Film tidak selamanya berorientasi pada hiburan semata, banyak film-film khususnya drama yang mengetengahkan cerita yang dapat memberikan inspirasi maupun melahirkan motivasi bagi penontonnya. Film-film berikut memuat nilai-nilai pendidikan yang dapat menjadi media pembelajaran bagi guru, orangtua dan murid. Menonton film-film seperti mengandung banyak mamfaat bagi yang mau memahami dan mengambil hikmah didalamnya.
Beberapa film-film yang saya maksud diatas, contohnya sebagai berikut : Ungkapan Profesor Yohannes Surya dalam acara Kick Andy bahwa “tidak ada anak bodoh, yang ada adalah anak yang tidak mendapatkan guru yang baik dan memberi pengajaran yang baik”.
Film ini diangkat dari kisah nyata mengenai seorang anak tuna rungu. Kekurangannya menyebabkan ia dianggap tidak ‘mampu’ dan harus diperlakukan berbeda. Namun di tangan seorang perempuan dewasa yang memiliki visi dan insting ‘guru’, anak itu akhirnya mampu hidup layaknya manusia normal, bahkan ia menjadi pengacara yang cukup dikenal. Film ini layak ditonton oleh semua kalangan, khususnya tenaga pendidik.
Ath-thariqatu ahammu min al-maddah, wa al-ustadzu ahammu min ath-thariqah (Metodologi lebih penting dibandingkan materi pengajaran, tetapi sosok guru yang kompeten lebih baik tinimbang metodologi yang sempurna). Adagium ini mungkin tepat bila dikaitkan dengan film Freedom Writers. Film yang didasarkan atas kisah nyata kehidupan seorang guru di Long Beach, California, Erin Gruwell. Erin berprofesi sebagai guru bahasa Inggris ketika isu rasisme dan kekerasan di Amerika begitu hegemonik.
Keduanya menciptakan kecurigaan dan segregasi sosial di antara murid-muridnya, sebagian besar murid-muridnya bukan hanya menjadi objek, bahkan menjadi subjek kekerasan. Fenomena ini menjadikan murid-muridnya apatis terhadap kehidupannya, mereka kehilangan visi dan cita-cita.
Untuk mendekati dan menyelami kehidupan mereka, Erin memberikan buku harian yang harus diisi setiap harinya. Mereka bebas menuliskan apapun dan bila Erin diperbolehkan membaca, maka buku tersebut harus diletakkan di lemari kelas. Pada akhirnya buku harian tersebut menjadi proyek akhir bersama dan di bawah bimbingannya, buku harian tersebut akhirnya diterbitkan menjadi sebuah buku yang berjudul The Freedom Writers Diary.
Film ini menceritakan kisah hidup profesor Jhon Nash, seorang ahli matematika yang mendapat hadiah nobel. Ia terkena penyakit skizofrenia yang menyebabkan dirinya mengalami delusi yang sangat hebat. Delusi yang tampak di mata John adalah teman satu kamarnya sejak saat pertama kuliah di Preston university, Hanson. Delusinya kembali semakin parah, ia melihat semua majalah adalah kode-kode konspirasi dari orang Rusia yang harus dipecahkan. Nash pikir itu adalah kode yang akan menuntunnya pada lokasi bom yang diletakkan oleh soviet. Adapula delusi orang militer bernama Parcher yang mengancamnya bekerja pada militer memecahkan kode-kode tersebut. Berkat ketabahan istrinya yang membimbing sang suami, akhirnya Nash berhasil mengalihkan perhatiannya pada delusinya sendiri, walaupun bayangan Hanson, Parcher dan sepupu Hanson tidak pernah hilang hingga usia senjanya.
Film ini menceritakan akhir kehidupan dua orang penderita kanker yang divonis hidup hanya beberapa bulan saja. Keduanya memiliki kepribadian yang berbeda begitupun latarbelakang ekonomi sosialnya. Pada satu saat Cole melihat Carter yang menulis pesan kematiannya dalam The Bucket List (Ember Cita-cita) yang begitu pesimis, Carter menambahkan beberapa catatan dan memutuskan untuk mengajak temannya melakukan keinginan keduanya seperti yang mereka tulis tersebut.
