aguspurnomosite.blogspot.com

aguspurnomosite.blogspot.com
Berpikir Luas Membuka Cakrawala Kehidupan! Berusaha Memberikan Yang Terbaik Untuk Masa Depan! Katakan "Go Go Go SEMANGAT" !!!

Sabtu, 17 November 2012

Serial Eset Update 17 Nopember 2012

 

  • Username dan password untuk Eset Smart Security 4, 5 dan 6 

Username: EAV-73195391
Password: amtuvkx7e3
Expiry Date: 01.01.2013

Username: TRIAL-44350688
Password: 8vnfvkfuj3
Expiry Date: 01.01.2013

Username: TRIAL-44350689
Password: k5umucf4ae
Expiry Date: 01.01.2013

  • Username dan password untuk Eset Antivirus 4, 5 dan 6

Username:TRIAL-75699773
Password:xbf37xmm5k

Username:TRIAL-75699776
Password:h7p42kxhut

Username:TRIAL-75699780
Password:e76bs2akcj

Cara Terbaik Memahami Anak

 
Banyak orangtua dan guru yang setelah mengikuti seminar parenting  berkomentar “Oke, teknik yang Anda berikan untuk mengatasi problematika anak sangat bagus. Tapi, saya tidak yakin bisa menerapkan apa yang telah Anda ajarkan” lalu tanya saya“Apa sebabnya?”, “Pertama saya tidak disukai anak, berikutnya bagaimana mengkomunikasikan pada mereka ?”. Jelas ini adalah masalah, tapi tenang ada cara bagaimana memahami perilaku anak. Tapi sabar dahulu sebab ada bagian yang harus Anda pahami dahulu.
  • Banyak dari orangtua dan guru bertanya dalam pikiran mereka sendiri :
  • Mengapa anak saya tidak peduli dengan masa depannya?
  • Mengapa mereka melakukan hal-hal yang tidak masuk akal (guru dan orangtua)
  • Mengapa mereka tidak mau mendengarkan walupun sudah diingatkan berkali-kali?
  • Mengapa anak saya membiarkan dirinya dipengaruhi oleh hal-hal negatif dari teman-temannya yang tidak berguna? 
Nah, pertanyaan utama : bagaimana memahami perilaku dan pemikiran mereka?

Jawabanya adalah EMOSI mereka. Emosi sangat menguasai logika berpikir mereka anak-anak dan remaja. Remaja dan anak-anak jauh lebih banyak didorong oleh perasaan mereka daripada pemikiran yang baik untuk mereka. Dengan mengetahui hal ini, maka sia-sia upaya kita mengkuliahi mereka seharian. Membombardir pikiran mereka dengan nasehat positif, menjadikan diri kita motivator dadakan didepan mereka tidak akan mempan. Justru membuat anak bertambah“sebal” dengan kelakuan kita. komentar atau nasihat seperti : “kamu harus giat belajar”, “jangan buang waktumu dengan bermain terus”, “jaga kebersihan dikamarmu”, kecuali bila kita sudah terlebih dahulu mengenali perasaan mereka.

Dalam kondisi emosi yang negatif seorang anak tidak dapat menerima input dan nasehat bahkan titah sekalipun yang dapat mengubah perilaku mereka. Berbeda hasilnya jika kita mampu mengerti dan mengenali perasaan emosi mereka terlebih dahulu maka mereka akan terbuka dan mendengarkan saran logis dari kita. Anak–anak dan remaja akan melakukan sesuatu jika membuat mereka merasa nyaman atau enak di rasanya atau hatinya.

Sebelum melangkah lebih jauh, kita akan belajar bersama, bagaimana reaksi kita dalam menghadapi masalah anak. Seringkali jika ada masalah maka yang ada dibenak kepala kita umumnya ada 3 hal, yaitu :

1. Memberi Nasihat, misal: “saya tadi berkelahi dengan Budi, disekolah”, respon kita pada umumnya “apa-apaan kamu ini sekolah bukan tempat belajar jadi tukang berantem, hanya penjahat yang menyelesaikan masalah dengan berantem”

2. Menginterogasi, misal: “Hp saya hilang di sekolah” respon kita pada umumnya “kamu yakin bukan kamu sendiri yang menghilangkan? Yakin kamu tidak lupa, coba diingat kembali”

3. Menyalahkan dan menuduh, misal: “tadi Edo dihukum karena tidak mengerjakan PR” respon kita pada umumnya“dasar anak malas, mulai hari ini kamu harus lebih disiplin dan perhatikan tugas disekolah”.

