aguspurnomosite.blogspot.com

aguspurnomosite.blogspot.com
Berpikir Luas Membuka Cakrawala Kehidupan! Berusaha Memberikan Yang Terbaik Untuk Masa Depan! Katakan "Go Go Go SEMANGAT" !!!

Rabu, 29 Mei 2013

Download Tafsir Ibnu Katsir Lengkap 30 Juz Terjemahan Indonesia

Tafsir Ibnu Katsir lengkap 30 juz beserta terjemahan dalam bahasa indonesia saat ini bisa anda download full gratis melalui yusuf blog ini, tafsir Al-Quran 30 juz karya Ibnu Katsir ini bisa anda download lengkap dalam satu paket download tanpa terpisah, melalui mediafire dengan ukuran file 115 MB.

Ibnu katsir adalah seorang ulamak dan pemikir islami yang sangat terkenal dengan karya-karya tulisnya yang sangat banyak, salah satu yang sangat terkenal dari karya beliau adalahTafsir Ibnu Katsir yang sudah sangat populer di kalangan umat islam. Sebuah kitab yang berisi tentang tafsir dari kitab suci Al-Quran.

Ismail bin katsir adalah nama asli dari Ibnu katsir, beliau lahir di Busra Suriah pada tahun 1301 dan meninggal di damaskus Suriah pada tahun 1372 dalam usia 71 tahun.

Diantara guru-guru Ibnu Katsir adalah Burhanuddin al-Fazari,beliau juga berguru kepada Ibnu Taymiyyah di Damaskus, Suriah, dan kepada Ibnu al-Qayyim. Ia mendapat arahan dari ahli hadis terkemuka di Suriah, Jamaluddin al-Mizzi, yang di kemudian hari menjadi mertuanya. Ia pun sempat mendengar langsung hadis dari ulama-ulama Hejaz serta memperoleh ijazah dari Al-Wani.

Tahun 1366, oleh Gubernur Mankali Bugha Ibnu Katsir diangkat menjadi guru besar di Masjid Ummayah Damaskus.Ibnu katsir meninggal dunia tidak lama setelah ia menyusun kitab Al-Ijtihad fi Talab al-Jihad (Ijtihad Dalam Mencari Jihad) dan dikebumikan di samping makam gurunya, Ibnu Taimiyah.

Wajib bagi kaum muslimin memperdalam dan memahami isi dari kitab suci Al-Quran, maka kitab tafsir ibnu katsir lengkap 30 juz dan terjemahan dalam bahasa indonesia ini layak untuk saudara download dan miliki secara gratis.

Sumber : http://mkaruk.com/download-tafsir-ibnu-katsir-lengkap-30-juz-terjemahan-indonesia/

Sekilas Tentang Ummahatul Mukminin

Para ibu orang-orang beriman, yakni para istri Rasulullah. Benar, dalam hal ini Allah menghalalkan Nabi untuk menikah lebih dari empat. Mereka adalah para wanita mulia yang Allah pilih untuk menjadi istri Rasulullah di dunia dan akhirat. Tidak sedikit kaum muslimin yang masih awam, belum tahu siapa mereka dan kondisi sosial yang melingkupi mereka dan pernikahan Rasulullah dengan mereka.

Berikut ini nama-nama Ummahatul Mukminin, “Dan istri-istri Nabi adalah ibu-ibu mereka.” Al-Ahzab: 6. “Sesungguhnya Allah bermaksud menghilangkan dosa dari kalian wahai ahlul bait dan membersihkan kalian sebersih-bersihnya.” Al-Ahzab: 33.

