aguspurnomosite.blogspot.com

aguspurnomosite.blogspot.com
Berpikir Luas Membuka Cakrawala Kehidupan! Berusaha Memberikan Yang Terbaik Untuk Masa Depan! Katakan "Go Go Go SEMANGAT" !!!

Rabu, 12 Juni 2013

TIPE-TIPE GURU

Guru adalah instrumen utama sekolah. Kualitas pembelajaran serta profesional tidaknya layanan pendidikan ditentukan oleh kualitas guru.

Perlu disadari bahwa tidak semua guru memiliki kualitas sebagai guru. Faktanya, ada orang yang menjadi guru karena memang memiliki mentalitas guru, tapi ada juga yang hanya karena “nasib” saja yang membuatnya menjadi guru. Kualitas guru dapat ditelusuri berdasarkan:

  • Kompetensinya, yakni keahliannya mengelola pembelajaran, mulai dari perencanaan hingga evaluasi.
  • Orientasinya pada kepuasan kerja, yakni kemauan dan rasa tanggung jawab untuk membuat siswa berhasil. 
Secara sederhana, tipe guru dapat dipetakan ke dalam bagan berikut. 



1. Tipe Profesional

Ini adalah tipe guru terbaik yang diharapkan ada pada tiap sekolah. Guru ideal dituntut memiliki keahlian (kompetensi) mengajar tinggi, mulai dari perencanaan hingga evaluasi.

Guru tersebut juga memiliki sikap mental dan moralitas yang penuh tanggung jawab. Dia memiliki hasrat kuat dan rasa tanggung jawab tinggi untuk membuat anak didik berhasil. Di antara ciri-ciri guru tipe ini adalah:

  • Biasa mempersiapkan disain, berbagai instrumen dan bahan pembelajaran tanpa diminta, karena menganggapnya sebagai kebutuhan.
  • Aktif mencari dan mengembang-kan bahan-bahan pembelajaran sendiri.
  • Aktif mencari cara agar seluruh anak didiknya berhasil.
  • Sering menjadikan masalah pembelajaran dan siswa sebagai topik pembicaraan.
  • Aktif mengevaluasi kinerjanya sendiri agar kualitas pembela-jarannya meningkat.
  • Berusaha menjadi contoh dan pembimbing terbaik bagi siswa.
  • Keberhasilan mengajar tinggi. 
  1. Dia malu/tidak puas bila anak didiknya belum berhasil.
  2. Dia terus berusaha mencari cara agar siswanya berhasil mencapai kompetensi. 
  • Lebih suka berkumpul dengan siswa dibanding guru sehingga: 
  1. Mempunyai kedekatan dan pengaruh kuat pada siswa.
  2. Sering menjadi idola siswa. 
2. Tipe Potensial/Pembelajar

Ini tipe guru minimal yang diharapkan setiap sekolah. Mereka guru baru atau lama yang memiliki kemauan dan tanggung jawab tinggi untuk membuat siswanya berhasil, meski kompetensinya belum optimal. Guru tipe ini dicirikan dengan:
  • Menyadari fungsi perencanaan, instrumen dan bahan ajar, tetapi masih kesulitan menyusun dan mengembangkannya.
  • Belum benar-benar percaya diri, tetapi tak segan bertanya/belajar pada sejawat atau atasan bila ada masalah yang belum dia kuasai.
  • Tidak segan bertanya/belajar agar seluruh anak didiknya berhasil.
  • Banyak membahas masalah pembelajaran dan siswa sebagai topik pembicaraan.
  • Suka mengevaluasi kinerja sendiri, dan terbuka pada kritik, saran dan masukan orang lain.
  • Berusaha menjadi contoh dan pembimbing terbaik bagi siswa.
  • Keberhasilan mengajar tinggi. 
  1. Dia malu atau takut bila anak didiknya belum berhasil.
  2. Dia terus berusaha dan tidak berhenti mencari cara agar siswanya berhasil mencapai kompetensi. 
Meski demikian, kadang dia masih gugup bila menghadapi komplain oleh wali murid.
  • Selama jam sekolah lebih suka berkumpul dengan siswa dibanding guru sehingga:
  1. Mempunyai kedekatan dan pengaruh kuat pada siswa.
  2. Potensial jadi idola siswa. 
3. Tipe Sinis

Ini adalah tipe guru yang buruk, tetapi banyak dijumpai di sekolah. Tipe ini memiliki cukup kepercayaan diri karena cukup lama mengajar.