Setelah melihat ketiga contoh diatas, tidak ada satu ruang pun untuk mengakui perasaan atau emosi anak, betul? Seringkali kita ini hanya memberikan masukan tanpa mau mendengar apa yang sebenarnya terjadi (lebih tepatnya perasaan apa yang terjadi pada diri anak kita). Ketika emosi seorang anak diabaikan mereka akan lebih marah dan benci. Selama ini mereka berada dalam keadaan emosi negatif, semua nasihat-nasihat maksud baik kita tidak akan digubris, malah akan di “gubrak”.

Cara terbaik untuk memahami anak kita adalah, mengakui emosinya (kenali emosinya) dan beri mereka kekuatan untuk menemukan solusi atas masalah mereka sendiri. Caranya adalah:

1. Dengarkan mereka 100%, tatap matanya dengan tatapan datar atau sayang. (Berikan perhatian dan pengakuan)
Terkadang yang dibutuhkan anak hanya didengar saja, bukan solusinya. Hanya memberikan perhatian 100% kita bisa terkejut, ternyata anak mau terbuka dan mau berbagi pikiran dan perasaan. Hanya dengan berkata “hmm.. okay, begitu ya.. lalu..” Walau nampaknya sederhana, jujur ini sulit bagi kita orangtua yang terbiasa mau ambil jalur cepat alias memberikan solusi dan menyelesaikan masalah. Ketika hal itu kita lakukan, anak akan menutup diri dan menghindar bicara kepada kita. Anak hanya akan meyatakan pikiran dan perasaan yang sejujurnya tanpa takut dihakimi.

Ketika kita biarkan anak mengungkap emosi dan pikirannya dengan bebas (saat kita ada untuk memberi dukungan emosional), kita akan melihat mereka dapat menemukan solusi sendiri untuk permasalahan mereka. Kelebihan lainnya dari pendekatan ini adalah anak akan mengembangkan rasa percaya diri untuk berpikir bagi dirinya sendiri dan menghadapi tantangan – tantangan hidup.

Misal : “saya tadi berkelahi dengan Agus, disekolah”, respon kita “apa yang terjadi? Lukamu pasti sakit sekali yah.. oh, okay”

2. Mengenali dan mengambarkan emosi.
Perlu bagi kita sesaat untuk mempelajari makna dari emosi, karena ini penting bagi kita untuk bisa mencerminkan emosianak dan mengerti dengan pasti apa yang mereka rasakan. Dengan dimengertinya perasaan mereka, maka mudah bagi mereka untuk terbuka dan bicara tentang masalah mereka. Berikut adalah emosi yang umumnya dialami oleh manusia.

Nama Emosi dan Makna-nya :
  • Marah – Merasakan adanya ketidakadilan
  • Rasa bersalah – Kita merasa tidak adil terhadap orang lain
  • Takut – Kita diharapkan antisipasi karena sesuatum yang tak diinginkan bisa saja terjadi
  • Frustrasi – Melakukan sesuatu berulangkali dan hasilnya tak sesuai harapan artinya kita harus cari cara lain
  • Kecewa – Apa yang diinginkan tidak bisa terwujud
  • Sedih – Kehilangan sesuatu yang dirasa berharga
  • Kesepian – Kebutuhan akan relasi yang bermakna bukan hanya sekedar berteman
  • Rasa tidak mampu – Kebutuhan untuk belajar sesuatu karena ada sesuatu yang tak bisa dilakukan dengan baik
  • Rasa bosan – Kebutuhan untuk bertumbuh dan mendapatkan tantangan baru
  • Stress – Sesuatu yang terlalu menyakitkan dan harus segera dihentikan
  • Depresi – Sesuatu yang terlalu menyakitkan dan harus segera dihentikan
Baiklah kita mulai dengan satu kasus, jika anak Anda datang kepada Anda dan berkata “Joni tidak mau bermain bola dengan ku” apa jawab Anda? “Sini main sama papa/mama, maen sama yang lain saja ya atau ya sudah.. maen sendiri saja”. Ketiga jawaban ini sekilas adalah jawaban klasik, dan memang dibenarkan karena sering dipakai. Pertanyaan saya adaEmosi apa dibalik kata-kata anak tersebut? Betul!! KECEWA, KESEPIAN, nah kalau begitu responnya bagaimana?“Hmm.. nak kamu pengen banget ya maen sama Joni?” atau “Hmm.. kamu kesepian yah, pengen main ya?” lalu tunggu responnya, biasanya anak akan bercerita panjang lebar, kemudian solusi sebaiknya diserahkan kepada anak, caranya “lalu apa yang bisa Papa/Mama bantu buat kamu? Mau maen sama Papa/Mama? Atau ada ide lain?” Biarkan anak memilih solusi terbaik bagi dirinya. Hafalkan tabel diatas dan gunakan untuk berkomunikasi dengan anak, pahami seiap kasus yang dialami anak.

