aguspurnomosite.blogspot.com

aguspurnomosite.blogspot.com
Berpikir Luas Membuka Cakrawala Kehidupan! Berusaha Memberikan Yang Terbaik Untuk Masa Depan! Katakan "Go Go Go SEMANGAT" !!!

Sabtu, 26 Januari 2013

Pendidikan yang Egaliter dan Nasionalis, Akankah Hanya Sebuah Mimpi?

Mengapa kita harus terus bersedu sedan dan mengharu biru memenjarakan diri dalam duka, sedih, perih, dan pilu? Bukankah masih ada hari esok yang lebih cerah?

Kita adalah bangsa yang lahir, menggeliat dan meronta dalam api perjuangan yang berkobar. Kita juga lahir dalam gelimang darah para pahlawan yang demi kejayaan negeri ini rela meninggalkan segala kenikmatan hidup di dunia, melepas milik satu-satunya yang paling berharga, yakni jiwa dari raga. Bagi mereka, raga boleh hancur tertelan bumi, tetapi tidak untuk semangat, cita-cita, harapan, dan mimpi merdeka. Sungguh kemerdekaan bagi bangsa ini semula hanyalah sebuah harapan atau bahkan mimpi. Mimpi indah yang terlalu jauh membumbung tinggi di awan. Hanya patriot-patriot yang tulus dengan rasa nasionlisme yang tinggi, yang selalu optimistis dan pantang menyerah, dan yang berjuang tanpa pamrih, mereka itulah yang berhasil mewujudkan mimpi itu. Gugur satu tumbuh seribu, patah tumbuh hilang berganti, demikian semboyan para patriot pendahulu kita.

Berkat jerih payah yang tak mengenal lelah, asa yang tak pernah luruh, serta kasih Tuhan Yang Maha Rahmah, sampailah kita pada suatu titik kulminasi. Satu mimpi bangsa yang selama 350 tahun lebih tertindas, menjadi budak hamba sahaya bangsa-bangsa Eropa, akhirnya terwujud nyata. Jumat pagi itu, dalam lapar dan haus bulan puasa yang mulai terasa, di jalan Pegangsaan Timur nomor 56 Jakarta, untuk pertama kalinya dengan diikuti kumandang lagu Idonesia Raya, sang Saka Merah Putih berkibar dengan gagahnya. Merdeka! Ya, kita telah merdeka pada tanggal 17 Agustus tahun 1945, tepat jam 10 pagi WIB, detik-detik ketika sang proklamator Bung Karno berdampingan dengan Bung Hatta, membacakan naskah proklamasi, memperdengarkan berita kebebasan kita ke seantero dunia.

Namun, setelah setengah abad lebih kita merdeka, sebuah ironi yang menyayat hati terjadi. Bangsa-bangsa lain pernah merasai kekaguman yang mendalam dan mengidolakan kita sebagai bangsa yang bermartabat, karena hasil jerih payah perjuangan yang sungguh sangat berat. Mereka yang tertindas pernah terilhami atas apa yang kita raih lalu mereka memperjuangkan sendiri kemerdekaan dan kejayaan mereka walau harus melalui liku-liku pengorbanan yang pedih dan perih. Para pemimpin kita pernah diakui sebagai pemimpin-pemimpin dunia dengan kebesaran nama Indonesia. Tetapi tiba-tiba, kita seperti menjadi bukan apa-apa lagi bagi mereka, bahkan hampir bagi diri kita sendiri. Langit seperti runtuh, bumi seperti terbalik, seolah-olah sudah tidak ada lagi yang patut dicontoh, ditiru apalagi diilhamkan dan diidolakan dari bangsa ini

Taufik Ismail, sang pujangga kawakan yang piawai mengukir kata, mengungkapkan kekecewaannya tentang negeri yang pernah menjadi kebanggaannya:
….

Langit akhlak rubuh, di atas negeriku /berserak-serak /Hukum tak tegak, doyong
berderak-derak/Berjalan aku di Roxas Boulevard, Geylang Road,Lebuh Tun Razak, …  

Di sela khalayak aku berlindung di belakang hitam kacamata/Dan kubenamkan topi baret di kepala/Malu aku jadi orang Indonesia.  
( dikutip dari buku Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia, Seratus Puisi Taufiq Ismail, 1966 – 1998 )

Gus Mus, pujangga yang pemuka agama juga menorehkan ujung pena keprihatinannya dalam untaian kata penuh makna yang bertajuk Selama Ini di Negerimu :  
… 
inilah negeri paling aneh/dimana keserakahan dimapankan/kekuasaan dikerucutkan/kemunafikan dibudayakan/telinga-telinga disumbat harta dan martabat/mulut-mulut dibungkam iming-iming dan ancaman 
inilah negeri paling aneh/negeri adiluhung yang mengimpor/majikan asing dan sampah/negeri berbudaya yang mengekspor/babu-babu dan asap/negeri yang sangat suksesmenernakkan kambing hitam dan tikus-tikus/negeri yang angkuh dengan utang-utang yang tak terbayar/negeri teka-teki penuh misteri 
Serasa Armageddon tengah terjadi. Kiamat melanda. Krisis multi dimensi menerjang seluruh negeri! Bagaikan sebuah meteor raksasa berkecepatan sangat tinggi yang meluncur dengan tiba-tiba dari luar angkasa, dengan massa berlipat ganda, dengan temperatur tinggi yang panasnya membara luarbiasa, ia membuat kita nyaris hancur lebur, luluh lantak berkeping-keping di dalam lobang hitam pekat tiada berdasar dan bertepi. Sungguh sedemikian perkasanya makhluk yang bernama krisis multi dimensi itu. Seolah-olah ia memiliki jaring-jaring labirin yang sangat kuat dan liat, menjulur, membelit seperti sulur-sulur gurita raksasa, masing-masing membelengu setiap sendi kehidupan bangsa tanpa memberi sedikitpun ampun. Kita menjadi lemas tiada berdaya. Mulai dari krisis moneter, krisis moral, krisis sosial, krisis kepribadian, krisis kebudayaan sampai krisis kepercayaan diri, semuanya tumpah ruah, bercampur aduk jadi satu. Korupsi, kolusi dan nepotisme mengakar, menjalar ke mana-mana, mencerabut seluruh daya upaya kita untuk hidup sebagai bangsa.

