUP HAMBA ALLAH DAN HAMBA DUNIA

Gaya Hidup sederhana adalah ciri penampilan Rasulullah SAW, seorang yang bukan hanya nabi, tetapi beliau juga seorang pemimpin tertinggi dalam negara Madinah.

Kalau mau diukur-ukur, sebenanya Rasulullah SAW bukan termasuk orang miskin dan tidak punya, sebaliknya beliau seharusnya termasuk jajaran orang paling kaya di Madinah. Sebab menurut sebuah analisa, beliau punya hak 20% dari setiap harta rampasan perang yang didapat. Sebagaimana ayat tentang khumus berikut ini:

Ketahuilah, sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai rampasan perang, maka sesungguhnya seperlima untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan ibnussabil, jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang kami turunkan kepada hamba Kami di hari Furqaan, yaitu di hari bertemunya dua pasukan. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. Al-Anfal: 41)

Seperlima atau 20% itu sangat banyak, apalagi diambil dari harta rampasan perang atas penaklukan. Tentunya nilainya sangat besar dan halal, karena memang telah ditetapkan langsung oleh Allah SWT.

Logikanya, kalau seandainya Rasulullah SAW mau tampil keren, baju mahal, rumah mentereng, isterinya yang banyak itu semua dipakaikan gelang emas sebesar pelek becak, bisa-bisa saja dan sah-sah saja. Wong duitnya duit dia sendiri, halal pula. Urusan orang lain pada hidup miskin, kan perlu proses.

Tapi tidak…

Beliau tidak pernah tampil keren dengan baju yang mahal. Beliau justru merasa lebih nyaman untuk tampil seadanya. Toh, tampil sederhana dan seadanya, tidak akan membuat orang menghina dan atau merendahkannya. Dan musuh-musuh beliau tidak pernah menyerang beliau dari sisi kemiskinan dan kesederhanaan. Pembangkangan kaumnya bukan karena beliau miskin dan tampil sederhana.

Sudah bukan hal yang aneh kalau beliau pernah kelaparan berbulan-bulan, sampai harus mengganjal perutnya dengan batu. Coba pikirkan, seumur-umur kita jadi rakyat miskin di Indonesia, rasanya kalau sampai harus mengganjal perut dengan batu karena lapar, rasanya kok belum pernah kan ya?

Tapi itulah Muhammad SAW, seorang kepala negara yang di tangannya ada kekuasaan tertinggi di seluruh jazirah Arabia. Tapi dapurnya pernah tidak mengepulkan asap selama tiga bulan.

Lalu ke mana hartanya yang seabrek-abrek itu, kenapa tidak dibuat untuk mensejahterakan dapurnya? Jawabnya bahwa harta itu meski menjadi haknya, tapi tidak pernah sampai ke rumahnya. Semua kembali diserahkan kepada fakir miskin. Dan isteri-isteri beliau ridha akan hal itu.

Jadi cerita nabi kelaparan cari makan ke sana kemari, sudah menjadi pemandangan sehari-hari semasa hidupnya. Bayangkan, pernah beliau pagi-pagi ke rumah Aisyah kelaparan minta makan. Namun sama dengan suaminya, Aisyah pun tidak punya makanan.

Aneh juga ya, masak seorang kepala negara dengan wilayah yang membentang begitu luas dan kekayaan yang tak terhingga, sampai bisa kelaparan di pagi hari. Minta makan kepada isterinya, ternyata juga tidak punya makanan. Akhirnya beliau SAW pun berpuasa. Subhanallah.

Gaya hidup sederhana ini, karena dilakukan langsung oleh seorang kepala negara, pastinya akan menurun kepada para pejabat di bawahnya.

Sebut saja khalifah Umar bin Al-Khattab radhiyallahu ‘anhu. Beliau adalah penakluk tiga imperium besar dunia: Romawi, Persia dan Mesir. Logika sederhana, wajar dong sebagai kepala negara yang menguasai wilayah yang sedemikian luas, setidaknya punya baju lebih dari satu.

Tapi hampir tidak masuk di logika kita hari ini. Seorang Umar bisa-bisanya punya pakaian hanya satu potong saja, itu pun lengkap dengan asesoris 40 tambalannya.

Lengkap sudah keagungan agama Islam, bukan hanya teori saja, tetapi memang langsung dipraktekkan oleh para pemimpinnya. Meski kemegahan dunia dan kekayaan ada di tangan, tapi sama sekali tidak dicintainya. Mereka lebih suka tampil sederhana, bahkan terlalu sederhana.

Seorang utusan dari negeri Romawi ketika menemukan sang Khalifah tertidur di bawah pohon tanpa pengawal, sontak menyebutkan ungkapan jujur dan tercatat dengan tinta emas sejarah, “Anda telah berbuat adil, maka anda hidup dengan aman, dan anda bisa tidur nyenyak.”

