aguspurnomosite.blogspot.com

aguspurnomosite.blogspot.com
Berpikir Luas Membuka Cakrawala Kehidupan! Berusaha Memberikan Yang Terbaik Untuk Masa Depan! Katakan "Go Go Go SEMANGAT" !!!

Rabu, 22 Mei 2013

Air Mata Cinta dari Abu Bakar

Mari kita rehat sejenak dari kesibukan kita di dunia ini. Mari kita melembutkan hati dengan menyimak sekilas tentang cinta pemimpin umat sepeninggal Rasulullah ini. Mari kita tengok cintanya kepada rasul-Nya.

Dialah orang yang mendampingi Rasulullah dalam peristiwa hijrah bersejarah menuju Madinah. Tatkala kabar keberangkatan keduanya dari Mekah tercium oleh Kafir Quraisy, mereka pun melakukan pengejaran untuk menangkap dua orang yang mulia ini. Seorang Rasul dengan sahabat setianya. Dalam perjalanan, di tengah bahaya yang mencekam, di bawah terik matahari serta panas pasir dan kerikil gurun yang membuat tubuh kepayahan, Abu Bakar mengorbankan kepentingannya sendiri dan mendahulukan Rasulullah. Ketika itu Rasulullah kehausan, Abu Bakar pun iba. Abu Bakar berkata:

“Minumlah wahai Rasulullah.’ Beliau pun meminumnya hingga aku merasa senang. Aku bertanya, ‘Saatnya pergi? ‘ akhirnya kami pergi. Dan kafir Quraisy terus memburu kami, tapi tidak ada yang bisa mengejar kami melainkan Suraqah bin Malik bin Ju’syum dengan kudanya. Aku berkata, ‘Wahai Rasulullah, orang yang mengejar kita sudah ada di belakang kita. ‘ Beliau bersabda, ‘Engkau jangan takut, sesungguhnya Allah bersama kita. ‘ Hingga ia semakin dekat dan jarak antara kami dengannya hanya satu atau dua atau 3 tombak, aku berkata, ‘Wahai Rasulullah, orang ini sudah dekat, ‘ Aku pun menangis. Rasulullah bertanya, ‘Kenapa engkau menangis? ‘ Aku menjawab, ‘Demi Allah, aku menangis bukan karena khawatir dengan diriku, melainkan aku menangis karena mengkhawatirkan keselamatanmu. ‘ Rasulullah pun berdoa, ‘Ya Allah, lindungilah kami darinya dengan kehendak-Mu. ‘ Akhirnya terbenamlah kaki kuda tunggangan Suraqah ke dalam tanah sampai perutnya. ” (HR. Ahmad)

Perhatikanlah ucapannya: “beliau meminumnya hingga aku merasa senang ” Apa arti kalimat ini? Bukankah ini cinta? Apakah engkau merasakan indahnya cinta ini?

Lalu perhatikanlah ucapannya: “Demi Allah, aku menangis bukan karena khawatir dengan diriku, melainkan aku menangis karena mengkhawatirkan keselamatanmu. ” Apa arti kalimat ini? Bukankah ini cinta? Apakah engkau merasakan indahnya cinta ini?

Kemudian, mari kita alihkan pikiran kita ke hari penaklukan kota Mekah. Ketika itu Abu Quhafah, ayahanda Abu Bakar Ash-Shiddiq, masuk islam. Keislamannya terlambat dibandingkan penduduk Mekah yang lain. Ia sudah tua dan rabun matanya.

Abu Bakar pun berangkat bersama ayahnya menuju Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam untuk mengumumkan keislamannya dan membaiat Rasulullah.

Anas bin Malik bercerita:


“Tatkala Abu Quhafah menyodorkan tangannya untuk membaiat Nabi, Abu Bakar pun menangis. Nabi bertanya kepadanya, ‘Apa yang membuatmu menangis? ‘ Abu Bakar menjawab, ‘Sungguh seandainya saja tangan pamanmu (Abu Tholib) lah yang menjabatmu sekarang, ia masuk islam dan Allah membuatmu senang, tentu lebih aku sukai dari pada tangannya (Abu Quhafah). ” (HR. Al-Hakim)

Subhanallah…Abu Bakar tahu kalau Rasulullah shollallahu ‘alahi wasallam sangat mengharapkan keislaman pamannya. Karena itu ia lebih gembira seandainya paman beliau (Abu Tholib) lah yang masuk islam ketika itu, bukan Abu Quhafah, ayahnya sendiri…

Apa arti semua ini? Bukankah ini cinta? Apakah engkau merasakan indahnya cinta ini?