Sudah jatuh masih tertimpa tangga, sesudah lepas dari mulut harimau lalu masuk ke mulut singa. Belum lagi kita merangkak bangkit dari krisis, bencana alam datang menghantam bagai palu godam. Bom meledak di mana-mana melenyapkan percuma nyawa orang–orang tak berdosa. Perang saudara berkecamuk sia-sia, kecelakaan terjadi dimana-mana, virus mematikan merajalela. Semua turut memberi warna buram kelamnya perjalanan sejarah negeri ini. Seluruhnya datang bertubi-tubi, silih berganti, menghantam dari sisi kanan dan kiri, susul-menyusul menghimpit dari segala arah, seolah mau mencekik dan menenggelamkan negeri yang sudah payah dan parah. Hal-hal yang paling buruk dan mengenaskan harus kita terima sebagai menu sehari-hari. Mau pilih gempa saja, atau gempa dengan Tsunami? Mau pilih banjir air saja atau lengkap dengan lumpurnya yang tanpa henti? Mau pilih badai puting beliung saja atau spesial dengan tanah longsor? Mau pilih perang saudara saja atau yang ada embel-embel bom terorisnya? Mau pilih pesawat hancur ketika terbang, atau terbakar di landasan? Mau pilih kapal yang langsung tenggelam atau yang terbakar dulu baru tenggelam? Mau pilih demam karena nyamuk atau flu karena burung? Demikian terus berulang dan berulang lagi. Apakah kita akan mati karena telah menggali kubur sendiri? Kapan semua ini akan berhenti?

Tetapi tunggu! Masih ada secercah harapan bersinar diujung sana. Ya, harapan! Jangan pernah kita kehilangan harapan. Bukankah seorang guru dunia pernah berujar, karena harapanlah seorang ibu menyusui anaknya. Karena harapanlah kita menanam pohon meski kita tahu kita tak kan sempat memetik buahnya yang ranum bertahun-tahun kemudian. Sekali kau kehilangan harapan, kau kehilangan seluruh kekuatanmu untuk menghadapi dunia. Je pence donc je suis , ”Karena saya berpikir, maka saya ada”, demikian ungkapan Rene’ Descartes. Di mana ada kemauan di situ ada jalan. Kalau kita mau terus optimis berjuang melepaskan diri dari krisis dan bangkit dari bencana yang melanda, bukan mustahil sesuatu yang sepertinya tidak mungkin menjadi mungkin terjadi. ”Tidaklah berubah suatu kaum kecuali atas usahanya sendiri.” demikian salah satu intisari pesan yang dibawa Nabi.

Sabar, sabar, sabar… Kita semua harus bersabar. Ingat roda pasti berputar. Tidak selamanya yang di bawah harus terus berada di bawah. Demikian juga yang kini sedang berada di atas, tidak selamanya mereka akan terus berjaya. Bukankah sejarah telah membuktikan bahwa banyak bangsa-bangsa kecil yang terjajah, terbelengu, dan tertindas, kemudian oleh perputaran waktu mereka bangkit dan menjadi penguasa? Benar kini kita sedang dalam gontai, setelah jatuh terjerembab dalam jurang kenistaan krisis multi dimensi. Benar kita ini masih lemah tidak berdaya, terbaring dalam gering, karena bencana-bencana besar, perang saudara, terorisme, kecelakaan dan pageblug yang datang beriring. Tetapi bukankah kita masih memiliki sisa waktu untuk merenung, berintrospeksi dan kembali belajar tentang sejarah? Lalu kita berbenah, menata yang terbaik untuk mewujudkan harapan dan mimpi-mimpi di masa depan.

Apa yang dipesankan oleh Bapak bangsa kita sungguh tepat sekali. ”Ingat, Jas Merah! Jangan sekali-sekali meninggalkan sejarah! Asal kita setia pada hukum sejarah, dan asal kita bersatu padu dan memiliki tekad baja, kita bisa memindahkan gunung Semeru atau gunung Kinibalu sekalipun.” Kalau kita bisa merdeka dari penjajahan bangsa lain, mengapa kita tidak bisa memerdekakan diri dari segala carut marut kehidupan bangsa saat ini? Walaupun bukan perkara mudah, tetapi kita bisa mencobanya bukan? Seperti yang telah dilakukan Bapak-Ibu pendiri bangsa ini, kita harus sanggup dan rela berkorban nyawa menjadi tumbal untuk negeri ini. Kita jangan menunggu sampai ada bangsa lain yang datang kembali menjajah bangsa ini.

Kita bisa belajar dari sejarah, tidak hanya dari bangsa kita, tetapi juga bangsa-bangsa lain di dunia. Kita bisa melihat bagaimana segerombolan orang yang dulunya petani miskin, gembala kumal, dan orang-orang terbuang yang liar, kini anak cucunya adalah penguasa dunia yang jumawa. Ya, Amerika serikat yang perkasa, yang memiliki tokoh-tokoh, penemu-penemu, dan ilmuwan-ilmuwan cerdas kelas dunia. Amerika yang kadang mendua, yang disegani kawan maupun lawan, dan yang menjadi polisi dunia. Kalau anak gembala saja bisa, mengapa kita tidak? Bayangkan seandainya kita menjadi negara adidaya, dengan pengaruh kekuasaan mencapai seluruh pelosok benua. Budaya dan bahasa kita tentu menjadi idola. Tentu dalam olimpiade orang tidak lagi memberi abab-aba dengan ”One, two, three!”, tetapi dengan ”Satu, dua, tiga!”

Kita juga bisa menengok lagi bagaimana ketika pasukan sekutu berhasil membuat Jepang luluh lantak dengan kedahsyatan bom nuklir yang mereka jatuhkan di Nagasaki dan Hiroshima tahun 1942. Apakah lantas rakyat Jepang dan para pemimpinnya ikut menjadi lemah tak berdaya? Tampaknya tidak. Boleh jadi mereka sesaat tenggelam dalam pahit dan getirnya sebuah kekalahan telak. Tetapi Hirohito, sang kaisar yang bijak, di dalam kegundahan hatinya, dengan suara dalam penuh keprihatinan berkata, ”Berapa jumlah sinsee (sebutan untuk guru dan dosen, tanpa dibedakan, di dalam bahasa Jepang ) yang selamat dari petaka?”

Peristiwa monumental ini kalau kita kaji lebih mendalam pada dasarnya membawa pesan universal: betapa pentingnya guru bagi suatu bangsa, sehingga ketika berada dalam keadaan katastropis, perhatian pertama dari seorang pemimpin bangsa adalah nasib para guru bangsa tersebut. Karena guru adalah ujung tombak pendidikan sebuah bangsa. Maju atau mundurnya pendidikan sangat menentukan kejayaan dan peradaban bangsa tersebut. Bagaimana bangsa yang tertindas selama 350 tahun bisa bebas? Bagaimana anak-anak gembala bisa menjadi polisi dunia? Bagaimana bangsa yang hancur rata bisa kembali menjulang ke angkasa? Tanyakan kepada sang empunya bangsa, pastilah guru dan pendidikan ada di dalam menu olahan mereka. Bung karno, Bung Hatta, Sutan syahrir, Panglima Besar Jenderal Sudirman, dan banyak lagi pendiri negeri ini adalah guru pada awal mulanya. Mereka menjadi orang-orang cerdas yang berhasil meyakinkan dunia bahwa Indonesia layak merdeka. Mereka menjadi ahli strategi perang gerilya dan taktik jitu berdiplomasi karena pendidikan matang yang pernah mereka enyam.

