aguspurnomosite.blogspot.com

aguspurnomosite.blogspot.com
Berpikir Luas Membuka Cakrawala Kehidupan! Berusaha Memberikan Yang Terbaik Untuk Masa Depan! Katakan "Go Go Go SEMANGAT" !!!

Sabtu, 10 Agustus 2013

Wanita dalam Islam


Umar bin Khathab pernah berkata, “Pada masa jahiliyah, wanita itu tak ada harganya bagi kami. Sampai akhirnya Islam datang dan menyatakan bahwa wanita itu sederajat dengan laki-laki.”

Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri tiga kali quru’. Tidak boleh mereka menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat. Dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti itu, jika mereka menghendaki ishlah. Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf. Akan tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada istrinya. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Q.S. Al-Baqarah: 228)

Persamaan yang dimaksudkan oleh Islam ini meliputi segala aspek, termasuk masalah hak dan kewajiban. Hal ini sangat dipahami oleh para wanita Islam dan oleh karenanya mereka pegang ajaran Islam dengan sangat kuat. Khadijah, Umu Habibah, Ummu Salamah dan Nusaibah binti Ka’ab adalah sebagian contoh dari para wanita tersebut.

Adapun peran wanita dalam rumah tangga tak kalah besarnya. Rasulullah mengatakan bahwa wanita adalah juga pemimpin di rumah dan ia akan dimintakan pertanggungjawaban atas perannya tersebut. Dalam sejarah para muslimah telah memainkan perannya dalam berbagai bidang; di medan jihad, di masjid dan juga di rumah. Namun dengan tetap menjaga akhlaq dan adab Islami. Ini dilakukan dengan tetap menjaga perannya yang utama yaitu mendidik anak, menjaga keluarga yang dibangun atas mawaddah dan rahmah, juga tetap menciptakan suasana tenang dan damai dalam rumah tangga.

Dan Allah menjadikan bagimu rumah-rumahmu sebagai tempat tinggal dan Dia menjadikan bagi kamu rumah-rumah dari kulit binatang ternak yang kamu merasa ringan nya di waktu kamu berjalan dan waktu kamu bermukim dan dari bulu domba, bulu unta dan bulu kambing, alat-alat rumah tangga dan perhiasan sampai waktu. (Q.S. An-Nahl: 80)

Usaha Pembaratan

Manakala umat Islam tidak komitmen dengan agamanya, maka kondisi wanita juga akan terpuruk sebagaimana terpuruknya kondisi para lelaki. Jika kondisinya demikian, maka Barat yang ternyata lebih unggul dari kita akan kembali bersemangat untuk kembali menjajah dan merampas kekayaan kita. Perang pemikiran yang mereka lakukan adalah pembuka atas perang militer yang akan mereka lakukan. Hal ini telah terbukti dan berhasil mereka lakukan.

Bahkan ketika perang militer yang mereka lakukan menemukan kegagalan, maka pengaruh pemikiran mereka tetap bercokol, terutama di otak-otak pemikir dan cendekiawan kita. Salah seorang dari mereka pernah berkata, “Semakin dalam aku mengenal Eropa, maka semakin bertambah rasa cintaku padanya. Aku merasa bagian darinya. Dialah ideologiku yang aku perjuangkan sepanjang hidupku. Aku tak percaya Timur dan aku lebih percaya pada Barat.” (Salamah Musa ; Buku Kemarin dan Hari ini)

Ada lagi seorang dari mereka berkata, “Jalan menuju kebangkitan sudah sangat jelas, yaitu dengan cara kita menempuh jalan yang telah ditempuh bangsa Eropa. Lalu, agar kita dapat berubah seperti mereka, maka segala apa yang ada pada mereka harus kita ambil. Pahit, manis, kebaikan, keburukan dan termasuk hal-hal yang disukai juga yang dibenci (Toha Husein, masa depan pengetahuan di Mesir)

Wanita Eropa

Gerakan pembebasan wanita -sesuai dengan ediologi Barat- merupakan pintu masuk bagi pemikiran-pemikiran asing itu ke negeri kita. Belakangan, gerakan ini terasa sangat gencar dilakukan. Terutama saat isu globalisasi meruak. Juga pada saat Amerika dan Zionis berkuasa atas dunia ini tanpa ada yang mampu menyainginya.

Mereka memaksakan pemikiran ini pada bangsa-bangsa muslim. Berbagai cara mereka tempuh agar tujuan tercapai. Lembaga semisal PBB dipakai sebagai alat guna terwujudnya segala target-target mereka. Diselengarakanlah KTT-KTT yang mengangkat isu seputar masalah wanita.

Lalu keluarlah berbagai keputusan dan kesepakatan yang sesuai dengan keinginan mereka. Pada akhirnya berbagai keputusan ini dipaksakan agar diterima oleh semua anggota PBB dengan pengawasan ketat yang mereka lakukan. Selanjutnya, hal-hal ini menjadi senjata-senjata untuk menekan pemerintahan yang ada untuk mau merubah UU dan berbagai peraturan yang sesuai dengan keputusan-keputusan KTT tadi.

Hancurnya Keluarga

Masalah selanjutnya bukan lagi hanya seputar masalah wanita dan hak-hak mereka saja. Akan tetapi, menjadi meluas dan melebar meliputi bagaimana membangun rumah tangga seperti cara dan gaya yang sesuai dengan peradaban Barat. Berkembanglah pemikiran bahwa membina rumah tangga tak perlu lagi memperhatikan aturan dan nilai-nilai. Peran “ibu” tak lagi menjadi tugas wanita saja. Peranan itu sebenarnya adalah tanggung jawab masyarakat. Bahkan, peran itu dapat dilakukan oleh wanita dan laki-laki.

Sebenarnya, di Eropa pemikiran dan ideologi ini melahirkan banyak permasalahan. Sebagai contoh di Perancis tercatat 53 % anak-anak yang lahir tak memiliki bapak yang jelas. Di banyak negara Eropa semakin berkembang trend enggan mempunyai anak bahkan enggan untuk menikah. Hubungan laki-laki dan wanita sekadar hubungan seks bebas tanpa ada ikatan, tak ada aturan yang mengikat. Dan selanjutnya mereka menuntut agar dilegalkannya aborsi sebagai dampak langsung dari merebaknya budaya seks bebas.

Hal ini juga berdampak pada meningkatnya angka kriminalitas dengan sangat tajam. Pada tahun 1998 tingkat kriminalitas di Amerika mencapai angka yang sangat fantastis. Tindakan perkosaan terjadi setiap 6 menit, penembakan terjadi setiap 41 detik, pembunuhan setiap 31 menit. Dana yang dikeluarkan untuk menanggulangi tindakan kejahatan saat itu mencapai 700 juta dolar per tahun (angka ini belum termasuk kejahatan Narkoba). Angka ini sama dengan pemasukan tahunan (income) 120 negara dunia ketiga.

Kejahatan atas Wanita

Merebaknya kejahatan memberikan bahaya tersendiri buat para wanita di Eropa. Hingga PBB pada 17 Desember 1999 mengeluarkan keputusan bahwa tanggal 25 November merupakan hari anti kekerasan pada wanita.

Anehnya, para musuh Islam langsung saja menjadikan hal ini sebagai celah untuk menyerang Islam. Mereka mengatakan bahwa dalam Islam, wanita diperlakukan dengan amat kejam karena wanita boleh dipukul pada saat melakukan pembangkangan pada suami setelah segala cara telah ditempuh.

Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka atas sebahagian yang lain, dan karena mereka telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada.

Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasihatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. (Q.S. An Nisa: 34)

Kita akui bahwa banyak para suami yang salah dalam menerapkan ayat di atas. Hal ini lahir karena lemahnya komitmen mereka pada Islam ditambah dengan kebodohan dalam memahami konsep Islam. Diperparah lagi dengan sikap wanita yang sudah sangat melampaui batas sehingga emosi sang suami tak tertahankan lagi. Bahkan keduanya dalam posisi tertekan karena sistem yang ada dan berlaku adalah sistem thagut sehingga kerusakan terjadi di mana-mana. Sebenarnya dalam konsep Islam terdapat solusi bagi permasalahan ini.