Dengan turut mengerti perasaan emosi anak dan membiarkan menemukan solusi masalahnya sendiri maka anak akan merasa dipahami dan nyaman. Serta akan tumbuh rasa percaya diri dilingkungan yang menghargai dia. Dan berikutnya akan mudah bagi anak untuk terbuka terhadap orangtuanya, dan sikap saling percaya antara orangtua dan anak akan terbentuk dengan baik.

Sampai kini, kita telah belajar bagaimana caranya agar anak terbuka dan percaya pada kita, betul? Berikutnya bagaimana caranya mengarahkan? Caranya setelah kita mendengar dan mengerti perasaan dan emosi anak, serta menanyakan solusi terbaik menurut anak (jika anak sudah mampu berpikir untuk solusi) tanyakan “bolehkah Papa/Mama usul?” setelah ada ijin dari anak maka berikan masukan yang Anda rasa paling mujarab. Terkadang cara pandang anak tidak sama dengan orangtua, kita tahu jika anak memilih solusi yang kurang tepat (menurut orangtua) dengan nilai, norma yang berlaku dilingkungan sosial maka kita bisa “menggiringnya” dengan mudah karena langkah 1 dan 2 sudah dilakukan. Tentunya dengan model komunikasi yang sopan dan tetap menghargai anak.

Pintu gerbang kekerasan hati anak akan terbuka lebar saat kita mau menerima dan mengerti anak kita, dan anak akan mempersilahkan kita masuk dan bertamu didalam lubuk hatinya yang paling dalam. Ditempat itulah kita dapat meletakan pesan, arahan dan masukan positif bagi kebaikan masa depan anak.

Saya paham cara ini butuh waktu, semua solusi cerdas untuk meningkatkan kualitas keluarga butuh waktu. Ada namanya“waktu tunggu” untuk suatu hasil yang istimewa. Masakan yang enak dan sehat butuh waktu dan proses didapur, tidak sekian detik jadi. Nah kualitas apa yang kita mau untuk keluarga kita? 

Sumber : www.pendidikankarakter.com

Jenis Masalah Siswa di Sekolah



A.  Pengertian Masalah
Masalah merupakan sesuatu atau persoalan yang harus diselesaikan atau dipecahkan. Ini merupakan kesenjangan antara kenyataan dengan suatu yang diharapkan dengan baik, agar tercapai tujuan dengan hasil yang maksimal. Masalah yang menimpa seseorang bila dibiarkan berkembang dan tidak segera dipecahkan dapat mengganggu kehidupan, baik dirinya sendiri maupun orang lain.

B.  Ciri-ciri Masalah
Sebuah masalah mempunyai ciri-ciri, Prayitno (1985) mengemukakan ciri-ciri masalah ialah:
  1. Masalah adalah sesuatu yang tidak disukai adanya.
  2. Menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri atau bagi orang lain.
  3. Ingin (perlu) dihilangkan.
Setiap masalah yang dialami seseorang biasanya mengandung satu atau lebih ciri diatas. Suatu masalah dapat juga terjadi pada diri sendiri. Suatu hal, kejadian suasana atau gejala yang tidak disukai adanya, yang dapat menimbulkan kesulitan atau kerugian bagi diri sendiri ataupun bagi orang lain, dan ingin dihilangkan.
Maka dengan itu, suatu masalah dapat terjadi pada siapa saja, termasuk murid sekolah dasar. Masalah itu perlu diupayakan penanggulangannya agar menjadi sesuai dengan apa yang diharapkan dengan baik.

C.  Jenis-jenis Masalah Siswa di Sekolah 
Sikap dan perilaku anak-anak yang menyimpang karena adanya suatu masalah dapat juga mengganggu tugas-tugas perkembangan anak pada fase berikutnya yaitu fase masa puber dan sebagai akibatnya, anak akan mengalami gangguan dalam menjalani kehidupan.
Jenis-jenis masalah yang dialami murid sekolah bisa bermacam-macam. Prayitno (1985) menyusun serangkaian masalah murid sekolah dasar. Masalah-masalah itu diklarifikasikan atas:
  1. Kemampuan akademik, yaitu keadaan siswa yang diperkirakan memiliki intelegensi yang cukup tinggi, tetapi tidak dapat memanfaatkannya secara optimal.
  2. Ketercepatan dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang memiliki IQ 130 atau lebih tetapi masih memerlukan tugas-tugas khusus untuk memenuhi kebutuhan dan kemampuan belajar yang amat tinggi itu.
  3. Sangat lambat dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang memiliki akademik yang kurang memadai dan perlu dipertimbangkan untuk mendapatkan pendidikan atau pengajaran khusus.
  4. Kurang motivasi dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang kurang bersemangat dalam belajar mereka seolah-olah tampak jera dan malas.
  5. Bersikap dan berkebiasaan buruk dalam belajar, yaitu kondisi siswa yang perbuatan dan kegiatan belajarnya sehari-hari antagonistic dengan yang seharusnya, seperti suka menunda-nunda tugas, mengulur waktu, membenci guru, tidak mau bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahuinya dan sebagainya.

