aguspurnomosite.blogspot.com

aguspurnomosite.blogspot.com
Berpikir Luas Membuka Cakrawala Kehidupan! Berusaha Memberikan Yang Terbaik Untuk Masa Depan! Katakan "Go Go Go SEMANGAT" !!!

Minggu, 29 September 2013

Subhanallah, Terungkap Alasan Ilmiah Kenapa Pria Dilarang Memakai Emas

Atom pada emas mampu menembus ke dalam kulit melalui pori2 dan masuk ke dalam darah manusia. Jikaseorang pria mengenakan emas dalam jumlah tertentu dan dalam jangka waktu yang lama, maka dampak yang ditimbulkan yaitu di dalam darah dan urine akan mengandung atom emas dalam kadar yang melebihi batas (dikenal dengan sebutan migrasi emas).

Dan apabila ini terjadi dalam jangka waktu yang lama, maka akan mengakibatkan penyakit Alzheimer.sebab jika tidak di buang maka dalam jangka waktu yang lama atom emas dalam darah ini akan sampai ke otak dan memicu penyakit alzheimer.

Alzheimer adalah suatu penyakit dimana orang tersebut kehilangan semua kemampuan mental dan fisik serta menyebabkan kembali seperti anak kecil. Alzheimer bukan penuaan normal,tetapi merupakan penuaan paksaan atau terpaksa.salah seorang yang terkena penyakit alzheimer adalah charles bronson, ralph waldo emerson dan sugar ray robinson.

Sedangkan, mengapa Islam memperbolehkan wanita untuk mengenakan emas ?

Jawabannya adalah..

“Wanita tidak menderita masalah ini karena setiap bulan, partikel berbahaya tersebut keluar dari tubuh wanita melalui menstruasi.” itulah sebabnya islam mengharamkan pria memakai emas dan membolehkan wanita memakai perhiasan emas.

itulah alasan agama Islam melarang pria memakai emas,ternyata hal ini telah diketahui Nabi Muhammad 1400 tahun yang lalu. Padahal beliau tidak pernah belajar ilmu fisika.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melarang kaum laki-laki memakai cincin emas.

Al-Bukhari dan Muslim masing-masing dari Al-Bara’ bin Azib Radhiyallahu ‘anhu, bahwa ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat seorang laki-laki memakai cincin emas di tangannya, maka beliau memintanya supaya mencopot cincinnya, kemudian melemparkannya ke tanah. (HR. Bukhori & Muslim)

Apakah Google Menantang Tuhan Dengan Program Calico-nya ?

Google belakangan ini mengumumkan sebuah perusahaan yang berjanji akan ‘menunda kematian’, yang bernama Calico.

Calico dibuat untuk menantang hukum alam seputar kematian. Google ingin meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan sehingga di masa mendatang tak ada lagi penyakit yang bisa memperpendek umur manusia.

CEO Google, Larry Page mengatakan, “Penyakit dan penuaan merupakan hal yang terjadi terhadap kita. Dengan pengayaan beberapa bioteknologi dan perawatan kesehatan, saya percaya kita bisa meningkatkan umur dari jutaan nyawa,” katanya.

Padahal, sejatinya, hidup dan mati merupakan hak prerogatif Tuhan. Walaupun dengan segala daya dan upaya, manusia hingga kini tak bisa menciptakan teknologi untuk mencegah ataupun menunda hal yang menjadi suratan takdir tiap manusia tersebut.

Upaya Google untuk ‘menantang’ Tuhan ini bisa saja dilakukan mengingat Google memiliki sumber daya yang tak terbatas, terutama dari segi teknologi dan uang. Selain itu, selama ini, Google sendiri disadari atau tidak sudah menjadi ‘Tuhan’ baru di era teknologi.

Dikutip dari situs resmi Google (19/8), Arthur D. Levinson , Chairman dan mantan CEO Genentech dan Ketua Apple, akan menjadi Chief Executive Officer dan pemimpin para investor dari perusahaan Calico tersebut.

“Saya telah mengabdikan sebagian besar hidup saya untuk ilmu pengetahuan dan teknologi, dengan tujuan peningkatan kesehatan manusia. Fokus pada proses penyembuhan Larry telah mengilhami saya, dan saya sangat bersemangat tentang apa yang bisa saya perbuat berikutnya.” kata Levinson.

Minggu, 22 September 2013

At-Tawaazun, Keseimbangan Hakiki


Hukum dan Keadilan (ilustrasi) (Allah) yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?'' (QS. 67:3)

Pakar Tafsir Al-Qur’an terkemuka, Prof Dr M Quraish Shihab dalam bukuMembumikan Al-Qur’an (Jilid 2 hal. 34), menyebutkan beberapa karakteristik ajaran Islam antara lain al-wasathiyah (moderasi), yakni pertengahan dalam tuntunannya baik tentang Tuhan maupun dunia, alam dan manusia. 

Islam memandang hidup dunia dan akhirat saling melengkapi. Tidak boleh tenggelam dalam materialisme dan juga terlena dalam spritualisme. 

Meraih materi duniawi tetapi dengan nilai-nilai samawi. Oleh karena itulah, umat Islam dijadikan umat pertengahan (ummatan wasathan) (QS.2:143).

Semakna dengan al-wasathiyah adalah at-tawaazun (equilibrium) yakni keseimbangan dan al-’adlu (keadilan).  Pertengahan menunjukkan kesemibangan sekaligus keadilan. 

Nabi Saw bersabda : ”al-wasthu al-’adlu, ja’alnakum ummatan wasathan”. Artinya ; ”Tengah-tengah itu adalah adil. Kami jadikan kamu satu umat yang tengah-tengah (terbaik)”. (HR. Tirmidzi dan Ahmad). 

At-Tawaazun atau al-Mizan adalah prinsip keseimbangan ajaran Islam.  Alam semesta dan manusia  diciptakan dengan hukum keseimbangan (QS.67:3-4). (QS. 55:7-9).  

Allah SWT  telah menurunkan petunjuk baik dalam ayat Qouliyah (al-Qur’an) maupun ayat Kauniyah (alam semesta) yang memuat hukum keseimbangan (al-mizan). 

Oleh karena itu, jika manusia ingin hidup tenang, mesti tunduk pada hukum keseimbangan.  Mengapa hidup kita seringkali susah, dikejar-kejar hutang, sakit-sakitan dan konflik keluarga ? Boleh jadi, karena belum mampu menjaga keseimbangan. 

Paling tidak, ada tiga hal yang harus diseimbangkan yaitu : 
Pertama ; Keinginan (Want). Dalam bahasa agama disebut dengan al-hawa an-nafs(hawa nafsu) yakni keinginin diri sendiri. 

Imam al-Gazali pernah berpesan yang paling besar di dunia ini adalah hawa nafsu. Keinginan manusia itu tidak terbatas seperti minum air laut, akan bertambah haus. Hawa nafsu selalu menggiring kepada keburukan kecuali yang dirahmati Allah (QS.53:12,75:2,89:27). 

Jika manusia mengikuti nafsu, ia mempertuhankan diri sendiri (QS.45:23) dan melakukan apa saja bahkan lebih bejat dari binatang (QS. 25:44, 7:179).  

Keinginan pula yang membuat kita susah. Dapat yang satu ingin yang lain. Begitu pun konsumsi,  apa saja dimakan dan berlebihan (tabzir),  padahal menzalimi diri sendiri (6:119,17:26-27,38:26). 
Tidak satu pun pekerjaan yang dilandasi hawa nafsu yang menghasilkan kebaikan (kualitas), tapi akan berakhir dengan kegagalan. 

Kedua ; Kebutuhan (Need). Dalam istilah agama disebut al-haajah. Islam tak hendak membunuh hawa nafsu, tapi mengendalikannya. Tak ada kehidupan jika tidak ada keinginan terhadap seks, harta, wanita, jabatan dan lain-lain (QS. 3:14). 

Salah satu yang bisa menyeimbangkan keinginan adalah kebutuhan. Apakah kita butuh terhadap yang kita inginkan ? Kebutuhan lebih kecil dari keinginan. Lihatlah mobil, motor, baju, sepatu, asesoris rumah, apakah dibutuhkan atau diinginkan ?  

Keinginan meraih sesuatu telah melalaikan kita pada hak badan, keluarga, tetangga dan masyarakat. Tubuh berhak akan istirahat dan gizi, istri dan anak (HR. Bukhari).
Dalam ibadah saja pun, Nabi SAW melarang berlebihan. Beliau puasa terus berbuka, tahajjud lalu tidur dan menikah (HR. Muttafaq ’alaih). Malam untuk istirahat dan siang bekerja (25:47,78:10-11). Jika keinginan tidak seimbang dengan kebutuhan, akan terjadi disharmoni individual, sosial dan spritual.   

Ketiga ; Kemampuan (Ability). Dalam bahasa agama disebut denganistitha’ah.  Jika keinginan (gas) bisa diseimbangkan dengan kebutuhan (rem), maka laju dan irama akan terkontrol. 

Tapi, kebutuhan pun  subjektif. Ibarat  gas ditancap tapi rem diinjak, bisa blong ata aus. Oleh karena itu, keinginan belum bisa diimbangi dengan kebutuhan saja, tapi juga harus dengan kemampuan (mesin).  

Mesin kenderaan akan rusak jika over capacity. Agama Islam tidak memberatkan umatnya (’adamul haraji) dan tidak menghendaki kesukaran dalam menjalankannya (QS.22:78). Allah SWT. pun tak memaksa kita melakukan ibadah melampaui kemampuan (QS.2:286,23:62). 

Begitu pun memberi nafkah kepada keluarga  (QS.2:233, 65:7), memberi mahar (QS.2;236),  shalat dalam perjalanan diberi rukhsah (keringanan), jika tidak bisa berdiri, duduk atau terbaring, (QS.3:191). Puasa jika tidak mampu boleh berbuka atau bayar fidyah (QS.2:184). Menunaikan haji jika mampu (QS.3:97.