Ada banyak fakta dan data yang seharusnya diperhatikan oleh mereka yang terbuai dengan Barat. Di Eropa dan Amerika pada setiap 15 detik terjadi kekerasan atas wanita. Belum lagi jika ditambah dengan aksi pemerkosaan setiap harinya. Sehingga Amerika tercatat sebagai negara tertinggi dalam hal kekerasan terhadap wanita. Menurut catatan UNICEF, 30% kekerasan pada wanita terjadi di Amerika dan 20% di Inggris.

Belum lagi kejahatan perbudakan yang terjadi di Amerika, CNN pernah menyiarkan laporan bahwa pada tahun 2002 jutaan anak-anak dan wanita dijual belikan di Amerika setiap tahunnya. Lebih dari 120 ribu wanita berasal dari Eropa Timur dan beberapa negara miskin lainnya dikirim ke Eropa untuk dipekerjakan sebagai budak seks. Lalu lebih dari 15 ribu wanita yang mayoritas berasal dari Meksiko dijual ke Amerika untuk dipekerjakan di komplek-komplek pelacuran.

Bisnis haram ini bahkan merenggut kemerdekaan anak-anak di dunia, hingga Sidang Umum PBB pada pertemuan yang ke 54 mengeluarkan keputusan pada 25 Mei 2000 tentang hak anak. Sebuah keputusan yang mendesak agar dilakukan pencegahan agar tak lagi terjadi jual beli anak apalagi kemudian dipekerjakan sebagai budak seks seperti yang terdapat pada jaringan internet.

Konsep Perlindungan Anak dalam Islam

Memperhatikan apa yang terjadi di Barat, seharusnya membuat kita berfikir panjang jika ingin menempuh jalan yang telah ditempuh oleh Barat.

Dan Allah hendak menerima tobatmu, sedang orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya bermaksud supaya kamu berpaling sejauh-jauhnya. Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah. (Q.S. An-Nisa: 27-28)

Mari kita berpegang teguh pada petunjuk Allah dan Rasul-Nya. Pandangan kita atas masalah ini adalah berlandaskan pada konsep agama kita yang hanif.

Diharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan yang disembelih untuk berhala. Dan mengundi nasib dengan anak panah, adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. Al Maidah: 3)

Kita tahu bahwa wanita mendapatkan berbagai tekanan termasuk dirampasnya hak-hak mereka yang telah diberikan oleh Islam. Namun, jika kita berbicara mengenai problem ini, tentunya tak dapat dipisahkan dengan beberapa problematika lain yang ada.

Krisis pada hal ini tak dapat dilepaskan dari krisis besar yang dihadapi umat Islam. Sesungguhnya pemikiran akan adanya konflik antara laki-laki dan wanita adalah sebuah hal aneh dan tak akan ditemui dalam konsep Islam. Ini adalah produk impor dari masyarakat barat yang memang senang membuat konflik dan pertentangan dalam berbagai hal. Mereka melakukan penentangan pada agama, alam, juga atas segala hal.

Kita bahkan yakin bahwa problem yang dihadapi oleh wanita muslimah juga merupakan dampak dari apa yang terjadi di Barat. Baratlah penyebab dari segala hal yang terjadi di Palestina, mereka yang mendukung Israel dengan segala dukungan; materi dan persenjataan.

Dalam penjara Israel terdapat lebih dari delapan ribu tawanan. Mereka meninggalkan para istri, ibu dan anak-anak perempuan, bahkan di antara mereka terdapat sekitar 100 tawanan wanita. Mengapa Barat diam saja atas semua ini.

Di Palestina terdapat lebih dari 250 wanita yang telah menemui syahidnya, belum lagi para wanita yang menderita luka-luka pasca intifadhah.

Bukankah mereka juga punya hak yang harus dibela. Mengapa media Barat diam seribu bahasa atas hal ini, sementara mereka melakukan berbagai usaha dan upaya pada saat satu atau dua orang wartawati mereka tertawan di Irak atau di wilayah konflik lainnya.

Adapun tentang wanita di Irak, cukuplah bagi kita apa yang disampaikan oleh organisasi dunia pada 22 Februari 2005 yang mengatakan bahwa kondisi wanita Irak tak jauh berbeda dengan kondisi manakala mereka berada di bawah pemerintahan Sadam Husein.

Hal ini menjelaskan bahwa kemerdekaan dan kebebasan wanita seperti yang di gembar-gemborkan Amerika sama sekali tak menyentuh mereka. Bahkan kondisi mereka di bawah penjajahan Amerika jauh lebih buruk lagi. Mereka menerima perlakuan kasar, dianiaya, dilecehkan bahkan diperkosa.

Rasanya kita tak perlu lagi menceritakan apa yang dialami oleh para muslimah di Bosnia. Bagaimana mereka diperkosa dan disiksa oleh tentara Serbia Eropa di hadapan para tentara PBB, juga di hadapan dunia internasional.

Namun, meski dalam kondisi demikian, wanita muslimah akan tetap tegar. Melalui merekalah lahir para pejuang, para syuhada, juga para mujahidin. Wallahu A’lam. 
Source

Mukjizat Al Quran dan Keajaiban Air Susu Ibu


Maha Suci Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Maha Sempurna Ilmu-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan mensyariatkan sesuatu apabila hal tersebut bukan merupakan sesuatu yang terbaik bagi hamba-Nya. Hukum Islam adalah puncak kesempurnaan tuntunan dan penjelasan yang universal.

Islam memerhatikan semua aspek kehidupan manusia, tidak terkecuali dalam hal kesehatan jasmani. Tidak disangka, agama yang dibawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sejak sekitar 15 abad yang lalu ini, ternyata telah mengangkat sebuah permasalahan yang sepertinya tidak ada hubungannya dengan masalah agama. Masalah yang dimaksud adalah penyusuan bayi yang lahir di dalam rumah tangga seorang muslim.

Di dalam banyak ayat Al-Qur’an, Allah ‘azza wa jalla menyinggung masalah pemberian ASI dan hukum-hukum yang terkait dengannya. Sungguh, begitu besar perhatian Islam terhadap maslahat kemanusiaan.

Di antaranya adalah apa yang disebutkan pada firman Allah ta’ala:
“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Ber-takwalah kamu kepada Allah dan ke-tahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. al-Baqarah: 233)

Di dalam ayat di atas Allah subhanahu wa ta’ala menuntunkan agar para ibu menyusui bayi mereka selama dua tahun penuh, walaupun yang demikian bukan hal yang wajib. Ayat tadi juga menunjukkan bahwa bayi dapat dicarikan ibu susu lain apabila sang ibu berhalangan atau meninggal, agar tetap mendapatkan manfaat dari air susu ibu.

Tentunya ada banyak hikmah di balik bimbingan dan perintah Ar-Rahman, Dzat yang Maha Pengasih lagi sempurna kasih sayang-Nya. Dan di masa kini, hendaknya kita tidak henti-hentinya memuji Allah subhanahu wa ta’ala, atas nikmat-Nya berupa air susu ibu, karena ternyata terdapat sekian banyak manfaat dan kesempurnaan yang terkandung di dalam ASI, yang Allah subhanahu wa ta’ala ciptakan di dalam payudara seorang ibu.

Hingga sangatlah mengherankan, apabila ada seorang ibu yang tanpa alasan apapun (misalnya, mengalami kelainan tertentu pada ibu atau bayi, ed.) lebih memilih susu formula daripada memberikan ASI kepada bayinya.

Sifat-sifat Air Susu Ibu
ASI adalah makanan alamiah terbaik bagi bayi. Praktis, ekonomis, mudah dicerna, serta memiliki kandungan dan komposisi zat gizi yang ideal, yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan pencernaan bayi.