Pendidikan! Itulah kata kuncinya. Sebagai cermin, kita bisa mengambil yang baik dari cara pandang bangsa-bangsa yang sudah maju terhadap pendidikan. Hal tersebut diharapkan dapat memberikan inspirasi bagi kita untuk berbuat yang terbaik, atau setidaknya menyadarkan bahwa ada sesuatu yang kurang pada diri kita. Sebagaimana kita ketahui, cara pandang terhadap urgensi pendidikan dimata sebagian besar bangsa-bangsa Eropa, Australia, Amerika, Afrika,dan Asia tampaknya agak berbeda dengan yang kita miliki. Di dua benua yang disebut pertama, kita tidak perlu bertanya lagi. Hampir semua negara di dalamnya adalah negara-negara yang maju dalam segala hal. Yang namanya pendidikan dengan subsidi sangat besar adalah wajar, sehingga misalnya seorang rektor perguruan tinggi kecil digaji setara 25 juta rupiah sebulan, hal itu dianggap tidak wajar, bukan karena terlalu besar, justeru sebaliknya karena dianggap terlalu jauh dari nilai besar. Bukan seperti yang terjadi di sebuah universitas besar di negeri kita baru-baru ini, mahasiswa protes karena rektor akan digaji sebesar nilai tersebut di atas. Ironis memang, karena di negeri yang para pendirinya notabene adalah guru, ada anggapan bahwa seorang guru besarpun tidak pantas hidup pantas. Lain halnya jika yang bergaji besar adalah pegawai Telkom atau Pertamina, orang tidak akan pernah protes walaupun bosnya bisa bergaji 50 sampai 100 kali lipat gaji seorang profesor doktor. Kadang-kadang kita yang bermaksud baik ingin mengaplikasikan apa yang sudah berlaku di negara-negara tersebut ternyata justeru menghasilkan kebijakan-kebijakan yang dianGgap kurang membumi. Alih-alih didukung, justeru protes yang kita tuai.

Jika di Australia dan Eropa pendidikan sudah sedemikian maju, bagaimana dengan keadaan pendidikan di Amerika, Afrika, dan Asia yang notabene merupakan benua-benua yang memiliki heterogenitas kemajuan yang cukup signifikan? Lebih maju atau kurang majukah pendidikan di benua-benua yang di dalamnya juga terdapat negara-negara dunia ketiga seperti kita?

Benua Amerika membentang dari pulau Elsemere di sebelah utara Kanada sampai ke ujung selatan di suatu tempat yang bernama Cape Horn di pulau Hornos yang diapit oleh dua samudera maha luas, Pasifik yang anggun dan Atlantik yang agung. Tidak ada satu negarapun di benua yang rakyatnya beruntung itu yang tidak menganut paham yang susah kita anut, yaitu, pendidikan dasar itu wajib, tetapi egalitarian dan bebas biaya. Tidak peduli mereka itu besar, kaya dan kuat, seperti Kanada dan Amerika Serikat, atau yang kecil, tidak begitu kuat, dan juga tidak kaya, seperti El Salvador atau Panama. Semua menganggap bahwa pendidikan adalah pilar masa depan bangsa. Jadi mereka sangat peduli terhadapnya.

Membentang jauh Afrika, dari utara ke selatan, dari Rabat di Maroko sampai Cape Town di Afrika Selatan. Meski orangnya hitam legam dan kadang bikin seram, mereka tetap menganggap afdol pendidikan. Kalau di Afrika, kita itu ibarat Zimbabwe, Nigeria, atau Bostwana. Mereka seakan menganggap pendidikan bagi bangsa itu adalah kepentingan nomor sekian. Kita tidak seperti sebagian besar negara-negara lain di Afrika. Kita tidak seperti Mesir, Somalia, atau Sudan. Meski kadang terhimpit masalah ekonomi dan politik atau bahkan rakyat susah makan, tetapi pendidikan dasar wajib dan gratis yang egalitarian tetap berjalan.

Lain di Afrika, lain lagi di Asia, tepatnya Asia Tenggara. Meskipun pada mulanya kita bersama-sama berangkat dari kesepadanan, agaknya kini terlalu berat jika kita menyandingkan diri sejajar dengan Malaysia, Tailand, atau bahkan Vietnam dalam urusan pendidikan. Mengapa? Karena mereka tidak takut kehilangan uang untuk menanam benih berkualitas masa depan, sedangkan kita tampak sebaliknya. Kita ogah mencontoh mereka, mungkin karena gengsi atau kita ingin jalan pintas. Kita cenderung memilih pendidikan dengan kurikulum ala Amerika Serikat atau Australia yang sebetulnya kadang kurang membumi. Pendeknya kita mengacu kepada yang serba barat karena barat adalah cermin kemajuan dan gengsi. Tetapi kita lupa atau sengaja melupakan fakta bahwa pendidikan itu membutuhkan dana.

Kita pernah bertekad menganggarkan 20% dari total APBN untuk kemajuan pendidikan. Bahkan semuanya sudah dituangkan di dalam konstitusi. Kita juga sudah mensyahkan UU Guru dan Dosen yang akan sangat membantu kesejahteraan mereka. Tetapi tampaknya di tengah jalan, kalau kita tidak memiliki keinginan yang kuat untuk mempertahankan niat, semuanya akan kandas. Tekad itu tidak akan pernah terwujud. Kita tidak akan pernah berani sedikit berkorban dengan dalih anggaran itu tidak masuk akal, angka yang mustahil, mengada-ada atau tidak relevan. Jadi aplikasinya diundur dan terus diundur.

Sebenarnya semua tahu bahwa perhatian yang baik terhadap pendidikan adalah seperti menanam, merawat dan menjaga apa yang kita tanam. Buahnya, boleh jadi kita yang memetik ketika usia kita telah senja, atau mungkin hanya anak cucu kita yang merasakan. Tetapi percayalah dengan penuh harapan, bahwa kita akan bahagia menyaksikannya, dari alam ”sana”. 

