aguspurnomosite.blogspot.com

aguspurnomosite.blogspot.com
Berpikir Luas Membuka Cakrawala Kehidupan! Berusaha Memberikan Yang Terbaik Untuk Masa Depan! Katakan "Go Go Go SEMANGAT" !!!

Senin, 26 Agustus 2013

Jihad Melawan Munafik

Allah SWT berfirman, “Dan apabila kamu memandang mereka, fisik mereka menjadikan kamu kagum. Dan, jika mereka berkata, kamu (akan tertarik) mendengarkan perkataan mereka. Mereka adalah seakan-akan kayu yang tersandar. Mereka mengira tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka. Mereka itulah musuh (yang sebenarnya), waspadalah terhadap mereka; semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan (dari kebenaran)?” (QS al-Munafiquun [63]: 4).

Dalam ayat ini, Allah menjelaskan sebagian sifat dan karakter orang-orang munafik. Dari segi penampilan fisiknya sangat baik sehingga membuat kita terkagum dan jika mereka berkata maka semua orang akan mendengar perkataannya karena bagusnya retorika mereka serta fasihnya perkataan mereka.

Namun, semua itu tidak ada manfaatnya dan mereka itu lemah serta pengecut sehingga setiap ada suara keras atau teriakan, mereka mengira itu ditujukan kepada mereka.

Dan, Allah menegaskan, mereka inilah musuh yang sebenarnya bagi umat Islam karena musuh yang jelas dan nyata itu lebih mudah untuk dihadapi daripada musuh yang tidak kita sadari, licik, dan penuh tipu daya.

Kita mengira ia adalah kawan, padahal ia adalah musuh yang nyata. Oleh karena itu, Allah memerintahkan Rasul-Nya dan orang beriman berhati-hati terhadap kaum munafik ini.

Banyak ayat dalam Alquran yang menjelaskan karakter dan sifat orang munafik agar umat Islam dapat mengenali mereka serta berhati-hati terhadap mereka.

Allah berfirman, “Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan, apabila mereka berdiri untuk shalat, mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan, tidaklah mereka menyebut Allah, kecuali sedikit sekali.” (QS an-Nisa’ [4]: 142).

Dalam ayat ini, Allah menegaskan, orang munafik itu juga melaksanakan shalat seperti umat Islam lainnya. Namun, mereka melakukannya dengan perasaan malas dan hanya bertujuan dilihat orang lain dan dalam shalatnya itu ia sedikit sekali mengingat Allah.

Karena itu, Allah memerintahkan jihad melawan orang-orang munafik ini dan bersikap keras terhadap mereka. “Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka ialah jahanam. Dan itu adalah tempat kembali yang seburuk-buruknya.” (QS at-Taubah [9]: 73).
Maksud jihad melawan kaum munafik ini tidaklah sama dengan jihad melawan kaum kafir yang jelas menunjukkan sikap permusuhannya terhadap Islam dan kaum Muslimin.

Sebagian ahli tafsir menjelaskan, jihad melawan kaum kafir yang memerangi umat Islam itu dengan pedang, sedangkan jihad melawan kaum munafik dengan lisan.

Jihad melawan kaum munafik adalah dengan menjelaskan kesesatan mereka di hadapan mereka. Lalu, menjelaskan kesesatan mereka kepada umat Islam, membongkar siapa mereka, bagaimana mereka menghancurkan Islam dari dalam dan memberikan argumen jelas untuk membuktikan kesesatan mereka, serta mengingatkan umat Islam akan bahaya mereka. Wallahu a’lam bish shawab.

Mereka yang Dibanggakan Allah SWT

Adakah di antara kita yang bercita-cita menjadi pribadi yang memalukan? Semua tentu ingin tampil sebagai pribadi yang membanggakan. Membanggakan di mata sesama manusia, terlebih di mata Allah. Hadis berikut dapat memandu kita agar menjadi pribadi yang membanggakan, khususnya di hadapan Allah.