ASI mengandung laktosa yang lebih tinggi daripada susu formula, yang di dalam usus akan difermentasi menjadi asam laktat. Asam laktat inilah yang menghambat pertumbuhan bakteri patogen, merangsang pertumbuhan mikroorganisme, menghasil asam organik, mensintesa beberapa vitamin, memudahkan pengendapan kalsium kaseinat, dan memudahkan penyerapan berbagai mineral termasuk kalsium dan magnesium.

Selain manfaat yang sudah disebutkan tadi, ASI mengandung antibodi (zat kekebalan) – yang dengan izin Allah subhanahu wa ta’ala – dapat melindungi bayi selama 5-6 bulan pertama, seperti: Immunoglobulin A (IgA), Lysozyme, Complement C3 dan C4, Antistapilococcus, Lactobacillus, Bifidus, dan Lactoferrin. Sebaliknya, ASI tidak mengandung beta-lactoglobulin yang dapat menyebabkan alergi pada bayi.

Manfaat ASI untuk Ibu dan Bayi
Pemberian ASI membangun kerekatan (bonding) psikis dan emosional antara ibunda dan bayinya, karena adanya kontak kulit dan mata, dan hal ini membantu tumbuh kembang bayi dan kemapanan emosi anak di masa depan. Dengan menyusui, rahim ibu akan berkontraksi dan lebih cepat kembali ke ukuran semula seperti sebelum hamil.

Menyusui juga mempercepat berhentinya pendarahan pasca melahirkan, mempercepat berat badan ibu kembali seperti semula, dan mengurangi risiko kanker payudara dan kanker rahim di masa yang akan datang, dengan izin Allah ta’ala. Fakta membuktikan. ASI lebih hemat, praktis, higienis, selalu bebas kuman, dan tidak bakal basi.

ASI sebagai makanan terbaik bayi, mampu -biidznillah- untuk mencukupi kebutuhan gizi bayi selama 6 bulan pertama kehidupannya tanpa tambahan makanan apapun. Di usia 6-12 bulan, ASI memenuhi lebih dari 60% kebutuhan bayi, dan setelah usia 1 tahun ASI memenuhi sekitar 30% kebutuhan seorang bayi.

Komposisi ASI ideal untuk bayi. ASI juga insya Allah dapat mengurangi resiko infeksi lambung, usus, sembelit, dan alergi. Beberapa penyakit lebih jarang muncul pada bayi yang diberi minum ASI. Tingkat intelegensi (IQ) bayi yang diberi ASI relatif lebih tinggi nilai IQ-nya, bila dibandingkan bayi yang diberi susu formula. (muslimsehat)

Kisah Turunnya Hidangan dari Langit

... Allah menurunkan hidangan yang terdiri dari roti, ikan, delima, dan buah-buahan, serta beragam lainnya.

“Wahai Isa putra Maryam, dapatkah Tuhanmu mengirimkan kepada kami sebuah hidangan dari surga?” Pinta pengikut Isa, atau yang disebut dengan Al Hawariyyun.

Tentu saja permintaan tersebut sangat mengejutkan Nabiyullah Isa. Jika bukan untuk menguji kenabiannya maka para pengikutnya bukan lain ingin menguji kebesaran Allah.

“Takutlah kepada Allah, jika kalian memang beriman,” jawab Isa.

Permintaan “besar” Hawariyyun bermula saat Allah memerintahkan hamba-Nya mengerjakan puasa selama 30 hari. Nabi Isa pun kemudian menyampaikan perintah Allah kepada para muridnya. Maka berpuasalah mereka selama sebulan atau 30 hari. Pada ujung bulan, setelah mengerjakan puasa, para pengikut Isa pun meminta “hadiah”.

Tak tanggung-tanggung, mereka meminta sesuatu yang sangat besar. Mereka menginginkan sebuah hidangan diturunkan dari langit untuk mereka berbuka puasa.

Mendengar permintaan pengikutnya, Isa tak habis pikir. Telah banyak mukjizat yang Allah berikan padanya, namun pengikutnya tak kunjung juga merasa puas. Putra Maryam pun kemudian takut pengikutnya akan seperti umat terdahulu yang meminta sesuatu besar kepada Allah namun berujung pada kekafiran. Dia enggan menyetujui permintaan pengikutnya tersebut.

Namun, para Hawari terus membujuk Nabi Isa. Mereka menginginkan hari raya atas puasa yang telah mereka lakukan dengan turunnya hidangan dari langit. Mereka pun beralasan kepada Isa, “Kami meminta hidangan itu karena kami ingin memakannya dan agar tenteram hati kami, agar keimanan kami menjadi lebih kuat dan supaya kami mengetahui bahwa kau memang menyampaikan hal yang benar dan kami menjadi orang-orang yang menyaksikan hidangan itu,” ujar mereka.

Pengikutnya terus bersikeras, Nabi Isa pun tak sanggup menolak. Dia kemudian bersiap menuju tempat peribadatannya. Mengenakan pakaian bagus, Nabiyullah memohon kepada Allah agar permintaan umatnya dikabulkan.

“Ya Rabb kami, turunkanlah kepada kami sebuah hidangan dari langit, yang hari turunnya akan menjadi hari raya bagi kami, yaitu bagi orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau. Beri rezekilah kami, dan Engkaulah sang Maha Pemberi rezeki,” pinta Al Masih.

Allah pun kemudian mengabulkan utusan-Nya. Allah kemudian berfirman, “Sesungguhnya Aku akan menurunkan hidangan itu kepadamu. Barang siapa yang kafir sesudah turun hidangan itu maka sesungguhnya Aku akan menyiksanya dengan siksaan yang tidak pernah Aku timpakan kepada seorang pun di antara umat manusia,” firman Allah.

Maka sebuah meja suci berisi banyak makanan, atau disebut dengan Al Maidah turun dari langit. Dua buah awan mengapitnya dan membawanya turun menuju Nabi Isa. Sementara, Al Hawariyun menyaksikan peristiwa menakjubkan tersebut. Nabi Isa terus berdoa agar hidangan tersebut menjadi rahmat dan bukan azab. Saat menerimanya, Nabi Isa pun membuka kain penutup hidangan tersebut seraya berkata, “Dengan nama Allah sebaik-baik pemberi rezeki,” ujarnya.

Dikabarkan, hidangan tersebut terdiri atas roti, ikan, delima dan buah-buahan, dan beragam lainnya. Aromanya pun sangat harum semerbak. Menerima kasih sayang Allah, Nabi Isa pun kemudian bersujud yang kemudian diikuti para pengikutnya. Lalu para pengikut Isa bertanya, “Wahai Roh Allah, apakah ini makanan dari dunia, ataukah dari surga?”

Nabi Isa dengan sabar menjawab, “Bukankah Allah telah melarang kalian mengajukan pertanyaan macam ini. Hidangan ini dari Ilahi, Allah Maha Berkuasa hanya mengatakan 'jadilah', maka jadilah hidangan ini. Ini adalah tanada dari Allah sekaligus peringatan manusia agar beriman,” ujar Nabi Isa.

Tibalah saat menyantap hidangan. Namun, bukan bersegera memakannya, para pengikut Isa menyuruh nabi mereka memakannya terlebih dahulu. “Kami tidak akan makan sebelum engkau memakannya,” ujar mereka.

Nabi Isa pun menjawab, “Bukankah kalian yang meminta ini sejak awal?” ujarnya. Namun, mereka tetap enggan menyentuh hidangan tersebut. Maka Nabi Isa pun memanggil para fakir miskin dan orang sakit. Mereka diberikan kesempatan menyantap hidangan luar biasa tersebut. Setelah memakannya, tiba-tiba mereka yang sakit menjadi sembuh, yang cacat menjadi normal, yang sekarat menjadi sehat. Melihatnya, para pengikut Isa yang meminta hidangan sejak awal itu pun menyesal tak menyantapnya pertama kali.