D.  Masalah Gangguan Sosial Emosional Siswa
Adapun masalah-masalah siswa yang umumnya ditemukan dalam proses belajar, yaitu masalah gangguan sosial emosional, berikut beberapa contoh gangguan sosial emosional yang nampak di kelas yaitu :
  1. Anak Hiperaktif, anak seperti ini cenderung tidak bisa duduk diam. Ia cenderung bergerak terus-menerus, kadang suka berlarian, suka melompat-lompat, bahkan berteriak-teriak di kelas. Anak ini sulit untuk dikontrol. Ia melakukan aktivitas sesuai dengan kemauannya sendiri. Ia pun suka mengganggu temannya bahkan gurunya. 
  2. Distractibility Child adalah anak yang cenderung cepat bosan. Ia sering kali mengalihkan perhatiannya ke berbagai objek lain di kelas. Anak ini mudah dipengaruhi, namun tidak dapat memusatkan perhatian pada kegiatan-kegiatan yang berlangsung di kelas.
  3. Poor Self Concept anak yang cenderung pendiam di kelas, pasif, atau sangat perasa sehingga mudah tersinggung. Karakteristik anak seperti ini cenderung tidak berani bertanya atau menjawab, serta merasa dirinya tidak mampu. Karena itu, ia cenderung kurang berani bergaul serta suka menyendiri.
  4. Anak Impulsif adalah anak yang cepat bereaksi setiap guru memberi pertanyaan di kelas.Namun, jawaban yang diberikan sering kali tidak menunjukkan kemampuan berpikir yang logis. Anak seperti ini ingin menunjukkan bahwa ia adalah anak yang pandai, padahal cara anak itu menjawab justru mencerminkan ketidakmampuannya.
  5. Anak Destructive Behavior siswa yang suka merusak benda-benda yang ada di sekitarnya. Sikap agresif yang negatif dalam bentuk membanting dan melempar menunjukkan bahwa anak ini adalah anak yang bermasalah (trouble maker). Anak seperti ini cepat tersinggung. Ia bertempramen tinggi, yang mengarah kepada perilaku agresif.
  6. Distruptive Behavior adalah anak yang sering mengeluarkan kata-kata kasar dan tidak sopan. Dengan nada mengejek, anak ini cenderung menentang guru. Sumpah serapah berupa kata-kata kasar yang tidak sopan kerap terlontar.
  7. Dependency Child anak yang selalu bergantung pada orang tuanya. Anak seperti ini sering merasa takut dan tidak mampu untuk berani melakukannya sendiri. Ia sangat bergantung pada orang disekitarnya. Sikap orang tua yang terlalu over protective atau sangat melindungi membuat anak sangat tergantung.
  8. Withdrawl, yaitu anak yang mempunyai sosial ekonomi yang sangat rendah, sehingga merasa dirinya bodoh dan enggan untuk mencoba membuat tugas-tugas yang diberikan oleh guru karena dirinya merasa tidak mampu.
  9. Learning Disability adalah anak-anak yang tidak memiliki kemampuan mental yang setara dengan anak-anak yang sebaya. Anak seperti ini sulit untuk menganalisis, menangkap isi mata pelajaran, dan mengaplikasikan apa yang dipelajari.
  10. Learning Disorder adalah anak yang mempunyai cacat bawaan baik kerusakan fisik maupun syaraf. Anak seperti ini cenderung sulit untuk belajar secara normal seperti anak-anak yang sebaya. Anak seperti ini membutuhkan penanganan para ahli yang dilakukan oleh lembaga-lembaga khusus, seperti anak yang menderita Autism Sectrum Disorder/ASD).
  11. Underachiever, yaitu anak yang mempunyai potensi intelektual di atas rata-rata, namun prestasi akademiknya di kelas sangat rendah. Semangat belajarnya juga sangat rendah. Anak seperti ini sering menyepelekan tugas-tugas yang diberikan, dan PR sering dilupakan.
  12. Overachiever adalah anak yang mempunyai semangat belajar yang sangat tinggi, ia merespon dengan cara cepat. Anak seperti ini tidak bisa menerima kegagalan. Ia tidak mudah menerima kritikkan dari siapapun termasuk gurunya.
  13. Slow Learner adalah anak yang sulit menangkap pelajaran di kelas dan membutuhkan waktu yang lama untuk dapat menjawab dan mengerjakan tugas-tugasnya.
  14. Social Interseption Child adalah anak yang kurang peka dan tidak perduli terhadap lingkungannya. Anak ini kurang tanggap dalam membaca ekspresi dan sulit bergaul dengan teman-teman yang ada di kelas.