Meski begitu, kualitas pembelajaran-nya tidak cukup baik, karena tipe ini kurang fokus pada keberhasilan siswa. Dia kurang memiliki rasa tanggung jawab, hingga kurang peduli apakah siswanya berhasil atau tidak. Di antara karakteristik guru tipe ini:
  • Meski mampu, dia enggan mempersiapkan instrumen dan bahan pembelajaran, karena menganggap itu sebagai beban.
  • Kompetensinya tidak berkem-bang, karena enggan mencari dan mengembangkan diri.
  • Enggan berusaha agar siswa berhasil, tidak berorientasi pada kepuasan kerja, dan perhitungan. 
  1. Biasa bilang Dibayar berapa? atau Ada tambahan berapa?
  2. Menyikapi tugas sebagai beban kwajiban dan suka menghindari tugas sekolah.
  3. Suka beralasan repot bila imbalan tidak memadai.
  4. Kaya alasan untuk membe-narkan diri sendiri. 
  • Jarang membicarakan masalah pembelajaran dan siswa sebagai topik pembicaraan. 
  1. Fokus perhatiannya bukan pada kualitas kerja.
  2. Akrab dengan pembicaraan negatif, kasak-kusuk dan tidak jarang yang berbau sinisme dan permusuhan. 
  • Tidak peduli pada kinerja sendiri. 
  1. Malas bekerja bila tidak ada atasan atau tidak dimandori.
  2. Hanya aktif bila ada maunya, seperti kalau ada promosi atau takut kena sanksi. 
  • Tidak peduli apakah sikap dan perilakunya layak menjadi contoh bagi siswa atau tidak.
  • Keberhasilan mengajar rendah. 
  1. Keberhasilan siswa/kepuasan wali murid bukan tujuan.
  2. Tidak malu dan tidak peduli meski ada anak didiknya yang belum berhasil.
  3. Hanya bekerja keras bila ada imbalan materi yang sepadan.
  4. Tidak disiplin, tidak sungguh-sungguh dan lebih suka santai dalam mengajar. 
  • Lebih suka berkumpul dengan guru dibanding siswa, sehingga: 
  1. Kalau bukan guru galak pasti nyantai dan cuek pada siswa.
  2. Berusaha dekat dengan siswa bila perlu pengakuan.
  3. Karakter anak didik tidak konstruktif.
  4. Biang gosip di sekolah. 
4. Tipe Drop-Out

Ini adalah tipe guru terburuk, tetapi kadang ada juga sekolah bernasib apes karena punya guru semacam ini. Guru tipe ini tidak punya kemampuan pembelajaran memadai. Dia juga tidak peduli apakah hasil pembelaja-rannya baik atau tidak.

Lebih tragis lagi, dia juga sulit belajar (dhêdêl), sehingga sulit dikembangkan kemampuannya. Singkatnya, tipe ini adalah guru bodoh dan bermental buruk, yang di antara ciri-cirinya:
  • Mengeluh bila diminta menyusun disain dan instrumen pembela-jaran, karena dia tidak menyadari itu sebagai kebutuhan guru.
  • Kompetensi tidak berkembang: 
  1. Keahlian keguruan rendah.
  2. Sulit memahami dan mudah bingung bila dihadapkan pada konsep baru. 
  • Tidak berusaha keras agar siswa berhasil. Selain tidak berorientasi pada kepuasan kerja, dia tidak menyadari kekurangan.
  • Jarang membicarakan pembela-jaran dan siswa sebagai topik pembicaraan, karena: 
  1. Visi pendidikannya lemah.
  2. Tidak berpendirian, mudah terpengaruh orang lain.
  3. Emosional dan kemampuan berfikir rasionalnya rendah.
  4. Kadang mudah tersinggung. 
  • Tidak peduli pada kinerja sendiri. 
  1. Kurang mampu mengajar.
  2. Tidak disiplin.
  3. Kadang perhitungan, tanpa menyadari bahwa itu artinya dia minta agar orang lain menghargai kebodohannya. 
  • Tidak tahu sikap dan perilakunya layak jadi contoh siswa atau tidak.
  • Hasil pembelajaran rendah, tetapi bersikap santai seolah tidak ada masalah, karena: 
  1. Keberhasilan siswa dan kepu-asan wali murid bukan tujuan.
  2. Tidak malu dan tidak peduli meski ada anak didiknya yang belum berhasil.
  3. Hanya bekerja keras bila ada imbalan materi yang sepadan. 
  • Suka berkumpul baik dengan guru maupun siswa pada jam sekolah. 
  1. Lebih mudah akrab dengan guru sinis dari pada guru potensial atau profesional.
  2. Mudah terpengaruh dan menjadi pengukut setia guru tipe sinis.
  3. Perilaku anak didik tidak konstruktif, karena tidak punya pretensi mendidik.  
Tipe manakah Anda?