Kekuatan film ini ada pada dialog-dialog yang mengalir secara dalam, kerena ditunjang oleh dua aktor kawakan yaitu Morgan Freeman dan Jack Nicholson.
Film ini adalah film Perancis yang menceritakan perjalanan panjang seorang Ayah untuk menunaikan ibadah haji. Awalnya saya menonton film ini karena mobil yang digunakan adalah Peugeot –mobil idola saya. Tapi kisah dan dialog di film ini sarat dengan makna.
Reda, seorang remaja Perancis keturunan Maroko yang tiba-tiba mendapat tugas untuk mengantarkan sang Ayah menunaikan haji dengan jalan darat. Perjalanan panjang yang menyusuri banyak negara, seperti Italia, Serbia, Turki, Syria, Jordania dan akhirnya Saudi Arabia menciptakan ketegangan antara Ayah dan anak. Di sini kita akan melihat bagaimana pertarungan nilai dari perbedaan kultur antara Ayah –imigran muslim di Perancis yang dilahirkan dan besar di Maroko dengan anak yang juga muslim, tetapi lahir dan dibesarkan di Perancis yang memiliki kultur yang sangat berbeda dengan Timur Tengah.
Jangan terjebak dengan judul yang digunakan untuk film ini. Sebagai film India yang bergenre komedi, film ini jauh dari kesan film India lainnya. Film ini memiliki visi dan nilai yang disampaikan kepada penonton. Bagaimana anak-anak di film ini terjebak dalam keinginan para orang tua mereka yang menginginkan anaknya menjadi insinyur. Dan seorang anak yang cerdas tetapi berasal dari keluarga yang tidak memiliki apa-apa. Di sini kita banyak di ajarkan untuk keluar dari yang biasa-biasa saja (out of the box) dan menjadi seseorang yang kreatif dengan metode belajar yang berbeda. Sehingga kita tidak hanya menjadi ‘manusia teknologis’ sebagaimana yang dikatakan Heidegger.
BARAKA
Ini ini sangat inspiratif karena menyorot kehidupan manusia dari beragam aspek. Apa yang dicap sebagai budaya primitif atau terbelakang sesungguhnya menjadi bagian dari budaya manusia modern. Film ini juga menyindir tentang apa yang disebut kemajuan ummat manusia. Film ini juga tidak memuat dialog, lebih-lebih sebuah cerita atau plot, film ini menggunakan tema untuk menyajikan perspektif baru dan membangkitkan emosi murni melalui bioskop.
Film ini dibuat di 152 lokasi di 24 negara: Argentina, Australia, Brasil, Kamboja, Cina, Ekuador, Mesir, Perancis, Hong Kong, India, Indonesia, Iran, Israel, Italia, Jepang, Kenya, Kuwait, Nepal, Polandia, Arab Saudi, Tanzania, Thailand, Turki, dan Amerika Serikat.
Film ini merupakan salah satu film terbaik, maka tidak heran bila mendapatkan 3 academy award dan best actor bagi pemain utamanya. Film ini menceritakan upaya seorang ayah yang tidak ingin anaknya mengetahui kekejaman yang terjadi di tempat penampungan Nazi Jerman di mana mereka disekap. Untuk itu ayah tersebut harus selalu menciptkan cerita seakan-akan semuanya merupakan bagian dari permainan dan pemenangnya akan diganjar sebuah tank seperti yang diidam-idamkan anaknya. Film ini diproduseri oleh Ceci Gori, pemilik klub Fiorentina sebelum klub ini turun kasta ke seri B pada awal tahun 2000-an.
01. A Head of the Class
02. Coach Carter
03. Denias, Senandung di atas Awan
04. Gokusen (Jepang)
05. Great Teacher Onizuka (Jepang)
06. The Great Debaters
07. Finding Forrester
08. Dead Poets Society
09. Dangerous Minds
10. I Not Stupid
11. Laskar Pelangi
12. Les Choristes
13. Ron Clark Story
14. School of Life
15. Lean on Me
16. School of Rock
17. Spelling Bee
18. Take the Lead
19. The Class (Perancis)
20. The Music of the Heart
21. Garuda di Dadaku
22. Negeri 5 Menara
Dan lain sebagainya yang belum saya ketahui.