E.  Mengatasi Masalah Gangguan Sosial Emosional Siswa
Cara yang paling efektif dalam mengatasi masalah-masalah emosional dan perilaku di kelas adalah dengan mencegah terjadinya masalah ini. Sementara tidak semua masalah emosional dan perilaku dapat dicegah, suatu pendekatan proaktif jauh lebih efekif dibanding dengan cara yang semata-mata hanya merespon terhadap masalah. Cara ini juga memberikan hubungan komunikasi yang saling memuaskan yang mungkin sebelumnya diterima dengan lebih negatif oleh siswa maupun guru.
Beberapa cara yang mungkin dapat meningkatkan perilaku positif siswa :
  1. Memberikan penjelasan dan harapan-harapan pada emosi dan perilaku siswa yang diinginkan sejelas mungkin bagi mereka.
  2. Menunjukkan dan memberi penjelasan pada siswa terhadap hal-hal yang negatif dan tidak pantas dilakukan oleh seorang siswa.
  3. Memerikan perhatian dan pengakuan kepada siswa atas sifat-sifat dan prestasi yang positif untuk dinyatakan pada siswa setiap hari.
  4. Memberikan contoh sikap, kebiasaan kerja dan hubungan interaksi dan komunikasi yang positif.
  5. Selalu memberikan motivasi-motivasi positif kepada siswa dalam setiap kegiatan belajar mengajar.
  6. Mempersiapkan pola pengajaran dan memberikan kurikulum yang tersusun dengan baik, dan cara penyampaian yang efektif, kreatif, yang dapat menjadikan siswa aktif.
  7. Memberikan bimbingan belajar khusus pada siswa yang memang memerlukan.
Tujuan bimbingan belajar ini antara lain :
  1. Pengembangan sikap dan kebiasaan yang baik, terutama dalam mengerjakan tugas dalam ketrampilan serta dalam bersikap terhadap guru.
  2. Menumbuhkan disiplin belajar dan terlatih, baik secara mandiri atau kelompok.
  3. Mengembangkan pemahaman dan pemanfaatan kondisi fisik, sosial dan budaya di lingkungan sekolah atau alam sekitar untuk pengembangan pengetahuan, keterampilan dan pengembangan pribadi.
Maka dengan hal-hal tersebut diharapkan siswa dapat memahami dan dapat mengontrol segala tindakan emosi dan tingkah lakunya di sekolah juga di lingkungan kehidupan bermasyarakat.
Berbagai Sumber

Peran Guru Dalam Pengembangan Karakter Bangsa

 
Guru memegang peranan yang sangat strategis terutama dalam membentuk watak bangsa serta mengembangkan potensi siswa. Kehadiran guru tidak tergantikan oleh unsur yang lain, lebih-lebih dalam masyarakat kita yang multikultural dan multidimensional, dimana peranan teknologi untuk menggantikan tugas-tugas guru sangat minim. Guru memiliki perana yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan pendidikan. Guru yang profesional diharapkan menghasilkan lulusan yang berkualitas. Profesionalisme guru sebagai ujung tombak di dalam implementasi kurikulum di kelas yang perlu mendapat perhatian (Depdiknas, 2005). Dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan. Guru mempunyai tanggung jawab uuntuk melihat segala sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk membantu proses perkembangan siswa. Penyampaian materi pelajaran hanyalah merupakan salah satu dari berbagai kegiatan dalam belajar sebagai suatu proses yang dinamis dalam segala fase dan proses perkembangan siswa.

Secara lebih terperinci tugas guru berpusat pada:
  • Mendidik dengan titik berat memberikan arah dan motifasi pencapaian tujuan baik jangka pendek maupun jangka panjang.
  • Memberi fasilitas pencapaian tujuan melalui pengalaman belajar yang memadai.
  • Membantu perkembangan aspek – aspek pribadi seperti sikap, nilai-nilai, dan penyusuaian diri, demikianlah dalam proses belajar mengajar guru tidak terbatas sebagai penyampai ilmu pengetahuan akan tetapi lebih dari itu ia bertanggung jawab akan keseluruhan perkembangan kepribadian siswa ia harus mampu menciptakan proses belajar yang sedemikian rupa sehingga dapat merangsang siswa muntuk belajar aktif dan dinamis dalam memenuhi kebutuhan dan menciptakan tujuan. (Slameto, 2002)

Begitu pentinya peranan guru dalam keberhasilan peserta didik maka hendaknya guru mampu beradaptasi dengan berbagai perkembangan yang ada dan meningkatkan kompetensinya sebab guru pada saat ini bukan saja sebagai pengajar tetapi juga sebagai pengelola proses belajar mengajar. Sebagai orang yang mengelola proses belajar mengajar tentunya harus mampu meningkatkan kemampuan dalam membuat perencanaan pelajaran, pelaksanaan dan pengelolaan pengajaran yang efektif, penilain hasil belajar yang objektif, sekaligus memberikan motivasi pada peserta didik dan juga membimbing peserta didik terutama ketika peserta didik sedang mengalami kesulitan belajar. Salah satu tugas yang dilaksanakan guru disekolah adalah memberikan pelayanan kepada siswa agar mereka menjadi peserta didik yang selaras dengan tujuan sekolah. Guru mempengaruhi berbagai aspek kehidupan baik sosial, budaya maupun ekonomi. Dalam keseluruhan proses pendidikan, guru merupakan faktor utama yang bertugas sebagai pendidik. Guru harus bertanggung jawab atas hasil kegiatan belajar anak melalui interaksi belajar mengajar. 

