aguspurnomosite.blogspot.com

aguspurnomosite.blogspot.com
Berpikir Luas Membuka Cakrawala Kehidupan! Berusaha Memberikan Yang Terbaik Untuk Masa Depan! Katakan "Go Go Go SEMANGAT" !!!

Jumat, 30 Agustus 2013

SURABAYA KOTA PAHLAWAN

KOTA PAHLAWAN adalah julukan utama Kota Surabaya. Julukan ini paling istimewa. Sebab, tidak ada kota di Indonesia yang berjuluk “Kota Pahlawan”, kecuali Kota Surabaya. Padahal hampir seluruh kota di Indonesia mempunyai semangat heroik dan perjuangan kepahlawanan.

Untuk itulah, seyogyanya masyarakat warga Kota Pahlawan ini benar-benar menghayati arti dari julukan itu. Pengertian kepahlawanan di Kota Pahlawan Surabaya seharusnya tercermin dalam berbagai hal. Baik ciri, penampilan yang khas, serta watak dan wujud nyata dari kota ini. Artinya, saat memasuki Kota Surabaya, kesan pertama bagi orang yang belum pernah ke Surabaya, adalah adanya nuansa kepahlawanan itu.

Tetapi, melihat kenyataan yang ada sekarang ini, memang perlu dipertanyakan, “sudahkah penataan kota Surabaya ini sesuai dengan makna Kota Pahlawan?” Layak dipertanyakan “Kota Pahlawan-kah Surabaya”. Kalau memang demikian, mari kita wujudkan Surabaya benar-benar sebagai “Kota Pahlawan” yang bertaraf nasional dan internasional.  


 
Perlu digarisbawahi dan dicamkan, kalau dilihat secara kasat mata, ciri khas kepahlawanan yang ada di Surabaya “belum” terlihat nyata. Baru bisa dirasakan dan dihayati, tetapi belum menjadi cermin yang nyata dalam pandangan masyarakat kepariwisataan. Seharusnya kekhasan itu bisa dilihat dengan banyaknya monumen kepahlawanan, nama-nama jalan, nama-nama taman, cagar budaya, gedung-gedung dan kawasan permukiman yang menggunakan nama pahlawan.

Sekarang coba lihat wajah kota Surabaya, coreng-moreng akibat pembiaran oleh keinginan para pengusaha yang abai terhadap arti dan makna kepahlawanan itu. Mereka tidak peduli terhadap predikat Surabaya sebagai Kota Pahlawan. Kawasan permukiman, gedung-gedung, nama jalan, nama taman dan pertokoan diberi nama seenaknya sesuai selera mereka. Hampir seluruhnya kawasan permukiman baru di Surabaya, mengambil nama perusahaan pengembang. Boleh dikatakan tidak ada yang bermakna kepahlawanan.  


 
Pada hal perlu diingat, predikat Kota Pahlawan dianugerahkan kepada Surabaya, untuk mengabadikan “Semangat Juang Arek-Arek Suroboyo”. Tidak hanya berawal dari peristiwa heroik sekitar 10 November 1945 saja, tetapi dikaitkan dengan sejarah terbentuknya ranah perkampungan Surabaya. Itupun berlanjut hingga masa perjuangan, mempertahankan dan mengisi kemerdekaan Republik Indonesia itu sendiri. Artinya, semangat juang Arek Suroboyo itu sejak dari zaman Majapahit, saat kelahiran Surabaya, dipertahankan sepanjang masa. Semangat juang dan kepahlawanan itu melekat sebagai jatidiri Surabaya dari dulu, hingga kini dan sampai nanti.

Sebenarnya itulah hakekat yang diinginkan oleh Dwitunggal Proklamator Kemerdekaan Republik Indo-nesia, Soekarno-Hatta. Mereka berdua, sebagai saksi sejarah tentang semangat kepahlawanan Arek-arek Suroboyo (Putra-Putra Surabaya) dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia di tahun 1945.

Bung Karno juga terkesan dengan peristiwa perobekan bendera di Hotel Orange atau Hotel Yamato di Jalan Tunjungan yang dikenal dengan “insiden bendera” tanggal 19 September 1945. Apalagi sejak saat itu, kegiatan perlawanan masyarakat Surabaya terhadap penjajah dan kaum kolonial semakin hebat dan gigih, maka tak pelak lagi Bung Karno dan Bung Hatta, langsung datang ke Surabaya. Hingga terjadi puncak perjuangan Arek Suroboyo, tanggal 10 November 1945.  


 
Lima tahun kemudian, kesan Bung Karno terhadap Surabaya semakin mendalam. Ide pembangunan Tugu Pahlawan di Kota Surabaya, langsung mendapat perhatian Bung Karno. Untuk pertama kali di tahun 1950, Bung Karno menetapkan tanggal 10 November sebagai “Hari Pahlawan”. Sekaligus, Surabaya mendapat predikat “Kota Pahlawan”.

