aguspurnomosite.blogspot.com

aguspurnomosite.blogspot.com
Berpikir Luas Membuka Cakrawala Kehidupan! Berusaha Memberikan Yang Terbaik Untuk Masa Depan! Katakan "Go Go Go SEMANGAT" !!!

Minggu, 28 April 2013

ABAIKAN ANAK YATIM, FAKIR DIANGGAP PENDUSTA AGAMA

Umat Islam diperintahkan Allah sentiasa terdorong dan gemar berbuat baik serta mengasihi semua orang tanpa mengira keturunan, agama, darajat, kebudayaan dan warna kulit. Lebih-lebih lagi terhadap golongan susah, hidup menderita atau tidak bernasib baik. Islam menghendaki semua manusia hidup bersatu padu, penuh keakraban dan dalam suasana aman harmoni. Dengan perkataan lain, Islam sangat membenci kacau balau, perpecahan, percekcokan dan pertumpahan darah sesama manusia.

Namun, ada segelintir masyarakat hanya berbuat baik dan menghubungkan tali silaturahim dengan orang tertentu seperti keluarga, orang kaya dan berpangkat. Sikap buruk ini harus dibuang karena bukan saja mencerminkan sikap mementingkan nafsu, malah mencemarkan ajaran Islam yang suci. Perbuatan ini tentu dilakukan atas dasar material, (ada udang di sebalik batu) dan tidak ikhlas.

Islam menyeru umat mengambil berat, memberi perhatian, berbuat baik, menyayangi dan prihatin terhadap golongan tidak bernasib baik yang memerlukan pembelaan untuk menjalani kehidupan lebih bermakna. Firman Allah bermaksud: “Berbuat baiklah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak yatim dan orang miskin serta berbicara dengan kata yang baik.” (Surah al-Baqarah, ayat 83)

Anak yatim yang hilang tempat bergantung harus dijaga, dibimbing serta diberi kasih sayang supaya mereka rasa disayangi dan diiktiraf sebagai anggota masyarakat. Orang yang memelihara anak yatim sangat mulia di sisi Allah.

Sabda Rasulullah SAW bermaksud: “Aku dan orang yang menanggung (memelihara) anak yatim (dengan baik) ada di syurga bagaikan ini! Baginda memberi isyarat dengan jari telunjuk dan jari tengah dan Baginda rentangkan kedua jarinya itu.” (Hadis riwayat Bukhari) Bagi orang yang menganiaya, tidak berlaku adil dan tidak menyayangi anak yatim, di akhirat mendapat azab tidak terperi perihnya.

Ini tergambar dalam ayat suci yang bermaksud: “Dan berikan kepada anak yatim (yang sudah baligh) harta mereka, jangan kamu menukar yang baik dengan yang buruk dan jangan kamu makan harta mereka bersama hartamu. Sesungguhnya tindakan itu dosa yang besar.” (Surah an-Nisa, ayat 2) 

Dalam perkara ini, Abu Said Al Khudri ada menceritakan, ketika Rasulullah SAW menjalani Israk Mikraj, Baginda melihat kaum yang bibirnya seperti bibir unta. Mulut mereka disuap batu besar secara paksa sehingga keluar batu itu melalui dubur. Melihat kejadian aneh itu, Baginda bertanya Jibril dan Jibril menerangkan, orang itu adalah orang yang memakan harta anak yatim secara zalim.

Orang miskin pula ialah orang yang tiada harta atau tidak mampu menyara hidup serta keluarga. Berbuat baik, bergaul dan menyayangi fakir atau miskin adalah perbuatan nabi seperti maksud hadis: “Menyintai orang fakir termasuk akhlak nabi dan benci terhadap orang fakir termasuk akhlak fir’aun.”

Mereka yang berkelakuan baik terhadap golongan ini terhindar daripada sifat sombong dan mementingkan diri serta dipandang mulia oleh Allah seperti sabda Rasulullah SAW bermaksud: “Berlaku rendah hati, duduklah bersama orang miskin, nescaya kalian menjadi pembesar Allah dan keluar daripada sifat sombong.” Islam tidak menghendaki umat membedakan golongan berada dengan fakir miskin.

