“Mayit akan diikuti oleh tiga perkara (menuju kuburnya), dua akan kembali, satu akan tetap. Mayit akan diikuti oleh keluarganya, hartanya, dan amalnya. Keluarganya dan hartanya akan kembali, sedangkan amalnya akan tetap” (HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi, dan Nasa’i)
Dalam beberapa ayat Al Qur’an diungkapkan bahwa bekal setelah kematian terbaik adalah takwa. Jika takwa masih terlalu umum, dalam beberapa hadits disebutkan bahwa setiap perbuatan baik akan menghindarkan pelakunya dari kematian yang buruk. Rasulullah SAW bersabda, “Berbuat baik kepada manusia menghindarkan pelakunya dari kematian buruk, musibah, dan kehancuran. Dan ahli kebaikan di dunia akan menjadi ahli kebaikan di akhirat” (HR. Al-Hakim).
Sudah menjadi keniscayaan, setiap yang berjiwa pasti akan merasakan mati, namun orang cerdas adalah mereka yang mempersiapkan bekal sebelum ajal menjemput. Ibnu Umar r.a. pernah bersama Rasulullah SAW ketika seorang laki-laki Anshor datang dan mengucapkan salam kemudian bertanya, “Wahai Rasulullah, manakah di antara kaum mukminin yang paling utama?”. Beliau menjawab, “Yang paling baik akhlaknya di antara mereka”. Dia bertanya lagi, “Manakah di antara kaum mukminin yang paling cerdik?”. Beliau menjawab, “Yang paling banyak mengingat kematian di antara mereka, dan yang paling baik persiapannya setelah kematian. Mereka itu orang-orang yang cerdik.” (HR. Ibnu Majah)
Dalam beberapa ayat Al Qur’an diungkapkan bahwa bekal setelah kematian terbaik adalah takwa. Jika takwa masih terlalu umum, dalam beberapa hadits disebutkan bahwa setiap perbuatan baik akan menghindarkan pelakunya dari kematian yang buruk. Rasulullah SAW bersabda, “Berbuat baik kepada manusia menghindarkan pelakunya dari kematian buruk, musibah, dan kehancuran. Dan ahli kebaikan di dunia akan menjadi ahli kebaikan di akhirat” (HR. Al-Hakim).
Dalam riwayat lain, Rasulullah SAW bersabda, “Perbuatan-perbuatan baik (kepada orang lain) menghindarkan dari kematian buruk. Sedekah secara sembunyi-sembunyi memadamkan kemarahan Allah. Silaturahim menambah umur. Setiap perbuatan baik adalah sedekah. Dan ahli kebaikan di dunia akan menjadi ahli kebaikan di akhirat. Ahli kemungkaran di dunia akan menjadi ahli kemungkaran di akhirat. Sedangkan orang yang pertama masuk surga adalah ahli kebaikan” (HR. Thabrani dan lainnya).
Jadi, orang yang cerdas akan membekali dirinya dengan perbuatan baik. Di antara banyaknya perbuatan baik, ada beberapa amal yang ganjaran kebaikannya terus mengalir. Menurut Imam al-Suyuti, bila semua hadits mengenai amal yang pahalanya terus mengalir walau pelakunya sudah meninggal dunia dikumpulkan, semuanya berjumlah 10 amal, yaitu: ilmu yang bermanfaat, doa anak shaleh, sedekah jariyah (wakaf), menanam pohon kurma atau pohon-pohon yang buahnya bisa dimanfaatkan, mewakafkan buku, kitab atau Alquran, berjuang dan membela tanah air, membuat sumur, membuat irigasi, membangun tempat penginapan bagi para musafir, dan membangun tempat ibadah dan belajar.
Lalu, dari berbagai amal kebaikan tersebut adakah yang dapat membuat seseorang sekaligus mendapatkan kemuliaan dunia dan akhirat? Pada prinsipnya, ibadah dan amal kebaikan tidak hanya berguna bagi kehidupan akhirat, namun juga berdampak positif untuk kehidupan dunia. Shalat misalnya, selain menjadi amal yang pertama kali dihisab juga punya dampak untuk mencegah dari perbuatan keji dan munkar. Atau ibadah puasa, selain ganjarannya langsung dari Allah SWT, juga berdampak positif terhadap kesehatan. Namun dari berbagai amal kebaikan tersebut, penulis hanya akan memaparkan tiga amal yang secara signifikan dapat memuliakan manusia, di dunia maupun di akhirat. Orang-orang yang membekali dirinya dengan ketiga amal ini, tidak hanya akan meraih sukses di akhirat, namun juga di dunia.