BAHASA GURU DALAM PENGUASAAN KELAS

Penguasaan kelas yang baik merupakan kebutuhan pokok dalam pembelajaran. Hal ini dikarenakan penguasaan kelas merupakan modal dasar dalam mewujudkan pembelajaran efektif. Guru juga akan lebih mudah melaksanakan tugasnya bila berhasil menguasai kelas dengan baik.

Kunci utama penguasaan kelas yang baik adalah komunikasi efektif, yaitu kemampuan guru dalam mempengaruhi siswa melalui sikap dan ucapan yang mampu mensugesti siswa dan membuatnya bersikap dan melakukan sesuatu sesuai instruksi guru. Kemampuan komunikasi efektif bukan hanya berarti kepiawaian merangkai kata-kata atau ucapan (bahasa verbal), melainkan juga mencakup sikap dan tindak-tanduk guru (bahasa non-verbal).

Oleh karena itu penguasaan kelas yang baik membutuhkan kemampuan berkomunikasi efektif, baik berupa komunikasi verbal maupun non-verbal. Komunikasi verbal berarti rangkaian kata-kata yang secara efektif dapat dipahami dan diikuti oleh siswa, sedangkan komunikasi non-verbal merupakan serangkaian sikap yang membuat orang lain percaya, menghormati dan bersedia mendengar dan mengikuti.

SIKAP GURU

Penerapan komunikasi efektif dalam rangka penguasaan kelas dapat dilakukan dengan mengedepankan sikap atau bahasa non-verbal berikut.

1. Wibawa
Kewibawaan merupakan sifat pembawaan pada sebagian orang, tetapi dapat berkembang seiring pengalaman, kematangan mental dan kesediaan untuk belajar. Kewibawaan dapat dibangun dengan mengembangkan sikap percaya diri, penggunaan suara bertekanan dan pandangan mata yang berwibawa.

a. Percaya diri
Kepercayaan diri membuat seseorang mampu memancarkan kekuatan mental sehingga dapat mempengaruhi orang lain. Kepercayaan diri terbangun oleh kekuatan pikiran berupa keyakinan pada diri sendiri, pada kemampuan yang dimiliki, serta kemampuan untuk melakukan sesuatu.

Guru dapat menguasai kelas pertama-tama dengan membangun kepercayaan diri yang baik. Kepercayaan diri tersebut dibangun dengan cara:

  1. Menempatkan diri sebagai guru yang harus mampu mengatasi siswa,
  2. Meyakinkan diri sendiri dan menghilangkan keraguan bahwa dia mampu mengatasi keadaan yang dihadapi, mampu mengendalikan kelasnya dengan baik. 
b. Suara bertekanan
Setiap orang memiliki gaya berbeda-beda dalam bersuara. Perbedaan tersebut merupakan hal yang wajar, karena suara sekaligus menjadi pembeda orang satu dari yang lain. Ada orang yang bersuara tenor yang menggema atau sopran yang terdengar melengking. Perbedaan tersebut tidak menjadikan suara satu lebih efektif dibanding yang lain, sebab efektivitas komuninasi dengan suara tipe apapun ditentukan oleh isi pembicaraan dan kadar tekanannya.

Lingkungan keluarga merupakan faktor umum yang menentukan gaya bicara seseorang. Orang dari keluarga yang kurang percaya diri biasanya berbicara dengan tekanan suara ringan, datar atau bahkan lemah. Sebaliknya, orang dari keluarga yang terlatih untuk lebih percaya diri akan berbicara dengan tekanan suara lebih berat.

