aguspurnomosite.blogspot.com

aguspurnomosite.blogspot.com
Berpikir Luas Membuka Cakrawala Kehidupan! Berusaha Memberikan Yang Terbaik Untuk Masa Depan! Katakan "Go Go Go SEMANGAT" !!!

Jumat, 26 Juli 2013

Kondisi Hati Bagaikan Awan Penghalang


Hawa nafsu pada manusia ibarat awan yang menyelimuti bumi dengan menutupi seluruh cakrawala. Di balik awan terdapat matahari. Ila terjadi gerhana matahari, siang menjadi seperti malam. Jika gerhana hilang dan matahari berada di balik awan, cuaca menjadi mendung. Seiring dengan bergesernya awan, matahari menampak. Cahayanya menyembul keluar dan bersinar menerangi bumi. Ketika mendung sedikit demi sedikit dan akhirnya sirna seluruhnya, cahaya matahari memancar ke seluruh pelosok bumi. Langit menjadi jernih. Matahari tampak bersinar dengan sempurna di seantero bumi, di bukit, gunung, lembah, kampong, kota, dan rumah-rumah. Dengan lenyapnya awan, bumi menjadi terang oleh cahaya matahari. Ketika awan dan mendung masih bergelayut, sinar matahari tersembunyi. Ia terhalang oleh awan. Demikianlah hawa nafsu manusia. Ia menutupi fu’ad dalam dada.

Cahaya hati (qalb) bagai matahari yang tersembunyi di balik awan. Panas dan sinarnya tidak bermanfaat. Tatkala si manusia diserang oleh musuh hingga menyekutukan Allah, mataharinya mengalami gerhana. Makrifatnya tertutup dan terhijab. Dadanya gelap laksana gulita malam. Ia mengetahui bahwa Allah lah yang menciptakannya, memberikan rezeki kepadanya, mematikannya, dan menguasainya, tetapi ilmu ini tersembunyi di balik kegelapam syirik. Tidak ada cahaya yang menyinari mata fu’adnya. Ia mengucap, “Tuhanku adalah Allah”, namun ia tidak konsisten dengan ucapannya itu. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surah Az-Zukhruf ayat 9 :


“Seandainya kau tanyakan kepada mereka; siapakah yang menciptakan langit dan bumi, niscaya mereka akan menjawab “yang menciptakannya adalah Tuhan Yang Maha Perkasa dan Maha Mengetahui.” (QS. Az-Zukhruf : 9) 

Jika ditanyakan kepada mereka, “Siapakah yang mengatur semua urusan? Siapakah yang memberikan rezeki kepadamu ? Siapakah yang menguasai seluruh pendengaran dan penglihatan? Siapakah yang menggenggam segala sesuatu?” tentu mereka akan menjawab, “Allah”. Namun, mereka menyekutukan-Nya. Allah berfirman dalam surah Yunus ayat 31-32 :

“Katakanlah (wahai Muhammad), Apakah kalian tidak bertakwa kepada-Nya? Itulah Allah, Tuhan kalian yang sebenarnya. Sesudah (selain) kebenaran tidak lain adalah kesesatan. Bagaimanakah kalian dipalingkan (dari kebenaran?” (QS. Yunus : 31-32) 

Yang membuat mereka musyrik adalah hawa nafsu. Hawa nafsulah yang mencari serta meminta bahaya dan manfaat kepada berhala. Firman Allah SWT tentang perkataan meraka “Kami menyembah mereka (berhala) tidak lain agar mereka mendekatkan kami lebih dekat kepada Allah”. Allah SWT juga berfirman., “Bahkan mereka menganggap patung-patung itu sebagai pemberi syafaat selain Allah” dan“Mereka telah mengangkat tuhan-tuhan selain Allah guna menjadi pelindung bagi mereka”.

Jika Allah memberikan anugerah-Nya kepada seorang hamba, Dia akan membukakan hijab yang menutupi cahaya. Cahaya pun masuk ke dalam hati sang hamba. Matahari terlepas dari gerhana. Dadanya bersinar dengan cahaya Allah serta hatinya menjadi tentram dan aman. Itulah hamba yang mendapat anugerah iman. Allah membuatnya cinta kepada keimanan sekaligus menjadikan iman indah dalam hatinya. Adapun orang yang tidak diberi anugerah tersebut hatinya tertutup. Tutup itu tidak lain adalah hawa nafsu, sebagaimana firman Allah SWT dalam surah Al-Jatsiyah ayat 23 : 

"Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran? (QS. Al-Jatsiyah : 23)

“Sesungguhnya Kami telah menjadikan hati mereka tertutup (sehingga mereka tidak) memahaminya, dan (Kami letakkan pula) sumbatan di telinga mereka”(QS. Al-Kahfi : 57) 

Apabila Allah SWT menganugerahkan cahaya kepadanya, ia bias menembus hawa nafsu. Sinar akan menggantikan hawa nafsu. Hawa nafsu pun pergi. Cahanya lalu masuk ke dalam dada, sehingga dada menjadi terang, bersinar, dan bersih. Allah berfirman dalam surah Al-Syams ayat 9-10 yang artinya “Sungguh beruntunglah orang yang membersihkannya dan sungguh merugilah orang yang mengotorinya”. (QS. Asy-Syams : 9-10) 


Yakni mengotori rongga hati dengan gelapnya hawa nafsu dan syirik. Orang yang merugi jelas tidak beruntung. Ia tidak hadir saat pembagian di Hari Penentuan sebelum diciptakannya langit, bumi, arasy, singgasana, dan Lauh Mahfudz, sehingga ia tidak memperoleh bagian cahaya, ia absen dan merugi.