Keajaiban Al Maidah pun masih terlihat saat disantap. Meski ribuan orang memakannya, hidangan tersebut tak kunjung habis. Setiap yang memakannya pun mendapat kebaikan yang banyak. Keajaiban Al Maidah ini pun di kemudian hari menjadi satu dari mukjizat Nabi Isa yang disalahartikan pengikutnya. Mereka kemudian melupakan esensi mukjizat nabi Allah dan justru menganggap Isa sebagai putra Allah kemudian menyembahnya.

Kisah Al Maidah ini diberitakan dalam Alquran, bahkan diabadikan menjadi nama surat, yakni surah al-Maidah. Kisah tersebut terdapat dalam Quran Surah al-Maidah ayat 110 hingga 120. Terdapat pula hadis yang mengisahkannya dari beberapa sahabat, seperti Ibnu Abbas dan Salman al-Farisi.

“GOD SPOT” SARAF YANG MENDORONG MANUSIA MENEMUKAN TUHAN

Pada tahun 1997, sekumpulan Ilmuwan pakar saraf dari Uni­versitas California di San Di­ego yang diketuai oleh Dr. Vilayanur Ramachandaran telah berhasil menemukan satu saraf kecil di dalam otak manusia yang mampu merespon terhadap aspek agama dan ketuhanan.

Saraf tersebut akan menjadi lebih utuh sekiranya dirangsang untuk terus mengingati Tuhan. Penyelidikan ini dikenali sebagai ‘God Spot’ atau ‘God Module’. Tidak dinafikan bahawa dunia melihat penemuan ini sebagai sesuatu yang menakjubkan.

 
Dr. Vilayanur Ramachandaran 

Terbukti Tuhan telah men­ciptakan manusia dengan kemampuan fisikal (saraf) untuk kita sentiasa ingat dan tunduk pada-Nya. Bahkan di dalam kitab suci Al-Quran sendiri, Allah SWT pernah berfirman :

“Kami akan memperlihatkan kepa­da mereka tanda-tanda (kekuasaan) Ka­mi di segenap ufuk dan pada diri mere­ka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahawa Al-Quran itu adalah benar “ (QS Fussilat : 53)

Untuk mendapatkan kupasan lebih lanjut berkenaan `God Spot’ ini, Majalah i telah menemui pakar penggambaran diagnostik dari Rumah Sakit Tengku Ampuan Rahimah, Klang, Dr. Suraiya Ibrahim.

Merujuk kepada penyelidikan Dr. V Ramachandran itu, Dr. Suraiya menjelas­kan bahawa bidang sains ‘neurotheolo­gy’ merupakan satu perkembangan yang masih baru. Antara lain bidang ini mem­pelajari tentang neurobiologi. saraf ma­nusia yang bertindak balas dengan aspek keagamaan, mengenal pasti saraf spiri­tual otak dan juga untuk menerangkan bagaimana ritual agama memberi kesan kepada perilaku manusia. Sebelum. itu marilah kita mengenal pasti fungsi otak terlebih dahulu.

Otak adalah organ paling kompleks yang ada di dalam tubuh manusia. Otak dianugerahkan oleh Tuhan dengan tu­juan untuk membezakan manusia de­ngan haiwan dan ciptaan-ciptaan Tu­han yang lain. Di dalam otak manusia, terdapat lebih dari 100 milyar neuron (saraf sel). Manakala trilion saraf lagi menghubung­kan serat yang disebut sinapses. Otak manusia mampu menyimpan 100 ribu fakta dalam suatu masa dan berjuta­juta fakta sepanjang hayatnya.

 
Kaedah Kajian “God Spot” 

Sebelum kajian ini dijalankan, pa­ra penderita epileps (temporal lobe epilepsy) melaporkan bahawa mereka begitu kuat mengingati Tuhan stelah serangan kejang terjadi. Mereka mengaku bahwa mereka merasa lebih dekat dengan Tuhan dan seolah olah mendapat petunjuk saat mereka berada dalam kondisi tidak sadarkan diri. Situasi tersebut telah menarik minat peneliti sampai membawa kepada penelitian tentang ‘God Spot’.

Penelitian ini telah melibatkan dua kelompok manusia sebagai tujuan perbandingan penelitian. Kelompok pertama merupakan pasien kejang dan yang kedua adalah golongan yang beragama misalnya pendeta, biarawati, sami Budda dan termasuk alim ulama dari agama Islam. Penelitian dilakukan dengan metode teknis mereka yaitu EEG, fMRI dan PET Scan.

 
Pemeriksaan melalui EEG 

Saat sedang diuji, reaksi otak mereka telah dicatat. Para testimoni ini telah ditampilkan serangkaian kata yang merujuk kepada agama dan ketuhanan sepanjang penelitian. Hasilnya, para pasien epilepsi dan kelompok agama yang menunjukkan reaksi saraf yang sama sebaik mereka memikirkan tentang Tuhan dan kepercayaan. Dengan kata lain, ‘God Spot’ bertindak sama seperti antena yang memandu kita untuk berpikir tentang ketuhanan.

Hasil kajian akhirnya mendapati ti­dak kiralah sama ada seseorang itu per­caya kepada agama maupun tidak, ia sebenarnya bergantung kepada sejauh mana saraf ini digunakan dan dikem­bangkan.

Dengan itu, ketika manusia melangkahkan kaki ke tempat ibadah yang suci apakah masjid atau gereja, perasaan ingin menghambakan diri dan ingin menjunjung Tuhan selalu mengisi hati mereka. Beberapa ilmuwan mengatakan itulah tindakan ‘God Spot, atau pusat spiritual yang terkandung di dalam otak manusia.

Tuhan meletakkan saraf ‘God Spot’ di dalam otak manusia kerana itu adalah pilihan-Nya sebagai salah satu cara un­tuk Dia berhubungan dengan hamba-Nya. Dan kita sebagai hamba boleh mem­perkembangkan lagi saraf ini jika kita mau lebih mengenali dan memahami tentang kekuasaan Tuhan.

Memetik inspirasi daripada ayat Al­Quran, Dr-Suraiya menjelaskan baha­wa ‘God Spot’ haruslah diperkembang­kan dengan sempurna bagi mereka yang mencintai agama. Manakala bagi mereka yang tidak mau mengembangkan fungsi saraf ‘God Spot’ ini, mereka akan dikatakan sebagai TUli, bodoh dan bu­ta ‘Summun Bukmunn Ummyunn’.

Allah swt berfirman:

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)” (Surah Al A’raf ayat 172)

MENJAWAB KENAPA ISLAM DISEBUT AGAMA YANG HAUS DARAH?

Sebenarnya mudah saja untuk menjawab tuduhan-tuduhan palsu, atau ejekan bahwa Islam adalah agama berdarah-darah, memerintahkan pembunuhan, menghalalkan peperangan, sampai mereka bilang bahwa Islam disebarkan lewat pedang.

Mari kita ajak mereka ke dunia yang lebih nyata, yaitu dunia fakta dan data. Coba kita tengok sejarah Islam, khususnya sejarah nabi Muhammad SAW. Kalau dituduh Islam itu haus darah, coba hitung berapa korban nyawa dalam peperangan, selama Muhammad SAW menjadi rasul.

Dr. Muhammad ”Imarah pernah melakukan hitung-hitungan, ternyatadari 20-an perang besar yang pernah diikuti oleh Rasulullah SAW, korban jiwa hanya tercatat 386 orang saja. Itu pun sudah termasuk korban dari pihak muslim dan kafir.


Bayangkan, meski ada ayat yang memerintahkan perang dan membunuh orang kafir harbi di medan perang, nyatanya korban jiwa hanya 300-an orang saja sepajang sejarah nabi. Angka itu sangat kecil dibandingkan dengan angka korban jiwa yang terjadi di manapun di muka bumi.

Korban Perang Agama Kristen di Eropa

Coba bandingkan dengan perang saudara sesama Kristen antara sekte Katholik melawan Protestan di Eropa yang jumlah korban jiwa mencapai 10 juta nyawa. Kalau dikatakan bahwa Islam itu haus darah, karena perangnya telah merenggut 386 nyawa, lalu Katholik dan Protestanyang berperang saudara dan menewaskan 10 juta nyawa itu mau kita sebut apa?