Status guru seharusnya mengubah nada suara seseorang menjadi suara bertekanan, yaitu suara yang memiliki kesan kuat, lebih berat dan tegas sehingga memiliki nilai sugestif atau harus didengar. Suara bertekanan tidak selalu berarti keras, apalagi kasar, tetapi suara yang mencerminkan kehendak yang kuat dari seseorang. 

c. Pandangan mata
Banyak orang meyakini mata menunjukkan keadaan jiwa seseorang. Sedih, senang, bahagia, marah, suka, tidak suka, atau amarah selalu tercermin jelas pada mata. Demikian halnya dengan kepercayaan diri, ketegasan atau kelemahan jiwa seseorang juga tergambar pada bagaimana pandangan matanya.Mata juga merupakan alat komunikasi non verbal yang memungkinkan seseorang mengirimkan pesan tertentu pada orang lain.

Sikap guru dalam penguasaan kelas perlu ditunjang dengan ekspresi pandangan mata yang mencerminkan percaya diri dan terfokus pada seluruh siswa. Caranya, saat berbicara di depan kelas, guru melakukan kontak mata, yaitu mengarahkan focus padangan matanya pada mata siswa satu-persatu. Guru berkomunikasi tidak hanya dengan kata-kata, tetapi dengan matanya.

Sekalipun tekniknya sederhana, tetapi ini bukan hal mudah untuk dilakukan dilakukan. Nada bicara mungkin bisa diubah keras, tetapi pandangan mata tidak mudah diubah kecuali seiring kondisi mental guru.

2. Simpatik
Simpati merupakan sikap yang menunjukkan adanya sambung rasa, ikatan batin, dan kepedulian pada orang lain. Sikap simpati ditandai dengan adanya empati, perhatian penuh, kepedulian, dan kesediaan untuk mendengarkan. Setiap anak pada dasarnya suka diperhatikan, karena perhatian merupakan satu bentuk penghargaan. Penguasaan kelas yang baik menuntut guru mampu bersikap yang membuat siswa berharga dan diperhatikan.

Sikap simpati dalam penguasaan kelas ditunjukkan dengan menyebut nama siswa dengan penuh respek, mengarahkan fokus perhatian pada siswa, dan penggunaan ungkapan-ungkapan yang bernada positif dan menghormati. Ungkapan-ungkapan bernada keras dan intimidasi sama sekali bertolakbelakang dengan sikap simpatik. 

3. Sugestif
Komunikasi dalam penguasaan kelas ditujukan dalam rangka mempengaruhi peserta didik. Bentuk komunikasi efektif yang dibutuhkan dalam hal ini adalah komunikasi yang sugestif, melalui ungkapan dan nada bicara yang mampu mempengaruhi siswa secara positif.
Ungkapan-ungkapan sugestif dapat dilakukan dalam bentuk sikap yang meyakinkan dan memberikan daya kejut yang baik. Di antara bentuknya adalah penggunaan yel-yel positif secara berulang-ulang, penekanan dan pengulangan kalimat dengan intonasi menarik.
Ungkapan dengan nada sugestif akan jauh lebih efektif bialamana dinyatakan dengan penuh percaya diri. Orang lain akan meyakini ucapan seseorang bilamana berbicara dinyatakan dengan penuh yakin dan percaya.

BAHASA GURU

Banyak guru mengumbar kata-kata untuk membuat anak didik mengikuti instruksi. Bahkan tidak jarang guru mengomel panjang lebar ketika instruksinya tidak didengar dan dipatuhi oleh siswa-siswanya. Cara itu tentu saja tidak efektif, di samping membuang energi. Siswa bahkan tidak tahu apa yang sebenarnya dikehendaki oleh gurunya.

Oleh karena itu, komunikasi efektif dalam rangka penguasaan kelas perlu dilengkapi dengan menggunakan pilihan kata atau bahasa verbal yang efektif. Pada prinsipnya bahasa yang perlu dipakai oleh guru dalam pengendalian kelas mirip dengan militer, yaitu singkat, jelas, dan instruktif.

1. Singkat dan jelas
Sebaiknya guru menggunakan ungkapan-ungkapan pendek yang mudah dimengerti oleh siswa dan mudah dilaksanakan. Semakin pendek dan jelas ungkapan yang digunakan akan semakin mudah siswa melaksanakan. Semakin panjang ungkapan digunakan, maka akan semakin kabur pesan yang diperoleh siswa.

2. Instruktif
Banyak guru yang masih suka menggunakan bahasa himbauan dalam pengelolaan kelas. Akibatnya, banyak anak didik yang tidak memperhatikan. Pelajaran bahasa Indonesia yang menekankan bahasa efektif sering kali terlupakan saat guru melaksanakan pembelajaran, padahal itulah salah satu gunanya pelajaran ini diberikan di sekolah.