Singkatnya, walau bagaimanapun kita harus tetap optimis bahwa mimpi dan harapan akan kejayaan bangsa ini bisa kita gapai melalui pendidikan. Kita harus kembali kepada konsitusi UUD 1945 dengan mulai mengupayakan pendidikan yang terjangkau bahkan gratis tetapi berkualitas. Pendidikan itu adalah Pendidikan Indonesia Baru yang Nasionalis dan Egalitarian, yaitu yang menekankan penanaman rasa cinta tanah air Indonesia sekaligus memberikan kesempatan yang sama tanpa membedakan kaum borju ataupun kaum marginal untuk bersama-sama mengenyamnya. Pendidikan itu juga menanamkan pentingnya kecerdasan yang disertai budi pekerti luhur untuk menghasilkan insan Indonesia berkualitas yang siap memperbaiki secara total tatanan generasi sebelumnya. Pendidikan selama ini telah terbukti memproduksi manusia-manusia yang cerdas, tetapi terkadang jarang diikuti dengan moral value yang tinggi. Banyak mereka cerdik seperti si Kancil, tetapi egosentris, picik, licik dan bahkan culas, sehingga hukumpun bisa disiasati dan dikalahkan.

Menyambut Hari Pendidikan Nasional pada tanggal 2 Mei 2007 mendatang, mari kita renungkan kembali pesan Bapak Pendidikan Nasioanal, Ki Hajar Dewantoro, ” Ing ngarso sung tulodho, ing madio mangun karso, tutwuri handayani.” Jadilah pemimpin model, motivator tangguh, dan pengikut setia.  
Akhirnya, mari kita jemput harapan dengan mendukung terwujudnya Pendidikan Indonesia Baru yang Nasionalis dan Egalitarian. Dengan begitu, tidak mustahil akan lahir generasi-generasi bangsa yang lebih siap menanggulangi krisis multi dimensi, bencana alam, terorisme, wabah mematikan, dan berbagai macam kecelakaan di masa datang. Tunggulah saatnya ketika kita raih kejayaan bangsa ini. Tidak lama lagi! 

Pendidikan Indonesia Terendah di Dunia

Sistem Pendidikan Indonesia menempati peringkat terendah di dunia. Berdasarkan tabel liga global yang diterbitkan oleh firma pendidikan Pearson, sistem pendidikan Indonesia berada di posisi terbawah bersama Meksiko dan Brasil. Tempat pertama dan kedua ditempati Finlandia dan Korea Selatan, sementara Inggris menempati posisi keenam.

Peringkat itu memadukan hasil tes internasional dan data, seperti tingkat kelulusan antara tahun 2006 dan 2010. Sir Michael Barber, penasihat pendidikan utama Pearson, mengatakan, peringkat disusun berdasarkan keberhasilan negara-negara memberikan status tinggi pada guru dan memiliki “budaya” pendidikan.

Perbandingan internasional dalam dunia pendidikan telah menjadi semakin penting dan tabel liga terbaru ini berdasarkan pada serangkaian hasil tes global yang dikombinasikan dengan ukuran sistem pendidikan, seperti jumlah orang yang dapat mengenyam pendidikan tingkat universitas.

Gambaran perpaduan itu meletakkan Inggris dalam posisi yang lebih kuat dibandingkan dengan tes Pisa dari Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD), yang juga merupakan salah satu tes dalam proses penyusunan peringkat. Pertimbangan-pertimbangan dalam peringkat ini diproduksi untuk Pearson oleh Economist Intelligence Unit.

Kompetisi Global

Dua kekuatan utama pendidikan adalah Finlandia dan Korea Selatan, lalu diikuti oleh tiga negara di Asia, yaitu Hongkong, Jepang, dan Singapura.

Inggris yang dianggap sebagai sistem tunggal juga dinilai sebagai “di atas rata-rata”, lebih baik daripada Belanda, Selandia Baru, Kanada, dan Irlandia. Keempat negara itu juga berada di atas kelompok peringkat menengah termasuk Amerika Serikat, Jerman, dan Perancis.

Perbandingan ini diambil berdasarkan tes yang dilakukan setiap tiga atau empat tahun di berbagai bidang, termasuk matematika, sains, dan kesusasteraan serta memberikan sebuah gambaran yang semakin menurun dalam beberapa tahun terakhir. Akan tetapi, tujuan utamanya adalah memberikan pandangan multidimensi dari pencapaian di dunia pendidikan dan menciptakan sebuah bank data yang akan diperbaharui dalam sebuah proyek Pearson bernama Learning Curve.

Melihat dari sistem pendidikan yang berhasil, studi itu menyimpulkan bahwa mengeluarkan biaya adalah hal penting, tetapi tidak sepenting memiliki budaya yang mendukung pendidikan. Studi itu mengatakan, biaya adalah ukuran yang mudah, tetapi dampak yang lebih kompleks adalah perilaku masyarakat terhadap pendidikan, hal itu dapat membuat perbedaan besar.

Kesuksesan negara-negara Asia dalam peringkat ini merefleksikan nilai tinggi pendidikan dan pengharapan orangtua. Hal ini dapat menjadi faktor utama ketika keluarga bermigrasi ke negara lain, kata Pearson.

Ada banyak perbedaan di antara kedua negara teratas, yaitu Finlandia dan Korea Selatan, menurut laporan itu, tetapi faktor yang sama adalah keyakinan terhadap kepercayaan sosial atas pentingnya pendidikan dan “tujuan moral”.

Kualitas Guru

Laporan itu juga menekankan pentingnya guru berkualitas tinggi dan perlunya mencari cara untuk merekrut staf terbaik. Hal ini meliputi status dan rasa hormat serta besaran gaji.

Peringkat itu menunjukkan bahwa tidak ada rantai penghubung jelas antara gaji tinggi dan performa yang lebih baik. Dan ada pula konsekuensi ekonomi langsung atas sistem pendidikan performa tinggi atau rendah, kata studi itu, terutama di ekonomi berbasis keterampilan dan global. Namun, tidak ada keterangan yang jelas mengenai pengaruh manajemen sekolah dengan peringkat pendidikan.

Peringkat untuk tingkat sekolah menunjukkan bahwa Finlandia dan Korea Selatan memiliki pilihan tingkat sekolah terendah. Namun, Singapura yang merupakan negara dengan performa tinggi memiliki tingkat tertinggi.
Source

Pendidikan Jujur yang Membebaskan

Apa yang bisa mengguncang institusi Pendidikan Prestisius? Ternyata bukan nilai, sarana-prasarana, atau dana, tapi ketidakjujuran.

Itulah yang terjadi di Universitas Harvard, AS, yang prestisius itu. Baru-baru ini Harvard terguncang hebat oleh skandal ”nyontek” yang melibatkan sekitar 125 mahasiswa dalam mata kuliah pemerintahan.