Dari Abu Darda’ RA bahwa Nabi SAW bersabda, "Ada tiga golongan yang kelak dicintai Allah, dan Allah tertawa kepada mereka sambil memberikan kabar gembira. Yaitu orang yang apabila melihat perang berkecamuk, dia segera ikut berperang di belakang orang-orang karena Allah. Dia tidak peduli apakah nanti terbunuh atau diselamatkan Allah. Yang demikian itu cukup baginya, dan Allah berkata kepada para malaikat, ‘Lihatlah hambaku ini bagaimana dia begitu sabar demi Aku’. Kemudian orang yang memiliki istri cantik dan kasur yang empuk dan bagus, tetapi dia bangun malam hari. Maka Allah berkata, ‘Dia mengabaikan syahwatnya demi mengingat Aku. Padahal kalau mau, dia bisa saja tidur’. Kemudian, orang yang dalam bepergian bersama rombongan, semua orang bangun lalu kembali tidur, maka dia tetap terjaga pada waktu sahur dalam keadaan lelah atau santai." (HR Hakim dan Thabrani).

Pertama, berjihad tanpa dengan segala daya dan kemampuan. Melakukan jihad sungguh tidak mudah. Jihad, apapun bentuknya, tentu akan mendapat perlawanan dari nafsu. Bisikan nafsu akan selalu berusaha menjauhkan kita dari jihad. Karena itu, ketika manusia mampu berjihad, berarti ia telah mampu menundukkan nafsunya. Ia tidak lagi mempedulikan kepentingan dirinya. Dalam hati dan pikiran orang yang benar-benar tulus berjihad hanya ada Allah. Jangankan kehilangan harta, waktu, dan tenaga, pelaku jihad bahkan tidak mau tahu dengan keselamatan nyawanya sendiri.

Itulah yang membuat Allah ‘terharu’ sehingga menyanjung hamba-hamba yang begitu tabah dan sabar itu di hadapan para malaikat.

Kedua, bangun malam untuk beribadah. Tidak banyak orang yang mau bangun di waktu malam untuk menghadap Allah. Kenikmatan istirahat berupa tidur sangat berat ditinggalkan. Terlebih pada waktu sepertiga malam yang terkahir. Saat itu adalah pulas-pulasnya tidur, meskipun saat itulah Allah turun ke langit dunia, mengabulkan doa setiap hamba-Nya yang sedang bersimpuh luruh mengagungkan nama-Nya.

Allah sangat bangga terhadap hamba-hamba yang rela meninggalkan peraduannya demi menghadap Tuhannya. Dia tidak terpedaya oleh kenikmatan duniawi berupa kamar yang indah dan istri yang cantik. Padahal semua itu halal baginya. Dia lebih memilih memuji kebesaran Allah melalui rangkaian ibadah pada saat selainnya sedang tidur.

Ketiga, beribadah dalam keadaan letih. Rajin beribadah dalam keadaan longgar adalah hal biasa. Sebab tidak ada sesuatu yang memang harus dilakukan. Tetapi beribadah dalam keadaan sibuk dan letih itu luar biasa. Hanya orang-orang dengan keimanan prima yang sanggup melakukannya.

Allah memuji orang-orang yang demikian. Dalam perjalanan hanya sekadar contoh kesibukan dan keletihan. Tetapi, sesungguhnya kesibukan bukan hanya dalam kondisi musafir. Di zaman modern seperti sekarang, banyak orang menjadi sibuk meskipun tidak sedang dalam perjalanan. Pekerjaan yang menumpuk akibat dikejar target oleh perusahaan juga salah satu bentuk kesibukan. Seharian bekerja di kantor juga merupakan sebuah keletihan.

Ketika dalam kondisi demikian, malamnya kita masih bisa bangun malam guna melakukan tahajud, zikir, dan tadarus Alqur’an, maka itulah kemuliaan. Allah akan melihat kita dengan bangga. Kita juga akan disediakan kedudukan yang mulia, baik di dunia maupun di akhirat kelak.

Semoga kita semua dapat menjadi pribadi-pribadi pilihan, manusia-manusia yang membanggakan di dunia dan akhirat. Hadis ini dapat kita jadikan sebagai panduan. Amin!