Bahasa dalam penguasaan kelas harus bersifat instruktif. Bahasa instruktif adalah ungkapan atau pernyataan sederhana bernada perintah yang tegas, misalnya: “Semua berdiri dalam hitungan lima! Satu, dua, ….” Bilamana siswa belum memperhatikan, guru mengulanginya dengan perintah yang sama, yel, energizer atau instruksi apapun yang membuat siswa berbuat sesuai instruksi.

INDIKATOR PENGUASAAN KELAS

Penguasaan kelas adalah kemampuan guru untuk membuat sekelompok siswa mendengarkan, memperhatikan dan mengikuti instruksinya. Ketrampilan ini memungkinkan guru mengarahkan, menggerakkan dan mengontrol siswa dalam kegiatan pembelajaran. Pengertian kelas dalam hal ini tidak selalu berkonotasi ruang, tetapi sekelompok siswa dalam suatu kegiatan baik di dalam ruang maupun luar ruang kelas. 

Pembelajaran hanya akan berlangsung efektif bilamana guru menguasai ketrampilan penguasaan kelas. Penguasaan kelas yang baik memungkinkan guru menyampaikan materi atau membawa siswa mengikuti kegiatan pembelajaran atau kegiatan sekolah lainnya dengan baik dan mencapai tujuan yang diharapkan. 

Program studi keguruan pada umumnya tidak menjadikan penguasaan kelas sebagai disiplin ilmu atau bidang studi tersendiri. Padahal penguasaan kelas merupakan ketrampilan pembelajaran paling dasar dan pertama-tama perlu dikuasai oleh setiap pengajar. Pendidikan keguruan pada umumnya hanya mengajarkan didaktik-metodik yang bersifat teknis dan prosedural, berupa pendekatan, strategi dan metode pembelajaran.

Ketrampilan penguasaan kelas dipandang melekat pada bidang-bidang studi tersebut, meski faktanya tidak selalu demikian. Pendekatan, strategi dan metode pembelajaran baru dapat diterapkan dalam situasi kelas yang terkendali, dikuasai oleh guru. Penerapan pendekatan, metode dan strategi pembelajaran justeru sering kali mengalami hambatan karena kegagalan guru dalam menguasai kelas.

Penguasaan kelas oleh guru dapat dicermati berdasarkan beberapa indikator. Di antara tanda-tanda penguasaan kelas yang baik oleh guru adalah:

1. Pembelajaran berlangsung efektif.
Ini merupakan pertanda utama penguasaan kelas. Keberhasilan pembelajaran dengan sendirinya menunjukkan penguasaan kelas yang baik di samping penguasaan bahan dan pendekatan pembelajaran. Guru tidak mungkin mampu membuat siswa berhasil dalam pembelajaran bilamana kurang menguasai kelas.

2. Siswa aktif.
Penguasaan kelas juga ditandai dengan sikap siswa terhadap kegiatan atau pembelajaran yang tengah dikendalikan oleh guru. Penguasaan kelas yang baik memungkinkan guru membawa siswa pada kondisi yang diinginkan.

3. Guru dihormati, menjadi panutan atau idola siswa.
Guru yang menguasai kelas dengan baik berarti mampu menempatkan dirinya sebagai sosok yang dihormati dan menjadi panutan siswa. Kemampuan mengendalikan kelas membuat guru sebagai orang terpercaya dan dihormati oleh siswanya. Kesediaan siswa mendengar, memperhatikan dan mengikuti instruksi guru bukan karena rasa takut.

Sebaliknya, kurangnya penguasaan kelas oleh guru dapat dicermati berdasarkan beberapa indicator, di antaranya:

1. Pembelajaran kurang efektif.
Ini merupakan salah satu pertanda awal penguasaan kelas yang rendah oleh guru. Efektivitas pembelajaran juga ditentukan oleh penguasaan materi dan pendekatan pembelajaran. Guru mungkin saja menguasai kelas dengan baik, tetapi tidak mampu menyampaikan materi pelajaran dengan baik.