Sesungguhnya penulis rindu guncangan semacam itu juga terjadi dalam pendidikan kita. Guncangan karena skandal ”nyontek” justru menunjukkan penyelenggara pendidikan teguh memperjuangkan martabatnya. Kejujuran harga mati, martabat, sekaligus roh pendidikan. Sebaliknya, menutup-nutupi fakta ketidakjujuran dan beragam dinamika pendidikan manipulatif tindakan pembusukan dunia pendidikan dan penghancuran bangsa.

Alasan Mencontek

Ada banyak alasan mengapa siswa/mahasiswa mencontek. Pada kasus Harvard, pencontek- an dilakukan puluhan atlet universitas itu. Diduga, seperti banyak perguruan tinggi lain, Harvard memberikan keringanan bagi para atlet mahasiswa. Dalam konteks ini, mencontek terjadi karena pencontek tak ada di tempat belajar yang tepat. Pembelajar harus mempertimbangkan kultur dan dinamika tempat belajarnya agar terhindar dari tekanan terlampau tinggi karena tuntutan institusi pendidikan di luar kemampuannya. Sekolah/universitas yang ”bagus dan baik” belum tentu berguna bagi semua pembelajar.

Tekanan yang terlampau berat juga terjadi karena tuntutan prestasi/nilai. Tuntutan itu bisa datang dari orangtua atau lembaga. Sesungguhnya tak selalu salah menuntut pembelajar mendapat prestasi tinggi asal lembaga pendidikan sungguh-sungguh menekankan dan menghargai proses. Nalarnya: kalau semua proses pendidikan berjalan dengan baik, akuntabel, dan transparan, nilai/prestasi yang baik akan terjadi dengan sendirinya.

Sayangnya, pendidikan kita telah mengabaikan proses. Akibatnya sebagian besar pembelajar di negeri ini tak memiliki kepercayaan diri. Ketika penulis bertanya kepada para murid tentang alasan mereka sulit mengendalikan dorongan spontan untuk tidak mencontek adalah nihilnya kepercayaan diri. Sejak SD mereka tak pernah mengalami nikmatnya belajar, indahnya belajar dengan menekuni proses. Lebih parah lagi, guru mereka tak banyak menghargai, apalagi mengajarkan proses belajar.

Kita bisa memahami pengakuan para murid itu ketika menyadari rendahnya kompetensi guru. Kian jarangnya digunakan soal-soal uraian dalam ujian adalah petunjuk lain. Pragmatisme pembelajaran yang berjiwa hedonis dengan menjadikan nilai ujian sebagai penentu prestasi pantas kita pertimbangkan juga. Padahal, banyak pembelajar sesungguhnya unggul dalam mengerjakan tugas harian (proses), tetapi ringkih saat ujian karena kurang percaya diri. Di sini kita mestinya sadar, para pencontek itu adalah korban dinamika pembelajaran yang pragmatis-hedonis, mengabaikan proses, tidak transparan dan akuntabel.

Kita juga mesti merenung jujur: tidakkah dinamika pendidikan yang begitu memuja pencitraan dan beragam tindakan manipulatif hanya akan melahirkan generasi pencontek? Apalagi bila dinamika semacam itu justru difasilitasi dan dimobilisasi lembaga pemerintahan-negara. Itu sebuah pelanggaran hak asasi manusia yang serius, sistematis, dan kejam, tetapi terjadi dalam sunyi. Lebih parah lagi, ini efektif menghancurkan eksistensi bangsa kita karena pada saatnya negeri ini akan diurus generasi nihil kepercayaan diri.

Pembelajar Jujur

Pendidikan jujur niscaya demi menjaga eksistensi bangsa ini dalam percaturan dunia. Pendidikan jujur meniscayakan dinamika pembelajaran yang menekankan dan menghargai proses, transparan, serta akuntabel. Dinamika pendidikan semacam itu membantu pembelajar mengalami apa yang oleh Paulo Freire disebut humanisasi.

Dalam humanisasi, manusia dibantu menyadari keterbatasannya dengan praksis. Pendidikan yang menekankan dan menghargai proses membantu pembelajar menyadari keterbatasannya hingga sanggup mengatasi situasi yang membatasinya itu.

Karena itu, pembelajar perlu dibantu memilih institusi belajar yang memiliki kultur dan dinamika pembelajaran yang cocok baginya. Tujuannya agar pembelajar mampu berproses. Ia mampu nyaman dengan dirinya, menentukan target prestasi yang terukur, serta melakukan dinamika proses pembelajaran yang unik untuk mencapai target itu. Pada akhirnya ia terbantu untuk memiliki banyak pengalaman sukses dan melampaui keterbatasan-keterbatasan yang disadarinya. Inilah jalan melahirkan generasi berkarakter dan jujur.

Beragam pencitraan dan kastanisasi pendidikan yang memengaruhi perekrutan pembelajar perlu dipertimbangkan. Institusi pendidikan sebaiknya merekrut mereka yang mampu belajar sesuai kultur institusinya. Sekolah/ universitas dibangun untuk pembelajaran, bukan gerombolan.

9 Karakter yang Perlu Ditanamkan pada Anak

ORANGTUA mana yang tidak ingin melihat buah hatinya sukses secara mental, finansial, dan kehidupan sosial? Saat itu terjadi, kebahagiaan Anda sebagai orangtua akan terasa lengkap. Tapi untuk mencapai semua itu butuh persiapan dan perjuangan. Butuh perhatian dan persiapan matang agar sang buah hati bisa meraih masa depan dan memiliki kemampuan bersaing dan menghadapi tantangan masa depan. 

Aspek pendidikan formal, agama, karakter, dan pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan hal dasar yang bisa dimulai sejak usia 0-6 tahun. Pendidikan diusia dasar ini selalu disinggung para psikolog sebagai awal dari pentingnya perjalanan seseorang.

Pendidikan Karakter  

Yang perlu diingat, pendidikan formal tidak akan cukup membentuk pribadi anak agar memiliki daya saing tinggi serta tangguh di masa depan. Ada yang perlu diperhatikan, yaitu pendidikan karakter.

Sebenarnya, gagasan pendidikan karakter ini bukan hal baru. Presiden pertama Republik Indonesia Soekarno, “Jika pembangunan karakter tak berhasil, bangsa Indonesia hanya akan menjadi bangsa kuli”. Demikian seperti dikutip dari buku Karakter Mengantar Bangsa dari Gelap Menuju Terang (Sumarno Sudarsono, 2009).

Melihat kondisi saat ini, pendidikan demi pembangunan karakter kian mendesak. Tawuran pelajar, kriminalitas dan korupsi, merupakan salah satu tanda lemahnya pendidikan karakter. Ratna Megawangi, praktisi pendidikan holistik berbasis karakter, selalu menekankan pentingnya pendidikan karakter karena terkait dengan kemajuan suatu bangsa.