Filosuf Perancis, Voltire (1694-1778), menyebutkan bahwa korban nyawa 10 juta orang itu terjadi di masa lalu, sama dengan 40% penduduk Eropa Tengah. Coba pikir lagi, siapa sih yang haus darah?

Korban Revolusi Bolsevic

Di Rusia untuk mewujudkan komunisme dilaksanakan Revolusi Bolsevic pada tahun 1917. Dan untuk itu telah terbunuh 19 juta orang. Setelah komunisme berkuasa, telah terhukum secara keji sekitar 2 juta orang dan sekitar 4 atau 5 juta orang diusir dari Rusia. Apakah kita masih mau bilang Islam itu harus darah, lalu komunisme itu mau kita bilang apa?

Korban Bom Atom Amerika di Jepang

Di tahun 1945, Amerika telah menjatuhbom di Hiroshima yang merenggut nyawa 140 ribu orang. Sedangkan di Nagasaki jumlah korbannya 70 ribu jiwa. Belum terhitung mereka yang luka, sakit dan cacat seumur hidupterkena radiasi nuklirnya.

Pengeboman itu dilakukan resmi oleh pemerintah Amerika di bawah kepemimpinan Rosevelt, Presiden USA saat itu. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, penemuan besar tenaga nuklir digunakan sebagai senjata pemusnah massal. Yang harus darah itu Islam atau Amerika?

Korban Suku Indian

Jauh sebelum benua Amerika didatangai bangsa Eropa, sudah terdapat suku asli yang menghuni dengan damai benua itu.

Namun pada tahun 1830 lahir Indian Removal Act, peraturan yang memungkinkan pengusiran terhadap bangsa Indian demi kepentingan para pendatang yang didominasi oleh kulit putih. Akibatnya, lebih dari 70.000 orang Indian diusir dari tanahnya sehingga mengakibatkan ribuan orang meninggal.

Apakah Islam masih mau dibilang haus darah, ataukah para koboi Amerika itu yang haus darah?

Korban Rwnda

Di Rwanda, kurang lebih 800.000 suku Tutsi menjadi korban pembantaian terencana oleh tokoh- tokoh militan suku Hutu, bahkan sebagian suku Hutu sendiri yang beraliran moderat, dalam arti tidak memusuhi suku Tutsi, juga menjadi korban pembantaian tersebut.

Korban Perang Dunia Kedua

Di tahun 1945, jumlah populasi umat manusia di muka bumi tercatat sebanyak 1, 9 milyar orang (1.971.470.000 jiwa). Di masa itu terjadi perang dunia kedua, tercatat jumlah korban jiwa mencapai angka fantastis, tidak kurang dari 62 juta orang, tepatnya 62, 537, 400 jiwa. Itu sama saja pembunuhan 3, 17% jumlah populasi umat manusia di muka bumi.

Dan perang itu melibatkan negara adidaya saat itu, yang nota bene bukan negeri Islam. Masihkah kita menuduh Islam sebagai agama peperangan? Pernahkah peradaban Islam melahirkan perang dunia?

Korban Pembantaian Yahudi di Palestina

Kelompok teroris Yahudi pimpinan Menachem Begin dengan anggota-anggotanya, antara lain Ariel Sharon, pada tahun 1948 pernah membantai 1.000 orang Arab penduduk Deir Yassin, selatan Jerusalem.

Dan Ariel Sharon ketika menjabat Menteri Panglima Angkatan Bersenjata Israel, terlibat pembantaian 3.000 warga sipil Palestina di kamp pengungsi Sabhra dan Shatila, selatan Lebanon tahun 1982.

Itu bukan perang tapi pembantaian. Pasukan bengis Yahudi Israel datang ke Palestina dan menembaki warga sipil yang tidak berdosa. Masih pulakah kita katakan Islam sebagai agama haus darah? Dan apakah kita masih ingin bilang bahwa Yahudi itu ramah, penuh kasih dan lemah lembut?

Korban Serbia di Bosnia

Pasukan Serbia dipimpin oleh Slobodan Milosevic melakukan operasi pembersihan etnis secara sistematis di kota-kota yang dikuasainya selama perang berlangsung. Sedikitnya 200.000 orang tewas dalam perang empat tahun tersebut.

Dan penduduk Bosnia Herzegoviaberagama Islam, sejak zaman khilafah Turki Utsmani. Inikah yang dikatakan agama Islam haus darah?


Perang Saat Ini

Mari kita merenung sejenak, berapa korban-korban dalam perang di Afghanistan, Irak, Lybia, Suriah, Rongya, Philipina, Suni di Iran, Mesir. Semuanya telah membuktikan bahwa sesungguhnya yang haus darah adalah kaum kafir, dan siapa dalang dibalik itu semunaya?

Data Korban Perang Dalam Sirah Nabawi

Kalau Islam masih dikatakan haus darah, atau disebarkan dengan pedang, mari kita teliti lebih dalam jumlah jumlah korban tewas dalam peperangan dalam sejarah hidup Nabi Muhammad SAW. 

1. Perang Badar tahun 2 Hijriyah, korban kafir 70 orang, korban muslim 14 orang
2. Operasi Abdullah bin Jahsy tahun 2 Hijriyah, korban kafir1 orang, korban muslimtidak ada.
3. Perang As-Sawiq tahun 2 Hijriyah, korban kafir tidak ada, korban muslim tidak ada.
4. Operasi Ka”ab bin Asyraf tahun 3 Hijriyah, korban kafir 1 orang, korban muslim tidak ada
5. Perang Uhud tahun 3 Hijriyah, korban kafir 22 orang, korban muslim 70 orang
6. Perang Hamra”ul Asad tahun 3 Hijriyah, korban kafir 1 orang, korban muslimtidak ada
7. Operasi Raji” tahun 3 Hijriyah, korban kafir tidak ada, korban muslim 7 orang
8. Operasi Bi”ru Ma”unahtahun 3 Hijriyah, korban kafir tidak ada, korban muslim27 orang
9. Perang Khandaq tahun5 Hijriyah, korban kafir 3 orang, korban muslim 5 orang
10. Perang Bani Quraidhahtahun 5 Hijriyah, korban kafir 600 orang, korban muslimtidak ada. Tapi sebenarnya angka ini tidak bisa dikatakan sebagai korban perang, karena 600 orang itu memagdihukum mati karena pengkhianatan yang sangat menyakitkan.
11. Operasi Atik 5 Hijriyah, korban kafir1 orang, korban muslim tidak ada
12. Perang Dzi Qird tahun6 Hijriyah, korban kafir 1 orang, korban muslim-muslim orang
13. Perang Bani Mushthaliq tahun6 Hijriyah, korban kafirtidak ada, korban muslim 1 orang
14. Perang Khaibar tahun 7 Hijriyah, korban kafir 2 orang, korban muslim 20 orang
15. Perang Wadilqura tahun 7 Hijriyah, korban kafir tidak ada, korban muslim1 orang
16. Perang Mu”tah tahun 8 Hijriyah, korban kafir tidak ada, korban muslim11 orang
17. Perang Fathu Makkah tahun 8 Hijriyah, korban kafir 17 orang, korban muslim3 orang
18. Perang Hunain tahun 8 Hijriyah, korban kafir 84 orang, korban muslim 4 orang
19. Perang Thaif tahun 8 Hijriyah, korban kafir tidak ada orang, korban muslim13 orang
20. Perang Tabuk tahun 2 Hijriyah, korban kafir tidak ada, korban muslim tidak ada

Itulah data otentik korban perang dalam sejarah nabi Muhammad SAW selama 23 tahun berdakwah, jumlahnya hanya 386 jiwa saja, sudah termasuk muslim dan kafir.