Ketika Kita ingin dan butuh sesuatu serta mampu, apakah boleh melakukannya ? Agama memberikan pedoman hidup agar merujuk kepada 3 (tiga) nilai dasar keislaman, yakni kebenaran (ilmu), kebaikan (etika) dan keindahan (estetika). 

Bertanyalah, apakah hal itu benar, baik dan indah menurut pandangan agama dan kearifan ? At-tawaazun adalah keseimbangan hidup dengan pribadi, sosial, lingkungan alam semesta dan Allah SWT. Ia ada di pertengahan. 

Pesan Nabi SAW. : ”khairul umuri awsathuha” (sebaik-baik urusan adalah pertengahan). Sikap dermawan itu di tengah kikir dan boros. Keberanian di tengah nekat dan pengecut.  Allahu a’lam bish-shawab. 
Source

Al-Hasib, Yang Maha Membuat Perhitungan

"Dan Allah menetapkan hukum (menurut kehendak-Nya), tidak ada yang dapat menolak ketetapan-Nya dan Dia Mahacepat perhitungan-Nya." (QS Ar-Ra’d: 41)

Apabila kita rajin mengamati benda-benda kosmos di angkasa, kita akan mendapati benda-benda itu bergerak stabil tanpa dipengaruhi faktor-faktor eksternal sejak jutaan tahun yang lampau. Tak bisa tidak, kita akan menyimpulkan bahwa ada sistem perhitungan yang amat komplek atasnya yang begitu alamiah. Perhitungan yang diperlukan untuk menjalankan kosmos besar itu tidak pernah bisa dijangkau oleh “rasio” manusia, siapa pun.

Lalu, siapakah yang menciptakan sistem yang begitu kompleks, rumit, dan perhitungan yang demikian akurat? Dia-lah Allah, yang menjadikan kriteria kosmis tetap untuk melindungi kelangsungan hidup manusia di muka bumi dengan cara yang sempurna, yang dengan itu manusia dapat melaksanakan tugasnya di muka bumi sebagai hamba sekaligus khalifah.

Coba renungkan betapa Allah (Al-Hasib) membuat keseimbangan kimiawi, fisiologis, dan astronomis yang ada di alam semesta secara mengagumkan sehingga tidak kita temukan kesalahan sekecil apa pun di dalamnya. Kesalahan perhitungan sekecil apa pun, bahkan sebesar rambut dibelah lima puluh (bukan sekadar dibelah tujuh), sekalipun pasti akan berakibat fatal. Di sini, tidak ada toleransi terhadap kesalahan sekecil apa pun.

“Sesungguhnya segala sesuatu telah Kami ciptakan dengan kadar (kalkulasi dan akurasi) yang ditentukan. Dan perintah Kami hanyalah (dengan) satu perkataan bagaikan kejapan mata.” (QS Al-Qamar: 49 dan 50).

Luar biasa! Betapa akuratnya perhitungan Allah dalam penciptaan benda-benda angkasa sehingga keberadaannya dapat dihisab sekaligus dirukyat.

“Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya, dan Dialah yang menetapkan tempat-tempat orbitnya, agar kamu mengetahui bilangan tahun, dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan demikian itu melainkan dengan benar. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang berilmu.” (QS Yunus: 5).

“Dialah yang menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat, dan menjadikan matahari dan bulan untuk perhitungan. Itulah ketetapan Allah Yang Maha Perkasa, Maha Mengetahui.” (QS Al-An’am: 96).


Sungguh, secerdas apa pun pikiran manusia, mereka tak bakal mampu menjangkau angka perhitungan di seluruh jagad raya dari atom terkecil hingga planet terbesar dalam berbagai jenis, orbit, dan lingkungannya. Manusia, bahkan tak bakal mampu menyebut angka perhitungan yang terjadi dalam tubuh mereka sendiri.

Al-Qur’an tidak saja menjelaskan tentang akurasi perhitungan Allah terhadap penciptaan langit dan bumi. Tapi Dia sangat cermat dalam memperhitungkan segala amal perbuatan hamba-Nya dan membalas mereka sesuai dengan keadilan-Nya.

“Sesungguhnya Allah Maha memperhitungkan segala sesuatu.” (QS An-Nisaa: 86).

"Agar Allah membalas setiap jiwa (seperti) apa yang telah mereka usahakan. Sesungguhnya Allah Mahacepat dalam menghisab.” (QS Ibrahim: 51).


Setiap perbuatan manusia, yang baik maupun yang buruk, semua diperhitungkan, tanpa ada yang kelewat. Sekecil apa pun perbuatan manusia, bahkan yang masih disembunyikan dalam hati, diketahui oleh Allah dan diperhitungkan-Nya. Kelak di hari kiamat, manusia akan melihat data, rekaman, dan dokumentasi amalnya.

“Maka barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.” (QS Al-Zalzalah: 7 dan 8).

Lalu, hikmah apa yang bisa kita ambil dari sifat dan nama Allah Al-Hasib? Hisablah dirimu sendiri sebelum dirimu dihisab. Wallahu a’lam.

Jumat, 20 September 2013

Siapakah Orang yang Merugi Itu

Semua manusia yang hidup di dunia ini pasti tidak akan menginginkan hidup dalam kerugian. Seorang pedagang akan selalu bekerja dengan sungguh-sungguh agar niaganya laris dan dia mendapat banyak keuntungan. Seorang pelajar akan serius belajar agar dia berhasil dalam belajarnya dan tidak termasuk orang yang merugi.

Di zaman yang semakin maju dengan berbagai kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan ini. Hampir semua manusia mengartikan kerugian adalah mereka yang rugi secara materi. Seseorang yang kehilangan harta benda dikatakan merugi. Seseorang yang tertipu dalam sebuah bisnis disebut merugi. Seorang yang hidupnya terpenjara disebut juga sebagai orang yang rugi. Maka dapat disimpulkan, patokan sebuah kerugian adalah ketika seseorang rugi secara materi semata. Padahal seebenarnya Allah Subhanahu wa ta’ala dan Rasulullah telah menjelaskan arti dari kerugian yang sebenarnya.

Di dalam Surat Al ‘Asr Allah subhanahu wa ta’ala telah menjelaskan bahwa pada dasarnya semua manusia yang hidup di dunia ini dalam keadaan merugi, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebaikan serta saling menasehati dalam kebenaran dan saling menasehati dalam kesabaran. Inilah salah satu kerugian pertama yang dijelaskan di dalam Al qur’an yaitu merugi waktu atau zaman.

Berapa banyak orang yang hidup bertahun-tahun lamanya namun sedikit sekali beramal untuk kepentingan Akhirat. Berapa banyak manusia yang membiarkan dirinya terus menerus berada dalam dunia kemalasan tanpa berusaha untuk keluar darinya. Berapa banyak orang yang melihat sebuah kemungkaran terjadi di depan mata, tapi tidak mengingkarinya dengan tangan, lisan, dan hatinya. Bahkan tidak sedikit dari manusia justru mengikuti kemungkaran itu. Mereka inilah orang-orang yang membuang waktunya berjalan tanpa memberikan manfaat baik untuk diri atau orang lain. Mereka adalah orang yang telah memberikan kerugian pada diri mereka sendiri.

Kemudian kerugian yang kedua adalah merugi kekuatan. Apabila kita berbicara tentang kekuatan maka akan kita dapati bahwa kekuatan itu ada di dalam jiwa para pemuda. Kekuatan seorang pemuda untuk beramal atau bekerja tentu berbeda dengan orang yang sudah dimakan usia. Semangat seorang pemuda adalah semangat yang tidak mudah untuk dipadamkan walau dengan berbagai cara. Untuk itulah kenapa Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam memerintahkan kepada umatnya dalam sebuah hadsit untuk benar-benar memperhatikan masa muda sebelum datang masa tua.

“Dari Ibnu Abbas dia berkata: telah bersabda Rasululloh, seraya menasehati seseorang: Jagalah olehmu lima perkara sebelum datang lima perkara yang lainnya, jaga masa mudamu sebelum tuamu, jaga masa sehatmu sebelum datang waktu sakit, jaga masa kayamu sebelum jatuh miskin, jaga masa lapangmu sebelum sempit, dan jaga masa hidupmu sebelum datang kematian”.

Akan tetapi, sebuah realita yang menyedihkan dalam masyarakat kita adalah orang-orang yang berkeyakinan bahwa masa muda adalah masa foya-foya. Mereka menghabiskan waktu untuk selalu bermain, bersenda gurau berlebihan, dan pesta-pesta tanpa pernah untuk memikirkan kehidupan akhirat. Mereka tidak menyadari bahwa seharusnya kekuatan yang ada pada diri mereka digunakan untuk hal-hal yang bersifat positif dan diridhoi oleh Allah Subhanahu wa ta’ala. Di dalam hadist yang lain Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam memberikan kabar gembira dengan naungan Allah pada hari akhir kepada pemuda yang tumbuh besar dengan beribadah kepada Allah.

Ada tujuh golongan orang yang akan dinaungi Allah yang pada hari itu tidak ada naungan kecuali dari Allah: pemimpin yang adil, pemuda yang tumbuh dalam beribadah kepada Allah... (HR. Bukhari dan Muslim).

Namun, sebuah realita yang kita temui saat ini adalah sedikitnya jumlah pemuda yang hadir mengikuti jama’ah subuh di masjid –kecuali mereka yang dirahmati oleh Allah-. Masjid masih saja di dominasi oleh orang-orang yang tidak lagi berusia muda atau bisa jadi hanya ada kakek-kakek yang lanjut usia. Sebuah pertanyaan yang perlu ditanyakan kepada para pemuda adalah, apakah mereka bisa menjamin kematian itu datang hanya kepada yang lanjut usia ? Sedangkan Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

“Dan setiap umat mempunyai ajal. Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau mempercepat sesaat pun.” (Qs. Al-A’raf: 34)

Sudah saatnya bagi seorang muslim untuk menghindarkan dirinya dari kerugian yang akan mendatangkan penyesalan apabila terus-menerus berkubang di dalamnya. Sedangkan Allah tidak akan merubah seseorang kecuali dia berusaha untuk merubah dirinya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:


“Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum, kecuali kaum itu sendiri yang merubah apa-apa yang ada pada diri mereka.” (Qs. Ar-ra’d: 11)

Semoga Allah ta’ala memberikan kepada kita kebaikan di dunia dan Akhirat, serta menjauhkan kita dari api Neraka.