Pendidikan karakter di sini meliputi pelajaran moral dan agama. Kedua pelajaran tersebut wajib diberikan pada anak-anak di sekolah formal maupun informal. Masalahnya, kebanyakan mata pelajaran itu diberikan hanya sampai anak tahu dan hapal, tapi tidak mengalirkan pengetahuan itu hingga menjadi sebuah karakter. Akibatnya, tawuran terus terjadi, demikian pula dengan korupsi.

Persoalan lainnya, pendidikan anak terkadang menjadi ‘rebutan’. Sejumlah orangtua menyerahkan sepenuhnya tanggung jawab pendidikan kepada guru. Padahal, orangtua memiliki peran besar terhadap persoalan ini.

Ada sembilan pilar karakter yang perlu dibentuk pada anak-anak. Kesembilan pilar itu sangat mendasar, hingga tidak mungkin bisa terlaksana, jika hanya diserahkan pada guru di sekolah.

Sembilan pilar itu adalah:
1. Cinta Tuhan dan alam semesta beserta isinya;
2. Tanggung jawab, kedisiplinan dan kemandirian
3. Kejujuran
4. Hormat dan santun
5. Kasih sayang, kepedulian, dan kerjasama
6. Percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah
7. Keadilan dan kepemimpinan
8. Baik dan rendah hati
9. Toleransi, cinta damai, dan persatuan.

BIOTEKNOLOGI KONVENSIONAL & MODERN

 Bioteknologi adalah cabang ilmu yang mempelajari pemanfaatan makhluk hidup (bakteri, fungi, virus, dan lain-lain) maupun produk dari makhluk hidup (enzim, alkohol) dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa.   
  • Dewasa ini, perkembangan bioteknologi tidak hanya didasari pada biologi semata, tetapi juga pada ilmu-ilmu terapan dan murni lain, seperti biokimia, komputer, biologi molekular, mikrobiologi, genetika, kimia, matematika, dan lain sebagainya.  
  • Dengan kata lain, bioteknologi adalah ilmu terapan yang menggabungkan berbagai cabang ilmu dalam proses produksi barang dan jasa. 
  • Bioteknologi secara sederhana sudah dikenal oleh manusia sejak ribuan tahun yang lalu. Sebagai contoh, di bidang teknologi pangan adalah pembuatan bir, roti, maupun keju yang sudah dikenal sejak abad ke-19, pemuliaan tanaman untuk menghasilkan varietas-varietas baru di bidang pertanian, serta pemuliaan dan reproduksi hewan. 
  • Di bidang medis, penerapan bioteknologi di masa lalu dibuktikan antara lain dengan penemuan vaksin, antibiotik, dan insulin walaupun masih dalam jumlah yang terbatas akibat proses fermentasi yang tidak sempurna. 
  • Perubahan signifikan terjadi setelah penemuan bioreaktor oleh Louis Pasteur. 
  • Dengan alat ini, produksi antibiotik maupun vaksin dapat dilakukan secara massal. 
  • Pada masa ini, bioteknologi berkembang sangat pesat, terutama di negara negara maju. 
  • Kemajuan ini ditandai dengan ditemukannya berbagai macam teknologi semisal rekayasa genetika, kultur jaringan, rekombinan DNA, pengembangbiakan sel induk, kloning, dan lain-lain. 
  • Teknologi ini memungkinkan kita untuk memperoleh penyembuhan penyakit-penyakit genetik maupun kronis yang belum dapat disembuhkan, seperti kanker ataupun AIDS. 
  • Penelitian di bidang pengembangan sel induk juga memungkinkan para penderita stroke ataupun penyakit lain yang mengakibatkan kehilangan atau kerusakan pada jaringan tubuh dapat sembuh seperti sediakala. 
  • Di bidang pangan, dengan menggunakan teknologi rekayasa genetika, kultur jaringan dan rekombinan DNA, dapat dihasilkan tanaman dengan sifat dan produk unggul karena mengandung zat gizi yang lebih jika dibandingkan tanaman biasa, serta juga lebih tahan terhadap hama maupun tekanan lingkungan. 
  • Penerapan bioteknologi di masa ini juga dapat dijumpai pada pelestarian lingkungan hidup dari polusi. Sebagai contoh, pada penguraian minyak bumi yang tertumpah ke laut oleh bakteri, dan penguraian zat-zat yang bersifat toksik (racun) di sungai atau laut dengan menggunakan bakteri jenis baru. 
  • Kemajuan di bidang bioteknologi tak lepas dari berbagai kontroversi yang melingkupi perkembangan teknologinya. Sebagai contoh, teknologi kloning dan rekayasa genetika terhadap tanaman pangan mendapat kecaman dari bermacam-macam golongan. 

Bioteknologi dapat digolongkan menjadi bioteknologi konvensional/tradisionaldan modern.

BIOLOGI KONVENSIONAL/ TRADISIONAL

  • Bioteknologi yang memanfaatkan mikroorganisme untuk memproduksi alkohol, asam asetat, gula, atau bahan makanan, seperti tempe, tape, oncom, dan kecap. 
  • Mikroorganisme dapat mengubah bahan pangan. 
  • Proses yang dibantu mikroorganisme, misalnya dengan fermentasi, hasilnya antara lain tempe, tape, kecap, dan sebagainya termasuk keju dan yoghurt. Proses tersebut dianggap sebagai bioteknologi masa lalu. 
  • Ciri khas yang tampak pada bioteknologi konvensional, yaitu adanya penggunaan makhluk hidup secara langsung dan belum tahu adanya penggunaan enzim 
Pengolahan Bahan Makanan 
Pengolahan Produk Susu 

  • Susu dapat diolah menjadi bentuk-bentuk baru, seperti yoghurt, keju, dan mentega. 