Guru merupakan faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya proses belajar dan karenya guru harus menguasai prinsip-prinsip belajar di samping menguasai materi yang disampaikan dengan kata lain guru harus menciptakan suatu konidisi belajar yang sebagik-baiknya bagi poeserta didik, inilah yang tergolong kategori peran guru sebagai pengajar. Disamping peran sebagai pengajar, guru juga berperan sebagai pembimbing artinya memberikan bantuan kepada setiap individu untuk mencapai pemahaman dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuan diri secara maksimal terhadap sekolah. Hal ini sesuai dengan pendapat Oemar H (2002) yang mengatakan bimbingan adalah proses pemberian bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman diri dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimal terhadap sekolah, keluarga serta masyarakat. 

  1. Sehubungan dengan perananya sebagai pembimbing, seorang guru harus :
  2. Mengumpulkan data tentang siswa.
  3. Mengamati tingkah laku siswa dalam situasi sehariu-hari.
  4. Mengenal para siswa yang memerlukan bantuan khusus.
  5. Mengadakan pertemuan atau hubungan dengan orang tua siswa, baik secara individu maupun secara kelompok, untuk memperoleh saling pengertian tentang pendidikan anak.
  6. Bekerjasama dengan masyarakat dan lembaga-lembaga lainya untuk membantu memecahkan masalah siswa.
  7. Membuat catatan pribadi siswa serta menyiapkannya dengan baik.
  8. Menyelenggarakan bimbingan kelompok atau individu.
  9. Bekerjasama dengan petugas-petugas bimbingan lainnya untuk membantu memecahkan masalah siswa.
  10. Menyusun program bimbingan sekolah bersama-sama dengan petugas bimbingan lainnya.
  11. Meneliti kemajuan siswa, baik di sekolah maupun di luar sekolah. 
Peran guru sebagai pengajar dan sebagai pembing memiliki keterkaitan yang sangat erat dan keduanya dilaksanakan secara berkesinambungan dan sekaligus berinterpenetrasi dan merupakan keterpaduan antara keduanya.
Sumber : www.batararayamedia.com

Tugas Guru dalam Pembelajaran

 
Peraturan Pemerintah RI Nomor 74 Tahun 2008, tentang Guru, Bab I pasal 1 menyebutkan: “ Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.” 

Berpijak pada pasal 1 PP RI Nomor 74 tersebut diatas dapat diuraiakan bahwa tugas guru adalah sebagai berikut : 

a. Guru Sebagai Pendidik
Mendidik bukan hanya mentransfer ilmu kepada anak didik namun juga memberi dorongan, memberi pujian, memberi contoh, membiasakan, dan lain-lain yang diperkirakan menghasilkan pengaruh positif bagi pendewasaan anak. Berkaitan dengan tanggung jawabnya tersebut guru harus mengetahui dan memahmi nilai, norma moral dan soail serta berusaha berperilaku dan berbuat sesuai dengan niali dan norma tersebut. Guru juga harus bertanggungjawab terhadap segala tindakannya dalam pembelajaran di sekolah dan dalam kehidupan masyarakat.

b. Guru Sebagai Pengajar
Sebagai pengajar tugas utamanya adalah melaksanakan pembelajaran untuk menyampaikan materi pelajaran kepada anak didiknya. Guru sebagai pengajar berkaitan erat dengan penguasaan materi pelajaran. Guru dapat dinilai baik atau buruk dapat dilihat dari penguasaan materi pelajaran karena didalam proses pembelajaran guru adalah sumber belajar bagi anak didik. Sebagai sumber belajar sebaiknya guru memiliki bahan referensi yang baik dan banyak, mampu menunjukkan sumber belajar yang dapat dipelajari oleh siswa, dan mampu melakukan pemetaan materi pelajaran. 

c. Guru Sebagai Pembimbing dan Pengarah

Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggungjawab atas kelancaran perjalanan itu. Dalam hal ini istilah perjalanan tidak hanya menyangkut fisik tetapi juga perjalanan mental, emosional, kreatifitas, moral dan spiritual yang lebih mendalam dan kompleks. Sebagai pembimbing guru harus merumuskan tujuan secara jelas, menetapkan waktu perjalanan, menetapkan jalan yang harus ditempuh, menggunakan petunjuk perjalanan serta menilai kelancarannya sesuai dengankebutuhan dan kemampuan peserta didik. 