Rabu, 11 September 2013

Melongok Bekas Istana Qarun

Qasru el-Qarun atau dikenali sebagai istana Qarun terletak di pinggir Tasik Qarun dan hampir 40 kilometer dari bandar Fayyoum. Istana ini sisa sebagiannya masih kokoh hingga kini dan tidak ditenggelamkan oleh Allah hingga saat ini sebagai pengiktibaran untuk umat manusia. Dipercayai terdapat 360 buah bilik di dalam istana ini yang menyamai 360 hari dalam setahun. Terdapat tiga tingkat yang menempatkan kaum kerabat dan tempat menyimpan harta Qarun tidak termasuk beberapa lapisan di bawah istana tersebut.

Al-Quran menerangkan tentang penampilan Qarun suka mempamerkan kebesaran dan kekayaannya. Kebiasaannya ia dilakukan tiada motif tertentu kecuali ia merupakan strategi menarik perhatian ramai agar ia dikagumi sebagai idola. Dengan mempamerkan kekayaannya juga bermaksud memberikan pesan bahawa ia mampu melakukan segala-gala, mengupah, membeli dan membiayai apa saja dan berapa saja.Dalam penceritaan selanjutnya al-Quran menyebut tentang adanya kelompok yang memang mengagumi Qarun, iaitu golongan material yang terlalu ghairah untuk menjadi kaya dengan cara apa saja. Mereka ingin menjadi Qarun, kerana ia adalah lambang kejayaan seorang usahawan, kejayaan yang hanya diukur dari jumlah yang tertimbun, tanpa mengambil kira dari mana diperoleh dan ke mana dibelanjakan. Kerana itu Qarun mengakhiri hayatnya dengan nasib yang sangat tragik, hancur luluh ditelah bumi.al-Quran memberikan gambaran, bagaimana Qarun terbenam ke dalam bumi bersama rumah dan isinya sekalian .
Reff

Manusia Tempat Salah Dan Khilaf

Berhati-hatilah Dengan Hati 

“Manusia tidak luput dari salah, tidak ada manusia yang sempurna”, atau “manusia tempat salah dan khilaf”, 


Itulah kiranya dua ungkapan atau istilah yang sering terucap dalam menggambarkan betapa sosok manusia adalah sosok yang lemah, punya kecenderungan yang besar untuk berbuat salah dan khilaf.

Terkadang kelemahan manusia itu sendiri sering dijadikan sebuah pembenaran, sehingga tidak jarang seorang manusia seakan tidak mau belajar dari kesalahannya sendiri, tidak mau introspeksi. “Tidak ada manusia yang sempurna”, dalam kalimat itulah terkadang manusia berlindung dari kesalahan-kesalahannya.

Didalam kehidupan dunia, sudah ketentuan Allah SWT manusia dihadapkan pada dua pilihan, dua jalan atau dua bisikan, yakni jalan kebenaran dan jalan kesesatan. Semenjak Iblis tidak mau bersujud kepada Adam sesuai dengan perintah Allah SWT, dan menjadi makhluk terkutuk yang berjanji akan menyesatkan manusia hingga ingkar daripada jalan kebenaran, ingkar dari perintah dan larangan Allah SWT kemudian semenjak Adam dan Hawa diturunkan oleh Allah SWT dari Surga karena bujuk rayu Iblis, maka sampai hari kiamat pula iblis menjadi musuh yang nyata manusia, musuh yang selalu berkomitmen mengajak manusia kedalam kesesatan, membujuk dan merayu agar sama-sama satu barisan dalam menentang segala jalan kebenaran agama yang bersumber dari Allah SWT lewat Al-Quran, Hadist dan Sunnah.

Dalam rangka itu, iblis, setan dan bala tentaranya tidak lelah dan terus mencari titik kelemahan manusia yang mudah ditaklukan. Salah satu titik lemah manusia ada dalam hati, karena hati merupakan nahkoda atau setirnya jiwa dan raga, pengendali dari semua tindakan manusia. Untuk itulah dalam hati manusia selalu dua kekuatan yang saling berperang, kekuatan yang menyeru pada kebaikan dan kekuatan yang menyeru kepada keburukan dan kesesatan. Seruan kebaikan bersumber dari perintah dan larangan yang digariskan oleh Allah SWT lewat ajaran agama, dan seruan keburukan/kesetan bersumber dari iblis, setan dan bala tentaranya.

Dalam prosesnya, ada manusia yang bisa memerangi seruan iblis, setan dan bala tentaranya, ada manusia yang tidak bisa memeranginya, artinya manusia yang kalah dan menyerah pada seruan iblis, setan dan bala tentaranya sehingga hatinya selalu condong pada keburukan, kesesatan, dan itu semua dimanifestasikan lewat tindakan yang sifatnya mengingkari apa-apa yang diperintahkan dan melakukan apa-apa yang dilarang oleh Allah SWT lewat ajaran agama. Iblis, setan dan bala tentaranya selalu bercokol dalam hati manusia, menyeru pada pemuasan hawa nafsu dan kebatilan. Inilah sumber dan sebab-musabab kenapa manusia punya kecenderungan untuk berbuat salah. Disamping sosok manusia yang diciptakan sesuai dengan ketentuan Allah SWT adalah sosok yang lemah dengan segala kekurangannya, ditambah pula dengan bujuk rayu iblis, setan dan bala tentaranya yang selalu bersemayam dalam hati manusia dalam menyeru kepada jalan yang sesat. Untuk itulah kenapa manusia dianjurkan untuk selalu mendekatkan diri kepada Rabb-nya, Allah SWT, meminta kekuatan dan petunjuk dari-Nya guna menangkal godaan-godaan iblis dan setan dalam hati manusia.

Niscaya, orang yang tidak mau mendekatkan dirinya kepada Allah SWT, memohon kekuatan dan petunjuk dari-Nya, dia adalah orang yang menjadi sasaran empuk iblis, setan dan bala tentaranya sehingga dengan mudah hatinya dapat ditaklukan oleh seruan-seruan yang menyesatkan. Berbeda dengan orang yang selalu mendekatkan dirinya kepada Rabb-nya, meminta pertolongan, kekuatan dan petunjuk dari sang Khalik, maka hatinya akan memiliki tameng dalam menahan seruan kesesatan dari iblis dan setan, dan iblis, setan akan memerlukan tenaga ekstra untuk membujuk hatinya.

Untuk itulah kenapa Nabi Muhammad SAW bersabda,

“ sesungguhnya dalam tubuh manusia ada segumbal daging, apabila segumpal daging itu baik maka baik pula tubuh manusia itu, tapi bila segumpal daging itu rusak maka rusak pula tubuh manusia itu, segumpal daging itu adalah Qalbu (hati)” (HR. Bukhari Muslim). 

Inilah hati manusia, bila diibaratkan, hati merupakan benteng pertahanan manusia, bila benteng itu roboh oleh musuh maka musuh dapat dengan mudah menguasai isinya, tapi bila benteng itu kokoh maka musuh akan sulit menguasai isinya, yakni imannya manusia. Dalam sebuah hadits marfu' dari Anas disebutkan,

"Tidak lurus keimanan seorang hamba sebelum lurus hatinya, dan tidak lurus hati seseorang sebelum lurus lisannya." (HR. Ahmad). 
Wallahualam bishawab.

Sabtu, 07 September 2013

Mall Atau Toko yang Menjual Istri

Yuk kita simak sedikit pencerahan... dan refreshing... 

Mall / Toko yang menjual istri, baru saja dibuka di sebuah kota . Di sana , laki-laki dapat bebas memilih istri. Di antara instruksi-instruksi yang ada di pintu masuk terdapat instruksi yang menunjukkan bagaimana aturan main untuk masuk toko tersebut.

“Kamu hanya dapat mengunjungi toko ini SATU KALI” 

Toko tersebut terdiri dari 6 lantai dimana setiap lantai akan menunjukkan sebuah calon kelompok istri. Semakin tinggi lantainya, semakin tinggi pula nilai wanita tersebut.

Bagaimanapun, ini adalah semacam jebakan. Kamu dapat memilih wanita di lantai tertentu atau lebih memilih ke lantai berikutnya tetapi dengan syarat tidak bisa turun ke lantai sebelumnya kecuali untuk keluar dari toko. 


Lalu, seorang laki-laki pun pergi ke toko “istri” tersebut untuk mencari istri …  
Di lantai 1 terdapat tulisan seperti ini : Lantai 1 : wanita di lantai ini memiliki pekerjaan dan taat pada ALLAH. laki2 itu tersenyum,kemudian dia naik ke lantai selanjutnya.

Di lantai 2 terdapat tulisan seperti ini : Lantai 2 : wanita di lantai ini memiliki pekerjaan, taat pada ALLAH, dan senang anak kecil. Kembali laki2 itu naik ke lantai selanjutnya.

Di lantai 3 terdapat tulisan seperti ini : Lantai 3 : wanita di lantai ini memiliki pekerjaan, taat pada ALLAH, senang anak kecil dan cantik banget. ” Wow”, tetapi pikirannya masih penasaran dan terus naik.

Lalu sampailah laki2 itu di lantai 4 dan terdapat tulisan Lantai 4 : wanita di lantai ini yang memiliki pekerjaan, taat pada ALLAH, senang anak kecil, cantik banget dan suka membantu pekerjaan rumah. ”Ya ampun !” Dia berseru, ”Aku hampir tak percaya”

Dan dia tetap melanjutkan ke lantai 5 dan terdapat tulisan seperti ini : Lantai 5 : wanita di lantai ini memiliki pekerjaan, taat pada ALLAH, senang anak kecil,cantik banget, suka membantu pekerjaan rumah, dan memiliki rasa romantis.