Yoghurt
  • Untuk membuat yoghurt, susu dipasteurisasi terlebih dahulu, selanjutnya sebagian besar lemak dibuang. 
  • Mikroorganisme yang berperan dalam pembuatan yoghurt, yaitu Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophillus. 
  • Kedua bakteri tersebut ditambahkan pada susu dengan jumlah yang seimbang, selanjutnya disimpan selama ± 5 jam pada temperatur 45oC. 
  • Selama penyimpanan tersebut pH akan turun menjadi 4,0 sebagai akibat dari kegiatan bakteri asam laktat. 
  • Selanjutnya susu didinginkan dan dapat diberi cita rasa. Jadi deh Yoghurt 
Keju
  • Dalam pembuatan keju digunakan bakteri asam laktat, yaitu Lactobacillus dan Streptococcus. 
  • Bakteri tersebut berfungsi memfermentasikan laktosa dalam susu menjadi asam laktat. 
  • Proses pembuatan keju diawali dengan pemanasan susu dengan suhu 90 derajad C atau dipasteurisasi, kemudian didinginkan sampai 30 derajad C. 
  • Selanjutnya bakteri asam laktat dicampurkan. 
  • Akibat dari kegiatan bakteri tersebut pH menurun dan susu terpisah menjadi cairan whey dan dadih padat, 
  • kemudian ditambahkan enzim renin dari lambung sapi muda untuk mengumpulkan dadih. 
  • Enzim renin dewasa ini telah digantikan dengan enzim buatan, yaitu klimosin. 
  • Dadih yang terbentuk selanjutnya dipanaskan pada temperatur 32oC – 420oC dan ditambah garam, kemudian ditekan untuk membuang air dan disimpan agar matang. Adapun whey yang terbentuk diperas lalu digunakan untuk makanan sapi. OK 
Mentega
  • Pembuatan mentega menggunakan mikroorganisme Streptococcuslactis dan Lectonosto ceremoris. 
  • Bakteri-bakteri tersebut membentuk proses pengasaman. 
  • Selanjutnya, susu diberi cita rasa tertentu dan lemak mentega dipisahkan. 
  • Kemudian lemak mentega diaduk untuk menghasilkan mentega yang siap dimakan. 
Produk Makanan Non Susu 

Kecap
  • Dalam pembuatan kecap, jamur, Aspergillus wentii dibiakkan pada kulit gandum terlebih dahulu. 
  • Jamur Aspergillus wentii bersama-sama dengan bakteri asam laktat yang tumbuh pada kedelai yang telah dimasak menghancurkan campuran gandum. 
  • Setelah proses fermentasi karbohidrat berlangsung cukup lama akhirnya akan dihasilkan produk kecap. 
Pembuatan Kecap
  • Pembuatan kecap dengan cara fermentasi di Indonesia, secara singkat adalah sebagai berikut: 
  1. Kedelai dibersihkan dan direndam dalam air pada suhu kamar selama 12 jam, kemudian direbus selama 4-5 jam sampai lunak. 
  2. Setelah direbus, kedelai ditiriskan dan didinginkan di atas tampah. 
  3. Tampah tersebut ditutup dengan lembaran karung goni, karung terigu, atau lembaran plastik. Karena terus berulang kali dipakai, bahan yang digunakan sebagai penutup ini biasanya mengandung spora, sehingga berfungsi sebagai inokulum. 
  4. Spora kapang Aspergillus wentii akan bergerminasi dan tumbuh pada substrat kedelai dalam waktu 3 sampai 12 hari pada suhu kamar. 
  5. Kapang dan miselium yang terbentuk akibat fermentasi inilah yang dinamakan koji. 
  6. Selanjutnya, koji diremas-remas, dijemur, dan kulitnya dibuang. 
  7. Koji dimasukkan ke dalam wadah dari tanah, tong kayu, atau tong plastik yang berisi larutan garam 20-30 persen. 
  8. Campuran antara kedelai yang telah mengalami fermentasi kapang (koji) dengan larutan garam inilah yang dinamakan moromi. 
  9. Fermentasi moromi dilanjutkan selama 14-120 hari pada suhu kamar. 
  10. Setelah itu, cairan moromi dimasak dan kemudian disaring.  
  • Untuk membuat kecap manis, ke dalam filtrat ditambahkan gula merah dan bumbu-bumbu lainnya, diaduk sampai rata dan dimasak selama 4-5 jam. 
  • Untuk membuat kecap asin, sedikit gula merah ditambahkan ke dalam filtrat, diaduk, dan dimasak selama 1 jam. 
  • Kecap yang telah masak, selanjutnya disaring dengan alat separator untuk memisahkan kecap dari berbagai kotoran, kemudian didinginkan. 
  • Langkah akhir pembuatan kecap adalah memasukkannya ke dalam botol gelas, botol plastik, atau botol pet. Beres Deh OK 
  • Secara tradisional, kecap dibuat dengan proses fermentasi, yaitu menggunakan jasa mikroorganisme kapang, khamir, dan bakteri untuk mengubah senyawa makromolekul kompleks yang ada dalam kedelai (seperti protein, lemak, dan karbohidrat) menjadi senyawa yang lebih sederhana, seperti peptida, asam amino, asam lemak dan monosakarida. 
  • Adanya proses fermentasi tersebut menjadikan zat-zat gizi dalam kecap menjadi lebih mudah dicerna, diserap, dan dimanfaatkan oleh tubuh. 

Tempe

  • Tempe kadang-kadang dianggap sebagai bahan makanan masyarakat golongan menengah ke bawah, sehingga masyarakat merasa gengsi memasukkan tempe sebgai salah satu menu makanannya. 
  • Akan tetapi, setelah diketahui manfaatnya bagi kesehatan, tempe mulai banyak dicari dan digemari masyarakat dalam maupun luar negeri. 
  • Jenis tempe sebenarnya sangat beragam, bergantung pada bahan dasarnya, namun yang paling luas penyebarannya adalah tempe kedelai. 
  • Tempe mempunyai nilai gizi yang baik. 
  • Di samping itu tempe mempunyai beberapa khasiat seperti :
  1. dapat mencegah dan mengendalikan diare 
  2. mempercepat proses penyembuhan duodenitis 
  3. memperlancar pencernaan 
  4. dapat menurunkan kadar kolesterol, 
  5. dapat mengurangi toksisitas 
  6. meningkatkan vitalitas 
  7. mencegah anemia 
  8. menghambat ketuaan 
  9. serta mampu menghambat resiko jantung koroner, penyakit gula, dan kanker. 
  • Untuk membuat tempe, selain diperlukan bahan dasar kedelai juga diperlukan ragi. 
  • Ragi merupakan kumpulan spora mikroorganisme, dalam hal ini kapang. 
  • Dalam proses pembuatan tempe paling sedikit diperlukan empat jenis kapang dari genus Rhizopus 
  1. Rhyzopus oligosporus 
  2. Rhyzopus stolonifer 
  3. Rhyzopus arrhizus 
  4. Rhyzopus oryzae. 
  • Miselium dari kapang tersebut akan mengikat keping-keping biji kedelai dan memfermentasikannya menjadi produk tempe. 
  • Proses fermentasi tersebut menyebabkan terjadinya perubahan kimia pada protein, lemak, dan karbohidrat. 
  • Perubahan tersebut meningkatkan kadar protein tempe sampai sembilan kali lipat. 
Tape
  • Tape dibuat dari bahan dasar ketela pohon dengan menggunakan sel-sel ragi dari spora Aspergillus oryzae 
  • Ragi menghasilkan enzim yang dapat mengubah zat tepung menjadi produk yang berupa gula dan alkohol. 
  • Masyarakat kita membuat tape tersebut berdasarkan pengalaman. 