Semenentara itu, kepada orang yang menghadiri acara pembagian pada hari tersebut, Allah SWT berfirman dalam surah Al-An’am ayat 122 :

“Kami berikan kepadanya cahaya yang dengan itu ia berjalan di tengah-tengah orang banyak”(QS. Al-An’am : 122)

“Barang siapa Allah lapangkan dadanya untuk menerima Islam, ia berada di atas cahaya Tuhannya” (QS. Az-Zumar : 22) 


Inilah hamba yang Allah beri karunia tersibaknya hawa nafsu yang menutupi rongga, sehingga cahaya makrifat bersinar dalam dada. Ia menemukan Tuhan-nya dan beristiqomah.
Wallahu a’lam

MENGAPA UMMAT ISLAM MENGHADAP KA'BAH UNTUK MENYEMBAH ALLAH?

Percakapan Si A dengan seorang ustadz... 

Si A : mengapa orang Islam menyembah kotak hitam?

Ustadz : Salah itu . Umat Islam tidak menyembah kotak hitam, tapi menyembah Allah.

Si A : bukankah orang Islam sembahyang menghadap Ka'bah, satu kotak yang berwarna hitam? Apakah Allah itu ada di dalam Ka'bah?

Belum sempat sang ustadz menjawab, terdengar handphone nya si A berbunyi. Si A menjawab panggilan teleponnya, sementara sang ustadz dengan sabar menanti. Setelah si A selesai menjawab panggilan di handphone nya, dia memandang sang ustadz. Sang ustadz tersenyum.

Si A : mengapa tersenyum? Apa jawaban dari pertanyaan saya tadi Ustadz?

Ustadz : hmm..perlukah saya menjawab pertanyaanmu?

Si A : ah, pasti kau tidak bisa menjawab bukan? [tertawa]

Ustadz : bukan itu maksud saya. Tapi saya mencoba menggunakan teori yang kau gunakan untuk membuat pertanyaan yang kau ajukan padaku. Saya melihat kau kurang menyadarinya..

Si A : mengapa kau bicara begitu?

Ustadz : tadi saya lihat kau bicara sendiri, ketawa dan tersenyum sendiri. Dan kau mencium HP itu sambil bicara "I love You"...

Si A : saya tidak bicara sendiri. Saya bicara dengan istri saya. Dia yang telfon saya tadi.

Ustadz : mana istrimu? Saya tak melihatnya..

Si A : istri saya di Padang. Dia telfon saya, saya jawab menggunakan telfon. Apa masalahnya? [nada marah]

Ustadz : boleh saya lihat HP kamu?

Si A mengulurkan HPnya kepada sang ustadz. Sang ustadz menerimanya, lalu membolak-balikan HP itu, menggoncang-goncangnya, mengetuk-ngetukHP tersebut ke meja. Lantas sang ustadz menghempaskannya sekuat tenaga ke lantai.. PRAKKK..PECAH..Muka si A merah menahan marah. Sementara sang ustadz menatapnya sambil tersenyum..

Ustadz : mana istrimu? Saya lihat dia tidak ada disini. Saya pecahkan HP ini pun istrimu tetap tak terlihat di dalamnya?

Si A : mengapa kau bodoh sekali? Teknologi sudah maju. Kita bisa berbicara jarak jauh menggunakan telfon. Apa kau tak bisa menggunakan otakmu? [Luar biasa marahnya ]

Ustadz : Alhamdulillah [senyum]. Begitu juga halnya dengan Allah SWT. Umat Islam shalat menghadap Ka'bah bukan berarti umat Islam menyembah Ka'bah. Tetapi umat Islam shalat atas arahan Allah. Allah mengarahkan umat Islam untuk shalat menghadap Ka'bah juga bukan berarti Allah ada di dalam Ka'bah.

Begitu juga dengan dirimu dan istrimu. Istrimu menelfon menggunakan HP, ini bukan berarti istrimu ada di dalam HP. Tetapi ketentuan telekomunikasi menetapkan peraturan, kalau ingin bicara lewat telfon harus tekan nomor yang tepat, barulah akan tersambung dan kau bisa berbicara melalu HP meski istrimu tak ada di dalamnya.

Si A : [melongo] ...

Inilah Jawaban yang logis mengapa Umat Islam menghadap Ka'bah untuk menyembah Allah...

Terpikirkah Anda

Pernahkah Anda Berfikir? 