2. Ungkapan atau alasan apologetik.
Tanda paling jelas dari rendahnya penguasaan kelas adalah munculnya ungkapan-ungkapan apologetik, yaitu ungkapan yang bernada “menyalahkan” siswa. Ketika pembelajaran kurang berhasil, banyak guru yang bilang, “Ini karena anak-anak kurang memperhatikan, tidak mau belajar, dan sebagainya”

Guru yang demikian menujukkan bahwa dia tidak menyadari bahwa kemampuannya dalam penguasaan kelas masih rendah. Guru yang memahami hakekat belajar tidak akan mengatakan hal-hal semacam itu, sebab guru merupakan kunci penentu keberhasilan pembelajaran. Profesionalitas guru ditandai dengan kemampuannya mengatasi keadaan siswa.

3. Guru ditakuti atau tidak dihargai oleh siswa.
Penguasaan kelas yang rendah ditandai dengan sikap siswa yang kurang memperhatikan instruksi guru, bahkan pada tingkat tertentu bersikap meremehkan. Siswa hanya mengikuti guru karena takut atau keterpaksaan. Pertanda paling jelasnya adalah siswa hanya diam bila guru sudah bernada keras. Ketundukan siswa yang terjadi karena takut hanya terjadi pada saat siswa merasa tertekan dan terancam oleh sikap dan ucapan guru.

Indikatornya sederhana, yaitu bila siswa baru diam setelah guru membentak atau bersuara tinggi. Itu merupakan pertanda bahwa siswa hanya takut, dan bukan hormat pada guru. Kesediaan siswa diam hanyalah kesadaran sementara, karena di bawah tekanan.
Oleh karena itu, selain berbekal ijasah dan kemampuan akademik seyogyanya setiap guru menyadari seberapa kemampuannya dalam menguasai kelas, bersedia dan membuka diri untuk selalu belajar meningkatkan kemampuannya.

POLA-POLA PENGUASAAN KELAS

 Kemampuan guru menguasai kelas berbeda-beda. Ada guru yang mampu mengendalikan siswa dalam kelompok kecil dan besar sekaligus. Ada yang hanya mampu mengendalikan kelompok kecil saja, tetapi tidak jarang yang sudah kesulitan mengendalikan kelompok kecil sekalipun. Hal ini dikarenakan ketrampilan ini lebih sering berkembang berdasarkan pembawaan kepribadian dan kebiasaan guru dalam kehidupan sehari-hari. 

Pembawaan kepribadian dan kebiasaan tersebut berupa kewibawaan yang bersifat bawaan, tensi emosional dan kemampuan berkomunikasi. Karena itu, pola-pola penguasaan kelas dapat dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu berdasarkan kewibawaan, tensi emosional dan komunikasi efektif.

1. Mengandalkan Kewibawaan

Guru yang berpembawaan wibawa pada umumnya lebih mudah mengendalikan kelas, karena kehadirannya di tengah siswa sudah menjadi pusat perhatian, didengar, diperhatikan dan diikuti instruksinya. Guru yang kurang berwibawa memerlukan usaha ekstra agar siswa memberikan respon sebagaimana guru yang kurang berwibawa. Guru demikian membutuhkan waktu untuk belajar agar dihargai, diperhatikan dan diikuti instruksinya oleh siswa. 

2. Mengandalkan Tensi Emosional 

Pola ini banyak dilakukan oleh guru yang belum profesional dan paling umum menjadi andalan guru dalam menguasai kelas. Penguasaan kelas pola ini ditandai dengan munculnya ucapan, sikap dan kadang tindakan kekerasan, berupa bentakan, ancaman (intimidasi), ungkapan bernada tinggi, hardikan, dan sikap-sikap serta tindakan bernada emosional lainnya.
Profesionalitas guru dapat dilihat dari seberapa sering guru menggunakan kekerasan dalam mengendalikan kelas. Guru professional dengan sendirinya akan menghindari penggunaan kekerasan baik yang bersifat verbal maupun fisik. Sebaliknya, penggunaan kekerasan apapun bentuknya menunjukkan kemampuan yang belum memadai dalam berkomunikasi dan mengatasi persoalan.

3. Mengandalkan Komunikasi Efektif

Pola ini merupakan salah satu indikator guru profesional. Penguasaan kelas pola ini ditandai dengan mengemukanya ungkapan-ungkapan simpatik, sugestif dan menarik perhatian yang membuat siswa mendengar, memperhatikan dan mengikuti instruksi guru.