BIOTEKNOLOGI MODERN 

  • Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, para ahli telah mulai lagi mengembangkan bioteknologi dengan memanfaatkan prinsip-prinsip ilmiah melalui penelitian. 
  • Dalam bioteknologi modern orang berupaya dapat menghasilkan produk secara efektif dan efisien. 
  • Bioteknologi modern merupakan bioteknologi yang didasarkan pada manipulasi atau rekayasa DNA, selain memanfaatkan dasar mikrobiologi dan biokimia. 
  • Aplikasi bioteknologi modern juga mencakup berbagai aspek kehidupan manusia, misalnya pada aspek pangan, pertanian, peternakan, hingga kesehatan dan pengobatan. 
  • Dewasa ini, bioteknologi tidak hanya dimanfaatkan dalam industri makanan tetapi telah mencakup berbagai bidang, seperti rekayasa genetika, penanganan polusi, penciptaan sumber energi, dan sebagainya. 
  • Dengan adanya berbagai penelitian serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka bioteknologi makin besar manfaatnya untuk masa-masa yang akan datang. 
  • Beberapa penerapan bioteknologi modern sebagai berikut.  

REKAYASA GENETIKA   
  • Rekayasa genetika merupakan suatu cara memanipulasikan gen untuk menghasilkan makhluk hidup baru dengan sifat yang diinginkan. 
  • Rekayasa genetika disebut juga pencangkokan gen atau rekombinasi DNA. 
  • Dalam rekayasa genetika digunakan DNA untuk menggabungkan sifat makhluk hidup. 
  • Hal itu karena DNA dari setiap makhluk hidup mempunyai struktur yang sama, sehingga dapat direkomendasikan. 
  • Selanjutnya DNA tersebut akan mengatur sifatsifat makhluk hidup secara turun-temurun. 
  • Untuk mengubah DNA sel dapat dilakukan melalui banyak cara, misalnya melalui transplantasi inti, fusi sel, teknologi plasmid, dan rekombinasi DNA.  
Transplantasi Inti
  • Transplantasi inti adalah pemindahan inti dari suatu sel ke sel yang lain agar didapatkan individu baru dengan sifat sesuai dengan inti yang diterimanya. 
  • Transplantasi inti pernah dilakukan terhadap sel katak. 
  • Inti sel yang dipindahkan adalah inti dari sel-sel usus katak yang bersifat diploid. 
  • Inti sel tersebut dimasukkan ke dalam ovum tanpa inti, sehingga terbentuk ovum dengan inti diploid. 
  • Setelah diberi inti baru, ovum membelah secara mitosis berkali-kali sehingga terbentuklah morula yang berkembang menjadi blastula. 
  • Blastula tersebut selanjutnya dipotong-potong menjadi banyak sel dan diambil intinya. 
  • Kemudian inti-inti tersebut dimasukkan ke dalam ovum tanpa inti yang lain. 
  • Pada akhirnya terbentuk ovum berinti diploid dalam jumlah banyak. 
  • Masing-masing ovum akan berkembang menjadi individu baru dengan sifat dan jenis kelamin yang sama.   
Fusi sel/Hibridoma
  • Fusi sel adalah peleburan dua sel baik dari spesies yang sama maupun berbeda supaya terbentuk sel bastar atau hibridoma. 
  • Fusi sel diawali oleh pelebaran membran dua sel serta diikuti oleh peleburan sitoplasma (plasmogami) dan peleburan inti sel (kariogami). 
  • Manfaat fusi sel, antara lain untuk pemetaan kromosom, membuat antibodi monoklonal, dan membentuk spesies baru. 
  • Di dalam fusi sel diperlukan adanya:  
  1. sel sumber gen (sumber sifat ideal) 
  2. sel wadah (sel yang mampu membelah cepat) 
  3. fusigen (zat-zat yang mempercepat fusi sel). 
Teknologi Plasmid
  • Plasmid adalah lingkaran DNA kecil yang terdapat di dalam sel bakteri atau ragi di luar kromosomnya. 
  • Sifat-sifat plasmid, antara lain: 
  • merupakan molekul DNA yang mengandung gen tertentu 
  • dapat beraplikasi diri 
  • dapat berpindah ke sel bakteri lain 
  • sifat plasmid pada keturunan bakteri sama dengan plasmid induk. 
  • Karena sifat-sifat tersebut di atas plasmid digunakan sebagai vektor atau pemindah gen ke dalam sel target. 
Rekombinasi DNA
  • Rekombinasi DNA adalah proses penggabungan DNA-DNA dari sumber yang berbeda. Tujuannya adalah untuk menyambungkan gen yang ada di dalamnya. 
  • Oleh karena itu, rekombinasi DNA disebut juga rekombinasi gen. 
  • Rekombinasi DNA dapat dilakukan karena alasan-alasan sebagai berikut. 
  • Struktur DNA setiap spesies makhluk hidup sama 
  • DNA dapat disambungkan  
Bioteknologi bidang Kedokteran
  • Bioteknologi mempunyai peran penting dalam bidang kedokteran, misalnya dalam pembuatan antibodi monoklonal, vaksin, antibiotika dan hormon.  
Pembuatan Antibodi Monoklonal
  • Antibodi monoklonal adalah antibodi yang diperoleh dari suatu sumber tunggal. 
  • Manfaat antibodi monoklonal, antara lain: 
  1. untuk mendeteksi kandungan hormon korionik gonadotropin dalam urine wanita hamil 
  2. mengikat racun dan menonaktifkannya 
  3. mencegah penolakan tubuh terhadap hasil transplantasi jaringan lain. 
Pembuatan Vaksin
  • Vaksin digunakan untuk mencegah serangan penyakit terhadap tubuh yang berasal dari mikroorganisme. 
  • Vaksin didapat dari virus dan bakteri yang telah dilemahkan atau racun yang diambil dari mikroorganisme tersebut. 
Pembuatan Antibiotika
  • Antibiotika adalah suatu zat yang dihasilkan oleh organisme tertentu dan berfungsi untuk menghambat pertumbuhan organisme lain yang ada di sekitarnya. 
  • Antibiotika dapat diperoleh dari jamur atau bakteri yang diproses dengan cara tertentu. 
  • Zat antibiotika telah mulai diproduksi secara besar-besaran pada Perang Dunia II oleh para ahli dari Amerika Serikat dan Inggris. 
Pembuatan Hormon
  • Dengan rekayasa DNA, dewasa ini telah digunakan mikroorganisme untuk memproduksi hormon. 
  • Hormon-hormon yang telah diproduksi, misalnya insulin, hormon pertumbuhan, kortison, dan testosteron. 
Sumber