aguspurnomosite.blogspot.com

aguspurnomosite.blogspot.com
Berpikir Luas Membuka Cakrawala Kehidupan! Berusaha Memberikan Yang Terbaik Untuk Masa Depan! Katakan "Go Go Go SEMANGAT" !!!

Kamis, 02 Mei 2013

Dialog Seorang Guru Kepada Seorang Muridnya

Dialog seorang guru kepada muridnya, yang berharap agar muridnya dapat menggantikan dan memahami dengan sempurna, dari apa yang telah diajarkannya selama tiga puluh tahun lebih. Insya Allah, cerita ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Sewajarnyalah, pelajar itu sejenis dengan apa yang diriwayatkan dari Hatim Al-Ashamm r.a., seorang murid dari Syaqiq Al-Balakhi r.a.

Syaqiq r.a. bertanya kepada hatim, ” Sejak kapan engkau bersama aku? ”.

“ Sejak tiga puluh tahun ”, jawab hatim.

Lalu syaqiq bertanya lagi, “ Apakah yang engkau pelajari dariku selama itu?”.

Tanpa ragu dan bimbang Hatim menjawab singkat, “ Delapan masalah ”

Dengan terperanjat Syaqiq mendengar jawaban muridnya dan sambil berkata, “ Innalillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun!, terbuanglah umurku bersamamu. Dan engkau tidak pelajari kecuali delapan masalah saja ”.

“ Wahai guruku! aku tidak pelajari yang lain dan aku tidak ingin berdusta ”, jawab Hatim.

Maka Syaqiq menyambung parkataannya, ” Terangkanlah masalah yang delapan itu supaya aku dengar! ”

Berkata Hatim, ” Aku memandang kepada makhluk ini, maka aku lihat masing-masing mempunyai kekasih, dan ingin bersama dengan kekasihnya sampai ke kubur. Apabila telah sampai ke kubur, niscaya ia berpisah dengan kekasih itu. Maka aku mengambil perbuatan baik manjadi kekasihku. Apabila aku masuk kubur, masuk pulalah kekasihku itu bersamaku ”

Setalah mendengar jawaban pertama, Syaqiq berkata, ” Benar sekali, ya Hatim!, dan yang kedua? ”.

Hatim berkata, ” Aku perhatikan firman Allah Ta’ala, ” Dan adapun orang yang takut di hadapan kebesaran Tuhannya dan menahan jiwanya dari keinginan yang rendah (hawa nafsu), maka sesungguhnya taman (surga) tempat kediamannya ”. (Q.S. An-Nazi’at,40-41)

Maka yakinlah aku bahwa firman Allah Ta’ala itu benar. Lalu aku perjuangkan diriku menolak hawa nafsu itu, sehingga tetaplah aku ta’at kepada Allah Ta’ala.

Yang ketiga, aku memandang kepada makhluk ini, maka aku lihat bahwa tiap-tiap orang yang ada padanya sesuatu benda, mereka menghargai, menilai, dan memelihara benda itu. Kemudian aku perhatikan firman Allah Ta’ala, ” Apa yang disisi kamu itu akan hilang tetapi apa yang disisi Allah itulah yang kekal ”. (Q.S. An-Nahl,96)
Maka tiap kali jatuh ke dalam tanganku sesuatu yang berharga dan bernilai, lalu kuhadapkan dia kepada Allah SWT, semoga dia kekal dan terpelihara di sisi-Nya.

Yang keempat, aku memandang kepada makhluk ini, maka aku melihat masing-masing mereka kembali kepada harta, kebangsawanan, kemuliaan dan keturunan. Lalu aku memandang pada semuanya itu, tiba-tiba tampaknya tak ada apa-apa. Kemudian kuperhatikan kembali firman Allah Ta’ala. ” Yang termulia dari kamu pada sisi Allah ialah yang yang kuat taqwanya (baktinya) ”. (Q.S. Al-Hujurat,13)
Maka berbuat taqwalah aku, agar aku menjadi orang yang mulia di sisi Allah Ta’ala.

Yang kelima, aku memandang kepada makhluk ini, di mana mereka itu tusuk-menusuk satu sama lain, kutuk-mengutuk satu sama lain. Dan asal semua ini ialah dengki. Lalu aku perhatikan firman Allah Ta’ala, ” Kamilah yang membagi-bagikan penghidupan di antara mereka dalam kehidupan di dunia ini ”. (Q.S. Az-Zukhruf,32)

Maka aku tinggalkan dengki itu, dan aku jauhkan diri dari orang banyak. Dan aku tahu bahwa pembagian rezeki itu, adalah dari sisi Allah Ta’ala. Maka aku tinggalkan permusuhan orang banyak kepadaku.