Rasulullah SAW sangat murka terhadap sikap sedemikian. Sabda Baginda yang bermaksud: “Seburuk-buruk makanan adalah makanan pesta (jamuan) yang mengundang orang kaya saja dan ditinggalkan orang fakir.” (Hadis riwayat Bukhari dan Muslim)

Tujuan Allah menyuruh kita berbuat baik kepada orang yang tidak bernasib baik supaya silaturahim terjalin erat dan tidak ada lagi jurang pemisah antara orang susah dengan masyarakat, dapat hidup dengan baik, tidak merasa terhina dengan kesusahan yang terpaksa ditanggungnya. Kedua-dua golongan itu (anak yatim dan fakir miskin) wajib disayangi sepenuh hati kerana Allah. Apabila tidak mempeduli nasib mereka, Allah menganggap orang itu sebagai ‘pendusta agama’. 

Allah memberi peringatan yang bermaksud: “Tahukah kamu orang yang mendustakan agama? Itulah orang yang mengherdik anak yatim dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.” (Surah al-Maa’un, ayat 1-3)

Dengan perhatian serta pembelaan terhadap orang susah, masyarakat dapat hidup bersatu padu, tidak ada sifat dengki mendengki dan beban kesusahan dapat diatasi dengan baik. Hidup kita akan terhormat, disegani dalam pergaulan, menambah teman dan mendapat rezeki daripada Allah. Inilah suasana hidup masyarakat yang diberkati dan diridloi Allah.

Reff 

Riya’ Penghapus Amal

Syarat paling utama suatu amalan diterima di sisi Allah adalah ikhlas. Tanpanya, amalan seseorang akan sia-sia belaka. Syaitan tidak henti-hentinya memalingkan manusia, menjauhkan mereka dari keikhlasan. Salah satunya adalah melalui pintu riya’ yang banyak tidak disadari setiap hamba.

Yang dimaksud riya’ adalah seseorang melakukan suatu amalan agar orang lain bisa melihatnya kemudian memuji dirinya. Termasuk dalam definisi riya’ adalah sum’ah, yakni melakukan suatu amalan agar orang lain mendengar apa yang dilakukan, sehingga pujian dan ketenaran pun datang. Riya’ dan semua derivatnya merupakan perbuatan dosa dan merupakan sifat orang-orang munafik. 


Hukum Riya’

Riya’ ada dua jenis. Jenis yang pertama hukumnya syirik akbar. Hal ini terjadi jika seseorang melakukan seluruh amalnya agar dilihat manusia, dan tidak sedikit pun mengharap wajah Allah. Inilah riya’ yang dimiliki oleh orang-orang munafik. Allah berfirman tentang keadaan mereka (yang artinya), “Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka . Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya’ (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali” (QS. An Nisaa’ : 142). Dengan kata lain, riya’ yang tergolong syirik akbar adalah masuk Islam karena motivasi riya’.

Adapun yang kedua adalah riya’ yang terkadang menimpa orang yang beriman. Sikap riya’ ini terkadang muncul dalam sebagian amal. Seseorang beramal karena Allah dan juga diniatkan untuk selain Allah. Riya’ jenis seperti ini merupakan perbuatan syirik ashghar. (lihat I’aanatul Mustafiid, Syaikh Shalih Fauzan)

Jadi, hukum asal riya’ yang ada pada orang beriman adalah syirik ashghar (syirik kecil). Namun, riya’ bisa berubah hukumnya menjadi syirik akbar (syirik besar) dalam tiga keadaan berikut : 

  1. Jika seseorang riya’ kepada manusia dalam pokok keimanan. Misalnya seseorang yang menampakkan dirinya di hadapan manusia bahwa dia seorang mukmin demi menjaga harta dan darahnya.
  2. Jika riya’ dan sum’ah mendominasi dalam seluruh jenis amalan seseorang.
  3. Jika seseorang dalam seluruh amalannya lebih dominan menginginkan tujuan dunia, dan tidak mengharapkan wajah Allah. (Al Mufiid fii Muhimmaati at Tauhid, Dr. ‘Abdul Qodir as Shufi) 
Ibadah yang Tercampur Riya’