Kemudian, mari kita layangkan pikiran kita ke masa senja Rasulullah shollallahu ‘alahi wasallam, tatkala tanda-tanda dekatnya ajal mulai menghampiri beliau.

Abu Sa’id Al-Khudri bercerita bahwa Rasulullah shollallahu ‘alahi wasallam suatu hari pernah naik mimbar lalu bersabda:
“Ada seorang hamba yang diberikan pilihan oleh Allah antara Allah akan memberinya kemewahan dunia atau memberi sesuatu yang ada di sisi-Nya. Ternyata hamba itu memilih sesuatu yang ada di sisi-Nya. “

Abu Bakar pun menangis lalu berkata, “Kami bersedia menebus engkau dengan bapak dan ibu kami. ” Abu Said Al-Khudri berkata, ’Rasulullah shollallahu ‘alahi wasallam lah hamba yang telah diberikan pilihan itu. Dan Abu Bakar sendiri yang memberitahukan hal itu kepada kami. Lalu Rasulullah shollallahu ‘alahi wasallambersabda, “Sesungguhnya orang yang paling berjasa bagiku baik dalam hartanya maupun dalam persahabatannya adalah Abu Bakar. Kalau saja aku boleh mengangkat seorang khalil, niscaya aku akan memilih Abu Bakar sebagai khalil. Akan tetapi cukuplah ia saudaraku seislam. Sungguh, jangan ada di mesjid ini sebuah pintu kecil pun kecuali pintu Abu Bakar. ” (HR. Bukhari dan Muslim)

Abu Bakar menangisi dekatnya waktu berpisah antara dirinya dengan sahabatnya, kekasihnya dan Rasulnya, Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam.

Apa arti semua ini? Bukankah ini cinta? Apakah engkau merasakan indahnya cinta ini?

Inilah kecintaan Abu Bakar kepada Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam. Cinta yang begitu indah dan begitu tulus. Cintanya kepada Rasulullah tidak pudar dan tidak pernah terputus. Meskipun, itu sepeninggal beliau shollallahu ‘alaihi wasallam.

Mari kita simak berikut ini:

Abu Hurairah berkata:

Aku mendengar Abu Bakar Ash-Shiddiq berkata di atas mimbar ini, “Aku mendengar Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam di hari ini di awal tahun ini….lalu meneteslah air mata Abu Bakar dan menangislah ia. Kemudian ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Kalian belum pernah diberikan setelah kalimat ikhlas semisal afiat, maka mintalah kepada Allah afiat. ” (HR. Ahmad)

Apa arti semua ini? Bukankah ini cinta? Apakah engkau merasakan indahnya cinta ini?

Meninjau Pengelompokan Siswa Berdasarkan Kemampuan Akademik



Ada berbagai cara pengelompokan siswa berdasarkan kemampuan akademik. Dalam sebuah artikel berjudul “Ready, Set(?), Go!“ dijelaskan mengenai 4 jenis pengelompokan tersebut, yakni dengan streaming, setting, banding, dan mixed-ability.

Streaming adalah ketika siswa dikelompokkan berdasarkan kemampuan akademiknya dan siswa berada pada kelompok yang sama untuk hampir semua mata pelajaran. Hal ini, misalnya dengan apa yang terjadi di sekolah unggulan, atau pun di kelas unggulan. Siswa yang memiliki kemampuan akademik yang baik, biasanya dilihat dari nilainya dikelompokkan ke dalam satu sekolah atau kelas khusus.

Setting adalah ketika siswa dikelompokkan berdasarkan kemampuan akademiknya untuk pelajaran-pelajaran tertentu. Misalnya siswa A kemampuan matematikanya tinggi namun kemampuan bahasa Inggrisnya rendah. Kalau kelas 1 adalah kelas untuk siswa yang memiliki kemampuan akademik yang tinggi di pelajaran tertentu, sedangkan kelas 2, 3, dan seterusnya lebih rendah. Dengan sistem setting, siswa A akan masuk kelas 1 untuk pelajaran matematika dan (misalnya) kelas 3 untuk pelajaran bahasa Inggris.

Banding adalah ketika siswa dalam suatu kelas kemampuan akademiknya beragam. Namun, pada pelajaran tertentu, siswa di kelas tersebut dikelompokkan menurut kemampuan akademiknya. Biasanya setiap kelompok diberikan tugas yang berbeda-beda sesuai kemampuan akademiknya.