Kamus Kepahlawanan

Julukan sebagai Kota Pahlawan, juga dikaitkan dengan sejarah Surabaya. Sewaktu tahun 1293, lebih 718 tahun atau tujuh abad yang silam, Raden Wijaya pendiri Kerajaan Majapahit berjuang mengusir Tentara Tartar yang dipimpin Khu Bilai Khan, tidak lepas dari peranserta rakyat Surabaya yang waktu itu masih bernama Hujunggaluh atau Junggaluh.

Nah, karena semangat kepahlawanan sudah menjadi ciri Kota Surabaya, perlu dilakukan koreksi total, sehingga julukan Kota Pahlawan bagi Surabaya tidak ditelan oleh kehidupan masyarakat modern. Peninggalan sejarah tentang kepahlawanan Arek Suroboyo ini patut dilestarikan.

Untuk itulah, layak pula Kota Surabaya dijadikan “Kamus Kepahlawanan”. Dengan berjuluk Kota Pahlawan, maka dunia dapat merujuk arti dan makna kepahlawanan dari Surabaya secara utuh. Misalnya, jika kita ingin mengetahui siapa-siapa saja Pahlawan Nasional, bahkan “pahlawan dunia”, maupun pahlawan lokal dan orang-orang yang berjasa, serta tokoh terkenal, maka nama itu ada dan diabadikan di Surabaya. 


Museum pahlawan yang terdapat di Taman Tugu Pahlawan, maupun Museum Mpu Tantular di Surabaya yang sekarang dipindahkan ke Sidoarjo belum banyak berbicara tentang sejarah kepahlawanan Surabaya sebagai Kota Pahlawan. Untuk itu, perlu disempurnakan dan lebih dilengkapi dengan berbagai koleksi sejarah. 

Tidak ada salahnya, Kota pahlawan Surabaya ini membudayakan “Wisata Pahlawan”, ke Taman Makam Pahlawan (TMP) dalam bentuk ziarah (wisata reliji), sebagaimana juga kita melakukan ziarah ke makam Sunan Ampel dan makam para leluhur.

Jejak 5 Pahlawan Surabaya

Semangat juang dan kepahlawanan mereka melekat sebagai jatidiri Surabaya dari dulu, hingga kini dan sampai nanti.

Kota Surabaya mendapat julukan sebagai Kota Pahlawan. Menjadi istimewa, karena hanya Surabaya saja yang mendapatkannya. Banyak kota lain di negeri ini yang memiliki sejarah kepahlawanan tak kalah hebat dari Surabaya. Namun julukan sebagai Kota Pahlawan hanya untuk Surabaya.

Beberapa nama dan peninggalannya yang masih bisa ditemukan oleh Surabaya City Guide, di antaranya sejarah rumah WR. Soepratman, rumah lahir Bung Karno, Grdung Nasional Indonesia (GNI) simbol dari Bapak Pergerakan Indonesia, Dr. Raden Soetomo, rumah HOS Cokroaminoto. Dan sebuah kampung bersejarah bernama Kalimas Udik, di sini tinggal KH. Mas Mansur, seorang tokoh islam dan pahlawan nasional Indonesia.

Sejarah Pergerakan di Bubutan

Perjuangan putra bangsa bisa dikenang mulai dari Bubutan. Menerawang sejarah dari bangunan yang tersisa. Gedung Nasional Indonesia (GNI) Surabaya masih berdiri tegar di jalan Bubutan. Tak jauh dari Tugu Pahlawan dan Jembatan Merah, yang juga merupakan simbol perjuangan. Bangunan GNI ini juga menjadi saksi sejarah perjalanan bangsa ini. Berdiri di jantung kota, menjadi sentra pergerakan pemuda di masa perjuangan. Pemerintah Kota Surabaya meresmikan gedung ini sebagai Cagar Budaya kota.

Dalam komplek gedung terdapat makam Bapak Pergerakan Nasional Indonesia, Dr. Raden Soetomo, yang hidup sepanjang 1888-1938.

Sekilas sejarah tentang perjuangan dan peran gedung yang berada di jalan Bubutan ini. Pada tahun 1938, gerakan perjuangan rakyat terpelajar di Surabaya berpusat di GNI ini. Selain Soetomo, tokoh yang populer saat itu adalah RPSoenario Gondokoesoemo, RMH Soejono, R. Soendjoto, dan Achmad Djais. Sebagai pusat perjuangan, GNI yang dikomandoi Soetomo kerap berkomunikasi dengan Soekarno di Bandung dan Husni Thamrin di Jakarta. Tiga tokoh ini kemudian populer dengan sebutan Tri Tunggal.

Selain pendapa, di komplek GNI juga berdiri gedung, yang pada jaman dahulu dijadikan sebagai barak BKR (Badan Ketahanan Rakyat), kini berfungsi sebagai kantor PMI Cabang Bubutan. Dan rumah-rumah yang kini masih berdiri di jalan Bubutan Kulon, konon dikgunakan Soetomo untuk menampung warga yang tidak mampu pada tahun 1930 –an.

Jejak Soekarno di Surabaya

 
Nama Soekarno sebagai Bapak Bangsa, sudah jamak dikenal. Dalam catatan sejarah, Soekarno pun meninggalkan jejak perjuangannya di Surabaya. Beliau sempat menetap di Surabaya, indekos atau lebih dikenal dengan istilah mondok di rumah milik HOS. Cokroaminoto. Rumah tersebut hingga kini masih berdiri, tepatnya di Jalan Peneleh VII/29-31.