Pertama, sedekah. Selain ganjaran pahala yang berlipat ganda hingga 700 kali, sedekah juga memiliki banyak dampak positif bagi kehidupan dunia manusia, termasuk menutup 70 pintu keburukan (HR. Thabrani). Bayangkan kesuksesan yang akan diraih jika 70 pintu keburukan sudah ditutup. Bukan hanya itu, sedekah bahkan dapat mengobati penyakit. Rasulullah SAW bersabda, “Lindungi harta kamu dengan zakat, obati sakitmu dengan sedekah, dan hadapi gelombang hidup dengan tawadhu kepada Allah dan doa” (HR. Al Baihaqi). Mengenai sedekah ini, Ibnu Qayyim berkata, “Sedekah mempunyai pengaruh yang luar biasa dalam menolak bencana, meskipun berasal dari orang yang suka berbuat maksiat atau kezaliman, bahkan dari seorang kafir sekalipun. Hal ini diketahui oleh semua orang. Mereka semua mengakuinya karena telah mencobanya”.
Sudah banyak sekali success story yang mengungkapkan keajaiban sedekah yang dapat melipatgandakan kekayaan. Terlalu banyak untuk disampaikan di tulisan singkat ini. Intinya, matematika sedekah berbeda dengan harta yang dikonsumsi. Semakin banyak sedekah yang dikeluarkan, semakin banyak rezeki yang mengalir. Ya, begitulah hukumnya, semakin banyak memberi, semakin banyak menerima. Karenanya, seseorang yang banyak sedekah, ia bukan hanya memperoleh kemuliaan di akhirat karena membantu orang lain, namun juga kemuliaan di dunia ketika menjadi hartawan yang dermawan. Saat ini sudah semakin banyak ustadz dan motivator yang memaparkan tentang keutamaan sedekah untuk membuka pintu rezeki. Rasulullah SAW bersabda, “Memberi sedekah, menganjurkan kebaikan, berbakti kepada orang tua, dan silaturrahmi dapat mengubah penderitaan menjadi kebahagiaan, menambah berkah umur, dan menolak kejahatan” (HR. Abu Na’im)
Kedua, belajar dan mengajarkan ilmu yang bermanfaat. Sudah umum diketahui bahwa ilmu seharusnya mendahului amal. Bahkan barangsiapa beribadah kepada Allah SWT dengan kebodohan, dia telah membuat kerusakan lebih banyak daripada membuat kebaikan. Ilmu adalah warisan para nabi dimana yang memilikinya akan memperoleh keuntungan yang banyak. Menuntut ilmu akan membuka jalan ke surga dan Allah SWT akan meninggikan orang-orang yang beriman dan berilmu hingga beberapa derajat. Bayangkan kemuliaan dunia akhirat yang akan diraih jika kita memiliki warisan para nabi dan Allah SWT pun meninggikan kita beberapa derajat. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ar Rabi-i’, Rasulullah SAW bersabda, “Tuntutlah ilmu. Sesungguhnya, menuntut ilmu adalah pendekatan diri kepada Allah AWJ, sedangkan mengajarkannya kepada orang yang tidak mengetahuinya adalah sedekah. Sesungguhnya ilmu pengetahuan adalah keindahan bagi ahlinya di dunia dan akhirat”.
Di era globalisasi saat ini, orang-orang yang menguasai ilmu dan informasilah yang akan menguasai dunia, sementara orang-orang yang hanya mengandalkan ototnya hanya akan menjadi ‘budak’ mereka yang mengoptimalkan otaknya. Manariknya, matematika belajar dan mengajarkan ilmu yang bermanfaat punya pola yang unik. Semakin banyak belajar, semakin banyak yang dirasa tidak diketahui. Semakin memiliki ilmu yang berkah, semakin merasa miskin ilmu. Semakin banyak ilmu yang diajarkan, semakin dalam ilmu yang dimiliki. Semakin banyak ilmu yang diamalkan, semakin abadi ilmu yang dipelajari. Penyakit orang berilmu adalah kesombongan, dan hal tersebut merupakan indikasi ilmunya tidak bermanfaat. Karenanya, orang yang terus belajar dan mengajarkan ilmu bukan hanya akan memperoleh pahala yang terus mengalir, namun juga akan memperoleh kemuliaan di dunia sebagai penghargaan atas ilmu yang dimiliki. Benarlah sabda Rasulullah SAW, “Barangsiapa yang menginginkan kemuliaan dunia, ia harus memiliki ilmu, dan barang siapa yang menginginkan kemuliaan akhirat, itupun harus dengan ilmu, dan barang siapa yang menginginkan keduanya maka itupun harus dengan ilmu” (HR. Thabrani).