Kalau yang hidup sederhana itu Abu Hurairah yang memang ahli suffah, mungkin kita masih bisa berpikir wajar. Tapi kalau seorang pemimpin level tertinggi, bisa sampai hidup sesederhana ini, maka kita pun harus berpikir ulang, kenapa mereka melakukan itu? Apakah Islam mengharamkan pejabat hidup dengan hasil keringat mereka? Apakah Islam mengharamkan kita menikmati kekayaan yang halal?

Jawabnya sederhana. Menikmati kekayaan hasil keringat sendiri memang halal dan sah. Namun ketika seorang diberi amanah untuk mengurus umat, meski memang ada jatah gaji baginya, namun nampaknya para pendahulu kita sejak awal sudah menjauhi fitnah bagi dirinya.

Ternyata hidup enak dengan berbagai fasilitas yang sah dari negara itu tidak banyak bermanfaat, bahkan fitnah dengan mudah masuk. Bukankah Utsman bin Al-Affan itu sudah kaya jauh sebelum beliau menjadi khalifah? Bukankah beliau menikmati kekayaan miliknya yang sudah dimilikinya jauh sebelum beliau mendapatkan jabatan? Bukankah memang beliau sudah kaya jauh sebelum dilahirkan orangtuanya?

Tetapi kita tahu dalam sejarah, ada begitu banyak tuduhan dan fitnah keji yang dilontarkan kepada sosok beliau, dan salah satunya adalah hidup bermewah-mewah. Kita tahu bahwa hal itu tidak betul, karena itu hanya kerjaan orang-orang yang memusuhi.

Tapi munculnya fitnah harta bagi khalifah Ustman memang ada dan tidak bisa dipungkiri. Dan cukup menjadi masalah juga bagi beliau. Walau pun kita sepakat bahwa khalifah Ustman tidak bersalah dalam hal ini. Namun tetap saja gaya hidup seorang yang kaya dengan fasilitas dan harta, cukup merepotkan.

Pejabat di Zaman Kita

Lalu bagaimana dengan pejabat kita? Bukankah mereka kebanyakan masih miskin sebelum menerima suatu jabatan?

Dan bagaimana bila sekarang ini mereka punya rumah mewah, tanah, kapling, apartemen, mobil bermilyar, satpam bejibun, pembantu dan deposito?

Padahal awalnya mereka hidup kere, hidup ngontrak di rumah petak sempit, tiap bulan dikejar-kejar pemilik rumah untuk bayar kontrakan. Bahkan tidak sedikit yang hidupnya masih numpang di rumah mertua.

Tapi kini dengan jabatan itu, mereka bisa hidup layak berkecukupan. Punya mobil mewah yang berjejer di garasi, yang bukan ukuran rakyat biasa. Rumah sudah di real estate, isterinya bolak balik shopping ke luar negeri. Umrah dan jalan-jalan ke mancanegara pakai uang rakyat. Dan semua itu didapat justru ketika dirinya diberi amanat untuk menjadi pejabat atau wakil rakyat.

Lalu di mana gaya hidup sederhana yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW serta para jajaran pejabat di kalangan shahabat?

Inilah barangkali yang pada akhirnya menimbulkan rasa kurang adil dan iri hati serta hasad di hati orang yang kurang baik imannya. Dan gaya hidup sederhana jadi pilihan hidup buat Nabi SAW dan para shahabat yang jadi pejabat dan orang besar. Agar tidak ada celah sedikit pun bagi orang yang kasat hati untuk menelikung lewat fitnah harta benda.

Kalau pun mereka mau melemahkan kita, bukan lewat fitnah harta, melainkan karena memang mereka membangkang dari ajaran Islam. Sehingga tidak ada hujjah bahwa Islam dijauhi hanya karena kecerobohan kita dalam gaya hidup.

Itulah barangkali masukan buat para du’at yang kini sedang menekuni dakwah lewat jalur birokrasi. Barangkali tidak salah kalau dimulai dari gaya hidup sederhana, merakyat, bersahaja, serta tidak menunjukkan perbedaan kelas dengan orang yang paling miskin di negeri ini.

Ketika Khalifah Umar meminta kepada rakyat Himsh untuk membuat daftar fakir miskin di wilayah itu, ternyata beliau terkejut sekali. Karena di dalam daftar itu ada nama seorang yang amat dikenalnya. Nama itu adalah nama gubernur Himsh, yang belum lama ini beliau angkat. Nama sang Gubernur ikut dimasukkan ke dalam daftar orang miskin oleh petugas, karena kenyataannya beliau memang hidup miskin.

Setela diselidiki, ternyata sang Gubernur bukan sekedar miskin, tapi ‘terlalu amat sangat miskin sekali’. Bayangkan, pakaian yang dimiliki hanya satu potong saja. Setiap sebulan sekali beliau libur satu hari tidak mengurusi rakyat, karena harus mencuci pakaiannya dan menunggunya sampai kering untuk langsung dipakainya kembali. Subhanallah.