Mixed ability grouping adalah ketika siswa tidak dikelompokkan berdasarkan kemampuan akademiknya baik melalui model streamingsetting, maupun banding.

Sebenarnya, masih ada perdebatan mengenai perlu tidaknya siswa dikelompokkan berdasarkan kemampuan akademiknya. Yang menganggap siswa perlu dikelompokkan berdasarkan kemampuan akademiknya berpendapat bahwa itu memudahkan guru dalam melakukan pengajaran berdasarkan kebutuhan siswa. Misalnya, saat guru mengajar di kelas yang kemampuan akademik siswanya rendah guru bisa mengulang materi bila diperlukan, sedangkan ketika mengajar siswa dengan kemampuan akademik yang tinggi, guru bisa memberikan materi yang lebih menantang (NEA Resolutions B-16, 1998, 2005).

Yang berpendapat sebaliknya menganggap ketika siswa dikelompokkan berdasarkan kemampuan akademiknya maka siswa yang memiliki kemampuan akademik yang rendah akan dirugikan karena kualitas pengajaran di kelas tersebut biasanya lebih rendah. (NEA Resolutions B-16, 1998, 2005). Siswa-siswa yang ada di kelompok yang kemampuan akademiknya rendah juga seringkali merasa seperti “buangan” sehingga motivasi belajarnya bisa turun. Selain itu, juga tidak terjadi interaksi antara siswa dengan beragam kemampuan akademik, padahal seharusnya siswa, apapun kemampuan akademiknya, bisa belajar satu sama lain.

Di Indonesia, tampaknya perdebatan mengenai perlu tidaknya siswa dikelompokkan mengenai kemampuan akademiknya masih jarang dilakukan. Pengelompokan pun kebanyakan dilakukan dengan model streaming, bukan setting atau banding, apalagimixed ability grouping. Kebanyakan sekolah, khususnya sekolah-sekolah negeri menggunakan sistem seleksi untuk menentukan siswa mana yang bisa masuk ke dalam sekolah tersebut. Hal ini dilakukan ketika siswa SD akan masuk ke SMP, maupun ketika siswa SMP akan masuk ke SMA. Siswa-siswa yang kemampuan akademiknya tinggi, biasanya dilihat dari nilainya di jenjang pendidikan sebelumnya, masuk ke sekolah-sekolah berlabel “unggulan”, sedangkan siswa-siswa lainnya masuk ke sekolah lainnya.

Kenapa model pengelompokkan seperti itu yang dipilih dan bukan yang lain? Apakah memang pengelompokkan model tersebut memang baik untuk siswa? Kalau iya, untuk siswa yang mana? Apakah efek model pengelompokan tersebut untuk siswa yang memiliki kemampuan akademik yang baik memiliki keuntungan yang sama dengan siswa yang kemampuan akademiknya kurang?
Reff 

Metode Pengajaran yang Kreatif

Metode pengajaran yang kreatif sangatlah fital bagi keefektifan seorang guru. Guru selalu dalam keadaan tekanan yang konstan untuk meraih dan kemudian mempertahankan perhatian dari seluruh siswanya. Kreatifitas akan membantu seorang guru dalam menyampaikan materinya, dan dengan cara yang mengesankan bagi siswanya.

Guru yang baik menggunakan metode pengajaran yang kreatif karena faktanya bahwa semua siswa belajar dengan cara mereka sendiri yang berbeda satu sama lain. Guru harus secara terus menerus beradaptasi dengan lingkungan siswanya, dan harus membantu perkembangan lingkungan pengasuhan dan pembelajaran secara akademis. Kreatifitas menghasilkan pendekatan-pendekatan multi-sensor dalam pengajaran, yang tentunya sangat bermanfaat bagi semua siswa. 


Banyak siswa yang belajar melalui audio, visual, atau media kinestetik. Manakala seoarang siswa secara konsisten diarahkan pada satu cara pengajaran yang tidak dapat mereka nikmati, maka siswa tersebut akan selalu dalam keadaan belajar yang sekenanya. Itu hanyalah sebuah komedi, dan janganlah sampai hal tersebut terjadi. Para guru diwajibkan dengan tugas yang besar dalam menemukan bagaimana untuk menjadikan siswa yang akan aktif dengan sendirinya.