  1. Pertama,Khadijah binti Khuwailid, janda Abu Halah at-Taimi kemudian Atiq al-Makhzumi, menikah dengan Rasulullah saat usia 40 tahun dan Rasulullah 25 tahun. Khadijah yang berhasrat menikah manakala dia melihat keluhuran akhlak Rasulullah dan Rasulullah menerima keinginannya.
  2. Kedua, Saudah binti Zam’ah, janda as-Sakran bin Amru dengan lima orang anak, menikah dengan Rasulullah saat usia 55 tahun dan Rasulullah 50 tahun. Saudah termasuk wanita beriman dan berhijrah angkatan pertama, Nabi khawatir kaumnya menyiksanya karena keislamannya, maka beliau menikahinya. 
  3. Ketiga, Aisyah binti Abu Bakar, satu-satu istri Nabi yang gadis, Rasulullah menikahinya dalam usia 53 dan Aisyah 9 tahun. Rasulullah menikahinya untuk mengokohkan hubungan baik dengan orang yang paling berjasa kepada beliau dan Islam, Abu Bakar ash-Shiddiq, salah satu kebiasaan orang-orang Arab adalah mengharamkan pernikahan dengan perempuan di mana calon suami dan orang tua perempuan tersebut pernah menjalin perjanjian persaudaraan, karena mereka memandangnya sama dengan persaudaraan nasab. 
  4. Keempat, Hafshah binti Umar bin al-Khatthab, janda Khunais bin Hadzafah, Rasulullah menikahinya saat beliau berumur 55 dan dia 19 tahun. Rasulullah menikahinya sebagai jalinan tali asih dan penghormatan kepada Umar bin al-Khatthab agar dia medapatkan hubungan keiparan dengan Rasulullah. 
  5. Kelima, Zaenab binti Khuzaemah, janda Ubaidah bin al-Harits, ditalak oleh suami yang keduanya ath-Thufail bin al-Harits, janda Abdullah bin Jahsy, Rasulullah menikahinya dalam usia 56 tahun sedangkan dia 60 tahun. Suami Zaenab yang akhir gugur syahid di perang Badar, Zaenab sendiri adalah wanita yang sangat sabar, berkorban dengan segala yang dimilikinya demi agama, maka Rasulullah memuliakannya dengan menikahinya. 
  6. Keenam, Ummu Salamah Hindun binti Abu Umayyah, janda Abdullah bin al-Asad, janda beranak empat, Rasulullah menikahinya dalam usia 67 tahun sedangkan 65 tahun, suaminya gugur syahid, Nabi hendak mengkafil empat anak yatim. 
  7. Ketujuh, Zaenab binti Jahsy, janda talak Zaid bin Haritsah, Rasulullah menikahinya dalam usia 58 tahun sedangkan dia 25 tahun, pernikahan atas perintah Allah untuk membatalkan adopsi. 
  8. Kedelapan, Juwairiyah binti al-harits, janda Musafi’ bin Shafwan, Rasulullah menikahinya dalam usia 59 tahun sedangkan dia 20 tahun, putri sayyid Bani al-Mushthaliq, dengan pernikahannya, para tawanan Bani Mushthaliq dibebaskan, ayah dan kaumnya masuk Islam. 
  9. Kesembilan, Ummu Habibah Ramlah binti Abu Sufyan, janda Ubaidullah bin Jahys, Rasulullah menikahinya dalam usia 59 tahun dan dia 40 tahun, suaminya murtad di Habasyah dan mati dalam kemurtadan, maka dia tidak tahu harus ke mana, karena keluarga dan bapaknya Abu Sufyan masih musyrik saat itu, Nabi menikahinya dengan wakil dari an-Najasyi. 
  10. Kesepuluh, Shafiyah binti Huyay bin Akhthab, janda Salam bin Misykam kemudian Kinanah bin Rabi’, Rasulullah menikahinya dalam usia 59 tahun sedangkan dia dalam usia 17 tahun. Termasuk tawanan perang Khaibar, Rasulullah menikahinya setelah memerdekakannya. 
  11. Kesebelas, Maemunah binti al-Harits, janda Abu Ruhm bin Abdul Uzza, ditalak oleh Ma’sud bin Amru ats-Tsaqafi, Rasulullah menikahinya dalam usia 61 tahun sedangkan dia 26 tahun. Rasulullah menikahinya karena ingin membangun jaringan di antara para kabilah, karena kerabatnya bersangkutan dengan banyak kabilah, di antaranya Bani Hasyim dan Bani Makhzum.   
Inilah wanita-wanita suci dan mulia yang Allah pilih sebagai pendamping hidup RasulNya, “Wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik. Laki-laki yang baik adalah untuk wanita yang baik.” An-Nur: 26. Wallahu a’la ...
Reff

Pujian, Antara Penyemangat dan "Pemenggalan"

Pujian adalah menyatakan sesuatu yang positif tentang seseorang, dengan tulus dan sejujurnya. Pujian itu adalah sesuatu ucapan yang membuat orang yang mendengarnya merasa tersanjung, sehingga dapat juga memberikan motivasi kepada orang yang dipuji. Jika dilihat dari definisi disini, pujian sering diberikan kepada seseorang yang telah membuat orang yang melihatnya merasa kagum dengan perbuatan, sifat, atau fisiknya. Misalnya orang yang memenangkan olimpiade fisika, cerdas, cantik, kreatif, lucu, dan sebagainya.

Pujian tentunya mempunyai sisi positif dan negatif, mau tau? Contoh positifnya jika kita seorang guru, maka strategi kita untuk meningkatkan motivasi belajar siswa adalah dengan cara memujinya; "Kamu pintar ya, soal ini bisa kamu kerjakan dengan mudah". Sisi negatifnya jika kita memuji seseorang dikhawatirkan kata pujian itu akan membuat dia sombong atau takabur, secara tidak langsung orang itu akan merasa dirinya lebih hebat dari orang lain. Tentunya hal ini patut kita waspadai.

Sahabat, Rasulullah telah memperingatkan kita mengenai pujian terhadap orang lain ini.

"Berhati-hatilah dalam memuji (menyanjung-nyanjung), sesungguhnya itu adalah penyembelihan". (HR. Bukhari).

"Seorang memuji-muji kawannya di hadapan Nabi Saw, lalu beliau berkata kepadanya, "Waspadalah kamu, sesungguhnya kamu telah memenggal lehernya, sesungguhnya kamu telah memenggal lehernya (diucapkan berulang-ulang)". (HR. Ahmad).


Kata "penyembelihan" ini jika dikaitkan dengan kesombongan, maka keduanya berujung kepada kerugian, mengapa? Karena kesombongan akan membuat pelakunya tidak disukai Allah, na'udzubillahi mindzalik..

"Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri". (Q.S. Luqman [31] : 18).

Sahabat, jika kita ingin menyemangati seseorang, pujian adalah hal yang kurang tepat. Kita seharusnya mencari cara lain agar orang itu tetap semangat tanpa membuat dia besar kepala,misalnya memberikan kata-kata motivasi atau menceritakan kisah-kisah sahabat Rasulullah yang bisa membakar semangat. Kemudian ketika kita ingin memuji seseorang, maka cari kata lain yang tidak memuji, tapi menghargai orang yang ingin kita puji sehingga tidak menimbulkan kesombongan atau ketakaburan baginya. Tentunya setiap orang akan berbeda caran pengucapannya.

Hati-hati dalam memuji ya, oke oke oke?