Ketiga, menyambung silaturahim. Menyambung silaturahim bukan sekedar berpahala dan menyambung Rahmat Allah SWT, namun juga dapat meluaskan rezeki dan memperpanjang usia. Suatu ketika, Rasulullah SAW bertanya kepada para sahabatnya, “Maukah kalian aku tunjukkan amal yang lebih besar pahalanya daripada shalat dan puasa?”. Para sahabat menjawab, “Tentu saja”. Beliau kemudian menjelaskan, “Engkau damaikan yang bertengkar, menyambungkan persaudaraan yang terputus, mempertemukan kembali saudara-saudara yang terpisah, menjembatani berbagai kelompok dalam Islam, dan mengukuhkan tali persaudaraan di antara mereka adalah amal saleh yang besar pahalanya. Barangsiapa yang ingin dipanjangkan umurnya dan diluaskan rezekinya, hendaklah ia menyambungkan tali silaturahim” (HR. Bukhari-Muslim). Dan dalam hadits riwayat Imam Bukhari yang lain juga disebutkan dampak positif silaturahim adalah meninggalkan nama baik setelah kematiannya dan dicintai keluarganya.
Di era informasi seperti sekarang ini, ‘jaringan’ merupakan salah satu aset terbesar. Danmaintain ‘jaringan’ ini tentunya bukan sebatas membalas silaturahim, tetapi menyambung silaturahim. Silaturahim terpenting tentunya ke keluarga inti kita, termasuk kedua orang tua kita. Disinilah birr al walidain (berbuat baik pada kedua orang tua) menjadi bagian tak terpisahkan dari menyambung silaturahim, keutamaannya tentu luar biasa. Suatu saat tentu kita membutuhkan bantuan orang lain, dan pada saat itulah kekuatan silaturahim akan menolong kita. Menariknya, matematika silaturahim juga unik. Satu orang yang kita sambung silaturahimnya, akan ada orang-orang lain yang otomatis terhubung. Satu orang yang kita putus silaturahimnya, akan ada orang-orang lain yang juga terputus. Nilai tambah kita sejatinya tergambar dari testimoni orang lain, disinilah silaturahim mengambil peran memuliakan atau menghinakan. Karenanya, orang yang menyambung silaturahim bukan hanya berlimpah do’a dan pahala, namun juga akan memperoleh kesuksesan di dunia karena kemitraannya dengan banyak orang. Dan juga perlu diwaspadai banyaknya ancaman keburukan bagi mereka yang memutuskan silaturahim, diantaranya Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada dosa yang lebih pantas untuk disegerakan oleh Allah siksaannya terhadap pelakunya di dunia beserta siksaan yang disimpan (dikemudiankan/ ditangguhkan) oleh-Nya untuknya di akhirat daripada kezhaliman dan memutuskan silaturahim” (HR. At-Turmuziy).
Bekal untuk kehidupan akhirat tentunya tidak cukup hanya ketiga hal tersebut, namun jika melakukan ketiga amal tersebut dengan optimal niscaya jaminan untuk meraih kesuksesan dunia akhirat semakin terbuka lebar. Di dunia yang fana ini memang berlaku hukum sebab akibat, namun tidak semua amal kebaikan akan memenuhi logika matematika sederhana. Apalagi kecerdasan seseorang tidak diukur dari kemampuan logika dan numeriknya, namun sejauhmana ia mampu bersiap untuk menghadapi hari yang akan datang. Dan pemenang adalah mereka yang memimpikan dan menciptakan masa depan pada saat ini dengan banyak berbekal dan berbuat.
Jadi, orang yang cerdas akan membekali dirinya dengan perbuatan baik. Di antara banyaknya perbuatan baik, ada beberapa amal yang ganjaran kebaikannya terus mengalir. Menurut Imam al-Suyuti, bila semua hadits mengenai amal yang pahalanya terus mengalir walau pelakunya sudah meninggal dunia dikumpulkan, semuanya berjumlah 10 amal, yaitu: ilmu yang bermanfaat, doa anak shaleh, sedekah jariyah (wakaf), menanam pohon kurma atau pohon-pohon yang buahnya bisa dimanfaatkan, mewakafkan buku, kitab atau Alquran, berjuang dan membela tanah air, membuat sumur, membuat irigasi, membangun tempat penginapan bagi para musafir, dan membangun tempat ibadah dan belajar.
