Fenomena alam dan semua bentuk yang terjadi di planet bumi ini sudah tertera dalam al-Qur’an, maka bagi para ilmuwan yang ingin mengekplorasi seluk beluk tentang bumi harus mengacu dengan al-Qur’an, karena semua ada dalam al-Qur’an walaupun ada beberapa hal atau fenomena di luar batas pemikiran manusia. Hal itu ditegaskan Ilmuwan International Kairo Prof Dr Zaghloul R M El Naggar saat Studium General dengan tema “Earth In the Glorious” yang digelar Fakultas Dirasat Islamiyah di Auditorium Prof Dr Harun Nasution.
“Al-Quran yang sudah 14 abad terpelihara dengan baik dan sebagai petunjuk manusia dalam menjalankan ibadah kepada Allah SWT sepantasnya peneliti harus mengacu dalam setiap kegiatan maupun penelitiannya di muka bumi ini untuk menjalankan dan mempercayainya agar berhasil, walaupun hal itu semua diluar batas pemikiran manusia. Karena setiap kejadian tersebut tidak bisa disangkal akan tetapi dipercayai dengan ilmu tauhid uluhiyyah dan rububiyyah,” katanya.
Menurutnya, setiap kejadian yang berhubungan dengan bumi dalam al-Qur’an lebih dari 1.200 ayat yang menceritakan segala fenomena maupun yang sudah terbentuk. Sehingga ini semua harus diekporasi dan dibuktikan dengan penelitian yang ilmiah untuk menunjukan keesaan kepada umat manusia di era modern ini. Misalnya pergerakan planet bumi yang berjalan pada porosnya memajukan melebarkan serta tidak membentur dengan planet lain yang ada di tata surya dengan kecermatan dan ketelitian tersebut bukan semata-mata karena kebetulan namun mukjijat Allah SWT yang patut dipercayai.
“Kejadian selanjutnya, dalam proses turunnya hujan bukan berarti tiba-tiba saja ada hujan, namun adanya proses penguapan dari air sungai maupun air laut yang kemudian dibawa oleh angin sehingga terbentuklah awan, ketika awan sudah banyak dan pekat hitam maka turunlah hujan,” ujar seorang hafidz al-Qur’an sejak umur 10 tahun ini.
Fenomena lainnya, lanjut dia, pulau-pulau yang ada di muka bumi, negara maupun samudera yang terpecah-pecah dan tidak menyatu, ternyata ini semua sudah diatur dalam al-Qur’an, karena seandainya disatukan dalam satu wilayah maka akan meledak. Sehingga di bumi ini adanya penyangga seperti gurun, gunung untuk menahan supaya tidak hancur. Maka wajarlah al-Qur’an ini penuh keistimewaan dan kemukjizatan.
“Pernah terjadi dahulu pada zaman Ibnu Abbas ada orang Arab yang meneliti keberadaan api di tengah laut, menurut pemikiran mereka mana mungkin ada api, karena api pasti mati dengan air apalagi di tengah laut. Namun setelah zaman semakin berkembang dan peralatan yang semakin modern, ternyata pembuktian tersebut dapat diketahui saat ini, walaupun saat itu tidak bisa dibuktikan kepastiannya dengan benar,” kilah lulusan geologi dari universitas Wales Universiti ini.
Seiring berjalannya waktu dan ilmu pengetahuan semakin modern ternyata planet-planet yang ada di tata surya termasuk bumi bisa dimanfaatkan. “Misalnya adanya pusat cahaya energi matahari, Allah ciptakan untuk kesinambungan proses kehidupan di muka bumi, kemudian adanya gravitasi di muka bumi ternyata diperngaruhi unsur besi yang bertebaran di alam semesta ini,” ucap lulusan University Kairo itu.
“Al-Quran yang sudah 14 abad terpelihara dengan baik dan sebagai petunjuk manusia dalam menjalankan ibadah kepada Allah SWT sepantasnya peneliti harus mengacu dalam setiap kegiatan maupun penelitiannya di muka bumi ini untuk menjalankan dan mempercayainya agar berhasil, walaupun hal itu semua diluar batas pemikiran manusia. Karena setiap kejadian tersebut tidak bisa disangkal akan tetapi dipercayai dengan ilmu tauhid uluhiyyah dan rububiyyah,” katanya.
Menurutnya, setiap kejadian yang berhubungan dengan bumi dalam al-Qur’an lebih dari 1.200 ayat yang menceritakan segala fenomena maupun yang sudah terbentuk. Sehingga ini semua harus diekporasi dan dibuktikan dengan penelitian yang ilmiah untuk menunjukan keesaan kepada umat manusia di era modern ini. Misalnya pergerakan planet bumi yang berjalan pada porosnya memajukan melebarkan serta tidak membentur dengan planet lain yang ada di tata surya dengan kecermatan dan ketelitian tersebut bukan semata-mata karena kebetulan namun mukjijat Allah SWT yang patut dipercayai.
“Kejadian selanjutnya, dalam proses turunnya hujan bukan berarti tiba-tiba saja ada hujan, namun adanya proses penguapan dari air sungai maupun air laut yang kemudian dibawa oleh angin sehingga terbentuklah awan, ketika awan sudah banyak dan pekat hitam maka turunlah hujan,” ujar seorang hafidz al-Qur’an sejak umur 10 tahun ini.
Fenomena lainnya, lanjut dia, pulau-pulau yang ada di muka bumi, negara maupun samudera yang terpecah-pecah dan tidak menyatu, ternyata ini semua sudah diatur dalam al-Qur’an, karena seandainya disatukan dalam satu wilayah maka akan meledak. Sehingga di bumi ini adanya penyangga seperti gurun, gunung untuk menahan supaya tidak hancur. Maka wajarlah al-Qur’an ini penuh keistimewaan dan kemukjizatan.
“Pernah terjadi dahulu pada zaman Ibnu Abbas ada orang Arab yang meneliti keberadaan api di tengah laut, menurut pemikiran mereka mana mungkin ada api, karena api pasti mati dengan air apalagi di tengah laut. Namun setelah zaman semakin berkembang dan peralatan yang semakin modern, ternyata pembuktian tersebut dapat diketahui saat ini, walaupun saat itu tidak bisa dibuktikan kepastiannya dengan benar,” kilah lulusan geologi dari universitas Wales Universiti ini.
Seiring berjalannya waktu dan ilmu pengetahuan semakin modern ternyata planet-planet yang ada di tata surya termasuk bumi bisa dimanfaatkan. “Misalnya adanya pusat cahaya energi matahari, Allah ciptakan untuk kesinambungan proses kehidupan di muka bumi, kemudian adanya gravitasi di muka bumi ternyata diperngaruhi unsur besi yang bertebaran di alam semesta ini,” ucap lulusan University Kairo itu.