Dia tergoda untuk berhenti tapi kemudian dia melangkah kembali ke lantai 6 dan terdapat tulisan seperti ini : Lantai 6 : Anda adalah pengunjung yang ke 4.363.012.000. Tidak ada wanita di lantai ini. Lantai ini hanya semata-mata bukti untuk Anda yang tidak pernah puas. Terima kasih telah berbelanja di toko “istri”. Hati-hati ketika keluar toko dan semoga hari yang indah buat Anda.

Pesan moral ini bukan cuma untuk pria tapi juga wanita:

“Tetaplah selalu merasa puas akan pasangan yang sudah ALLAH sediakan. Jangan terus mencari yang terbaik tapi jadikanlah yang baik yang ada dari yang sudah ALLAH sediakan, itulah pasangan yang terbaik bagi kamu seumur hidupmu hingga maut memisahkan.”

Jumat, 06 September 2013

Adab Pada Hari Jumat Sesuai Sunnah Nabi

Hari Jumat adalah hari yang mulia, dan kaum muslimin di seluruh penjuru dunia memuliakannya. Keutamaan yang besar tersebut menuntut umat Islam untuk mempelajari petunjuk Rasulullah dan sahabatnya, bagaimana seharusnya msenyambut hari tersebut agar amal kita tidak sia-sia dan mendapatkan pahala dari Allah ta’ala. Berikut ini beberapa adab yang harus diperhatikan bagi setiap muslim yang ingin menghidupkan syariat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada hari Jumat.

1. Memperbanyak Sholawat Nabi

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya, “Sesungguhnya hari yang paling utama bagi kalian adalah hari Jumat, maka perbanyaklah sholawat kepadaku di dalamnya, karena sholawat kalian akan ditunjukkan kepadaku, para sahabat berkata: ‘Bagaimana ditunjukkan kepadamu sedangkan engkau telah menjadi tanah?’ Nabi bersabda: ‘Sesungguhnya Allah mengharamkan bumi untuk memakan jasad para Nabi.” (Shohih. HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, An-Nasa’i)

2. Mandi Jumat

Mandi pada hari Jumat wajib hukumnya bagi setiap muslim yang balig berdasarkan hadits Abu Sa’id Al Khudri, di mana Rasulullah bersabda yang artinya, “Mandi pada hari Jumat adalah wajib bagi setiap orang yang baligh.” (HR. Bukhori dan Muslim). Mandi Jumat ini diwajibkan bagi setiap muslim pria yang telah baligh, tetapi tidak wajib bagi anak-anak, wanita, orang sakit dan musafir. Sedangkan waktunya adalah sebelum berangkat sholat Jumat. Adapun tata cara mandi Jumat ini seperti halnya mandi janabah biasa. Rasulullah bersabda yang artinya,“Barang siapa mandi Jumat seperti mandi janabah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

3. Menggunakan Minyak Wangi

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya, “Barang siapa mandi pada hari Jumat dan bersuci semampunya, lalu memakai minyak rambut atau minyak wangi kemudian berangkat ke masjid dan tidak memisahkan antara dua orang, lalu sholat sesuai yang ditentukan baginya dan ketika imam memulai khotbah, ia diam dan mendengarkannya maka akan diampuni dosanya mulai Jumat ini sampai Jumat berikutnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

4. Bersegera Untuk Berangkat ke Masjid

Anas bin Malik berkata, “Kami berpagi-pagi menuju sholat Jumat dan tidur siang setelah sholat Jumat.” (HR. Bukhari). Al Hafidz Ibnu Hajar berkata, “Makna hadits ini yaitu para sahabat memulai sholat Jumat pada awal waktu sebelum mereka tidur siang, berbeda dengan kebiasaan mereka pada sholat zuhur ketika panas, sesungguhnya para sahabat tidur terlebih dahulu, kemudian sholat ketika matahari telah rendah panasnya.” (Lihat Fathul Bari II/388)

5. Sholat Sunnah Ketika Menunggu Imam atau Khatib

Abu Huroiroh radhiallahu ‘anhu menuturkan bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda, “Barang siapa mandi kemudian datang untuk sholat Jumat, lalu ia sholat semampunya dan dia diam mendengarkan khotbah hingga selesai, kemudian sholat bersama imam maka akan diampuni dosanya mulai jum’at ini sampai jum’at berikutnya ditambah tiga hari.” (HR. Muslim)

6. Tidak Duduk dengan Memeluk Lutut Ketika Khatib Berkhotbah

“Sahl bin Mu’ad bin Anas mengatakan bahwa Rasulullah melarang Al Habwah (duduk sambil memegang lutut) pada saat sholat Jumat ketika imam sedang berkhotbah.” (Hasan. HR. Abu Dawud, Tirmidzi)

7. Sholat Sunnah Setelah Sholat Jumat

Rasulullah bersabda yang artinya, “Apabila kalian telah selesai mengerjakan sholat Jumat, maka sholatlah empat rakaat.” Amr menambahkan dalam riwayatnya dari jalan Ibnu Idris, bahwa Suhail berkata, “Apabila engkau tergesa-gesa karena sesuatu, maka sholatlah dua rakaat di masjid dan dua rakaat apabila engkau pulang.” (HR. Muslim, Tirmidzi)

8. Membaca Surat Al Kahfi

Nabi bersabda yang artinya, “Barang siapa yang membaca surat Al Kahfi pada hari Jumat maka Allah akan meneranginya di antara dua Jumat.” (HR. Imam Hakim dalam Mustadrok, dan beliau menshahihkannya)

Demikianlah sekelumit etika yang seharusnya diperhatikan bagi setiap muslim yang hendak menghidupkan ajaran Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika di hari Jumat. Semoga kita menjadi hamba-Nya yang senantiasa di atas sunnah Nabi-Nya dan selalu istiqomah di atas jalan-Nya.

(Disarikan dari majalah Al Furqon edisi 8 tahun II oleh Abu Abdirrohman Bambang Wahono)

Inilah 4 Alasan Hari Jumat Begitu Penting Bagi Seorang Muslim

Hari Jum'at mempunyai kedudukan tersendiri di dalam Islam, baik dari sisi keutamaan, sejarahnya dan juga disyariatkan amal-amalan sunnah yang berlipat ganda pahalanya. Karenanya, sangat wajar jika kita menyambutnya sepenuh hati dan suka cita, bahkan Rasulullah SAW juga menyebutnya sebagai hari raya. Jumat memang hari raya pekanan, yang kadang sering terlupakan.

Agar kita bertambah semangat dalam menyambut hari Jumat, dan mengisinya dengan sekian amal unggulan, maka perlu kita sedikit melihat apa sesungguhnya keistimewaan hari Jumat. Berikut alasan kita bergembira di hari Jumat, sesuai dengan pengabaran hadits dan riwayat shahih diantaranya sebagai berikut :

Pertama : Karena Hari Jumat sebagai hari terbaik dan bersejarah Dari Abi Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda: Hari terbaik terbitnya matahari adalah pada hari jum’at, pada hari itu Adam diciptakan, pada hari itu pula dimasukkan ke dalam surga dan pada hari itu tersebut dia dikeluarkan dari surga” (HR. Muslim) Sebagai hari terbaik, maka layaklah kiranya kita menyambut dengan segenap kebaikan dalam semangat dan niatan beribadah. Harus ada yang berbeda pada hari jumat, sebagaimana sejarah dan syariat kita telah mencontohkannya.

Kedua : Karena inilah hari raya kita Di antara keutamaan hari Jumat adalah Allah subhanahu wata’ala menjadikan hari tersebut sebagai hari raya pekanan bagi kaum muslimin. Dari Ibnu Abbas ra, Rasulullah SAW bersabda : Sesungguhnya hari ini adalah hari raya, Allah menjadikannya istimewa bagi kaum muslimin, maka barangsiapa yang akan mendatangi shalat jum’at maka hendaklah dia mandi”. (Ibnu Majah) Setiap hari raya memunculkan keceriaan dan kebahagiaan, maka mari jadikan hari Jumat ini sebagai berbagi kebahagiaan, baik kepada orang lain maupun keluarga. Pastikan sedekah tertunaikan, dan pastikan menu hari penuh kenangan.

Ketiga : Karena pada hari Jumat doa kita lebih Mustajabah Kita berbahagia karena inilah hari terbuka peluang doa kita. Mari mengisinya dengan bermunajat kebaikan sembari melantunkan doa-doa penuh harapan, khususnya pada waktu-waktu yang mustajab sebagaimana diisyaratkan Rasulullah SAW. Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abi Hurairah radhhiyallahu a’nhu bahwa Nabi Muhammad shalallahu’alaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya pada hari jum’at terdapat satu saat tidaklah seorang muslim mendapatkannya dan dia dalam keadaan berdiri shalat dia meminta kepada Allah suatu kebaikan kecuali Allah memberikannya, dan dia menunjukkan dengan tangannya bahwa saat tersebut sangat sedikit. ( HR. Muslim no: 852 dan Al-Bukhari no: 5294)

Keempat : Karena dosa-dosa kecil kita diampuni pada hari Jumat Siapa yang tidak punya dosa dalam menjalani hari-harinya ? Sungguh kita bukanlah malaikat yang bebas dari segala dosa. Setiap hari ada saja maksiat yang tanpa sengaja maupun sengaja kita jalani. Maka setiap jumat tiba, berharaplah ini menjadi momentum penggugur dosa. Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda : Sholat lima waktu, dari Jumat ke Jumat, dan Romadhon ke Romadhon, adalah penghapus dosa antara satu dan lainnya selama dijauhi dosa-dosa besar. (HR Muslim dan lainnya)

Selamat mengisi hari Jumat dengan amal penuh semangat.