Yang keenam, aku memandang kepada makhluk ini, berbuat kedurhakaan satu sama lain. Maka kembalilah aku kepada firman Allah Ta’ala, ” Sesungguhnya setan itu musuh kamu. Sebab itu perlakukanlah dia sebagai musuh ! ”. (Q.S.AL-Fathir,6)

Maka aku pandang setan itu musuhku satu-satunya dan dengan sungguh-sungguh aku berhati-hati dari padanya, karena Allah Ta’ala memberi peringatan bahwa setan itu musuh ku. Dan aku tinggalkan permusuhan dengan makhluk lainnya.

Yang ketujuh, aku memandang kepada makhluk ini, maka aku melihat masing-masing mereka mencari sepotong dari dunia ini. Lalu ia menghinakan diri dari padanya, dan ia masuk pada yang tidak halal dari padanya. Kemudian aku perhatikan firman Allah Ta’ala, ” Dan tidak adalah dari yang merangkak di bumi ini melainkan rezekinya pada Allah ”. (Q.S.Hud,6)

Maka tahulah aku ini salah satu dari yang merangkak-rangkak, yang rezekinya pada Allah Ta’ala. Dari itu aku kerjakan apa yang menjadi hak Allah atasku dan aku tinggalkan yang menjadi hakku pada sisi-Nya.

Yang kedelapan, aku memandang kepada makhluk ini, maka aku melihat masing-masing mereka bersandar kepada makhluk. Yang ini kepada bendanya, yang itu kepada perniagaannya, dan itu kepada perusahaannya, dan yang itu lagi kepada kesehatan badannya. Dan masing-masing makhluk itu bersandar kepada makhluk, yang seperti dia.

Lalu aku kembali kepada firman Allah Ta’ala, ” Dan barangsiapa menyandarkan dirinya kepada Allah, maka Allah menyukupkan keperluannya ”. (Q.S.Ath-Thalaq,3)
Maka aku pun menyandarkan diriku (bertawakal) kepada Allah Ta’ala. Dan Allah Ta’ala mencukupkan keperluanku”.

Mendengar itu semua Syaqiq berkata, ” ya Hatim!, kiranya Allah Ta’ala memberikan taufiq kepadamu!, aku telah memperhatikan segala ilmu pengetahuan Taurat, Zabur, Injil, dan Al-Qur’an yang mulia, maka aku peroleh, bahwa segala macam kebajikan dan keagamaan, berkisar diatas delapan masalah tersebut.

Barang siapa yang memakainya, maka berarti dia telah memakai kitab empat itu.

Doa Guru Untuk Muridnya


Saya sebagai seorang guru, tentu seperti guru-guru lainnya, ingin menyampaikan doa untuk kalian, sebagai siswa yang selama ini terlibat dalam majelis ilmu, semoga kalian mengamini doa tulus dari kami ini. 

Wahai muridku, ketahuilah bahwa kami sesungguhnya menyanyangi dan mencintai kalian. Karena kami diberikan sebuah amanah dari Allah SWT sebagai seorang guru, untuk membantu menjadi jalan bagi saudara-saudara kami mendapatkan cahaya penerangan dan hidayah petunjuk pengetahuan.

Tugas kami amatlah tidak ringan sebagai pengabdi insan pendidikan. Karena di pundak kami lah kualitas para penerus bangsa ditentukan. Apabilah penerus sebuah bangsa adalah penerus yang baik,maka baik pulalah bangsa tersebut. Sebaliknya apabila kualitas penerus bangsa itu rusak,maka rusak pula bangsa tersebut.

Pada kenyataanya,kami para guru bukanlah manusia yang sempurna dan lengkap pada semua hal.Ada banyak keterbatasan dan kelemahan yang kami miliki sebagai guru. Lihatlah kami pada sisi kebaikan kami,dan jangan pernah meniru serta mencontoh apabila kami lupa, khilaf,dan berbuat kesalahan. Sekali lagi kami manusia bisa seperti kalian murid-muridku.

Kami percaya dan yakin, murid-murid kami tercinta adalah insan pembelajar yang ingin baik dan sukses kelak di masa yang kan datang. Jadi kami punya keyakinan kalian akan menjadi peserta didik yang Baik,Tekun,Rajin,Jujur dan senantisa berharap serta Berdoa untuk kesuksesan di masa depan.

Kami para guru-guru tidak pernah putus berdoa untuk kebaikan dan kesejahteraan kalian. Semoga kalian menjadi Manusia Utama, Unggul, Sopan, BERAKHLAK, JUJUR, MULIA, DAN SUKSES. Itu yang menjadi harapan dan cita-cita kami

Kelak, kalian boleh melupakan kami ketika kalian sukses,tapi jangan pernah sekali-kali kalian melupakan IBU DAN BAPAK kalian.Orang tua kandung kalian,dimana darah daging mereka menempel di tubuh kalian.Sayangi mereka dan Bahagiakan mereka.