Bagi sebagian besar orang, menerapkan komunikasi efektif bukan hal mudah, terutama karena faktor kebiasaan dan pengalaman belajar yang melekat di bawah sadarnya. Kemampuan komunikasi yang efektif sebagai wahana penguasaan kelas dapat dipelajari bila guru bersedia mengubah pola pikir, berlatih dan membiasakan diri dengan pendekatan baru dalam pengendalian kelas. 

15 Fakta Dari Nabi Kita Nabi MUHAMMAD S.A.W


Ternyata Rasul Muhammad SAW sebagai pemimpin kaum muslim, hidupnya begitu sederhana, padahal andai beliau mau kemewahan dunia, tentu tidak sulit baginya. Rasul, engkau memang Usawatun Hasanah bagi kami semua. Engkau teladan teramat agung bagi kehidupan kami, yang sering terlena dalam kelezatan dunia.

Berikut 15 Fakta Dari Nabi Kita Nabi MUHAMMAD S.A.W 
  1. Nabi SAW tidak melepaskan tangannya saat berjabat sebelum mitranya melepaskan terlebih dahulu.
  2. Nabi SAW tidak pernah mengulurkan kaki di hadapan sahabat-sahabatnya.
  3. Nabi SAW menoleh dengan seluruh badannya, menunjuk dengan seluruh jarinya.
  4. Nabi SAW kalau berbicara sesekali menggigit bibir tanda berpikir, menepuk telapak kiri dengan jari telunjuk.
  5. Cetusan yang paling buruk dalam percakapan Nabi SAW; “Apa yang terjadi pada orang itu? Semoga dahinya berlumur lumpur.”
  6. Harta Nabi SAW yang paling mewah adalah sepasang alas kaki berwarna kuning, hadiah dari Negus, penguasa Abissinia.
  7. Nabi SAW tinggal di pondok kecil beratap jerami yang kamar-kamarnya dipisahkan oleh batang-batang pohon yang direkat dengan lumpur bercampur kapur.
  8. Nabi SAW sendiri yang menyalakan api, mengepel lantai, memerah susu dan menjahit alas kakinya yang putus.
  9. Santapan Nabi SAW yang paling mewah, meski jarang dinikmatinya, adalah madu, susu dan lengan kambing.
  10. Nabi SAW gagah berani, namun memiliki senyum yang sangat memikat dan malu mempermalukan orang.
  11. Nabi SAW menghimpun dalam dirinya 4 tipe manusia secara sempurna, pekerja, pemikir, pengabdi Allah dan seniman.
  12. Nabi SAW selalu memilih yang termudah, selama halal, bila berhadapan dengan pilihan.
  13. Senyumnya menyejukkan, dilukiskan sebagai butir salju di oase.
  14. Beliau tidak pernah sakit gigi. Beliau bersiwak tak kurang 10 kali sehari.
  15. Warna kulit beliau putih kemerah-merahan. Reff

Lima Sifat Menjadi Mukmin yang Sebenarnya

Sebentar lagi kita akan kedatangan tamu yang istimewa, yaitu bulan suci Ramadhan. Untuk itu saya sampaikan lima sifat agar nanti kita mempunyai kemampuan menghadapi Ramadhan.Semuanya terdapat pada Al-Qur’an surah Al Anfaal : 2-4. 

Pertama, kalau diingatkan kepada Allah, bergetar hatinya. Imam Ibnu Katsir menjelaskan ; dzukirallah beda dengan dzakarallah. Dzakarallah (menyebut nama Allah), sedang dzukirallah (diingatkan kepada Allah), dengan kalimat Ittaqillah (bertakwalah kepada Allah). Jadi tanda seorang yang benar-benar beriman kalau diingatkan untuk bertaqwa kepada Allah, maka terasa kekurangannya, terasa kelemahannya, menyadari kebodohannya, merasa banyak dosanya, hingga bergetarlah hatinya. Tetapi kebanyakan manusia sekarang kalau diingatkan untuk bertaqwa kepada Allah malah bertanya ; salah saya apa? dosa saya apa?. Memangnya apa kalau bertaqwa itu harus salah?. Allah SWT mewasiatkan taqwa kepada para nabi, para Rasul dan semua manusia. Dan wasiyat ini lebih utama dan lebih mulia. Tidak ada yang lebih mulia daripada wasiat taqwa.