Guru-guru yang terbaik dan paling efisien menggunakan metode pengajaran yang kreatif sehingga mereka dapat meraih dan mencakup semua siswanya, dan melibatkan semua siswa secara efektif. Seorang guru yang baik akan menggunakan materi yang harus tercakup di dalam kurikulum, dan akan memilikinya, dan memberikannya pada siswa. Seorang guru yang baik akan mendapatkan metode yang kreatif serta mendapatkan metode yang baru untuk mengajar materi. Semakin berkembangnya jaman, kebutuhan bagi para guru untuk tetap up to date nampak lebih besar dari pada sebelumnya. 


Dengan perkembangan jaman dimana siswa tidak bisa jauh dari perangkat komputer dan special effect yang terdapat dalam film atau pun program televisi, guru yang baik akan menemukan satu cara untuk secara kreatif memasukkan dasar pengetahuan ini ke dalam metode pengajaran yang kreatif mereka. Rentang perhatian rata-rata dari seorang siswa adalah 7 menit, yang tidak menandakan hal yang baik untuk guru. Terdapat banyak materi yang perlu untuk diberikan, yang mana guru harus menemukan cara baru dan cerdas dalam menyampaikan materinya dengan cara yang akan melibatkan seluruh siswanya.

Momen-momen spontan dalam pengajaran akan selalu muncul sehari-hari, dan seorang guru yang baik akan menangkap momen-momen tersebut dan memanfaatkannya dengan baik. Hanya berdiri di depan kelas dan mengajar, atau menampilkan informasi di proyektor merupakan cara mengajar di masa lampau. Guru jaman sekarang harus dapat memancing siswanya, dan kemudian mengagumkan mereka dengan sekumpulan audio, visual, dan presentasi yang menyentuh dan kinestetik. Guru yang kreatif akan menggunakan multimedia dengan kemampuan terbaiknya untuk dapat tetap menjaga ketertarikan dan motivasi siswa, dan akan memberikan siswa kesempatan untuk belajar dengan beragam metode pengajaran yang kreatif. 


Seorang guru yang baik akan kreatif sehingga siswanya dapat melihat hal-hal dari sudut pandang yang berbeda-beda dan dapat mempelajari materi mereka dengan pendidikan yang mungkin paling baik. Seorang guru yang baik akan tetap up to date dengan tren, mode, teknologi, dan perilaku yang ada sekarang. Peranan guru adalah untuk mengembangkan, dan seorang guru yang baik akan terus menggunakan metode pengajaran yang kreatif agar supaya tidak berakhir dan menjadi seorang guru yang menyusun cara-caranya sendiri. Para siswa seharusnya merasa kerasan dengan setiap guru, dan oleh karena itu para guru harus melakukan perubahan rutin dalam gaya atau metode pengajaran yang kreatif nya.
Reff

Metode Pengajaran yang Sukses

Pengajar laki-laki ataupun perempuan harus menempuh metode pengajaran yang sukses yang datang dengannya Al-Qur’an Al-Karim dan As-Sunnah yang suci untuk mendidik bangsa muslim yang terdidik dan pemberani yang mampu membela agama dan umatnya.

1. Takut dan berharap

Para pengajar harus menanamkan dalam jiwa-jiwa pelajar mereka perasaan takut kepada Allah, karena sesungguhnya Allah itu sangat keras siksa-Nya terhadap orang-orang yang bermaksiat terhadap perintah-Nya, orang-orang yang meninggalkan kewajiban-kewajiban-Nya, Allah telah mengancam orang-orang yang sering berbuat maksiat dengan api yang membakar pada hari kiamat yaitu api yang sangat panas, jauh lebih panas dari api dunia.

Sebaliknya Allah sungguh telah menjanjikan kepada orang-orang mukmin, orang-orang taat, orang-orang yang melaksanakan hak-hak Allah dengan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, pepohonan, buah-buahan, bidadari dan yang lainnya dari macam-macam kenikmatan yang kekal. Dalil yang menunjukkan metode penggabungan antara takut dan harap, ingin dan cemas adalah ayat-ayat dan hadits-hadits sebagai berikut:

a. Allah berfirman:
“Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku, bahwa sesungguhnya Akulah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, dan bahwa sesungguhnya azab-Ku adalah azab yang sangat pedih.” [QS. Al-hijr: 49-50]

Allah juga berfirman:
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan).” [QS. Al-A’raaf: 56]