Kamis, 05 September 2013

1000 Kebaikan Dalam Sehari

Dari Sa'ad bin Abi Waqqash radhiallahu 'anhu, ia berkata," Kami pernah berada di sisi Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam. Setelah itu beliau bertanya, 'Apakah mampu salah seorang dari kalian memperoleh 1000 kebaikan dalam sehari?' Lalu salah seorang dari para sahabat bertanya, " Ya Rasulullah, bagaimana mungkin seseorang akan mampu meraih 1000 kebaikan dalam sehari ?" Rasulullah berkata, " Ketahuilah bahwa orang yang bertasbih 100 kali akan di catat 1000 kebaikan untuknya dan dihapus 1000 kesalahan darinya." (HR. Muslim).

TASBIH = SUBHANALLAH...
Semoga kita bisa mengambil pelajaran dan mengamalkannya.
Aamiin.

Mari bersama, kita Amalkan !

Manusia Tidak Luput Dari Kesalahan

Rasulullah SAW bersabda, “Setiap anak Adam itu mempunyai kesalahan, dan sebaik-baik orang yang mempunyai kesalahan ialah orang-orang yang banyak bertaubat.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah). 

Jika memang demikian, alangkah pentingnya amalan yang bernama taubat ini. Bertaubat kepada Allah, setidaknya harus melakukan tiga hal, yakni menyesali perbuatannya, menjauhi dosa yang telah dilakukannya, dan berjanji untuk tidak mengulangi lagi. Lalu, bagaimanakah jika kesalahan yang telanjur terjadi berkaitan dengan hak sesama manusia? Ada lagi tambahan satu syarat, yakni membebaskan diri dari hak sesama manusia tersebut.

Misalnya, ia perlu meminta maaf kepada orang yang telah ia sakiti, atau mengembalikan harta atau uang bila itu berkaitan dengan harta atau uang yang telah ia tipu, rampas, curi, atau korupsi.

Sungguh, memohon ampunan dan bertaubat kepada SWT di samping untuk membersihkan diri dari dosa-dosa, amalan ini juga bermanfaat bagi keberkahan hidup kita di dunia ini. Dalam hal ini, marilah kita perhatikan firman Allah SWT sebagai berikut:

“Maka aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (QS. Nuh [71] : 10-12). 

Dengan memohon ampun kepada-Nya, maka Allah akan mengirimkan hujan yang lebat, membanyakkan harta dan anak-anak, dan mengadakan kebun-kebun serta sungai-sungai. Semua itu adalah gambaran anugerah dari Allah SWT untuk hamba-Nya yang mau memohon ampunan dan bertaubat kepada-Nya.

Betapa pentingnya amalan ini. Maka, bila kita perhatikan buku-buku atau kitab yang mengupas tentang ilmu tasawuf atau ilmu akhlak, biasanya pembahasan tentang memohon ampunan dan taubat ini didahulukan atau diletakkan pada bab awal. Hal ini sama dengan buku-buku atau kitab yang mengupas tentang ilmu fiqh, biasanya pembahasan yang didahulukan adalah tentang thaharah atau bersuci. Sebagaimana betapa pentingnya thaharah atau bersuci agar ibadah kita menjadi sah, maka memohon ampunan dan bertaubat juga sebagai langkah pertama agar ibadah kita diterima oleh Allah SWT.

Untuk itu, baik pada waktu siang maupun malam, hendaknya kita menyukai amalan mulia ini, yakni memohon ampunan dan bertaubat kepada-Nya. Di samping memang sangat bermanfaat untuk kehidupan kita, baik di dunia dan akhirat, sesungguhnya siapakah yang mempunyai alasan untuk tidak melakukan amalan ini. Karena, sebagaimana hadits Nabi SAW tersebut, setiap anak Adam mempunyai kesalahan.

Kecerdasan Spiritual: Kecerdasan Tertinggi


Menurut para ahli, ada banyak kecerdasan yang diberikan oleh Tuhan kepada manusia. Thorndike membagi kecerdasan itu ada tiga macam, yakni kecerdasan abstrak (kemampuan dalam memahami simbol matematis dan bahasa), keceradasan konkret (kemampuan dalam memahami objek yang nyata), dan kecerdasan sosial (kemampuan dalam memahami dan mengelola sebuah hubungan sosial).

Charles Handy membagi kecerdasanmanusia menjadi tujuh macam, yakni kecerdasan logika (kemampuan dalam menalar dan menghitung), kecerdasan verbal (kemampuan dalam berkomunikasi), kecerdasan praktik (kemampuan dalam mempraktikkan ide yang ada dalam pikiran), kecerdasan musikal (kemampuan dalam merasakan/membuat nada dan irama), kecerdasan intrapersonal (kemampuan dalam memahami diri sendiri), kecerdasan interpersonal (kemampuan dalam memahami dan menjalin hubungan dengan orang lain), dan kecerdasan spasial (kemampuan dalam mengenali ruang atau dimensi).

Howard Gardner setidaknya membagi kecerdasan menjadi delapan macam, yakni kecerdasan linguistik (kemampuan dalam berbahasa), kecerdasan matematis-logis (kemampuan dalam berhitung dan menalar), kecerdasan visual-spasial (kemampuan dalam mengenali ruang), kecerdasan musikal (kemampuan dalam nada dan irama), kecerdasan natural (kemampuan dalam mengenali alam), kecerdasan interpersonal (kemampuan dalam bergaul), kecerdasan intrapersonal (kemampuan dalam mengenali diri), dan kecerdasan kinestetik (kemampuan dalam mengelola gerak tubuh).

Secara garis besar, setidaknya dikenal ada tiga macam jenis kecerdasan. 
Yakni,pertama, kecerdasan intelektual atau Intelligence Quotient (IQ). Kecerdasan ini adalah kemampuan potensial seseorang untuk mempelajari sesuatu dengan menggunakan alat-alat berpikir. Kecerdasan ini bisa diukur dari sisi kekuatan verbal dan logika seseorang. Secara teknis, kecerdasan intelektual ini pertama kali digagas dan ditemukan oleh Alfred Binet.

Kedua, kecerdasan emosional atau Emotional Quotient (EQ). Kecerdasan ini setidaknya terdiri dari lima komponen pokok, yakni kesadaran diri, manajemen emosi, motivasi, empati, dan mengatur sebuah hubungan sosial. Kecerdasan emosional ini, secara teknis, pertama kali digagas dan ditemukan oleh Daniel Goleman.

Ketiga, kecerdasan spiritual atau Spiritual Quotient (SQ). Kecerdasan ini adalah kecerdasan yang mengangkat fungsi jiwa sebagai perangkat internal diri yang memiliki kemampuan dan kepekaan dalam melihat makna yang ada di balik sebuah kenyataan atau kejadian tertentu. Secara teknis, kecerdasan spiritual yang sangat terkait dengan persoalan makna dan nilai ini pertama kali digagas dan ditemukan oleh Danah Zohar dan Ian Marshall.

Danah Zohar, dalam bukunya yang berjudul SQ: Spiritual Intelligence, The Ultimate Intelligence, menilai bahwa kecerdasan spiritual merupakan bentuk kecerdasan tertinggi yang memadukan kedua bentuk kecerdasan sebelumnya, yakni kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional. Kecerdasan spiritual dinilai sebagai kecerdasan yang tertinggi karena erat kaitannya dengan kesadaran seseorang untuk bisa memaknai segala sesuatu dan merupakan jalan untuk bisa merasakan sebuah kebahagiaan.

Apa yang disampaikan oleh Danah Zohar sebagaimana tersebut sebenarnya tidak berlebihan. Bila ditinjau dari segi kebutuhan manusia, Abraham Maslow juga menggolongkan kebutuhan spiritual sebagai kebutuhan tertinggi dalam kehidupan manusia. Selengkapnya, urutan kebutuhan manusia menurut Maslow adalah (1) kebutuhan fisiologis, meliputi kebutuhan sandang, pangan, papan, maupun kebutuhan biologis; (2) kebutuhan keamanan, meliputi bebas dari rasa takut dan merasa aman di mana pun berada; (3) kebutuhan rasa memiliki sosial dan kasih sayang, meliputi kebutuhan berkeluarga, persahabatan, dan menjalin interaksi serta berkasih sayang; (4) kebutuhan akan penghargaan, meliputi kebutuhan akan kehormatan, status, harga diri, maupun mendapatkan perhatian dari orang lain; (5) kebutuhan aktualisasi diri, meliputi kebutuhan untuk eksistensi diri dalam kehidupan. Kebutuhan aktualisasi diri ini adalah kebutuhan yang berkaitan erat dengan kejiwaan dan merupakan kebutuhan spiritual seorang manusia.

Meskipun kecerdasan spiritual dinilai sebagai kecerdasan yang paling tinggi, ternyata ia juga dibangun dari dua kecerdasan sebelumnya, yakni kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional. Menurut penulis, memang ketiga jenis kecerdasan tersebut jangan sampai kita abaikan salah satunya karena kita lebih memilih kecerdasan yang lainnya.

Peran Orangtua

Kecerdasan intelektual anak-anak kita sudah dikembangkan sedemikian rupa dalam lembaga pendidikan formal atau reguler di negeri tercinta ini, maka tugas orangtua hanya tinggal membantu dan mendampingi sang anak ketika belajar di rumah. Selanjutnya, orangtua berupaya untuk mempunyai perhatian yang besar dalam mengembangkan kecerdasan emosional, lebih khusus kecerdasan sosialnya.

Selanjutnya, kecerdasan yang harus mendapatkan perhatian dari orangtua adalah mengembangkan kecerdasan spiritual pada anak-anak kita. Mengingat betapa penting kecerdasan spiritual anak kita untuk dikembangkan karena hal ini berkaitan dengan kemampuan dalam memahami makna hidup dan kebahagiaan.