Pada bangunan yang resmi dijadikan sebagai bangunan cagar budaya itu, sangat kental aksen bangunan peninggalam masa lalu. Dinding tebal, kusen pintu dan jendela yang terkesan kokoh, belum lagi bila melongok ke ruangan luas berlantai kayu yang berada di lantai dua yang konon kerap digunakan Soekarno dalam menimba ilmu dari HOS Cokroaminoto.

Dalam kaitan Soekarno dan Surabaya, ada yang menyebutkan Pemimpin Revolusi itu lahir di Kota Surabaya. Diyakini rumah di Jalan Pandean Gang 4 no. 40 adalah rumah lahir Soekarno. Walau untuk membuktikan kebenarannya masih butuh waktu.

Rumah Sejarah HOS Cokroaminoto

 
Raden Hadji Oemar Said Tjokroaminoto atau HOS Cokroaminoto dikenal sebagai tokoh nasional dan populer sebagai Pemimpin Sarekat Islam yaitu organisasi politik pertama di negeri ini. Secara pribadi peran Cokroaminoto bagi berdirinya negeri ini, sangat berpengaruh. Beliau adalah guru dari beberapa tokoh pergerakan di negeri ini. Sebut saja, Soekarno, Kartosuwirjo, Semaoen, Muso, Alimin, dan banyak lagi.

Sekilas tetang bangunan bersejarah peninggalan Cokroaminoto, setelah beberapa kali berganti kepemilikan, akhirnya rumah di jalan Peneleh Gang III itu menjadi miliknya. Rumah ini tak hanya berfungsi sebagai rumah tinggal, namun oleh Cokroaminoto dan istri dijadikan rumah indekos bagi para pelajar Hogere Burgerlijks School (HBS). Dalam perjalanannya rumah ini juga berfungsi menjadi pondok pesantren kecil. Dan mereka tidak sekedar belajar ilmu agama, tetapi juga mengembangkan kemampuan berpolitik.

Di rumah ini juga tersimpan berbagai koleksi barang-barang antik peninggalan Cokroaminoto. Beberapa masih utuh, beberapa lainnya sudah diduplikasi, karena lapuk dimakan jaman.

Kenangan WR. Supratman

 
Sebuah rumah yang berdiri di Jalan Mangga No. 21, Kelurahan Tambaksari, satu di antaranya. Di sinilah seorang Wage Rudolf Supratman pernah tinggal. Rumah yang kini difungsikan sebagai museum mini oleh para ahli warisnya, kini dikelola oleh Lembaga Pengkajian "Kota Pahlawan." Di rumah ini pula, konon Supratman menjadi lebih produktif dalam mencipta lagu-lagu. Walaupun penciptaannya kala itu masih berdasar pesanan dari beberapa rekan seperjuangan, seperti Dr. Soetomo dan Pak. Doho.

Kabarnya, di rumah ini pula menjadi saksi dari aksi akhir proses penciptaan lagu terakhirnya yang baru tergores sebagai syair yang berjudul 'Selamat Tinggal'. Lembaran kertas itu menjadi sisa sejarah yang masih tersimpan rapi. Sayang, Biola kebanggaan Supratman tidak bisa dijumpai di sini, konon disimpan di Museum Sumpah Pemuda, di Jakarta.

Peran WR. Supratman dalam perjuangan kebangsaan Indonesia Raya mencapai kemerdekaan, semua orang tahu. bukan sekedar pencipta lagu kebangsaan Indonesia Raya. Sebagai tokoh pemuda pergerakan Supratman sangat aktif terlibat pada fase perjuangan pergerakan, terutama ketika dia pindah ke Batavia, sekarang Jakarta.

Tokoh Islam KH. Mas Mansyur

 
Mungkin belum banyak yang tahu, tentang peninggalan kediaman KH. Mas Mansyur. Seorang tokoh Islam, pahlawan nasional, dan mantan ketua pengurus besar Muhammadiyah. Kampung Kalimas Udik, adalah kawasan yang sangat kental dengan suasana religi Islami. Pengakuan Suciati, sumber Majalah SCG, menyebutkan bahwa bangunan rumah di depan kediamannya itu adalah rumah tinggal KH. Mas Mansyur. Barang-barang peninggalan Mas Mansyur, seperti buku, foto-foto, dan lainnya, sayangnya sudah tidak diketahui.