Maka dalam ayat-ayat ini Allah memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya untuk berdoa kepada-Nya -dan doa itu adalah ibadah- karena takut dari neraka-Nya dan berharap akan surga-Nya dan hendaknyalah seorang muslim itu antara takut dan harap sehingga akan seimbang perikehidupan pelajar dan akan baik keadaannya.

b. Di dalam sebuah hadits, Rasulullah berdoa:

“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu surga dan aku berlindung kepada-Mu dari neraka.” [Hadits shahih diriwayatkan oleh Abu Dawud]

Ayat-ayat dan hadits ini adalah bantahan terhadap orang-orang sufi yang mengatakan bahwa mereka itu beribadah kepada Allah tidak mengharap surga-Nya dan tidak takut kepada neraka-Nya. Seolah-olah mereka tidak mendengar Al-Qur’an dan hadits yang telah disebutkan di muka.

2. Cerita-cerita yang mendidik

Cerita mempunyai pengaruh terhadap jiwa sehingga para pengajar laki-laki maupun perempuan hendaknya banyak-banyak bercerita yang bermanfaat yang cerita itu banyak dijumpai di dalam Al-Qur’an dan sunnah yang suci.

a. Ashhabul Kahfi

Yang bertujuan membentuk bangsa yang beriman kepada Allah, mencintai tauhid dan membenci kesyirikan.

b. Kisahnya Nabi Isa

Yang bertujuan untuk mengenalkan bahwasanya beliau adalah hamba Allah dan bukan anak Allah sebagaimana sangkaan orang-orang nashrani.

c. Kisah Nabi Yusuf

Termasuk tujuannya adalah peringatan dari ikhtilath (campur baur) antara laki-laki dan perempuan karena banyaknya akibat-akibat buruk yang ditimbulkannya.

d. Kisah Nabi Yunus

Bertujuan untuk meminta pertolongan hanya kepada Allah saja terutama ketika tertimpa musibah.

e. Kisah orang-orang yang terjebak di dalam gua yang telah Rasulullah kisahkan kepada para sahabat beliau untuk mengajari mereka tentang tawassul kepada Allah dengan amal-amal sholih seperti keridhoan kedua orangtua, menunaikan hak-hak teman-tamannya, dan meninggalkan zina karena takut kepada Allah. Dan sunnah penuh kisah-kisah yang bermanfaat.

Kesimpulan:

Kepada para pengajar seluruhnya agar memperbanyak cerita-cerita yang bermanfaat kepada para pelajar dan itu adalah sebaik-baik penolong bagi pengajar untuk mendidik bangsa dan hendaknya meninggalkan cerita-cerita yang jelek yang mendorong perbuatan dosa seperti pencurian, perbuatan keji, dan penyelewengan-penyelewengan moral.
Reff 

Potret Gaya Mengajar Guru


Gaya dan strategi mengajar guru hendaknya mendorong terciptanya iklim belajar yang kondusif. Lingkungan belajar yang memberi kebebasan kepada anak didik untuk melakukan pilihan-pilihan akan mendorong mereka untuk terlibat secara fisik, emosional, dan mental dalam proses belajar mengajar, dan karena itu akan dapat memunculkan kegiatan-kegiatan yang kreatif-produktif. Itulah sebabnya mengapa setiap siswa perlu diberi kebebasan melakukan pilihan-pilihan sesuai dengan apa yang mampu dan ingin dilakukannya. 

Guru seringkali membuat banyak aturan yang harus ditaati oleh siswa, sehingga menyebabkan anak-anak selalu diliputi rasa takut dan rasa bersalah. Lebih jauh lagi, anak-anak akan kehilangan kebebasan berbuat dan melakukan kontrol diri (kontrol diri, dalam hal ini, bisa menjadi modal awal penumbuhan penghargaan pada keragaman). 
Berikut ini dipaparkan sejumlah gaya dan strategi mengajar guru yang cenderung membelenggu kreativitas dan menghambat perkembangan karakter siswa.

1. Gaya Memerintah
Gaya ini paling sering terjadi, karena guru merasa memiliki kekuasaan tertinggi di dalam kelas. Anak harus patuh dan taat pada perintah guru, siapa yang melanggar akan ditundukkan melalui perintah dan ancaman.
Misalnya:
Diam, Ibu tidak suka kamu bicara ketika saya menjelaskan …!”
“Berapa kali saya katakan, jangan main di dalam kelas…!”