Bagaimanakah status suatu amalan ibadah yang tercampu riya’? Hukum masalah ini dapat dirinci pada beberapa keadaan. Jika seseorang beribadah dengan maksud pamer di hadapan manusia, maka ibadah tersebut batal dan tidak sah. Adapun jika riya’ atau sum’ah muncul di tengah-tengah ibadah maka ada dua keadaan. Apabila amalan ibadah tersebut berhubungan antara awal dan akhirnya, misalnya ibadah shalat, maka riya’ akan membatalkan ibadah tersebut jika tidak berusaha dihilangkan dan tetap ada dalam ibadah tersebut. Jenis yang kedua adalah amalan yang tidak berhubungan antara bagian awal dan akhir, misalnya sedekah. Apabila seseorang bersedekah seratus ribu, lima puluh ribu dari yang dia sedekahkan tercampuri riya’, maka sedekah yang tercampuri riya’ tersebut batal, sedangkan sedekah lima puluh ribu yang lain tidak. (Lihat Al Mufiid fii Muhimmaati at Tauhid)

Jika Demikian Keadaan Para Sahabat, Bagaimana dengan Kita? 

Para sahabat adalah generasi terbaik umat ini. Keteguhan iman mereka sudah teruji, pengorbanan mereka terhadap Islam sudah tidak perlu diragukan lagi. Namun demikian, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam masih mengkhawatirkan riya’ menimpa mereka. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesuatu yang aku khawatirkan menimpa kalian adalah perbuatan syirik ashghar. Ketika beliau ditanya tentang maksudnya, beliau menjawab: ‘(contohnya) adalah riya’” (HR. Ahmad, shahih)

Dalam hadits di atas terdapat pelajaran tentang takut terjerumus dalam syirik. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam khawatir kesyirikan menimpa para sahabat muhajirin dan anshor, sementara mereka adalah sebaik-baik umat. Maka bagaimana lagi dengan selain mereka? Jika yang beliau khawatirkan menimpa mereka adalah syirik ashghar yang tidak mengeluarkan dari Islam, bagaimana lagi dengan syirik akbar? Wal ‘iyadzu billah !! (lihat I’aanatul Mustafiid)

Lebih Bahaya dari Fitnah Dajjal 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “ Maukah kuberitahukan kepadamu tentang sesuatau yang menurutku lebih aku khawatirkan terhadap kalian daripada (fitnah) Al masih Ad Dajjal? Para sahabat berkata, “Tentu saja”. Beliau bersabda, “Syirik khafi (yang tersembunyi), yaitu ketika seseorang berdiri mengerjakan shalat, dia perbagus shalatnya karena mengetahui ada orang lain yang memperhatikannya “(HR. Ahmad, hasan)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwa riya’ termasuk syirik khafi yang samar dan tersembunyi. Hal ini karena riya’ terkait dengan niat yang merupakan amalan hati yang hanya diketahui oleh Allah Ta’ala. Tidak ada yang mengetahui niat dan maksud seseorang kecuali Allah semata. Hadits di atas menunjukkan tentang bahaya riya’. Kekhawatiran beliau lebih besar daripada kekhawatiran terhadap ancaman fitnah Dajjal karena hanya sedikit yang dapat selamat dari bahaya riya’ ini. Fitnah Dajjal yang begitu berbahaya, hanya menimpa pada orang yang hidup pada zaman tertentu, sedangkan bahaya riya’ menimpa seluruh manusia di setiap zaman dan setiap saat. (lihat I’aanatul Mustafiid)

Berlindung dari Bahaya Riya’ 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengajarkan kepada kita sebuah doa untuk melindungi diri kita dari syirik besar maupun syirik kecil. Rasululllah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan kita melalui sabdanya, ‘Wahai sekalian manusia, jauhilah dosa syirik, karena syirik itu lebih samar daripada rayapan seekor semut.’ Lalu ada orang yang bertanya, ‘Wahai Rasulullah, bagaimana kami dapat menjauhi dosa syirik, sementara ia lebih samar daripada rayapan seekor semut?’ Rasulullah berkata, ‘Ucapkanlah : Allāhumma inni a’uudzubika an usyrika bika wa anaa a’lam wa astaghfiruka limaa laa a’lam (‘Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari perbuatan syirik yang aku sadari. Dan aku memohon ampun kepada-Mu atas dosa-dosa yang tidak aku ketahui)” (HR. Ahmad, shahih)

Tidak Tergolong Riya’ 

An Nawawi asy Syafi’i rahimahullah membuat suatu bab dalam kitab Riyadus Shalihin dengan judul, “Perkara yang dianggap manusia sebagai riya’ namun bukan termasuk riya’“. Beliau membawakan hadits dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya, “Apa pendapatmu tentang seseorang yang beramal kebaikan kemudian dia mendapat pujian dari manusia? Beliau menjawab, “Itu adalah kebaikan yang disegerakan bagi seorang mukmin “ (HR. Muslim).