Sebagian besar orangtua tidak segan bekerja siang dan malam agar kebutuhan anak-anaknya terpenuhi. Tidak sedikit orangtua yang berusaha sekuat tenaga agar anak-anaknya dapat belajar di sekolah yang terbaik; meskipun untuk urusan ini kemungkinan besar membutuhkan biaya yang mahal. Orangtua juga berusaha bagaimana bisa menemani anak-anaknya ketika belajar di rumah. Ketika orangtua tidak mampu terhadap pelajaran tertentu, tak segan pula memanggilkan guru privat untuk anak-anaknya. Itu semua dilakukan orangtua agar anak-anaknya pandai dan mendapatkan nilai yang baik. Inilah bentuk kepedulian orangtua dalam mengembangkan kecerdasan intelektual anak-anaknya.

Tidak hanya pandai, orangtua juga menginginkan agar anak-anaknya dapat mencapai kesuksesan, baik itu dalam karier maupun dalam hidup bermasyarakat. Untuk harapan yang baik dan mulia ini orangtua dapat mengembangkan kecerdasan emosional, atau lebih khusus lagi juga kecerdasan sosial dari anak-anaknya.

Namun, kepandaian dan kesuksesan yang dapat diraih oleh seseorang seakan menjadi tidak berarti bila seseorang dalam hidupnya tak juga bisa merasakan kebahagiaan. Di sinilah sesungguhnya posisi kecerdasan spiritual dinilai sebagai kecerdasan yang paling tinggi bila dibandingkan dengan kecerdasan yang lainnya karena terkait erat dengan kemampuan memaknai segala sesuatu dan kebahagiaan.

Apakah gunanya kepandaian dan kesuksesan apabila seseorang tidak dapat merasakan kebahagiaan dalam hidupnya? Barangkali pertanyaan demikian yang membuat kita lebih serius dan memperbesar perhatian terhadap pentingnya untuk mengembangkan kecerdasan spiritual pada anak-anak kita. Apalagi, roda zaman terus berputar sehingga persoalan kehidupan di masa mendatang akan semakin kompleks. Tidak ada alasan bagi orangtua untuk tidak memerhatikan masalah kecerdasan spiritual ini. Dengan demikian, semoga anak-anak kita kelak dapat menjadi orang yang dapat menghadapi tantangan kehidupan dengan baik dan dapat meraih kebahagiaan.
Source

Selasa, 03 September 2013

Ilmu Melebihi Kekuasaan

Suatu hari Khalifah Abbasiyah Harun Ar Rasyid pergi haji kemudian berziarah ke Masjid Nabawi dan sangat ingin bertemu serta belajar kepada Imam Malik bin Anas, imam mazhab terkemuka. 

Dari tempat menginap, Ia mengirim utusan untuk menyampaikan keinginannya untuk belajar dan memohon agar Imam Malik berkenan menemuinya. Namun Imam Malik bin Anas tidak mau memenuhinya.

Imam Malik menyampaikan pesan agar Amirul Mu’minin sebagai penuntut ilmu yang datang ke majelisnya. Khalifah menuruti permintaan untuk berkunjung ke tempat Imam Malik bin Anas mengajar, namun memohon agar majelis ilmunya kosong dari orang lain.

Imam Malik menolak permintaan itu seraya berkata, “Jika ilmu tidak diberikan kepada orang umum, maka tak berguna ilmu bagi orang khusus!”

Ada dua hikmah dari penolakan Imam Malik bin Anas terhadap permintaan Khalifah.

Pertama, mengingatkan bahwa meskipun seorang Khalifah mendapat mandat kekuasaan yang besar--atas nama Allah pula--namun kekuasaan itu tak dapat menundukkan ketinggian ilmu. Malaikat bersujud kepada Adam setelah mengetahui ilmu Adam lebih tinggi daripada pengetahuan Malaikat.

Demikian juga kekuasaan Jin terkalahkan oleh Asyif Barchoya ahli Ilmu Nabi Sulaeman yang mampu lebih cepat memindahkan singgasana. Kekuasaaan Namrud ditundukkan oleh ilmu dan argumentasi Ibrahim tentang berhala besar yang menghancurkan berhala-berhala kecil. Semuanya itu merupakan bukti akan ketinggian ilmu.

Kedua, dapat saja Khalifah belajar secara private, namun pilihan Imam Malik adalah Majelis yakni belajar bersama sama dengan yang lain. Di samping status penuntut ilmu itu sama, juga “majelis ilmu” jauh lebih bermashlahat. Berjamaah lebih berkah daripada munfarid.

Secara interelasi, belajar bersama akan menumbuhkan sikap saling memotivasi dan mengoreksi. Sementara secara transendental belajar bersama-sama itu digaransi untuk mendapat bantuan do’a dari Malaikat.

Kekuasaan yang di dalamnya ada unsur pengaruh, tekanan, atau pula uang, sering digunakan untuk menggiring kaum berilmu tunduk dan patuh pada kemauan kekuasaan tersebut. Karenanya tak jarang kaum intelektual ataupun ulama suka merendahkan dirinya untuk mendatangi atau mendekat-dekatkan diri dengan para penguasa.

Dalam bahasa umum sering disebut dengan pelacur intelektual atau dalam bahasa Nabi disebut lisun (pencuri). Mereka membungkuk-bungkuk dan selalu siap untuk memberi stempel kepada setiap kemauan pejabat negara.

Kisah lainnya, Khalifah Adhudiddaulah mengutus Qadhi Abubakar Al Baqilani untuk menyampaikan surat kepada Kaisar Romawi. Ketika tiba di ibukota, Kaisar mengetahui utusan ini adalah ulama dengan ilmu dan martabat yang tinggi.

Kaisar berfikir tentang penyambutan. Tak mungkin ia memandang Qadhi Abubakar Al Baqilani seperti rakyat biasa yang harus mencium tanah jika menghadap Kaisar sebagai penghormatan. Akan tetapi di sisi lain dia tidak ingin siapapun yang menghadap kepadanya tidak menunjukkan kerendahan dirinya dihadapan Kaisar.

Maka solusi ditemukan. Dipindahkannya tempat duduk yang biasa digunakan untuk menyambut tamu di belakang pintu. Dirancang sedemikian rupa agar tamunya Qadhi Al Baqilani ketika memasuki ruangan terpaksa harus membungkuk berjalan menuju Kaisar.

Ketika tiba sang tamu, maka Qadhi Abubakar Al Baqilani ternyata memutar punggungnya dan membungkukkan tubuhnya lalu berjalan mundur dengan membelakangi arah tempat duduk Kaisar hingga sampai dihadapannya. Kemudian baru berdiri tegak dan berbalik kepadanya. Disampaikanlah maksud kedatangannya.

Kaisar Romawi mengagumi kecerdikan dan penghargaan diri terhadap status pemangku ilmu sang Qadhi.

Seperti dijanjikan dalam Alquran, Allah SWT akan meninggikan derajat orang yang berilmu. Orang alim hanya takut kepada Allah. Karenanya sebagai pemangku ilmu Allah, ulama sudah seharusnya menjaga wibawa keilmuannya.

Dibalik Sebuah Prasangka

Di sebuah negeri zaman dulu kala, seorang pelayan raja tampak gelisah. Ia bingung kenapa raja tidak pernah adil terhadap dirinya. Hampir tiap hari, secara bergantian, pelayan-pelayan lain dapat hadiah. Mulai dari cincin, kalung, uang emas, hingga perabot antik. Sementara dirinya tidak.

Hanya dalam beberapa bulan, hampir semua pelayan berubah kaya. Ada yang mulai membiasakan diri berpakaian sutera. Ada yang memakai cincin di dua jari manis, kiri dan kanan. Dan, hampir tak seorang pun yang datang ke istana dengan berjalan kaki seperti dulu. Semuanya datang dengan kendaraan. Mulai dari berkuda, hingga dilengkapi dengan kereta dan kusirnya.

Ada perubahan lain. Para pelayan yang sebelumnya betah berlama-lama di istana, mulai pulang cepat. Begitu pun dengan kedatangan yang tidak sepagi dulu. Tampaknya, mereka mulai sibuk dengan urusan masing-masing.

Cuma satu pelayan yang masih miskin. Anehnya, tak ada penjelasan sedikit pun dari raja. Kenapa beliau begitu tega, justru kepada pelayannya yang paling setia. Kalau yang lain mulai enggan mencuci baju dalam raja, si pelayan miskin ini selalu bisa.

Hingga suatu hari, kegelisahannya tak lagi terbendung. “Rajaku yang terhormat!” ucapnya sambil bersimpuh. Sang raja pun mulai memperhatikan. “Saya mau undur diri dari pekerjaan ini,” sambungnya tanpa ragu. Tapi, ia tak berani menatap wajah sang raja. Ia mengira, sang raja akan mencacinya, memarahinya, bahkan menghukumnya. Lama ia tunggu.

“Kenapa kamu ingin undur diri, pelayanku?” ucap sang raja kemudian. Si pelayan miskin itu diam. Tapi, ia harus bertarung melawan takutnya. Kapan lagi ia bisa mengeluarkan isi hati yang sudah tak lagi terbendung. “Maafkan saya, raja. Menurut saya, raja sudah tidak adil!” jelas si pelayan, lepas. Dan ia pun pasrah menanti titah baginda raja. Ia yakin, raja akan membunuhnya.

Lama ia menunggu. Tapi, tak sepatah kata pun keluar dari mulut raja. Pelan, si pelayan miskin ini memberanikan diri untuk mendongak. Dan ia pun terkejut. Ternyata, sang raja menangis. Air matanya menitik.

Beberapa hari setelah itu, raja dikabarkan wafat. Seorang kurir istana menyampaikan sepucuk surat ke sang pelayan miskin. Dengan penasaran, ia mulai membaca, “Aku sayang kamu, pelayanku. Aku hanya ingin selalu dekat denganmu. Aku tak ingin ada penghalang antara kita. Tapi, kalau kau terjemahkan cintaku dalam bentuk benda, kuserahkan separuh istanaku untukmu. Ambillah. Itulah wujud sebagian kecil sayangku atas kesetiaan dan ketaatanmu.”