Mana buktinya kalau Islam itu haus darah dan memerintahkan pembunuhan? Semua itu hanya tuduhan yang tidak jelas ujung pangkalnya, buatan orang-orang kafir yang pandai menipu. Mereka gunakan ayat Quran untuk mencari-cari alasan bahwa Islam itu haus darah, ternyata argumentasi mereka mentah, sebab di dalam tataran sejarah, tidak pernah terbukti tuduhan itu.

Wallahu a”lam bishshawab

Khalifah Umar Bin Khattab Dan Penggali Parit

Umar bin Khattab tidak saja di kenal sebagai khalifah yang berwibawa, tapi juga sederhana dan merakyat. Untuk mengetahui keadaan rakyatnya, Umar tak segan–segan berbaur menjadi rakyat biasa. Ia sering berjalan-jalan ke pelosok desa seorang diri, tanpa pengawalan sebagaimana kebanyakan raja. Pada saat seperti itu tak seorang pun mengenalinya bahwa ia sesungguhnya seorang Khalifah.

Kalau ia menjumpai rakyatnya sedang kesusahan, ia pun segera memberi bantuan. Umar sadar, apa yang ada di tangannya saat itu bukanlah miliknya melainkan milik Allah yang harus ditunaikan kepada ummatnya. Untuk itu Umar melarang keras anggota keluarganya berfoya-foya. Ia selalu berhemat dalam menggunakan keperluannya sehari-hari. Karena hematnya, untuk menggunakan lampu saja keluarga Amirul Mukminin ini amat berhati-hati. Lampu minyak baru dinyalakan bila ada pembicaraan penting. Jika tidak, lebih baik tidak pakai lampu.

“Anak-anakku, lebih baik kita bicara dalam gelap. Sebab, minyak yang digunakan untuk menyalakan lampu ini milik Ummat!” sahut khalifah ketika anaknya ingin bicara di tengah malam.

Dalam hidupnya, Umar senantiasa memegang teguh amanat yang diembankan rakyat di pundaknya. Pribadi Umar yang begitu mulia terdengar dimana-mana. Seluruh rakyat sangat menghormatinya.

Rupanya, cerita tentang keagungan Khalifah Umar ini terdengar pula oleh seorang raja di kerajaan tetangga. Raja tertarik dan ingin sekali bertemu dengan Umar. Maka pada suatu hari dipersiapkanlah tentara kerajaan untuk mengawalnya berkunjung ke pemerintahan Umar. Ketika raja itu sampai di gerbang kota Madinah, dilihatnya seorang lelaki sedang sibuk menggali parit dan membersihkan got di pinggir jalan. Lalu, di panggilnya laki-laki itu.

“Wahai saudaraku!” seru raja sambil duduk di atas pelana kuda kebesarannya. “Bisakah kau menunjukkan di mana letak istana dan singgasana Umar?” tanyanya kemudian. 


Lelaki itu segera menghentikan pekerjaannya. Lalu, ia memberi hormat. “Wahai Tuan, Umar manakah yang Tuan maksudkan?” si penggali parit balik bertanya.” Umar bin Khattab kepala pemerintahan Islam yang terkenal bijaksana dan gagah berani,” kata raja. 

Lelaki penggali parit itu tersenyum. “Tuan salah terka. Umar bin Khattab kepala pemerintahan Islam sebenarnya tidak punya istana dan singgasana seperti yang tuan duga. Ia orang biasa seperti saya,” terang si penggali parit,“. 

“Ah benarkah? Mana mungkin kepala pemerintahan Islam yang terkenal agung seantero negeri itu tak punya istana?” raja itu mengerutkan dahinya. “Tuan tidak percaya? Baiklah, ikuti saya,” sahut penggali parit itu. Lalu diajaknya rombongan raja itu menuju “istana” Umar. 

Setelah berjalan menelusuri lorong-lorong kampung, pasar, dan kota, akhirnya mereka tiba di depan sebuah rumah sederhana. Diajaknya tamu kerajaan itu masuk dan dipersilakannya duduk. Penggali parit itu pergi ke belakang dan ganti pakaian. Setelah itu ditemuinya tamu kerajaan itu. “Sekarang antarkanlah kami ke kerajaan Umar!“ kata raja itu tak sabar. 

Penggali parit tersenyum. “Tuan raja, tadi sudah saya katakan bahwa Umar bin Khattab tidak mempunyai kerajaan. Bila tuan masih juga bertanya di mana letak kerajaan Umar itu, maka saat ini juga tuan-tuan sedang berada di dalam istana Umar!”. 

“Hah?!” Raja dan para pengawalnya terbelalak.

Tentu saja mereka terkejut. Sebab, rumah yang di masukinya itu tidak menggambarkan sedikitpun sebagai pusat kerajaan. Meski rumah itu tampak bersih dan tersusun rapi, namun sangat sederhana. Rupanya raja tak mau percaya begitu saja. Ia pun mengeluarkan pedangnya. Lalu berdiri sambil mengacungkan pedangnya. “Jangan coba-coba menipuku! Pedang ini bisa memotong lehermu dalam sekejap!” ancamnya melotot. Penggali parit itu tetap tersenyum. Lalu dengan tenangnya, ia pun berdiri. ” Di sini tidak ada rakyat yang berani berbohong. Bila ada, maka belum bicara pun pedang telah menebas lehernya. Letakkanlah pedang Tuan. Tak pantas kita bertengkar di istana Umar,” kata penggali parit. Dengan tenang ia memegang pedang raja dan memasukkannya kembali pada sarungnya.

Raja terkesima melihat keberanian dan ketenangan si penggali parit. Antara percaya dan tidak, dipandanginya wajah penggali parit itu. Lantas, ia menebarkan kembali pandangannya menyaksikan “istana” Umar itu. Muncullah pelayan-pelayan dan pengawal-pengawal untuk menjamu mereka dengan upacara kebesaran. Namun, raja itu belum juga percaya. “Benarkah ini istana Umar? “tanyanya pada pelayan-pelayan.“Betul, Tuanku, inilah istana Umar bin Khattab,” jawab salah seorang pelayan. “Baiklah,” katanya. Raja memang harus mempercayai ucapan pelayan itu. “Tapi, dimanakah Umar? Tunjukkan padaku, aku ingin sekali bertemu dengannya dan bersalaman dengannya!” ujar sang raja. Dengan sopan pelayan itu pun menunjuk ke arah lelaki penggali parit yang duduk di hadapan raja.” Yang duduk di hadapan Tuan adalah Khalifah Umar bin Khattab” sahut pelayan itu. “Hah?!” Raja kini benar-benar tercengang. Begitu pula para pengawalnya. “Jad…jadi, anda Khalifah Umar itu…?” tanya raja dengan tergagap. Si penggali parit mengangguk sambil tersenyum ramah.

“Sejak kita bertemu pertama kali di pintu gerbang kota Madinah, sebenarnya Tuan sudah berhadapan dengan Umar bin Khattab!” ujarnya dengan tenang.

Kemudian raja itu pun langsung menubruk Umar dan memeluknya erat sekali. Ia sangat terharu bahkan menangis melihat kesederhanaan Umar. Ia tak menyangka, Khalifah yang namanya disegani di seluruh negeri itu, ternyata rela menggali parit seorang diri di pinggir kota. Sejak itu, raja selalu mengirim rakyatnya ke kota Madinah untuk mempelajari agama Islam.

Antara Demokrasi, Komunis, Dan Khilafah

Dia telah mensyari’atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah ad dien dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. amat berat bagi orang-orang musyrik ad dien yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada ad dien itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (dien)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya). (QS. Asy Syuuroo : 13)

Di dunia saat ini secara de facto dan de jure berlaku secara luas dua bentuk sistem kepemimpinan, yaitu; "sistem demokrasi dengan ekonomi kapitalisme" dan "sistem komunis dengan tata kelola ekonomi sosialisme-nya". Keduanya adalah sistem bentukan manusia yang lahir semata atas kemampuan daya nalar mereka dalam merespon kebutuhan hidup pada tataran sosial kemasyarakatan. Karena sepenuhnya mereka sadar bahwa manusia bukan hanya makhluk pribadi tapi juga makhluk sosial yang karenanya membutuhkan pola interaksi dengan lingkungannya di segala bidang kehidupan; baik sosial, politik, ekonomi, pertahanan keamanan, militer, kebudayaan dan lain-lain.