Di antara amalan-amalan yang tidak termasuk riya’ adalah :

  1. Rajin beribadah ketika bersama orang shalih. Hal ini terkadang menimpa ketika seseorang berkumpul dengan orang-orang shalih sehingga lebih semangat dalam beribadah. Perbuatan ini tidak termasuk riya’.
  2. Menyembunyikan dosa. Kewajiban bagi setiap muslim apabila berbuat dosa adalah menyembunyikan dan tidak menampakkan dosa tersebut. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Setiap umatku akan diampuni kecuali orang yang menampakkan perbuatan dosanya. Di antara bentuk menampakkan dosa adalah seseorang di malam hari melakukan maksiat, namun di pagi harinya –padahal telah Allah tutupi-, ia sendiri yang bercerita, “Wahai fulan, aku semalam telah melakukan maksiat ini dan itu.” Padahal semalam Allah telah tutupi maksiat yang ia lakukan, namun di pagi harinya ia sendiri yang membuka ‘aib-‘aibnya yang telah Allah tutup.” (HR. Bukhari dan Muslim)
  3. Memakai pakaian yang bagus. Hal ini tidak termasuk riya’ karena termasuk keindahan yang disukai oleh Allah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak akan masuk surga seseorang yang dalam hatinya terdapat sifat sombong walau sebesar dzarrah (semut kecil).” Lantas ada seseorang yang berkata,“Sesungguhnya ada orang yang suka berpenampilan indah (bagus) ketika berpakaian atau ketika menggunakan alas kaki.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Sesungguhnya Allah itu Maha Indah dan menyukai keindahan. Yang dimaksud sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia” (HR. Muslim)
  4. Menampakkan syiar ajaran Islam. Sebagian syariat Islam tidak mungkin dilakukan secara sembunyi-sembunyi, seperti haji, umroh, shalat jama’ah, dan shalat jum’at. Seorang hamba tidak berarti riya’ ketika menampakkan ibadah tersebut, karena di antara kewajiban dalam Islam ada yang harus ditampakkan dan diketahui manusia yang lain. Karena hal tersebut merupakan bentuk menampakkan syiar-syiar islam. (Lihat Bahjatun Nazhirin, Syaikh Salim al Hilali)
Ikhlas Memang Berat

Pembaca yang budiman, ikhlas adalah satu amalan yang sangat berat. Cobalah kita renungkan setiap amalan kita, sudahkah terbebas dari maksud duniawi? Sudahkah semuanya murni ikhlas karena Allah Ta’ala? Jangan sampai ibadah yang kita lakukan siang dan malam menjadi sia-sia tanpa pahala. Urusan niat dalam hati bukanlah hal yang mudah. Tidaklah salah jika Sufyan ats Tsauri rahimahullah mengatakan, “ Tidaklah aku berusaha untuk membenahi sesuatu yang lebih berat daripada meluruskan niatku, karena niat itu senantiasa berbolak balik” (Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, Ibnu Rajab). Hanya kepada Allah kita memohon taufik. Wallahu a’lam.

Perilaku Nyontek dalam Pendidikan

Menyontek atau cheating memang bukan hal baru dalam dunia pendidikan, yang biasanya dilakukan oleh seorang atau sekelompok siswa/mahasiswa pada saat menghadapi ujian (test), misalnya dengan cara melihat catatan atau melihat pekerjaan orang lain atau pada saat memenuhi tugas pembuatan makalah (skripsi) dengan cara menjiplak karya orang lain dengan tanpa mencantumkan sumbernya (plagiat). Menurut Wikipedia cheating merupakan tindakan bohong, curang, penipuan guna memperoleh keuntungan teretentu dengan mengorbankan kepentingan orang lain. Meski tidak ditunjang dengan bukti empiris, banyak orang menduga bahwa maraknya korupsi di Indonesia sekarang ini memiliki korelasi dengan kebiasaan menyontek yang dilakukan oleh pelakunya pada saat dia mengikuti pendidikan.