Adanya pondok pesantren dan kedua rumah kuno itu merupakan bukti cukup sebagai jejak kehidupan Mas Mansyur di Surabaya. Konon, Soekarno sering mendatangi rumah beliau, untuk kemudian berziarah bersama ke makam Sunan Ampel. Mas Mansyur mengenal Soekarno muda saat bersama-sama mengikuti tabligh di daerah Peneleh oleh KH. Ahmad Dahlan.
Mas Mansyur adalah satu dari empat orang tokoh nasional yang diperhitungkan, yang terkenal dengan sebutan Empat Serangkai. Yaitu; Soekarno, Mohammad Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan KH. Mas Mansyur.
Source

KEINDAHAN TAMAN DALAM KOTA SURABAYA

Bergerak dinamis menuju tatanan kota modern. Gemerlap tiap sudut memancar pesona. Menggelitik hasrat untuk datang dan menikmati suasana ruang demi ruang di Kota Surabaya.Surabaya yang menobatkan diri sebagai Kota Perdagangan dan Jasa, tetap arif untuk tidak meninggalkan hal mempercantik penampilannya. Setiap sudut yang ada di wilayah ini disentuh dengan keindahan untuk menebar aroma memikat bagi siapa saja yang datang.Diantaranya dengan menghadirkan taman-taman kota yang tampil semakin cantik. Mampu menjadi tujuan alternatif bagi warga kota untuk sekedar jalan-jalan, atau bahkan berinteraksi dengan sesama warga kota yang lain.

Taman-taman kota Surabaya kian dipercantik. Kondisi ruang terbuka hijau makin bisa dirasakan manfaatnya oleh warga kota. Taman-taman itu menyuguhkan keindahan sekaligus kenyaman buat rekreasi keluarga warga kota. Nyaris tak ada taman kota yang dibiarkan terbengkalai. Bahkan, sebagian besar taman itu dilengkapi bermacam fasilitas untuk kenyamanan wisata keluarga, seperti jogging track, taman bermain anak, air mancur, dan lampu-lampu hias.Bahkan taman kota ini tidak saja nyaman bagi yang normal secara fisik, tapi juga bagi mereka para penyandang cacat. Tidak saja orang dewasa tapi juga anak-anak. Termasuk tidak hanya di siang hari, tapi juga malam hari tetap bisa dirasakan kenyamanan dan keelokannya. Cengkerama dan rekreasi keluarga warga kota makin memiliki banyak alternatif. Bahkan, sederet taman itu bakal dilengkapi fasilitas Hot Spot Wi-Fi untuk rekreasi dunia maya.

Taman Prestasi


Berada di Taman Prestasi bagai menemukan sebuah oase di tengah kota. Taman seluas 6.000 m2 ini dihiasi sekitar 21 jenis tanaman sehingga terasa nyaman untuk melepas penat. Anak-anak pun dapat bermain sambil belajar mengenal lingkungannya. Area ini dilengkapi panggung terbuka, panggung teater, dan sarana permainan anak. Di sini, kita juga dapat menyaksikan replika penghargaan yang pernah diraih Kota Surabaya, seperti Wahana Tata Nugraha, Adipura Kencana, dan lain-lain. Obyek wisata ini juga menawarkan petualangan lain, seperti menyusuri Kalimas dengan perahu naga atau perahu dayung. Bahkan, bagi keluarga yang ingin menikmati suasana asri taman dengan menunggang kuda, telah tersedia kuda-kuda anak-anak. kekar yang siap mengantar. 

Taman Bungkul
 

Revitalisasi Taman Bungkul dengan konsep Sport, Education, dan Entertainment telah diresmikan sejak 21 Maret 2007. Area seluas 900 m2 yang dibangun dana sekitar Rp 1,2 milyar itu pun dilengkapi berbagai fasilitas, seperti skateboard & sepeda BMX track, jogging track, plaza (sebuah open stage yang bisa digunakan untuk live performance berbagai jenis entertainment), akses internet nirkabel (Wi-Fi atau Hotspot), telepon umum, arena green park seperti kolam air mancur, dan area pujasera. Bahkan, taman ini juga dilengkapi dengan jalur bagi penyandang cacat agar mereka pun bisa ikut berekreasi. Taman yang berada di jalan protokol yakni di Jl. Raya Darmo itu makin bisa dirasakan manfaatnya bagi warga kota metropolitan Surabaya.
Sejak diresmikan tanggal 21 Maret 2007, Taman Bungkul dilengkapi fasilitas skateboard & BMX track, jogging track, serta akses internet nirkabel. Fungsi taman kota Surabaya sebagai tempat olahraga, rekreasi warga kota, hang out, dan menghirup udara segar jauh dari polusi, makin banyak alternatif. Surabaya bahkan telah memiliki taman lanjut usia atau taman lansia. Area yang dimanfaatkan sebagai taman alternatif untuk para lanjut usia itu berlokasi di Jalan Kalimantan. Area seluas sekira 2.000 m2 eks SPBU Kalimantan itu, di set up menjadi taman yang cantik sekaligus segar.

Beragam tanaman dan bunga cantik menghiasi. Di sela warna-warni tanaman indah itu tersedia track yang khusus dibuat untuk kenyamanan kursi roda para lansia. Ada pula tempat duduk untuk pengantar saat menemani para lansia menikmati suasana kota di pagi atau sore hari. Kesejukan suasana di taman ini kian segar oleh keberadaan air mancur di tengah taman. Kesegaran itu tentu bisa memecah kepekatan polusi udara dari kendaran bermotor yang cukup padat melewati bilangan ini.