d. Guru Sebagai Pelatih
Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan keterampilan, baik intelektual maupun motorik, sehingga menuntut guru untuk bertindak sebagai pelatih, karena tanpa latihan pesert didik tidak akan mampu menunjukkan penguasaan kompetensi dasar dan tidak akan mahir dalam berbagai keterampilan yang dikembangkan sesuai dengan materi standar. Oleh karena itu, guru harus berperan sebagai pelatih, yang bertugas melatih peserta didik dalam pembentukan kompetensi dasar, sesuai dengan potensi masing – masing. Pelatihan yang dilakukan harus juga memperhatikan perbedaan individual peserta didik dan lingkungan. 

e. Guru Sebagai Evaluator
Penilaian atau evalusi merupakan aspek pembelajaran yang paling kompleks, karena melibatkan banyak latar belakang dan hubungan, sertavariabel lain yang mempunyai arti apabila berhubungan dengan konteks yang hampir tidak mungkin dapat dipisahkan dengan setiap segi penilaian. Tidak ada pembelajaran tanpa penilaian, karena penilaian merupakan proses menetapkan kualitas hasil belajar, atau proses untuk menentukan tingkat pencapaian tujuan pembelajaran peserta didik. Sebagai suatu proses, penilaian dilaksanakan dengan prinsip-prinsip dan dengan teknik yang sesuai, mungkin tes atau non tes. Teknik apapun yang dipilih, penilaian harus dilakukan dengan prosedur yang jelas, yang meliputi tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan dan tindak lanjut. 

Mengingat kompleksnya proses penilaian, maka guru perlu memiliki pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang memadai. Guru harus memahami teknik evaluasi, baik tes maupun non tes yang meliputi jenis masing-masing teknik, karakteristik, prosedur pengembangan, serta cara menentukan baik atau tidaknya ditinjau dari berbagai segi, validitas, reliabilitas, daya beda dan tingkat kesukaran soal. 

Evaluasi artinya penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program. Dengan evaluasi, guru dapat mengetahui tingkat kemajuan, perubahan tingkah laku siswa (baik secara kuantitatif maupun kualitatif) sebagai hasil proses belajar dan mengajar yang melibatkan dirinya selaku pembimbing dan pembantu dalam kegiatan belajar. Pelaksanaan evaluasi harus bersifat kontinyu setiap selesai pembelajaran, sehingga guru dapat memperbaiki sistem pembelajaran. 

Terhadap siswa yang belum berhasil, seorang guru bertanggung jawab untuk membantu. Dalam hal inilah pengajaran remedial merupakan salah satu upaya yang dapat dilaksanakan oleh seorang guru dalam memberikan peluang yang besar bagi setiap siswa untuk dapat mencapai prestasi belajar secara optimal.

Sumber :
Undang-undang RI No 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional
Peraturan Pemerintah RI No. 74 Tahun 2008 Tentang Guru

Hak dan Kewajiban Guru

 

1) Hak-Hak Guru

Dalam UU No. 20 Th. 2005 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa pendidik berhak memperoleh:
  1. Penghasilan dan jaminan kesejahteraan sosial yang pantas dan memadai
  2. Penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja
  3. Pembinaan karir sesuai dengan tuntutan pengembangan kualitas
  4. Perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas dan hak atas hasil kekayaan intelektual
  5. Kesempatan untuk menggunakan sarana dan prasarana dan fasilitas pendidikan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan tugas. 
Mengenai hak tersebut dipertegas dalam UU. No. 14 Th. 2005 Tentang Guru dan Dosen yaitu:
  1. Memperoleh penghasilan diatas kebutuhan minimum dan jaminan kesejahteraan sosial.
  2. Memperoleh perlindungan dalam menjalankan tugas dan hak atas kekayaan intelektual
  3. Memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi.
  4. Memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran untuk menunjang kelancaran tugas keprofesionalan.
  5. Memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut menentukan kelulusan, penghargaan, dan atau sanksi kepada peserta didik sesuai dengan kaidah pendidikan, kode etik guru, dan peraturan perundang-undangan.
  6. Memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi profesi.
  7. Memiliki kesempatan untuk berperan dalam penentuan kebijakan pendidikan.
  8. Memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan kualifikasi akademik dan kompetensi dan atau.
  9. Memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam bidangnya. 