*******
Betapa hidup itu memberikan warna-warni yang beraneka ragam. Ada susah, ada senang. Ada tawa, ada tangis. Ada suasana mudah. Dan, tak jarang sulit.

Sayangnya, tak semua hamba-hamba Yang Maha Diraja bisa meluruskan sangka. Ada kegundahan di situ. Kenapa kesetiaan yang selama ini tercurah, siang dan malam; tak pernah membuahkan bahagia. Kenapa yang setia dan taat pada Raja, tak dapat apa pun. Sementara yang main-main bisa begitu kaya.

Karena itu, kenapa tidak kita coba untuk sesekali menatap ‘wajah’Nya. Pandangi cinta-Nya dalam keharmonisan alam raya yang tak pernah jenuh melayani hidup manusia, menghantarkan si pelayan setia kepada hidup yang kelak lebih bahagia.

Pandanglah, insya Allah, kita akan mendapati jawaban kalau Sang Raja begitu sayang pada kita.

Kedudukan Sabar Dalam Islam

Sabar adalah separuh dari Dien (Agama). Sabar itu kedudukannya seperti kepala terhadap tubuh. Sebagaimana tidak ada jasad tanpa kepala, maka demikian juga tidak ada Dien tanpa sabar.

Sabar itu menurut ijma’ ulama hukumnya wajib. Kata “washbir” adalah fi’il amar (kata kerja perintah), dan perintah itu menunjukkan suatu kewajiban. Tidak mungkin dapat melewati shirath (titian menuju surga) kecuali orang-orang yang sabar. Dan seseorang tidak mungkin naik ke suatu tempat di sisi Rabbnya kecuali mereka yang sabar dan bersyukur.

Allah ‘Azza wa Jalla menyebut kata sabar di dalam Al Qur’an kurang lebih di sembilan puluh tempat. Allah menyebutnya dalam enam belas bentuk, setiap bentuk mempunyai suatu manfaat. Atau dengan kata lain, Allah menyebutkan enambelas manfaat sabar dalam kitab-Nya. Yang paling penting ialah :

“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahalanya tanpa batas”. (QS. Az Zumar : 10)

Dalam sebuah atsar disebutkan :

“Pada hari kiamat, orang-orang yang selalu mendapatkan bala’ dari Allah di dunia didatangkan, tidak diadakan persidangan bagi mereka dan tidak pula ditimbang amalannya bahkan mereka diberikan kebaikan yang melimpah. Maka dari itu orang-orang yang jarang mendapatkan bala’ dari Allah di dunia berangan-angan kalau sekiranya jasad mereka dipotong-potong dengan gunting, karena mereka iri melihat kebaikan, kesejahteraan dan kedudukan yang dianugerahkan Allah kepada orang yang selalu sabar menghadapi bala’”.
Juga sabar dan takwa, keduanya merupakan dua perisai yang kuat lagi kokoh dalam menolak tipu daya musuh-musuh Allah dan rencana-rencana jahat mereka.

“Sesungguhnya barangsiapa yang bertakwa dan bersabar, maka sesungguhnya Allah tidak akan menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat baik”. (QS. Yusuf : 90)

“Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan”. (QS. Ali Imran : 120)

“Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya”. (QS. Ali Imran : 120)


Demikian juga sabar khususnya dalam jihad, maka ia akan membuat malaikat penolong turun:

“Ketahuilah, bahwa di dalam kesabaran atas sesuatu yang kamu tidak suka itu terdapat kebaikan yang banyak, dan bahwa pertolongan itu bersama kesabaran, dan jalan keluar itu bersama kesusahanserta sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan”. (HR Tirmidzi)

“Ya (cukup), jika kamu bersabar dan bertaqwa dan mereka datang menyerang kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kamu dengan lima ribu malaikat yang memakai tanda”. (QS. Ali Imran : 125)

Lima ribu malaikat. Menurut Qurthubi dan Hasan Al Bashri serta yang lain, bahwa malaikat yang lima ribu jumlahnya itu disiapkan untuk setiap tentara muslim yang sabar dan mengharapkan balasan dari amal hanya kepada Allah. Jadi setiap tentara yang sabar dan mengharapkan pahala amalnya hanya kepada Allah maka malaikat akan turun kepadanya.

Sabar dan takwa mengangkat kedudukan seseorang di dunia dan di akhirat. Oleh karena itu Allah Rabbul ‘Izzati berfirman melalui lesan Nabi Yusuf, yakni ketika para saudara bertanya kepadanya :

“Mereka berkata: “Apakah kamu ini benar-benar Yusuf?” Yusuf menjawab: “Akulah Yusuf dan ini saudaraku. Sesungguhnya Allah telah melimpahkan karunia-Nya kepada kami”. (QS. Yusuf : 90)

Mengapa Allah melimpahkan karunia-Nya kepada Yusuf? Sesungguhnya dikarenakan ‘illat (sebab), yakni kata innahu sedangkan kata fa inna itu untuk penjelasan sebab. (Innahu man yattaqi wa yashbir, fa innallaha laa yudhii’u ajral muhsiniin)

Demikian juga, sabar itu dapat membuka jiwa untuk dapat menerima isyarat-isyarat dari alam semesta sehingga dia berfikir dan memperhatikan. Dan sabar juga membuat hati terbuka untuk menerima makna-makna Al Qur’an, sehingga dia dapat mengambil pelajaran dan melangkah di atas jalan kebenaran.

“Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi semua orang yang sangat sabar lagi banyak bersyukur”. (QS. Luqman : 31)

Senin, 02 September 2013

Kisah Asiyah Istri Fir'aun

Dahulu kala Mesir merupakan negeri dengan tingkat kebudayaan yang tinggi. Hingga kini peninggalannya masih menakjubkan dan penuh dengan misteri. Sungai Nil membelah daratan Mesir membuat negeri ini subur dengan peradaban yang lebih maju ketimbang negeri lainnya. Fir’aun adalah gelar yang diberikan pada raja yang memimpin negeri itu.

KEMAKMURAN dan tingginya peradaban bangsa Mesir membuat Fir’aun menjadi angkuh dan sewenang-wenang, bahkan Fir’aun menganggap dirinya tuhan yang harus disembah oleh seluruh manusia. Tidak segan-segan Fir’aun menghukum salib bagi rakyat yang menentangnya, seperti tercantum dalam Al Qur’an surat Al Fajr ayat 10 : “Dan kepada Fir’aun yang mempunyai banyak salib”.

Sifat Fir’aun yang kejam dan kasar sangat bertolak belakang dengan sifat istrinya, Asiyah binti Mazaahim. Selain parasnya yang cantik, Asiyah memiliki perangai yang lemah lembut dan menyayangi rakyatnya. Kehidupan Fir’aun dan Asiyah ditemani seorang putrinya dan banyak sekali para punggawa dan pelayan yang setia.

Hingga pada suatu hari ketika putri Fir’aun sedang bersolek, ia memanggil seorang pelayan yang mempunyai tugas menyisir rambutnya. Ketika pelayan sedang menyisir rambut putri Fir’aun, tiba-tiba sisir terlepas dari tangannya dan jatuh ke lantai. Karena terkejut tanpa di sadari terlepas ucapan dari mulutnya, “Rugilah orang yang ingkar pada Tuhan Alloh!”.

Kalimat itu membuat puteri Fir’aun terhenyak,”Hai! Apa katamu? Tuhanmu adalah ayahku, raja Fir’aun. Mengapa kau sebut-sebut Tuhan Alloh?!”

“Alloh adalah Tuhan saya, Tuhannya baginda Fir’aun dan Tuhannya semesta alam”.
“Jadi kau tidak mau mengakui ayahku sebagai tuhan?”
“Maaf tuan puteri, tapi memang demikian adanya”
“Plaakk!!!” puteri Fir’aun smenampar muka si pelayan,”Kurang ajar! Akan kuadukan pada ayahku!”
Buru-buru puteri Fir’aun keluar kamar dan menemui ayahnya, ia menceritakan kejadian yang baru dia alami.
“Hmm. Benarkah?” Tanya Fir’aun.
“Benar ayah, dia malah menyebut-nyebut Alloh sebagai Tuhan alam semesta”
Fir’aun murka, diperintahkannya dua orang pengawal untuk membawa si pelayan ke hadapannya.

Setelah si pelayan menghadap,”Hai pelayan! Kata puteriku kau mengakui tuhan selain aku?”
“Maaf baginda. Tuhanku dan juga Tuhan baginda adalah Alloh. Di seluruh alam ini hanya Alloh lah yang wajib disembah”

Kalimat yang keluar dari mulut pelayan itu membuat telinga Fir’aun memerah. Tak ayal lagi, ia menjebloskan si pelayan ke dalam penjara yang disiapkan bagi orang-orang yang dianggap berbahaya dan mambangkang. Dalam keadaan kaki tangan terikat, si pelayan dilempar ke dalam ruangan yang gelap dan kumuh, lalu sengaja dilepaskan berbagai macam binatang berbisa untuk menambah siksaan.

Berhari-hari si pelayan mendekam di dalam penjara. Sekujur tubuhnya penuh dengan luka gigitan dan sengatan. Namun ia tetap sabar dan tabah, keimanannya bahkan bertambah tebal. “Tidak sepantasnya aku mengeluh. Apalah artinya siksaan ini dibandingkan dengan siksa Alloh di neraka. Ya Alloh, berilah hamba kekuatan...”

Keteguhan Hati Si Pelayan
SUATU ketika datanglah Fir’aun disertai pengawal menengoknya. Fir’aun berharap dengan beratnya siksaan yang dialami si pelayan maka ia akan kembali setia pada Fir’aun. Tetapi sia-sia, keteguhan hati si pelayan dan cintanya kepada Alloh membuat ia rela menderita di dunia demi kebahagiaan yang kekal di sisi Alloh.