Lalu, dari berbagai amal kebaikan tersebut adakah yang dapat membuat seseorang sekaligus mendapatkan kemuliaan dunia dan akhirat? Pada prinsipnya, ibadah dan amal kebaikan tidak hanya berguna bagi kehidupan akhirat, namun juga berdampak positif untuk kehidupan dunia. Shalat misalnya, selain menjadi amal yang pertama kali dihisab juga punya dampak untuk mencegah dari perbuatan keji dan munkar. Atau ibadah puasa, selain ganjarannya langsung dari Allah SWT, juga berdampak positif terhadap kesehatan. Namun dari berbagai amal kebaikan tersebut, penulis hanya akan memaparkan tiga amal yang secara signifikan dapat memuliakan manusia, di dunia maupun di akhirat. Orang-orang yang membekali dirinya dengan ketiga amal ini, tidak hanya akan meraih sukses di akhirat, namun juga di dunia.
Pertama, sedekah. Selain ganjaran pahala yang berlipat ganda hingga 700 kali, sedekah juga memiliki banyak dampak positif bagi kehidupan dunia manusia, termasuk menutup 70 pintu keburukan (HR. Thabrani). Bayangkan kesuksesan yang akan diraih jika 70 pintu keburukan sudah ditutup. Bukan hanya itu, sedekah bahkan dapat mengobati penyakit. Rasulullah SAW bersabda, “Lindungi harta kamu dengan zakat, obati sakitmu dengan sedekah, dan hadapi gelombang hidup dengan tawadhu kepada Allah dan doa” (HR. Al Baihaqi). Mengenai sedekah ini, Ibnu Qayyim berkata, “Sedekah mempunyai pengaruh yang luar biasa dalam menolak bencana, meskipun berasal dari orang yang suka berbuat maksiat atau kezaliman, bahkan dari seorang kafir sekalipun. Hal ini diketahui oleh semua orang. Mereka semua mengakuinya karena telah mencobanya”.
Sudah banyak sekali success story yang mengungkapkan keajaiban sedekah yang dapat melipatgandakan kekayaan. Terlalu banyak untuk disampaikan di tulisan singkat ini. Intinya, matematika sedekah berbeda dengan harta yang dikonsumsi. Semakin banyak sedekah yang dikeluarkan, semakin banyak rezeki yang mengalir. Ya, begitulah hukumnya, semakin banyak memberi, semakin banyak menerima. Karenanya, seseorang yang banyak sedekah, ia bukan hanya memperoleh kemuliaan di akhirat karena membantu orang lain, namun juga kemuliaan di dunia ketika menjadi hartawan yang dermawan. Saat ini sudah semakin banyak ustadz dan motivator yang memaparkan tentang keutamaan sedekah untuk membuka pintu rezeki. Rasulullah SAW bersabda, “Memberi sedekah, menganjurkan kebaikan, berbakti kepada orang tua, dan silaturrahmi dapat mengubah penderitaan menjadi kebahagiaan, menambah berkah umur, dan menolak kejahatan” (HR. Abu Na’im)
Kedua, belajar dan mengajarkan ilmu yang bermanfaat. Sudah umum diketahui bahwa ilmu seharusnya mendahului amal. Bahkan barangsiapa beribadah kepada Allah SWT dengan kebodohan, dia telah membuat kerusakan lebih banyak daripada membuat kebaikan. Ilmu adalah warisan para nabi dimana yang memilikinya akan memperoleh keuntungan yang banyak. Menuntut ilmu akan membuka jalan ke surga dan Allah SWT akan meninggikan orang-orang yang beriman dan berilmu hingga beberapa derajat. Bayangkan kemuliaan dunia akhirat yang akan diraih jika kita memiliki warisan para nabi dan Allah SWT pun meninggikan kita beberapa derajat. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ar Rabi-i’, Rasulullah SAW bersabda, “Tuntutlah ilmu. Sesungguhnya, menuntut ilmu adalah pendekatan diri kepada Allah AWJ, sedangkan mengajarkannya kepada orang yang tidak mengetahuinya adalah sedekah. Sesungguhnya ilmu pengetahuan adalah keindahan bagi ahlinya di dunia dan akhirat”.