Kedua, saat membaca atau mendengar Al-Qur’an, maka bertambah imannya. Ini tanda kita istiqamah. Sebentar lagi masuk bulan puasa, maka inilah kesempatan kita mewujudkan bahwa kita benar-benar beriman. Membaca Al-Qur’an walaupun tidak mengerti artinya tetap mendapat pahala. Membaca Al-Qur’an masih terbata-bata, masih banyak salahnya, tetapi dia mau berusaha,insya Allah kesalahannya menjadi pahala, bukan dosa. Semoga masyarakat kita menjadi masyarakat yang gemar membaca Al-Qur’an.

Ketiga, tawakkal kepada Allah. Setiap akan keluar dari rumah jangan lupa berdoa : Bismillah tawakkaltu alallah laa haula walaa quwwata illa billah. Maka kita akan mendapat tiga kebaikan yakni Hudaiita (dapat petunjuk Allah), wa wuqiita (dijaga oleh Allah), wa kufiita (diberi kecukupan oleh Allah) dalam mencari nafkah dan rizki. Orang yang keluar dan membaca ini insyaa Allah tidak akan mendapat kecelakaan, tidak akan diganggu oleh siapapun, karena Allah yang menjaga. Kita berusaha mencari rizki dengan tenaga, tetapi kalbu kita tetap tertambat kepada Allah SWT.

Keempat, menegakkan shalat. Rasulullah SAW berwashiyat pada saat nafas terakhir dengan mengingatkan kepada umatnya ; ummatii ash shalaah, ash shalaah (umatku ingatlah shalat) sampai tiga kali hingga beliau wafat. Ini menunjukkan betapa shalat itu sangat penting. Tidak bisa ditinggalkan dengan alasan apapun, kecuali kalau murtad atau hilang ingatannya.

Kelima, infaq sebagian rizki di jalan Allah. Allah tidak memerintahkan menginfakkan semua rizki, tetapi hanya sebagian. Artinya jika kebutuhan pokok sudah terpenuhi, kemudian masih sisa, maka sedekahkanlah yang sebagian itu. Ada sebuah hadist shahih yang menerangkan bahwa sedekah yang dilakukan dengan ikhlas, akan mencegah kita dari kematian buruk. Di riwayat yang lain, dapat mencegah dari kematian mendadak, menjauhkan dari bala’ dan penyakit yang parah. Diselamatkan oleh Allah dari siksaan kubur. Dimurahkan rizki dan dipanjangkan umurnya. Allah Maha Kaya, Dia tidak perlu dengan sedekah kita, tetapi Allah hanya ingin melihat hambaNya mau dan mampu menunjukkan ikhlasnya atau tidak.

Kalau sudah mampu melaksanakan lima sifat tersebut, maka ayat selanjutnya menyatakan bahwa mereka itulah mukmin yang sebenarnya. Sebaliknya jika seorang mukmin yang tidak mempunyai kelima sifat tersebut, maka mereka belum dikatakan mukmin yang sebenarnya. Mukmin yang sebenarnya akan mendapat derajat yang tinggi, diampuni segala kesalahannya, dan dilapangkan rizki dan tentu kan masuk ke surgaNya. 

Uban Akan Menjadi Cahaya di Hari Kiamat

Diriwayatkan dari Fudhalah bin Ubaid r.a bahwa Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam bersabda

“ Barangsiapa yang beruban rambutnya dalam Islam, niscaya uban itu akan menjadi cahayanya pada hari kiamat”

Ketika itu ada seseorang berkata kepada Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam

“ Sesungguhnya ada orang –orang yang mencabut uban mereka” . Rasulullah shalallahu Alaihi Wasallam pun bersabda, “Barangsiapa yang ingin melakukannya berarti hendak mencabut cahayanya” (HR Al Bazzar , Ath Thabrani dan di hasankan Al- Albani dalam shahih At –Targhib wat Tarhib (2092).

Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a bahwa Nabi Shalallahu Alaihi wasallam bersabda ;

“ Janganlah kalian mencabut Uban. Sesungguhnya uban itu adalah cahaya pada hari kiamat . Barangsiapa yang tumbuh ubannya ketika Islam niscaya dicatatkan untuknya dengan uban itu satu kebaikan, dihapus dari orang itu satu kesalahan(dosa) dan ia ditinggikan satu derajat baginya dengan uban itu”
(HR Ahmad dalam Al-Fath Ar Rabbani 17/315, At Thirmidzi (2821),Ibnu Majah (3721) dan Ibnu Hibban. Sedangkan dalam shahih At-Targhib wat Tarhib Al Albani berkata “hadis ini Hasan shahih”(2096).