Taman Apsari 

 

Taman Apsari memiliki keunikan dibanding kawasan Surabaya lainnya. Taman yang berada di depan Gedung Grahadi itu terasa sejuk dan relatif tenang, meski tempatnya di tengah kota. Area ini di dalamnya terdapat Patung Suryo dan Joko Dolog. Di area seluas 5.300 m2 itu dilengkapi lebih kurang 20 jenis bunga dan tanaman. Di sela bunga dan tanaman itu disediakan jogging track yang nyaman untuk jalan-jalan. Sebagian anak muda bahkan menggunakannya untuk bermain skateboard. Sebagian warga Surabaya yang lain memanfaatkannya sebagai tempat kongkow kongkow semalaman sampai pagi menjelang.

Taman Flora

 

Taman Flora seluas 2,4 hektar di eks Kebun Bibit Baratang Surabaya kian bertambah nilainya. Selain rindang oleh ratusan jenis pohon dan tanaman, taman ini juga disebut Techno Park karena dilengkapi fasilitas teknologi internet. Setelah diresmikan Agustus 2007, area ini dilengkapi sebuah ruang sekitar 5x10 m2 sebagai ruang pembelajaran IT dengan 6 line jaringan komputer yang tersambung internet. Ruangan ini juga dilengkapi software
berbagai games interaktif untuk sosialisasi tentang lingkungan dan masalah sampah. Techno Park ini sifatnya interaktif, yang dapat dimanfaatkan oleh anak-anak sekolah untuk praktek atau membentuk komunitas IT.


Taman Surya
  

Taman Surya satu komplek dengan Balai Kota Surabaya, terletak di jalan Taman surya No. 1. Tepatnya terletak di halaman depan balai kota. Balai kota sendiri merupakan kantor pemerintah kota surabaya. Gedung balai kota termasuk salah satu bangunan cagar budaya yang ada di surabaya.

Di lihat sekilas taman ini termasuk taman view, menonjolkan keindahan tanaman hias. Banyak ruang kosong di taman surya di biarkan tanpa tanaman, lantainya pun paving blok. Fasilitas yang di miliki taman ini hanya 2 buah kolam air mancur dan jogging track.

Biarpun minim fasilitas bagi pengunjung taman, namun kenyataanya pengunjung taman surya dapat melakukan beragam aktifitas di taman. Aktifitas pengunjung di lakukan di ruang kosong tanpa tanaman di taman. Di pagi hari taman surya di gunakan untuk berolah raga serta rekreasi dan malam harinya di gunakan anak muda untuk hang out serta anak-anak kecil bermain di kolam air mancur depan pintu masuk.

Belum lagi kalau pemerintah surabaya mempunyai kegiatan tertentu, hampir semuanya di lakukan di taman surya.

Kedua fasilitas air mancur tadi memiliki pesona dan keunikan tersendiri. satu kolam air mancur berada di tengah-tengah taman. Dengan air mancur membentuk lingkaran yang memancar ke arah pusat kolam. Dan satu air mancurnya lagi berada di depan pintu masuk taman dari arah selatan. Keunikan air mancur yang kedua ini adalah (seakan-akan) tanpa adanya kolam air mancur. Air memancar keluar dari ubin dengan dihiasi lampu warna-warni. Tonton Air Mancur

Dari kedua air mancur ini, Air mancur yang berada di depan taman surya cukup banyak diminiati warga surabaya. Ini dikarenakan ada hiasan lampu berwarna-warni yang membuat anak-anak suka bermain di sana.


Taman Sulawesi 

 

Area seluas 2.259 m2, eks SPBU Sulawesi, kini telah disulap menjadi taman yang indah. Taman Sulawesi ini pun menambah deretan taman rekreasi yang nyaman bagi keluarga di Surabaya. Warga kota kerap memanfaatkan tempat ini untuk wisata bersama keluarga dan anak-anaknya. Area ini tampak elok oleh warna-warni 50 jenis bunga dan tanaman yang menghiasi taman. Arena wisata ini juga dilengkapi jogging track, shelter, arena permainan anak, dan air mancur. Anak-anak muda sering memanfaatkan tempat ini untuk bermain skateboard dan olahraga sepatu roda. Area ini selalu tampak indah, baik pada siang maupun malam hari, karena dilengkapi lampu penerangan dan lampu hias warna-warni.

Taman Sulawesi dilengkapi jogging track, shelter, arena permainan anak dan air mancur.

Taman Yos Sudarso 


 

Taman Yos Sudarso terdiri dari taman dan pedestrian yang kerap dijadikan jalan kaki warga kota maupun turis mancanegara. Di area taman ini terdapat monumen Panglima Sudirman yang tampak kian gagah diterangi sorot lampu di waktu malam. Para penghobi skateboard kerap menjadikan track di bawah monumen sebagai arena berlatih dan mengadu kemampuan. Bahkan di akhir pekan, sekitar tamanan dan pedestrian ini ramai dikunjungi warga Kota Surabaya untuk sekadar dudukduduk bersama sanak keluarganya.