SISTEM DEMOKRASI.

Dalam sejarah peradaban manusia, demokrasi muncul sejak zaman Yunani Kuno di mana rakyat memandang kediktatoran sebagai bentuk pemerintahan terburuk. Sejak dahulu, demokrasi diakui banyak orang sebagai sistem nilai kemanusiaan yang paling menjanjikan masa depan umat manusia, karena memang pembandingnya adalah sistem monarchy absolute yang kejam dan dzalim.

Abraham Lincoln adalah presiden Amerika Serikat (AS) pertama yang pernah mengatakan, bahwa demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.

Sebenarnya, demokrasi di Yunani sendiri pernah “tidak laku” bahkan menghilang selama ratusan tahun. Baru kemudian muncul kembali di Perancis saat terjadi revolusi Perancis atas kepeloporan dari Baron de La Brède et de Montesquieu (lahir 18 Januari 1689 – meninggal 10 Februari 1755). Montesquieu terkenal dengan teorinya mengenai pemisahan kekuasaan yaitu Trias Politika dimana kekuasaan dibagi menjadi Legislatif, Eksekutif dan Yudikatif. Ia juga yang mempopulerkan istilah“feodalisme” terhadap kekaisaran Byzantium.

Pasca diserangnya penjara Bastille di Perancis dan runtuhnya sistem kerajaan, semua lapisan masyarakat menyambut demokrasi di atas angan-angan mereka akan kesempatan yang sama untuk menjadi penguasa layaknya raja. Hanya saja mereka menghadapi kendala terbesar dari kalangan raja-raja yang tidak rela menyerahkan kekuasaannya begitu saja sehingga sekali lagi sistem demokrasi pun “hilang” akibat krisis perebutan kekuasaan yang terus berlangsung, yang mengembalikan Perancis (lagi) pada sistem monarki dengan berkuasanya Napoleon Bonaparte sebagai kaisar.

Ditemukannya benua Amerika yang memang kosong dari kekuasaan seorang kaisar dengan penduduk asli yang masih primitive memberi ruang kepada masyarakat Eropa yang ingin mendapatkan kebebasan. Mereka berbondong-bondong “hijrah” ke Amerika untuk membangun negara baru dengan dasar kebebasan. Perancis kemudian menghadiahkan patung Liberty (kebebasan) di New York sebagai simbol penyambutan kepada para pencari kebebasan. Sampai hari ini, AS telah dianggap sebagai manivestasi dari negara demokrasi yang (konon) ideal dan menjadi rujukan bagi banyak negara di dunia.

Namun apa pasal? Dibidang politik, demokrasi yang menjadikan kekuasaan tanpa batas kepada rakyat, telah menjerumuskan para pemimpin mereka kepada kehilangan legitimasi atas rakyat yang dipimpinnya, sehingga atas nama rakyat para wakil mereka yang duduk di lembaga legislatif dengan mudah menjatuhkan pemimpin yang sedang berkuasa atau lewat apa yang dinamakan dengan “parlemen jalanan”. Kelompok masyarakat bebas menyampaikan aspirasi sebebas-bebasnya di luar parlemen dan menghujat para pemimpin tanpa standar akhlak dan nilai moral serta memaksa mereka (para pemimpin) untuk turun dari tampuk kekuasaan, jika pemimpinnya tidak memenuhi hak-hak mereka.

Dibidang ekonomi, kapitalisme sebagai anak kandung demokrasi juga ikut menjadi sebab hilangnya legitimasi seorang pemimpin. Mekanisme pasar sebagai panglima ekonomi (bukan pemerintah) telah melahirkan raja-raja dari para pemodal besar dan para korporat yang mengendalikan perjalanan ekonomi sebagai nafas pembangunan. Pekerja (buruh) lebih mentaati para juragan mereka ketimbang para pemimpin politik (penguasa) pada sebuah negara.

Di AS, mereka yang bisa lolos sebagai calon maupun terpilih menjadi seorang presiden AS sejatinya adalah pilihan para pemimpin korporasi besar yang didominasi Yahudi. Karenanya, para pemodal besar memang lebih suka pada kapitalisme yang telah bermetamorfosis menjadi Neo Liberalisme hari ini, dengan konsekwensi pemodal kecil dan rakyat jelata hanya akan menjadi debitor (peminjam/penghutang) yang terus terikat pada jerat ribawi. Para pakar menilai hal inilah yang selama ini menimbulkan ketidak stabilan dalam ekonomi dunia yang sering disebut dengan Random Walk, yaitu suatu istilah statistik yang menggambarkan langkah-langkah yang tidak berpola, seperti langkah orang yang sedang mabuk berat.

Fenomena ini persis seperti yang digambarkan oleh Al Qur’an:

Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. (QS Al Baqarah : 275).

Menyadari peran korporasi yang terlalu besar, AS, menurut mantan Menkeu RI, Sri Mulyani (Mei 2009), telah menggunakan sistem yang disebut “Regulated Economy”, yaitu ekonomi dengan kontrol pemerintah yang ditandai dengan campur tangan Presiden Barrack Obama yang menekan pemimpin General Motor (GM) agar mengundurkan diri. Selain itu juga adanya kucuran dana segar dari pemerintah untuk menolong AIG (American International Group) yang hampir kolap pada tahun 2008 sebagai bentuk proteksi.

Hal ini menunjukkan pada kita bahwa penganut demokrasi dan kapitalisme sendiri sudah tidak yakin dengan apa yang menjadi pegangan mereka selama ini.

SISTEM KOMUNIS

Kendatipun lahir di Eropa barat dari tangan seorang Karl Heinrich Marx atau biasa dikenal dengan Karl Marx (Trier, Jerman, 5 Mei 1818 – London, 14 Maret 1883), ajaran komunisme dengan sistem ekonomi sosialisme-nya merasuki Albania dan Rumania. Menemukan lahan suburnya di Eropa timur dan Asia, seperti di Uni Soviet (sekarang Russia), Cina, hingga Asia tenggara bahkan sempat menancapkan kukunya di Indonesia lewat Partai Komunis Indonesia (PKI).

Sebenarnya permasalahan inti di Uni Sovyet (Russia) dan Eropa saat itu adalah sama, yaitu kekuasaan kaum feodal atau para tuan tanah “bekerja sama” dengan para Tzar (kaisar/raja) dan prajurit kerajaan untuk menguasai rakyat jelata yang bekerja sebagai buruh tani dan pekerja serabutan. Sementara kekuasaan agama (gereja) lebih memihak pada penguasa dan kaum feodal yang arogan dan kejam. Sehingga atas permusuhannya terhadap agama, ideologi komunisme pun “lahir kembar” dengan atheisme yang menolak mempercayai tuhan.

Menurut paham ini manusia adalah “binatang yang cerdas” yang berasal dari materi, seperti air, daging, tulang dan lain-lain hingga membentuk tubuh dan hidup. Paham ini berkembang lewat indoktrinasi dan propaganda, juga berkembang lewat kekerasan dan peperangan. Uni Soviet misalnya, didirikan lewat peperangan dan kekerasan, negara-negara kecil dipaksa untuk bergabung. Oleh sebab itu, Lenin dan Stalin bukan hanya dikagumi tapi juga ditakuti dan dibenci oleh banyak pihak. Terutama Stalin, ia hidup dalam rasa takut untuk dibunuh secara kekerasan (ditembak senjata api atau dengan senjata tajam), maupun takut diracun lewat makanan.

Momen penting dari formalisasi sistem komunis dalam sebuah negara di era modern adalah ketika Mao Tse-Tung (Zedong) sebagai pejuang besar komunis memproklamirkan Republik Rakyat Cina (RRC) di Tiananmen pada tanggal 1 Oktober 1949, sebagai negara komunis terbesar di dunia.