Kalaupun nanti Allah SWT mempertemukan kita kembali, kami ingin bertemu kalian di masa depan dalam keadaan berbahagia, sejahtera dan kalian menyanyangi semua yang pernah menjadi bagian di hidup kalian.

Semoga doa-doa kami didengar Allah SW. Amiin..

Sebuah Renungan di hari Pendidikan Nasional

Ditengah carut-marut tentang Ujian Nasional yang telah terlaksana hari ini 2 Mei 2013 akan diperingati hari Pendidikan Nasional. Setelah lebih dari setengah abad Indonesia merdeka, wajah pendidikan di negara kita belum mampu menunjukkan wajah cerah. Ujian Nasional 2013 yang berlangsung secara tidak serentak telah mengundang banyak pro dan kontra, apakah Ujian Nasional masih layak dijadikan sebagai tolak ukur keberhasilan pendidikan di Indonesia.

Di beberapa media telah di tulis bahwa Ujian Nasional tidak layak lagi dijadikan tolak ukur. Mengapa, karena standar kelulusan UN beberapa tahun belakangan berada pada level yang sangat tinggi. Hal ini kian menjadi sorotan karena pemerataan pelaksanaanpendidikan di Indonesia belum terlaksana secara merata dan menyeluruh. Wilayah-wilayah terpencil dengan fasilitas pelaksanaan pembelajaran yang serba terbatas tetap memiliki standar kelulusan tinggi bahkan 100%. Jika di bandingkan dengan fasilitas pendidikan di wilayah perkotaan yang memiliki fasilitas yang lebih baik, maka akan timbul sebuah pernyataan, “Sungguh luar biasa pelaksanaan pendidikan di Indonesia”. sekolah dengan fasilitas terbatas mampu menyaingi bahkan melampaui pendidikan di perkotaan (dalam hal persentase kelulusan).

Hal inilah yang menjadi salah satu pertimbangan mengapa UN sudah tidak layak menjadi tolak ukur karena UN tidak lagi bisa memberikan gambaran tentang kualitas pelaksanaan pendidikan di Indonesia.

Melalui hari Pendidikan Nasional ini, mari kita menjadikannya sebuah momen untuk lebih merenungi masa depan Pendidikan di Indonesia. 
Reff

Memaknai Hari Pendidikan Nasional

Setiap tanggal 2 Mei, bangsa Indonesia memperingati Hari Pendidikan Nasional. Tanggal 2 Mei dijadikan sebagai hari lahirnya pendidikan di Indoensia diambil dari hari lahir salah satu tokoh perjuangan pendidikan di Indonesia, Ki Hajar Dewantara atau Raden Mas Soewardi, yang mendedikasikan dirinya untuk pedidikan di nusantara. Di tahun 1922, Ki Hajar Dewantara mendirikan sebuah institusi pendidikan yang bernama Sekolah Kerakyatan di Yogyakarta.

Sebuah perjuangan yang mulia dan juga tidak mudah. Pada saat itu bangsa Indonesia masih dilanda kebodohan, keterbelakangan akibat penjajahan belanda. Pergerakan memajukan pendidikan telah mempersiapkan putra-putra bangsa yang siap berjuang untuk Indonesia menuju kemerdekaan.

Hasilnya pun terbukti, kita sekarang sudah merdeka. Namun apakah semangat perjuangan dari para pahlawan pendidikan kita terdahulu masih tejaga hingga saat ini.

Kemerdekaan yang telah dicapai oleh bangsa Indonesia, belum membuat bangsa Indonesia menjadi bangsa yang maju. Bahkan Indonesia masih tergolong negera yang masih berkembang, kualitas pendidikan masih kalah tertinggal oleh negara jiran seperti Malaysia dan Singapura. Padahal kita tahu sendiri bahwa bangsa kita sudah lebih dahulu merdeka, yang lebih hebatnya lagi di tahun 1970 para putra bangsa Indonesia menjadi guru dan pengajar di Malaysia.

Kenapa kita jadi tertinggal ? atau bahkan mungkin pendidikan kita berjalan ditempat ? atau lebih parahnya lagi kualitas pendidikan kita saat ini menurun ? Entahlah, yang pasti kita belum merasakan kualitas seluruh sumber daya manusia Indonesia saat ini mampu bersaing dengan bangsa-bangsa di dunia ini.

Yang terjadi sekarang justru masih banyak rakyat miskin, tidak mempunyai keahlian, pengangguran dimana-mana. Apa yang salah dengan bangsa ini ? Padahal sekarang sekolah sudah lebih banyak dari pada zaman kita belum merdeka.

Semoga saja pada peringatan Hari Pendidikan Nasional tahun ini, dapat dijadikan sebagai tonggak perubahan ke arah yang lebih baik. Menjadi bangsa yang pintar dan bermatabat, yang akan membawa kepada kemajuan dan kemakmuran bangsa Indonesia. Amin