Taman Dr. Soetomo


 

Jalur Dr. Soetomo-Darmo maupun Dr. Soetomo-Diponegoro mrupakan jalur kota yang ramai. Namun, melewati jalur ini berada teduh karena terdapat taman yang membelah dua jalur tersebut. Apalagi di jalur ini terdapat bundaran yang dijadikan taman untuk interaksi keluarga. Tak jarang warga kota menikmati keceriaan bersama keluarga di taman seluas 103 m2 ini. Taman ini dilengkapi sekitar enam tanaman warnawarni dan jogging track untuk jalan-jalan atau untuk anak-anak bersepeda.

Taman Mundu


Banyak ikon menarik yang dimiliki oleh taman mundu, salah satunya atraksi air mancur taman mundu. Bila ingin menikmatin air mancur taman mundu kita mesti datang malam hari. Penampilan air mancur taman mundu di malam hari dan siang hari memiliki perbedaan. Di malam hari penampilan air yang disemburkan terlihat berwarna, terkena sorotan lampu.

Di area depan taman mundu, sebelah pojok taman arah timur terdapat dua kolam air mancur. Ke dua kolam air mancur ini di pisahkan oleh jogging track. Kedua kolam air mancur ini menyemburkan air secara bersamaan. Di iringi sorot lampu berwarna-warni. Sehingga menambah keindahan atraksi air mancur.

Semburan air mancur ini tidak terus-menerus, diselingi jeda berhenti beberapa saat. Demikian pula dengan sorot lampu yang menerpa air mancur berganti-ganti warna.

Tiap semburan air mancur membentuk model yang berbeda beda. Ada sekitar 5 macam model semburan, salah satunya bentuk gapura air. Seakan-akan di pojok-depan taman mundu terdapat bangunan gapura dari air.

Semburan air berbentuk gapura terbentuk, ketika kedua kolam air mancur ini menyemburkan air secara bersamaan. Setiap pipa dari kedua kolam air mancur masing-masing menyemburkan air dengan ketinggian berbeda, dari kiri ketinggian semburan airnya rendah, namun semakin ke kanan ketinggian semburanya semakin tinggi. sehingga membentuk semacam gapura.

Saya nyakin ketika anda datang ke taman mundu untuk menikmati atraksi air mancur, anda akan menemukan bentuk model favorit semburan air mancur dan anda bebas menamainya.

Kita tidak hanya bisa melihat atraksi air mancur dari kejauhan. Kalau anda mau sedikit ber-kotor ria anda bisa masuk ke jogging track di antara dua kolam air mancur. Berdiri, rasakan sensasi hujan gerimis akibat tampiasan air mancur, beserta suara berisik dari semburan air mancur.

Bagaimana apakah penjelasan air mancur ini tidak cukup menarik membuat and datang ke taman mundu? bagaimana kalau kita tonton penampilan air mancur taman mundu di malam hari berikut ini…


Taman Mayangkara 
 

Taman Mayangkara dibangun antara lain untuk mengenang keberanian Batalyon 503 Mayangkara di bawah pimpinan Mayor Djarot Soebyantoro saat menghadapi Belanda. Di area Taman Mayangkara, di depan Rumah Sakit Islam (RSI), terdapat monumen Mayor Djarot Soebyantoro menaiki kuda putih Mayangkara. Warga Surabaya biasa menyebut Monumen Mayangkara. Berada di lokasi ini terasa makin nyaman karena seluruh area taman telah berhias warna-warni bunga dan tanaman hias. Bahkan, di sekeliling monument dilengkapi arena untuk jalan-jalan dan sarana untuk memadu keceriaan bersama keluarga.

Taman Pelangi


Sebuah taman kota yang terletak di Jalan Ahmad Yani Surabaya. Desainnya yang unik pasti akan menarik perhatian mereka yang memasuki gerbang kota Surabaya. Terdiri dari 31 batang tiang yang tersusun dalam pola melengkung menyerupai ruas daun, setiap malam ruas-ruas ini akan berpendar seperti pelangi.

Di sekitar taman terdapat kantor kecil beserta kamar mandi dan mushola yang cukup terjaga kebersihannya.

Dengan desain yang cukup menumental, Taman Pelangi diharapkan dapat menjadi salah satu icon kota Surabaya.

Taman Ronggolawe

 

Monumen Ronggolawe di Jalan Gunungsari didirikan sebagai kenangan bahwa Surabaya memiliki sosok pemberani dan berjiwa kepahlawanan tinggi. Area monumen itu pun dibuat menjadi Taman Ronggolawe. Setelah dilakukan pembenahan, taman itu kian sering dijadikan tempat bersuka ria warga kota Surabaya bersama keluarga, karena terdapat playground area untuk anak-anak. Kenyamanan di bawah rindangnya pepohonan juga kerap dimanfaaatkan anak-anak sekolah untuk belajar dan bermain di sekitar taman. Area sisanya juga sering digunakan anak-anak muda untuk area bermain sepak bola.

Monumen Ronggolawe Surabaya

Monumen Ronggolawe berupa patung kuda dibangun sebagai peringatan bahwa Surabaya memiliki sosok yang berani dan berjiwa kepahlawanan yang tinggi. Monumen ini berada dalam satu Taman Ronggolawe.