Sebenarnya, secara formal setiap sekolah atau institusi pendidikan lainnya pasti telah memiliki aturan baku yang melarang para siswanya untuk melakukan tindakan nyontek. Namun kadang kala dalam prakteknya sangat sulit untuk menegakkan aturan yang satu ini. Pemberian sanksi atas tindakan nyontek yang tidak tegas dan konsisten merupakan salah satu faktor maraknya perilaku nyontek.

Tindakan nyontek (plagiasi) semakin subur dengan hadirnya internet, ketika siswa atau mahasiswa diberi tugas oleh guru atau dosen untuk membuat makalah banyak yang meng-copy- paste berbagai tulisan yang ada dalam internet secara bulat-bulat. Mungkin masih agak lumayan kalau tulisan yang di-copy-paste-nya itu dipahami terlebih dahulu isinya, seringkali tulisan itu langsung diserahkan kepada guru/dosen, dengan sedikit editing menggantikan nama penulis aslinya dengan namanya sendiri.

Yang lebih mengerikan justru tindakan nyontek dilakukan secara terrencana dan konspiratif antara siswa dengan guru, tenaga kependidikan (baca: kepala sekolah, birokrat pendidikan, pengawas sekolah, dll) atau pihak-pihak lainnya yang berkepentingan dengan pendidikan, seperti yang terjadi pada saat Ujian Nasional.

Jelas, hal ini merupakan tindakan amoral yang sangat luar biasa, justru dilakukan oleh orang-orang yang berlabelkan “pendidikan“. Mereka secara tidak langsung telah mengajarkan kebohongan kepada siswanya, dan telah mengingkari hakikat dari pendidikan itu sendiri. Di lain pihak, para orang tua siswa pun dan mungkin pemerintah setempat sepertinya berterima kasih dan memberikan dukungan atas “bantuan yang diberikan sekolah” kepada putera-puterinya pada saat mengisi soal-soal ujian nasional.

Sekolah-sekolah yang permisif terhadap perilaku nyontek dengan berbagai bentuknya, sudah semestinya ditandai sebagai sekolah berbahaya, karena dari sekolah-sekolah semacam inilah kelak akan lahir generasi masa depan pembohong dan penipu yang akan merugikan banyak orang. Secara psikologis, mereka yang melakukan perilaku nyontek pada umumnya memiliki kelemahan dalam perkembangan moralnya, mereka belum memahami dan menyadari mana yang baik dan buruk dalam berperilaku. Selain itu, perilaku nyontek boleh jadi disebabkan pula oleh kurangnya harga diri dan rasa percaya diri (ego weakness). Padahal kedua aspek psikologi inilah yang justru lebih penting dan harus dikembangkan melalui pendidikan untuk kepentingan keberhasilan masa depan siswanya. Akhirnya, apa pun alasannya perilaku nyontek khususnya yang terjadi pada saat Ujian Nasional harus dihentikan.

Bagaimana pendapat Anda?

5 Pengganggu Konsentrasi Belajar

Belajar adalah sesuatu yang gampang-gampang susah untuk dikerjakan. Tidak jarang sesuatu yang sangat sederhana dengan mudah bisa membuyarkan konsentrasi belajar.

Setiap anak memiliki gaya belajar yang belum tentu sama. Misalnya, ada seorang anak yang harus mendengarkan musik ketika sedang belajar, ada anak yang harus ngemil alias ditemani makanan ringan saat belajar, dan ada pula yang memerlukan ruangan yang benar-benar sunyi dari aneka kebisingan. Secara umum saya menggaris bawahi 5 hal yang secara umum bisa mengganggu konsentrasi belajar:

1. Telpon genggam yang aktif

Tidak jarang dering telpon karena ada telpon atau pesan (SMS) seringkali membuyarkan konsentrasi belajar. Tidak jarang telp atau SMS yang masuk berisi berita yang akhirnya menyita pikiran. Untuk menghindari gangguan telpom / sms sebaiknya ketika sedang belajar lebih baik mematikan telpon genggam untuk sementara atau mengaktifkan fitur silent (diam) di pesawat.Saya merekomendasikan untuk mematikan pesawat daripada mengaktifkan fitur diam karena otak akan sedikit tergoda untuk sesekali mengecek pesan / telpon jika ada yang masuk saat fitur diam diaktifkan.