Lagi-lagi Fir’aun berang. Kini ia melakukan berbagai cara untuk menekan si pelayan agar mau kembali setia padanya.

“Pengawal! Cambuk Dia dan bawa anaknya kemari!”
Tak lama kemudian pengawal sudah menggendong dua bocah yang masih lugu dan lucu. Fir’aun hendak menunjukkan kekejamannya terhadap orang-orang yang menentangnya. Salah satu anak si pelayan diikat dan lehernya disandarkan pada batu besar, pedang di tangan Fir’aun telah diletakkan di atas leher si anak.
“Ibuuu!!!” teriak si anak memandangi ibunya berharap agar si ibu menolongnya.
“Ohh, Anakku ...”
Pemandangan yang sangat mengerikan sekaligus mengharukan itu sempat dilihat oleh Asiyah, istri fir’aun.

“Kakanda, bisahkah engkau mengubah hukuman Dia?”
“Jangan ikut campur! Bila tidak tahan keluar dari ruangan ini!”
“Cress!!!” Anak tak berdosa itu tewas oleh pedang Fir’aun. Si pelayan pun menangis demi melihat anaknya dibunuh. Asiyah yang juga menyaksikan kejadian itu tak dapat membendung air matanya. Ia mendekati si pelayan dan mengelus kepalanya,”Tabahkan hatimu....”
Di tengah suasana yang penuh duka, terdengar suara yang hanya bisa didengar oleh si pelayan dan Asiyah, itu adalah suara anak si pelayan yang baru saja dibunuh.

“Ibu, janganlah menangisi kepergianku. Aku telah bahagia di dalam surga. Berbahagialah, ibu akan mendapat pahala yang besar dari Alloh karena ketaqwaan ibu kepada Alloh...” Kemudian suara itu menghilang.

Asiyah yang memperhatikan semua ini dalam hatinya berkata,”Betapa teguh perempuan ini, apa yang diyakininya memang benar. Fir’aun bukanlah tuhan, tapi manusia biasa yang kejam dan licik”

Keyakinan Asiyah pada Alloh
KEESOKAN harinya Fir’aun, Asiyah dan pengawalnya kembali mendatangi si pelayan. Kali ini pengawal menggandeng anak pelayan yang kedua. Sementara kondisi kesehatan Pelayan semakin memburuk akibat luka-lukanya ditambah guncangan jiwa atas kematian anak pertamanya di tangan Fir’aun.

“Hei Pelayan! Nasib anakmu ada ditanganku. Apa kau tetap menyembah kepada Alloh?”
Anak pelayan meronta-ronta di cengkraman Fir’aun,”Ibuu, tolong aku Bu...”
“Apapun yang Baginda lakukan terhadap saya dan anak saya, tidak akan mengubah keyakinan saya”
“Kurang ajar!!!”

“Crass!!!” pedang Fir’aun kembali memengal kepala anak si Pelayan. Seorang anak tak berdosa lagi-lagi menjadi korban kebiadaban Fir’aun. Pelayan tidak dapat berbuat apa-apa, hanya air mata yang terus mengalir dari pelupuk mata. Hatinya hancur, kedua buah hati yang dicintainya telah dibantai oleh Fir’aun. Mulutnya hanya bisa berkata pelan,’Ya Alloh. Kuatkanlah iman hamba dalam menghadapi cobaan ini ...”

Tiba-tiba terdengar kembali suara yang hanya bisa didengar oleh Pelayan dan Asiyah, itu adalah anak pelayan yang baru saja dibunuh,”Ibu, jangan sedih. Disini aku bahagia. Bersabarlah Bu, Alloh pasti akan menolong Ibu”

Demi mendengar kalimat yang diucapkan anaknya seolah si pelayan telah menemukan obat bagi penderitaannya. Pelayan telah menemukan kedamaian, tubuhnya terkulai lemas dengan mata terpejam. Alloh telah memanggilnya. Derita pelayan itu telah berakhir dania menjumpai kebahagiaan di sorga bersama anak-anaknya.

Sementara Asiyah diam membisu, ia terpana demi melihat kejadian di depan matanya, “Aku yakin Pelayann dan anak-anaknya itu bahagia di dalam lindungan Alloh. Aku yakin kata-kata pelayan itu benar, tidak ada Tuhan selain Alloh,” katanya dalam hati.

“Kakanda Fir’aun. Aku rasa apa yang diyakini pelayan itu benar. Bahwa Alloh adalah Tuhan yang sesungguhnya”
“Istriku, mungkin hatimu sedang guncang. Beristirahatlah!”
“Tidak!! Aku yakin bahwa Tuhan sesunguhnya adalah Alloh”
“Pengawal! Bawa istriku ke kamar. Kurung dia!”

Fir’aun menghukum Asiyah
FIR’AUN menjadi gusar dengan perubahan yang terjadi pada istrinya. Akhirnya Fir’aun memutuskan untuk membahas kerisauannya di hadapan para menterinya. Salah satu menteri berkata,”Menurut hamba, permaisuri baginda adalah wanita yang lembut dan bijaksana.”

Yang lain berkata. “Ratu juga sangat dicintai rakyat.”
“Tapi dia tidak mengakuiku sebagai Tuhan,” potong Fir’aun.
Menteri yang lain berkata,”Apakah kejadiannya memang demikian? Demi kemuliaan Fir’aun, kalau memang demikian Ratu Asiyah harus dilenyapkan, agar keyakinan terhadap Alloh tidak diikuti rakyat.”
“Kalau begitu tangkap Asiyah dan bawa dia ke padang pasir! Siapkan batu besar, aku sendiri yang akan menghukumnya.”

Asiyah pun digiring oleh bebeapa pengawal diikuti Fir’aun dan para menteri menuju padang pasir. Di bawah teriknya matahari Asiyah dibentangkan dengan kaki dan tangan terikat pada tonggak kayu. Sebuah batu besar telah diangkat di atas tubuh Asiyah. Namun tidak sedikitpun terlukis kesedihan di wajahnya.

“Mungkin inilah jalan yang harus Aku lalui demi mendapat kebahagiaan yang kekal di sisi Alloh. Mudah-mudahan cobaan ini dapat menghapus semua dosaku selama hidup bersama fir’aun. Ya Alloh, bangunkanlah untuk hamba sebuah rumah disisiMu dalam surga. Selamatkanlah hamba dari perbuatan Fir’aun dan kaumnya yang dzalim”

Alloh cinta kepada hambanya yang bertaqwa, dikabulkannya permohonan Asiyah. Seketika itu juga Asiyah dapat melihat surga di depan matanya. Asiyah yakin bahwa pemandangan itu adalah rumah akan ia huni di dalam surga. Sehingga tersenyumlah Asiyah dengan penuh kebahagiaan. Sementara Fir’aun dan pengikutnya terheran melihat tingkah Asiyah.

“Hei lihat! Akibat menyembah Alloh dia telah gila! Mau dibunuh malah tersenyum”
“Pengawal! Lakukan!”. “Crass!!!”
Batu besar itu menghantam tubuh Asiyah. Tetapi sebelum batu itu menyentuh kulit Asiyah, terlebih dahulu Alloh telah mengambil ruhnya. Asiyah tidak merasakan penderitaan karena batu itu hanya menghujam jasad yang sudah tak bernyawa.

Ketaqwaan kepada Alloh akan mendapat balasan yang sangat besar dari Alloh. Ruh Asiyah menyusul ruh pelayan dan kedua anaknya ke surga, tempat kesejahteraan, kebahagiaan, ketentraman dan kemuliaan yang kekal.

(Sumber QS 66:11, Tafsir Ibnu Katsir) Reff

Termasuk Kecanduan Facebook atau Tidak? Begini Cara Ilmuwan Menilainya

Kecanduan facebook adalah fenomena nyata yang mulai dilirik para ilmuwan. Bukan sekadar karena banyak pengidapnya, tingkat kecanduannya pun bisa diukur dengan skala tertentu. Para ilmuwan punya cara tersendiri untuk mengukuranya.

Berdasarkan riset yang mendalam, para ilmuwan dari University of Bergen (UiB) menciptakan instrumen standar pengukuran tingkat kecanduan Facebook. Instrumen tersebut dinamakan The Bergen Facebook Addiction Scale, sesuai nama kampus tempat penelitian itu dilakukan.

The Bergen Facebook Addiction Scale terdiri dari 6 pernyataan yang berhubungan dengan pemakaian Facebook. Keenam pernyataan tersebut adalah sebagai berikut, seperti dikutip dari Gizmag.

  1. Anda menghabiskan banyak waktu untuk memikirkan Facebook dan merencanakan penggunaan Facebook.
  2. Anda merasa harus membuka Facebook, terus dan terus lagi.
  3. Anda memakai Facebook untuk melupakan masalah pribadi.
  4. Anda telah mencoba untuk mengurangi waktu Facebook-an tetapi tak pernah berhasil.
  5. Anda menjadi gelisah dan bermasalah jika dilarang buka Facebook.
  6. Anda menggunakan Facebook begitu sering hingga memberi pengaruh negatif pada pekerjaan atau studi Anda. 
Cara menggunakannya, seseorang yang diyakini kecanduan Facebook diminta untuk memberi skor antara 1-5 untuk masing-masing pernyataan, sesuai dengan kondisi yang dialaminya. Skor (1) berarti sangat jarang, (2) jarang, (3) Kadang-kadang, (4) sering, dan (5) sangat sering.

Bila seseorang menjawab minimal 4 pernyataan dengan skor 4 ke atas, maka orang tersebut sudah bisa dikatakan kecanduan Facebook. Berdasarkan penelitian terhadap 423 pelajar, pengukuran ini dinilai akurat oleh para ilmuwan.

Bagi para ilmuwan, kecanduan Facebook merupakan bagian dari kecanduan internet. Mekanismenya di otak diyakini mirip seperti kondisi kecanduan atau ketergantungan yang lain seperti kecanduan alkohol, rokok dan obat-obat terlarang.