2) Kewajiban Guru

Dalam melaksanakan tugas keprofesionalanya guru mempunyai kewajiban:
  1. Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran.
  2. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
  3. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, suku, ras, agama, kondisi fisik tertentu, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran.
  4. Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika; dan
  5. Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa. 
Selain itu, guru juga mendapatkan suatu kewajiban kerja dan ikatan dinas. Dalam keadaan darurat pemerintah dapat memberlakukan wajib kerja kepada guru atau warga negara Indonesia lainya yang memenuhi kualifikasi akademik dan kompetensi untuk melaksanakan tugas sebagai guru didaerah khusus di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).  

Sumber : 
UU No. 20 Th. 2005 tentang Sistem Pendidikan Nasional  
UU RI. No.14 Th. 2005. Tentang Guru Dan Dosen

MACAM MACAM TES DALAM PENDIDIKAN

  
FUNGSI PENILAIAN/PENGADAAN TES : 

1. Quality Control ( kualifikasi/standar kompetensi minimal)
2. Motivation ( kondisi memaksa, penekanan)
3. Public Accountability ( info ke publik, orang tua, stakeholder)
4. Selection ( seleksi, penempatan, perkembangan , kompetensi)
5. Diagnostic (kelemahan, perbaikan, umpan balik)
6. Legitmation ( pengakuan, sertifikasi, lisensi)

Macam - Macam Tes :

1. Macam-macam tes berdasar tujuan dan fungsinya : 
Sesuai dengan fungsinya ada bermacam tes.
a. Tes Diagnostic
b. Tes Formatif
c. Tes Sumatif
d. Tes Akhir Tahun Pembelajaran

• Test Diagnostik.
Untuk mengetahui kesulitan belajar siswa yang secara terus menerus ada padanya.Evaluasi ini lebih mendetail dari pada tes formatif.
• Test Formatif.
Test untuk mengetahui kemajuan belajar siswa selama pengajaran berlangsung.
• Test Sumatif.
Untuk mengetahui sejauh mana siswa telah mencapai mencapai tujuan yang telah di tetapkan.
• Test Akhir Tahun Pembelajaran.
Untuk mengetahui pencapaian kompetensi yang telah ditentukan / yang minimal harus di kuasai siswa

2. Macam-macam tes menurut waktu diberikannya test terbagi atas:
  • Pra Test (Pre Test), yaitu test yang diberikan sebelum proses pembelajaran. Test ini bertujuan untuk mengetahui sejauh manakah materi yang akan diajarkan telah dapat dikuasai oleh peserta didik. Jenis-jenis pra test antara lain:
Test persyaratan (Test of entering behavior), yaitu tes yang dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan dasar yang menjadi syarat guna memasuki suatu kegiatan tertentu.
Input test (test of input competence), yaitu test yang digunakan menentukan kegiatan belajar yang relevan, berhubungan dengan kemampuan dasar yang telah dimiliki oleh peserta didik.
  • Test Akhir (Post Test), yaitu test yang diberikan setelah dilaksanakan proses pembelajaran. Tes tersebut bertujuan untuk mengetahui tingkat kemajuan intelektual (tingkat penguasaan materi) peserta didik. Biasanya test ini berisi pertanyaan yang sama dengan pra test.
3. Macam-macam tes berdasar pelaksanaannya dalam praktek test terbagi atas:  
  • Tes tulisan (written tes), yaitu test yang mengajukan butir-butir pertanyaan dengan mengharapkan jawaban tertulis. Biasanya test ini digunakan untuk mengukur aspek kognitif peserta didik.
  • Test lisan (oral test), yaitu tes yang mengajukan pertanyan-pertanyaan dengan menghendaki jawaban secara lisan. Test ini juga dilakukan untukaspek kognitif peserta didik.
  • Test perbuatan (performance test), yaitu tes yang mengajukan pertanyan-pertanyaan dengan menghendaki jawaban dalam bentuk perbuatan. Test ini digunakan untuk menilai aspek psikomotor/ keterampilan peserta didik. 

Tes Formatif Matematika SMP Lengkap



Tes Formatif digunakan untuk mengetahui sampai sejauh mana keberhasilan Proses Belajar Mengajar (PBM) dalam suatu Pokok Bahasan tertentu oleh Guru Pengajar. Untuk Siswa dapat djadikan acuan keberhasilan dalam mengusai konsep yang telah diajarkan berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

Kepada rekan-rekan guru Matematika di SMP, ini saya berikan Soal Tes Formatif yang sudah saya susun sedemikian rupa sehingga cocok digunakan sebagai Soal Uji Kemampuan untuk anak-anak didik Anda terutama pada setiap akhir pokok bahasan yang talah Anda ajarkan, yang mungkin berguna untuk menguji keberhasilan siswa-siswa Anda. Silahkan download pada link yang saya sediakan dibawah ini. Semoga bermamfaat. Tolong berikan masukkan untuk perbaikan selanjutnya. 

Soal Tes Formatif Matematika untuk anak SMP Kelas VII, VIII dan IX Selama 3 Tahun.