Di era globalisasi saat ini, orang-orang yang menguasai ilmu dan informasilah yang akan menguasai dunia, sementara orang-orang yang hanya mengandalkan ototnya hanya akan menjadi ‘budak’ mereka yang mengoptimalkan otaknya. Manariknya, matematika belajar dan mengajarkan ilmu yang bermanfaat punya pola yang unik. Semakin banyak belajar, semakin banyak yang dirasa tidak diketahui. Semakin memiliki ilmu yang berkah, semakin merasa miskin ilmu. Semakin banyak ilmu yang diajarkan, semakin dalam ilmu yang dimiliki. Semakin banyak ilmu yang diamalkan, semakin abadi ilmu yang dipelajari. Penyakit orang berilmu adalah kesombongan, dan hal tersebut merupakan indikasi ilmunya tidak bermanfaat. Karenanya, orang yang terus belajar dan mengajarkan ilmu bukan hanya akan memperoleh pahala yang terus mengalir, namun juga akan memperoleh kemuliaan di dunia sebagai penghargaan atas ilmu yang dimiliki. Benarlah sabda Rasulullah SAW, “Barangsiapa yang menginginkan kemuliaan dunia, ia harus memiliki ilmu, dan barang siapa yang menginginkan kemuliaan akhirat, itupun harus dengan ilmu, dan barang siapa yang menginginkan keduanya maka itupun harus dengan ilmu” (HR. Thabrani).
Ketiga, menyambung silaturahim. Menyambung silaturahim bukan sekedar berpahala dan menyambung Rahmat Allah SWT, namun juga dapat meluaskan rezeki dan memperpanjang usia. Suatu ketika, Rasulullah SAW bertanya kepada para sahabatnya, “Maukah kalian aku tunjukkan amal yang lebih besar pahalanya daripada shalat dan puasa?”. Para sahabat menjawab, “Tentu saja”. Beliau kemudian menjelaskan, “Engkau damaikan yang bertengkar, menyambungkan persaudaraan yang terputus, mempertemukan kembali saudara-saudara yang terpisah, menjembatani berbagai kelompok dalam Islam, dan mengukuhkan tali persaudaraan di antara mereka adalah amal saleh yang besar pahalanya. Barangsiapa yang ingin dipanjangkan umurnya dan diluaskan rezekinya, hendaklah ia menyambungkan tali silaturahim” (HR. Bukhari-Muslim). Dan dalam hadits riwayat Imam Bukhari yang lain juga disebutkan dampak positif silaturahim adalah meninggalkan nama baik setelah kematiannya dan dicintai keluarganya.
Di era informasi seperti sekarang ini, ‘jaringan’ merupakan salah satu aset terbesar. Danmaintain ‘jaringan’ ini tentunya bukan sebatas membalas silaturahim, tetapi menyambung silaturahim. Silaturahim terpenting tentunya ke keluarga inti kita, termasuk kedua orang tua kita. Disinilah birr al walidain (berbuat baik pada kedua orang tua) menjadi bagian tak terpisahkan dari menyambung silaturahim, keutamaannya tentu luar biasa. Suatu saat tentu kita membutuhkan bantuan orang lain, dan pada saat itulah kekuatan silaturahim akan menolong kita. Menariknya, matematika silaturahim juga unik. Satu orang yang kita sambung silaturahimnya, akan ada orang-orang lain yang otomatis terhubung. Satu orang yang kita putus silaturahimnya, akan ada orang-orang lain yang juga terputus. Nilai tambah kita sejatinya tergambar dari testimoni orang lain, disinilah silaturahim mengambil peran memuliakan atau menghinakan. Karenanya, orang yang menyambung silaturahim bukan hanya berlimpah do’a dan pahala, namun juga akan memperoleh kesuksesan di dunia karena kemitraannya dengan banyak orang. Dan juga perlu diwaspadai banyaknya ancaman keburukan bagi mereka yang memutuskan silaturahim, diantaranya Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada dosa yang lebih pantas untuk disegerakan oleh Allah siksaannya terhadap pelakunya di dunia beserta siksaan yang disimpan (dikemudiankan/ ditangguhkan) oleh-Nya untuknya di akhirat daripada kezhaliman dan memutuskan silaturahim” (HR. At-Turmuziy).
Bekal untuk kehidupan akhirat tentunya tidak cukup hanya ketiga hal tersebut, namun jika melakukan ketiga amal tersebut dengan optimal niscaya jaminan untuk meraih kesuksesan dunia akhirat semakin terbuka lebar. Di dunia yang fana ini memang berlaku hukum sebab akibat, namun tidak semua amal kebaikan akan memenuhi logika matematika sederhana. Apalagi kecerdasan seseorang tidak diukur dari kemampuan logika dan numeriknya, namun sejauhmana ia mampu bersiap untuk menghadapi hari yang akan datang. Dan pemenang adalah mereka yang memimpikan dan menciptakan masa depan pada saat ini dengan banyak berbekal dan berbuat.
“Apabila seorang manusia meninggal maka putuslah amalnya, kecuali tiga hal: sedekah jariyah, anak yang shalih yang mendo’akannya atau ilmu yang bermanfaat sesudahnya”(HR Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, Nasa’i dan Ahmad)Sumber