Disekitar monumen terlihat cantik, asri nan sejuk dengan adanya taman dengan bermacam-macam warna bunga disana. Fasilitas lainnya terdapat area bermain untuk anak-anak sekolah, serta pengunjung. Tak jarang juga sering digunakan anak-anak muda untuk area bermain sepak bola karena memang taman ini dilengkapi dengan lapangan futsal.

Pada bagian bawah patung kuda ini terdapat tulisan yang berisi “Persada nusantara diwarnai kebesaran persada nusantara diwarnai perjoangan pernah terukir indah sekelumit. Dari perjoangan yang besar dimasa menegakkan panji-paji Majapahit ronggolawe tampil bersama laskar kudanya derap tapak kuda menggema bersatu bersama divisi ronggolawe. Derap tapak kuda menggema bersama ronggolaweku di seluruh persada nusantara”.

Lokasinya terletak di jalan Gunungsari atau lebih tepatnya dibelakang Terminal Joyoboyo Surabaya. Disekitar lokasi Anda bisa berkunjung di Kebun Binatang Surabaya (KBS).

Monumen Kapal Selam (MONKASEL) Surabaya

Monumen Kapal Selam, atau disingkat Monkasel, adalah sebuah museum kapal selam yang terdapat di Embong Kaliasin, Genteng, Surabaya. Terletak di pusat kota, monumen ini sebenarnya merupakan kapal selam KRI Pasopati 410, salah satu armada Angkatan Laut Republik Indonesia buatan Uni Soviet tahun 1952. Kapal selam ini pernah dilibatkan dalamPertempuran Laut Aru untuk membebaskan Irian Barat dari pendudukan Belanda.

Kapal Selam ini kemudian dibawa ke darat dan dijadikan monumen untuk memperingati keberanian pahlawan Indonesia. Monumen ini berada di Jalan Pemuda, tepat di sebelahPlasa Surabaya. Selain itu di tempat ini juga terdapat sebuah pemutaran film, dimana di tampilkan proses peperangan yang terjadi di Laut Aru. Jika anda ingin mengunjungi tempat wisata ini anda juga akan ditemani oleh seorang pemandu lokal yang terdapat di sana.

Ada cerita unik dibalik hadirnya monumen Kapal Selam ini. Pada suatu malam Pak Drajat Budiyanto yang merupakan mantan KKM KRI Pasopati 410 (buatan Rusia) ini dan juga mantan KKM KRI Cakra 401 (buatan Jerman Barat), bermimpi diperintahkan oleh KSAL pada waktu itu untuk membawa kapal selam ini melayari Kali Mas. Ternyata mimpi itu menjadi kenyataan. Beliau ditugaskan untuk memajang kapal selam di samping Surabaya Plaza. Caranya dengan memotong kapal selam ini menjadi beberapa bagian, kemudian diangkut ke darat, dan dirangkai dan disambung kembali menjadi kapal selam yang utuh.
Reff 

Monumen Polisi Istimewa Surabaya

Andil Polisi Istimewa dalam mempertahankan kedaulatan negara adalah sangat besar. Pada jaman pendudukan Jepang, kesatuan ini disebut ‘Tokubetsu Keisatsu Tai’, sebuah pasukan yang terlatih dengan kemampuan tempur yang tinggi.

Selain Tokubetsu Keisatsu Tai, pihak militer Jepang juga membentuk pasukan yang terdiri dari orang-orang pribumi yaitu Heiho dan pasukan yang terpisah dari kesatuan tentara Jepang yaitu PETA ( Pembela Tanah Air). 

Setelah proklamasi dikumandangkan oleh Ir. Soekarno dan Moh. Hatta pada tanggal 17 Agustus 1945, penduduk Surabaya tidak dapat langsung mendengar berita tersebut. Jepang dengan liciknya membubarkan Daidan PETA di Gunungsari Surabaya dan Heiho tanpa memberikan informasi tentang kekalahan Jepang di perang Asia Timur Raya. Baru pada tanggal 19 Agustus 1945 penduduk Surabaya mengetahui proklamasi kemerdekaan dari surat kabar Soeara Asia.


Satu-satunya pasukan yang berdaya tempur tinggi dan masih memiliki senjata di wilayah Surabaya adalah Polisi Istimewa di bawah pimpinan Moh. Jasin. Meskipun demikian masih ada kemungkinan Jepang akan melucuti persenjataan Polisi Istimewa ini. Mantan Daidancho Gresik, drg. Moestopo segera megutus mantan Shodancho Abdurahman untuk menemui kepala polisi Moh.Jasin agar tidak tertipu oleh siasat Jepang untuk melucuti pasukannya.

Pada hari Selasa, 21 Agustus 1945, pukul 07.00. Semua anggota kesatuan Polisi Istimewa, sekitar 250 orang, berkumpul untuk mengikuti apel di halaman depan markas Polisi Istimewa, Jalan Coen Boelevard, Surabaya –kini Jalan Polisi Istimewa. Setelah pengibaran bendera Merah-Putih, Inspektur I Moehammad Jasin membacakan proklamasi:

“Oentoek bersatoe dengan rakjat dalam perdjoeangan mempertahankan Proklamasi 17 Agustus 1945, dengan ini menjatakan Polisi sebagai Polisi Republik Indonesia.”