2. Mematikan koneksi internet

Belajar sambil online apalagi membuka laman jejaring sosial bukanlah suatu keputusan yang bijaksana. Sekali membuka laman jejaring sosial seperti Facebook, keinginan untuk berselancar di teman-teman dalam jejaring sosial bisa muncul sehingga waktu yang telah dialokasikan untuk belajar akan tersita di jejaring sosial. Saya merekomendasikan untuk mematikan koneksi internet untuk sementara waktu saat belajar sedang berlangsung.

3. Mematikan tayangan televisi

Belajar sambil menonton televisi juga bukan keputusan yang bijaksana. Tayangan televisi memiliki tingkat ditraksi yang cukup tinggi. Tayangan televisi yang menjadi kegemaran akan menyita perhatian kita daripada buku pelajaran. Tidak jarang keputusan yang diambil adalah menonton televisi terlebih dahulu kemudian baru belajar. Namun tanpa disadari badan seringkali menjadi malas dan capek sehabis menonton tayangan televisi. Akhirnya keputusan yang diambil adalah menunda belajar.

4. Memahami kebutuhan tubuh

Sebelum belajar dimulai, lebih baik penuhi terlebih dahulu kebutuhan tubuh seperti membuang air kecil. Jangan sampai konsentrasi belajar rusak gara-gara sakit perut. Membuat perut kenyang sebelum belajar juga keputusan yang cukup baik sehingga ketika sedang belajar perut tidak melakukan protes yang ujung-ujungnya mengganggu konsentrasi belajar. Jika merasa tidak kuat lapar dan haus, lebih baik siapkan nyamikan dan minuman yang bisa dikonsumsi sambil belajar.

5. Jangan lupa Berdoa
Doa memberikan sugesti yang luar biasa. Bagi kita yang selalu berdoa sebelum melakukan apapun, pasti akan merasa hampa dan bersalah ketika akan memulai kegiatan belajar tanpa doa. Jadi, berdoalah sebelum memulai belajar sehingga hati menjadi tentram dan meyakini jika Tuhan akan melancarkan belajar kita dan memberikan kemudahan bagi kita untuk memahami materi yang dipelajari.

Semoga kelima tips belajar di atas bermanfaat.

Kiat Meningkatkan Keterampilan Mengelola Kelas

Kompetensi Pedagogik menuntut seorang guru untuk memiliki kemampuan mengendalikan kelas pada saat Classroom Management, dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sekaligus kegiatan yang membelajarkan siswa. Tuntutan ini menjadi sebuah tantangan bagi guru dikarenakan saat ini kecenderungan perilaku siswa lebih “agresif” dibandingkan puluhan tahun yang lalu.

Untuk itulah teknik mempengaruhi siswa adalah komponen yang harus dikembangkan guna mewujudkan keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran..  

“Let your enthusiasm make learning a plesure for her.....”. Bring Up a Moral Child .Michael Schulman and Eva Mekler 
Seorang guru harus memiliki sifat sifat khusus untuk dapat mempengaruhi siswa agar termotivasi dan berprestasi dalam belajarnya. Disamping kemampuan penguasaan terhadap materi pelajaran,kemampuan memilih metode pembelajaran, kemampuan menggunakan sumber dan media pembelajaran serta kemampuan menggunakan alat evaluasi pembelajaran.

Guru juga dituntut dapat memiliki kecerdasan emosi (EQ) dan bertanggung jawab atas keberhasilan proses kegiatan pembelajaran. Guna menjadi guru yang berpengaruh terhadap siswanya inilah beberapa sifat yang harus dikembangkan :

Katakanlah: "tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, Maka bertakwalah kepada Allah Hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan." Qs Al Maidah :100 

Pertama : Daya Tarik Kepribadian  

Tokoh –tokoh dunia memiliki daya tarik kepribadian yang mempesona masyarakat. Orang orang yang memiliki pengaruh faham benar ,masyarakat secara umum tertarik pada individu yang kuat. Dan individu yang kuat memiliki inner beauty alias kekuatan dari dalam ,bukan hanya mengandalkan posisi tertentu. Kekuatan personal ini merupakan pencerminan dariself esteem dan rasa percaya diri.