Padahal negeri Himsh itu sangat kaya dengan pendapatan daerah. Ternyata Umar tidak salah ketika memilih seorang gubernur. Kalau orang seperti ini masih ada, pasti kita sudah bilang dia ‘setengah malaikat’. Tapi dia bukan setengah malaikat, dia manusia biasa, namun beliau memang hasil pengkaderan dan pembinaan seorang murabbi besar, Muhammad Rasulullah SAW.

Lebih menarik lagi, ketika Umar mengirimkan uang untuknya sebagai gaji, sang Gubernur langsung berucap, “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.” Isterinya mendengar sang Gubernur mengucapkan lafadz yang biasa diucapkan kalau mendengar ada kematian langsung penasaran, langsung bertanya, “Ada apa? Apakah Khalifah Umar meninggal dunia?”

Sang Gubernur menjawab, “Bahkan lebih dahsyat dari itu.”

Rupanya sang gubernur mengucakan belasungkawa ketika menerima uang gaji yang memang haknya. Beliau malah membagikan uang gajinya itu untuk para fakir miskin di wilayahnya. Bahkan isterinya pun tidak tahu menahu uang itu. Dan sang Gubernur tetap dengan kesederhanaannya.

Gaya Hidup Pejabat yang Da’i

Mungkin gaya hidup sederhana ini ke depan malah menjadi media kampanye yang ditunggu-tunggu rakyat. Sebab rakyat sudah bosan dengan visi dan misi. Semua calon pejabat sama saja visinya, nyaris tidak ada bedanya.

Yang membedakannya justru pada gaya hidup. Kita lihat saja, apakah pejabat atau wakil rakyat itu hidupnya bersahaja atau tidak? Kalau masih pakai ajudan, pengawal, mobil mewah, jalan-jalan ke luar negeri, kelihatannya kurang merakyat.

Tapi kalau ke mana-mana naik bus kota, atau ke kantornya berhimpitan juga seperti rakyat naik KRL bersama pengamen, buruh, pegawai rendah, pedagang asongan termasuk tukang copet, nah yang begini nih yang kita pilih. Tidak peduli apa visi misinya, karena yang namanya lidah tidak bertulang.

Sebab yang mengaku mau memperjuangkan rakyat atau agama Islam sudah terlalu banyak, sampai kita bingung apa bedanya, semua mengaku pembela kaum lemah, tapi ke mana-mana naik mobil mewah. Jadi yang dibela itu apaan ya?

TIPS SEHAT 3 X 0,5 MENIT YANG SANGAT PENTING

Para ahli kesehatan sering berpesan?

Setiap orang harus memperhatikan 3 x Setengah-menit. Kenapa demikian ?

“3 x Setengah-menit ” adalah sesuatu yang sangat singkat?tetapi akan banyak mengurangi angka kematian secara tiba2! Kenapa demikian ?.

Sering kali terjadi seseorang siang nya masih sehat walafiat, tetapi malam nya tiba2 ada kabar dia meninggal. Tidak jarang kita mendengar cerita orang, kemarin saya masih ngobrol dengan dia, kenapa tiba2 dia meninggal ?

Penyebabnya bisa salah satunya adalah ketika bangun malam untuk kekamar mandi sering dilakukan secara terlalu cepat.

Begitu langsung berdiri, otak kekurangan darah?Mengapa perlu “3x Setengah Menit”?

Karena pola ECG (Electro Cardiogram) seseorang akan normal pada siang hari, tetapi ketika bangun tengah malam untuk melaksanakan hajat misalnya dan dia langsung bangun dengan tiba2, gambar ECG itu dapat berubah ? Kenapa demikian ?

Karena dengan tiba2 bangun, otak akan menjadi anaemic, dan mengalami gagal jantung karena kekurangan darah.

Dianjurkan oleh para ahli untuk menjalankah “3 kali Setengah-menit”, yakni:

  1. Bila terbangun jangan langsung turun dari tempat tidur, tetapi berbaringlah selama setengah menit;
  2. Duduk ditempat tidur selama setengah menit;
  3. Turunkan kaki, duduk ditepi ranjang selama setengah menit ? 
Selewat 3x Setengah-menit yang dilakukan tanpa harus membayar sesen pun tsb, otak tidak akan anaemic, dan jantung tidak akan mengalami kegagalan, mengurangi kemungkinan jatuh dan meninggal ketika bangun tengah malam seperti yang sering kita dengar.

Pernah setelah membaca tulisan ini, seorang usia lanjut menangis menyesali kenapa dia tidak mengetahui hal ini jauh2 hari.

2 tahun lalu dia bangun tengah malam untuk buang air kecil, dikamar mandi tiba2 terasa dunia berputar dan jatuh, akibatnya dia sekarang mengalami kelumpuhan dan tidak bisa meninggalkan tempat tidur lagi.

Kalau saja dia mengetahui hal ini, tidak harus menderita selama ini.

Semoga Bermanfaat