Usai membacakan proklamasi, Jasin meminta semua anggota polisi melakukan pawai siaga untuk menunjukkan kekuatan dan kesiapan tempur, menghadapi reaksi pihak Jepang. Menggunakan kendaraan lapis baja dan truk yang telah dipasangi bendera Merah-Putih, bergerak menuju Jalan Tunjungan, Surabaya.

Proklamasi itu diketik kemudian disebar dan ditempel di tepi jalan besar. Proklamasi itu mendorong bekas pasukan bersenjata Heiho dan Pembela Tanah Air (PETA) yang telah dibubarkan untuk mengambil-alih atau melucuti senjata Jepang.


PRI terlibat dalam upaya penyerangan dan perampasan senjata-senjata Jepang. Dalam penyerbuan ke gedungKempetai, yang merupakan benteng pertahanan Jepang, Jasin berunding dengan komandan Kempetai. BilaKempetai menyerah dia akan menjamin keselamatan mereka. Para pejuang pun mengambil senjata-senjata Jepang yang tersimpan di gudang-gudang persenjataan mereka. PRI juga menyerbu persenjataan Angkatan Laut Jepang di Embong Wungu, Gubeng, yang berakhir dengan penyerahan persenjataan yang ditandatangani Jasin, sebagai wakil dari Indonesia. Penyerahan senjata itu kemudian diikuti kesatuan militer Jepang lainnya. termasuk penyerahan senjata di gedung Don Bosco, Jalan Tidar, gudang arsenal tentara Jepang terbesar di Asia Tenggara, di mana Jasin dibantu oleh Bung Tomo. Kota Surabaya sepenuhnya berada di bawah pengawasan kekuatan perjuangan PRI.

Dengan senjata itu, Moehammad Jasin memimpin langsung pasukan PRI untuk menghadapi pasukan Inggris dan Belanda, yang mendarat di Tanjung Perak Surabaya, 25 Oktober 1945. PRI terlibat dalam Insiden Bendera di Hotel Yamato tanggal 19 September 1945 dan pertempuran 10 November 1945 di Surabaya. Pasukan PRI menunjukkan kepemimpinan dan kepeloporannya, yang pantang mundur. Jasin mendorong pasukannya agar melancarkan serangan dan melindungi pasukan organisasi perjuangan lain yang bergerak mundur ke pinggiran kota. Dia menggunakan strategi perang gerilya.

“Pembela Tanah Air (PETA) yang diharapkan memberi dukungan pada perjuangan rakyat telah dilucuti senjatanya oleh tentara Jepang. Untung ketika itu M. Jasin tampil memimpin Pasukan Polisi Istimewa yang berbobot tempur militer untuk mendukung dan mempelopori perjuangan di Surabaya,” ujar Bung Tomo, pemimpin Barisan Pemberontak Rakyat Indonesia (BPRI) yang juga salah satu pejuang terkemuka dalam peristiwa 10 November 1945 di Surabaya.

Pada 14 November 1946, Perdana Menteri Sutan Sjahrir mengganti Polisi Istimewa menjadi Mobile Brigade (Mobrig) –kemudian disesuaikan namanya dengan tata bahasa Indonesia menjadi Brigade Mobil (Brimob), pada 1961. Tanggal itu ditetapkan sebagai hari jadi Korps Baret Biru, nama lain Brimob. Moehammad Jasin, kelahiran Bau-bau, Buton, Sulawesi Selatan tanggal 9 Juni 1920, berperan dalam pembentukannya, tugas yang diberikan Kapolri Jenderal Raden Said Soekanto Tjokrodimodjo. Saat itu dia menjabat Kepala Kepolisian di Karesidenan Malang. Tak salah jika Moehammad Jasin diangkat sebagai Bapak Brimob Kepolisian RI. Kesatuan ini sejak awal terlibat dalam menghadapi berbagai gejolak di tanah air.

Monumen Jenderal Soedirman Surabaya

Monumen Jenderal Sudirman terletak di Jalan Yos Sudarso, Surabaya. Jalan satu arah ini adalah jalan utama yang selalu sibuk setiap hari. Di jalan ini, ada banyak bangunan penting seperti Gedung Balai Kota, Hotel New Garden Palace, pintu masuk ke Balai Pemuda, Gedung Parlemen Surabaya, dan Mess lapangan Angkatan Laut Yos Sudarso.

Di bawah patung itu telah dipahat beberapa kata dari Panglima Jenderal Soedirman yang menunjukan semangat untuk terus berjuang, mempertahankan tanah air, tidak pernah menyerah dan selalu berjuang bagi bangsa dan negara.



 

Monumen ini didedikasikan untuk semua masyarakat Jawa Timur yang di gagas oleh Letnan Jenderal M. Yasin sebagai Komandan VII Brawijaya pada saat itu. Monumen ini dihadapkan pada Monumen Bambu Runcing sebagai simbol kota pahlawan, gedung ini juga dekat dengan Gedung balai kota, yang merupakan Kantor Walikota Surabaya.