Sebenarnya, setiap orang memiliki tingkat kemampuan berpikir yang seringkali ia sendiri tidak menyadarinya. Ketika mulai menggunakan kemampuan berpikir tersebut, fakta-fakta yang sampai sekarang tidak mampu diketahuinya, lambat-laun mulai terbuka di hadapannya. Semakin dalam ia berpikir, semakin bertambahlah kemampuan berpikirnya dan hal ini mungkin sekali berlaku bagi setiap orang. Harus disadari bahwa tiap orang mempunyai kebutuhan untuk berpikir serta menggunakan akalnya semaksimal mungkin.

Berpikirlah

Pernahkah memikirkan, Anda tidak ada sebelum dilahirkan ke dunia ini dan telah diciptakan dari sebuah ketiadaan?

Pernahkah Anda berpikir, bagaimana bunga yang setiap hari dilihat di ruang tamu, tumbuh dari tanah hitam, ternyata memiliki wangi harum dan tampil berwarna-warni?

Pernahkah memikirkan seekor nyamuk yang sangat mengganggu ketika terbang mengitari Anda, mengepakkan sayapnya dengan kecepatan yang sedemikian tinggi sehingga kita tidak mampu melihatnya?

Pernahkah Anda berpikir, lapisan luar dari buah-buahan seperti pisang, semangka, melon dan jeruk berfungsi sebagai pembungkus sangat berkualitas, yang menutup daging buah sedemikian rupa sehingga rasa dan keharumannya tetap terjaga?

Pernahkah memikirkan kemungkinan gempa bumi datang secara tiba-tiba ketika Anda sedang tidur, yang menghancurluluhkan rumah, kantor dan kota sampai rata dengan tanah, sehingga dalam tempo beberapa detik saja Anda pun kehilangan segala sesuatu yang dimiliki di dunia ini?

Pernahkah berpikir kehidupan berlalu dengan sangat cepat, Anda pun menjadi semakin tua dan lemah, dan lambat laun kehilangan ketampanan atau kecantikan, kesehatan dan kekuatan?

Pernahkan Anda memikirkan suatu hari nanti, malaikat maut yang diutus Allah akan datang menjemput Anda meninggalkan dunia ini?

Jika demikian, pernahkan Anda berpikir, mengapa manusia demikian terbelenggu oleh kehidupan dunia yang sebentar lagi akan mereka tinggalkan dan yang seharusnya mereka jadikan sebagai tempat untuk bekerja keras dalam meraih kebahagiaan hidup di akhirat? Manusia adalah makhluk yang dilengkapi Allah sarana berpikir. Namun sayang, kebanyakan mereka tidak menggunakan sarana yang teramat penting ini sebagaimana mestinya. Bahkan pada kenyataannya sebagian manusia hampir tidak pernah berpikir.

Tujuan Penciptaan Diri

Seseorang yang tidak berpikir akan berada sangat jauh dari kebenaran dan menjalani sebuah kehidupan yang penuh kepalsuan dan kesesatan. Akibatnya, ia tidak akan mengetahui tujuan penciptaan alam dan arti keberadaan dirinya di dunia. Padahal, Allah telah menciptakan segala sesuatu untuk sebuah tujuan, sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur’an.

“Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dengan bermain-main. Kami tidak menciptakan keduanya melainkan dengan haq, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui”. (QS. Ad-Dukhaan, 44: 38-39).

“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” (QS. Al-Mu’minuun, 23:115).

Oleh karena itu, yang paling pertama kali wajib dipikirkan secara mendalam oleh setiap orang ialah tujuan dari penciptaan dirinya. Baru kemudian segala sesuatu yang ia lihat di alam sekitar, serta segala kejadian atau peristiwa yang dijumpai selama hidupnya. Manusia yang tidak memikirkan hal ini, hanya akan mengetahui kenyataan-kenyataan tersebut setelah ia mati. Yakni ketika ia mempertanggung jawabkan segala amal perbuatannya di hadapan Allah, namun sayang sudah terlambat.

Allah berfirman dalam Al-Qur’an bahwa pada hari penghisaban, tiap manusia akan berpikir dan menyaksikan kebenaran atau kenyataan tersebut,

“Dan pada hari itu diperlihatkan neraka Jahannam; dan pada hari itu ingatlah manusia akan tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya. Dia mengatakan, “Alangkah baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal saleh) untuk hidupku ini”. (QS. Al-Fajr, 89:23-24).


Padahal, Allah telah memberikan kita kesempatan hidup di dunia. Berpikir atau merenung untuk kemudian mengambil kesimpulan atau pelajaran-pelajaran dari yang kita renungkan untuk memahami kebenaran, akan menghasilkan sesuatu yang bernilai bagi kehidupan di akhirat kelak. Dengan alasan inilah, Allah mewajibkan seluruh manusia, melalui para Nabi dan Kitab-kitab-Nya, untuk memikirkan dan merenungkan penciptaan diri mereka sendiri dan jagad raya.

Sebagaimana firman-Nya,

“Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka?, Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya melainkan dengan tujuan yang benar dan waktu yang ditentukan. Dan sesungguhnya kebanyakan di antara manusia benar-benar ingkar akan pertemuan dengan Tuhannya”. (QS. Ar-Ruum, 30: 8).