Prinsip komunisme dengan sosialisme yang menempatkan mekanisme ekonomi ditangan negara men-syaratkan negara memiliki modal besar untuk mem-backup semua kegiatan ekonomi agar bisa mandiri sebagai sebuah negara yang sekaligus pengelola bisnis. Syarat lainnya adalah nasionalisasi perusahaan besar. Hal ini menjadi momok menakutkan bagi para investor asing dan lokal untuk berinvestasi di negara komunis, karena khawatir akan diambil alih oleh negara. Kekhawatiran lain dari para investor adalah jika harus berhadapan dengan para pemimpin yang korup dan tidak jujur, bisa saja melakukan upaya busuk demi kepentingan pribadi dan kelompoknya dengan dalih nasionalisasi.

Hal-hal itulah yang sempat memperburuk ekonomi China dalam beberapa dekade, sampai mereka mampu bangkit setelah mengambil tindakan strategis dengan menegakkan:
(1). Pemerintahan yang bersih dan tegas,
(2). Kepemimpinan tunggal (mono leadership),
(3). Penekanan pada perlunya ketegasan akan Loyalitas dan dedikasi,
(4). Mayoritas hasil untuk pemerintah, demi kemajuan bersama,
(5). Gaji karyawan dan biaya produksi yang cukup rendah.

Sedangkan dalam bidang politik, China yang telah menempatkan kekuasaan tertinggi di tangan 3 unsur (Presiden, Panglima Angkatan Bersenjata dan Sekjen Partai Komunis) menyadari riskannya keadaan tersebut. Sehingga uniknya kini ketiga posisi tersebut dipegang oleh satu orang, yaitu; Hu Jin Tao. (Buku: Agenda Terror Dajjal 2013, Dr. Wang Xiang Jun., Ph.D, Pustakan Solomon, 2010). Hal ini bertolak dari kesadaran mereka akan pentingnya kepemimpinan tunggal (mono leadership).

SISTEM KHILAFAH YANG TRANSPARAN DAN SEIMBANG (ADIL)

Sadar akan kekurangan yang melahirkan berbagai kegagalan, para pelaku dari kedua sistem kemudian melakukan berbagai upaya dalam menyempurnakan diri. Uniknya, ternyata apa yang mereka cari sesungguhnya dapat ditemukan kesempurnaannya dalam sistem Khilafah, baik duniawi maupun ukhrawi, materi dan spiritual sekaligus, yaitu sistem yang wujud atas pelaksanaan perintah Allah, yang telah dicontohkan pula oleh Rasulullaah dan para sahabat serta diikuti dengan baik oleh para generasi setelahnya.

Rasulullaah saw bersabda:

“Dahulu Bani Israil senantiasa dipimpin oleh para Nabi, setiap mati seorang Nabi diganti oleh Nabi lainnya dan sesudahku ini tidak ada lagi seorang Nabi dan akan terangkat beberapa khalifah bahkan akan bertambah banyak. Sahabat bertanya: “Ya Rasulullah, apa yang engkau perintahkan kepada kami? Beliau bersabda: ”Tepatilah bai’atmu pada yang pertama, maka untuk yang pertama dan berilah kepada mereka haknya, maka sesungguh nya Allah akan menanyakan apa yang digembala kannya.” (HR.Al-Bukhari dari Abu Hurairah, Shahih Al Bukhari dalam Kitab Bad’ul Khalqi: IV/206)

Berbagai prinsip dalam sistem Khilafah diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Dasarnya Tauhid

Dengan dasar ini kepemimpinan Khilafah akan senantiasa mengarahkan ummatnya untuk selalu meng-esakan Allah, menjauhkan mereka dari segala bentuk kesyirikan dan perpecahan untuk semata tunduk dan patuh serta bersatu dibawah kepemimpinan seorang Khalifah.

Allah SWT berfirman:

dan Janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka. (QS. Ar Ruum :31).

Hal inilah yang tidak dimiliki oleh sistem lain selain Khilafah, kehancuran mereka pun berawal dari tidak adanya keimanan mereka terhadap semua perintah dan larangan Allah, hukum mereka pun tentu saja adalah hukum kufur yang justru mengundang laknat Allah SWT.

2. Kepemimpinan Tunggal

Dimana kekuasaan dan wewenang dalam perintah dan eksekusi setiap kebijakan berada ditangan satu orang, yaitu Khalifah yang didukung oleh para pembantu yang mumpuni dibidangnya.

Sistem ini tidak memperbolehkan adanya dualisme kepemimpinan dalam satu kesempatan, Rasulullaah SAW bersabda:

“Apabila dibai’at dua khalifah (dalam satu masa), maka bunuhlah yang lain dari keduanya. (yaitu yang terakhir).” (HR. Muslim dari Abi Sa’id Al Khudri, Shahih Muslim dalam Kitabul Imaroh: II/137).

3. Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) yang Strategis oleh Pemerintah

Dalam sistem Khilafah pengelolaan SDA yang strategis dan menyangkut hajat hidup orang banyak seperti; tambang emas, tembaga, sumber hutan, sumber daya air dan energy harus dilakukan oleh jama’ah lewat badan usaha yang mempekerjakan para ahli yang dipilih sesuai bidangnya, tidak boleh dilakukan oleh swasta baik dalam negeri maupun asing.

Hal ini berdasarkan petunjuk baginda Nabi yang mengatakan bahwa: “Manusia berserikat dalam tiga hal: air, padang gembalaan (hutan) dan api (energy)” (HR. Abu Dawud).

Diceritakan dalam sebuah hadits riwayat Imam At Turmidzi dari Abyadh bin Hamal, bahwa Abyadh bin Hamal sendiri pernah meminta izin kepada Rasulullah untuk mengelola sebuah tambang garam. Rasulullah meluluskan permintaan tersebut, sampai diingatkan oleh para sahabat, “Wahai Rasulullah, tahukah anda apa yang anda berikan kepadanya? Sesungguhnya anda telah memberinya sesuatu yang bagaikan air mengalir (ma’u al-‘iddu).” Rasulullah kemudian bersabda; “Tariklah tambang tersebut darinya (Abyadh bin Hamal)”.

Hadits tersebut menyerupakan tambang garam yang kandungannya sangat banyak dengan “air yang mengalir”, sehingga keberadaannya menjadi potensial dan terkait hajat hidup orang banyak yang seharusnya tidak dikelola oleh swasta (private), tapi oleh jama’ah.

Jika semua potensi dimana rakyat berserikat di dalamnya dikelola swasta maka kaidah berdaganglah yang akan berjalan, yaitu menggunakan modal sekecil-kecilnya untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya. Konsekwensinya, rakyat harus menanggung resiko mendapatkan barang produksi yang mahal. Untuk itu, swasta dipersilahkan mengelola usaha yang terkait dengan kebutuhan sekunder masyarakat dengan tetap dibawah kontrol Khalifah dan jajarannya, dengan prinsip memberi kemudahan bagi masyarakat.

Rasulullah SAW bersabda: “Mudahkanlah mereka dan janganlah kalian persulit.” (HR. Al Bukhari dan Muslim).

4. Sistem Ekonomi yang Non Ribawi

Dalam sistem ekonomi Islam, basisnya adalah perangkat Baitul Maal yang akan menampung potensi dana zakat, infaq dan lain-lain dari ummat yang cukup besar sesuai dengan jumlah ummat Islam yang juga sangat besar. Baitul Maal pula yang menjadi sumber permodalan dalam sistem Khilafah untuk mengelola kepemimpinan dan perusahaan jama’ah sebagaimana kami sebut diatas, termasuk di dalamnya adalah untuk bantuan permodalan bagi rakyat yang terlibat dalam usaha-usaha mikro kecil sebagai pinjaman tanpa bunga yang memberdayakan mereka. Insya Allah!.

Penutup

Belumkah tiba-kah waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, Kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik. (QS. Al Hadid : 16).