Untuk itu seorang guru harus mampu mengembangkan daya tarik pribadinya dengan menjadi orang yang dapat perasaan bagi dirinya sendiri ,dengan memperhatikan kompetensi keilmuan,kompetensi penampilan dan kompetensi menjalankan tugas. Jika guru merasa berharga dirinya maka dapat menghargai kompetensi unik yang dimiliki siswanya dengan demikian siswa merasa dihargai keberadaannya. Siswa yang merasa dihargai keberadaannya mudah diarahkan ke tujuan pembelajaran yang diinginkan...

Kedua : Positif Performance

Kita kadang bisa sangat terpesona atas penampilan seseorang yang langsung menjadi pusat perhatian saat memasuki keramaian. Mereka seakan memiliki aura daya tarik yang mampu memukau banyak orang .Mereka adalah orang yang mampu mengelola rasa percaya diri dan penampilannya.

Beberapa hal yang patut menjadi perhatian guru dalam memperbaiki “performance “nya sebagai berikut :

  • Mulai perhatikan penampilan anda keserasian model rambut,busana dan menggunakannya secara tepat.
  • Memperhatikan kualitas suara ,artikulasi dan bahasa yang meneduhkan hati siswa.
  • Tingkatkan penguasaan emosi agar dapat memancarkan aura positif dan menarik perhatian siswa. Jadilah guru yang dapat memberikan inspirasi kepada siswa.  
Ketiga; Ciptakan Relasi Emosional 

Kegiatan pembelajaran bukan persoalan ,menghafal ,menghitung,menganalisa ,dan berbagai aktivitas yang lebih berorientasi pada logika dan teori saja .Otak siswa memiliki keterbatasan dan kejenuhan dalam menikmati kegiatan pembelajaran. Jika siswa hanya dijejali dengan banyak dan beragam hafalan teori bisa dipastikan siswa akan merasa bosan dan enggan untuk mengembangkan motivasi belajarnya.

Seorang guru yang kompeten , paham bahwa menciptakan relasi emosional memiliki tingkat efektivitas optimal dalam kegiatan pembelajaran. Cara efektif untuk meningkatkan keterlibatan emosi dalam pembelajaran adalah dengan mengajukan pertanyaan yang tepat. Sebagai guru apakah anda telah menyiapkan pertanyaan kuat yang membuat orang merangsang kognitif dan afektif siswa...? Yang paling penting bukan benar salahnya siswa menjawab melainkan rasa percaya diri dan keberanian siswa dalam menyampaikan pendapat ,kritik atau pandangannya... Sehingga siswa memiliki kepuasan emosi dalam kegiatan pembelajaran yang anda selenggarakan .

Keempat :Siswa Memiliki Hasrat Bertindak  

Seorang guru yang kompeten ingin melihat keberhasilannya dalam membelajarkan siswanya melalui keterampilan nyata yang telah dikuasai siswanya. Bisa menggerakkan siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran adalah sifat yang paling kuat dimiliki guru yang berpengaruh. Karena itu mereka memiliki kemauan untuk membimbing siswa tanpa pamrih dalam mengembangkan kompetensi yang dimilikinya .Kemauan untuk memotivasi siswa dalam mengembangkan kompetensi dan prestasi belajarnya. 

Seorang guru yang berpengaruh mampu mengajak siswa untuk memiliki kesadaran berpikir dan bertindak mengembangkan kompetensi diri meraih keberhasilannya di masa kini dan masa depan.

Jika ingin menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif serta mengelola interaksi efektif dengan siswa di kelas. Perhatikan bagaimana caranya anda mengembangkan diri agar menjadi guru yang berpengaruh. Anda akan melihat bahwa sikap dan perilaku anda akan mendatangkan lebih banyak rasa hormat,dukungan ,kerja sama persetujuan dan tentu saja hasil kegiatan pembelajaran yang memuaskan

Bagaimana pendapat anda ...?
Source