2. Gaya Memojokkan
Gaya ini sering terjadi ketika kesabaran guru sebagai pendidik menjadi tawar, tidak mau mengambil resiko dan tanggung jawab, selalu menuding anak sebagai sumber kesalahan.
Misalnya:
Nah, betul kan, kalau Pak Guru menerangkan, kamu tidak pernah serius memperhatikan. Lihat, hasil ulanganmu jelek sekali…!”
Gara-gara kamu malas belajar, sehingga diremedi terus…!”

3. Gaya Meremehkan
Gaya ini sering terjadi karena kurangnya pemahaman guru terhadap sifat dan karasteristik masing-masing siswa. Guru cenderung meremehkan anak yang agak lamban atau terhadap anak yang suka usil dan nakal.
Misalnya:
Masa, soal begini saja, kamu tidak bisa kerjakan, dasar beleng (bodoh)…!”
“Hei, kamu duduk di sana saja, biar tidak ribut dan mengganggu…!”

4. Gaya Membandingkan
Gaya ini terjadi karena guru memiliki harapan yang terlalu tinggi dan berlebih-lebihan, sekakan-akan kemampuan anak sama semua.
Misalnya:
Apa kalian tidak malu, sama kelas lain yang berprestasi..?”
“Apa kamu tidak malu sama adikmu yang selalu juara kelas …?” 

5. Gaya Mengancam
Gaya ini menunjukkan ketidakmampuan dan ketidaksiapan guru dalam menghadapi berbagai perilaku anak. Guru sering mengancam, karena tidak mau terlibat secara aktif dalam kondisi yang tidak diharapkan.
Misalnya:
“Hei, diam, ribut saja kerja kalian, awas …!”
“Kenapa masih cengar-cengir di situ, mau dihukum ya? Ayo keluar …!”

6. Gaya Menasehati
Gaya ini merupakan gaya kakek dan nenek menasehati cucunya. Tidak lugas dan bertele-tele. Gaya ini sering membuat murid-murid menjadi tidak sabar.
Misalnya:
Makanya, sudah berapa kali Ibu katakan, setiap upacara hari Senin pun Bapak/Ibu Guru selalu sampaikan, kalau ke sekolah jangan lupa sarapan dulu, beginilah akibatnya. Kamu harus ingat, sarapan pagi itu penting sekali untuk menjaga stamina, menjaga kesehatan agar dapat belajar dengan baik, sebab kalau tidak, maka ............. dst. ...!” (sementara itu anak sudah keringat dingin menahan rasa sakit perut, karena Ibu Guru terlalu lama berbicara)

7. Gaya Menghibur
Sekilas gaya ini sepertinya bagus, terlihat akrab, tapi tidak dapat menyelesaikan inti permasalahan.
Misalnya:
“Ya sudah, kamu jangan terlalu cemas, nanti juga orang tuamu datang menjemput ...!" (sambil mengelus pundak muridnya yang sedari tadi gelisah karena terlalu lama menunggu jemputan)

8. Gaya Mencap/Menstempel/Mengkritik
Gaya ini termasuk melanggar hak asasi anak. Gaya ini biasanya terjadi karena adanya sepenggal kelakuan anak sebelumnya yang terlanjur melekat pada penilaian guru.
Misalnya:
“Kamu memang tidak tahu aturan, persis seperti kelakuan kakakmu dulu yang tidak sopanitu…!”  Source

Fase-fase Belajar Menurut Gagne

Pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran. Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi yang selanjutnya diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. 

Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran. Gagne membagi proses belajar berlangsung dalam empat fase utama, yaitu: 

1. Fase pengenalan (apprehending phase)

Pada fase ini siswa memperhatikan stimulus tertentu kemudian menangkap artinya dan memahami stimulus tersebut untuk kemudian ditafsirkan sendiri dengan berbagai cara. ini berarti bahwa belajar adalah suatu proses yang unik pada tiap siswa, dan sebagai akibatnya setiap siswa bertanggung jawab terhadap belajarnya karena cara yang unik yang dia terima pada situasi belajar.

2. Fase perolehan (acqusition phase)

Pada fase ini siswa memperoleh pengetahuan baru dengan menghubungkan informasi yang diterima dengan pengetahuan sebelumya. Dengan kata lain pada fase ini siswa membentuk asosiasi-asosiasi antara informasi baru dan informasi lama.

3. Fase penyimpanan (storage phase)

Fase storage atau retensi adalah fase penyimpanan informasi, ada informasi yang disimpan dalam jangka pendek ada yang dalam jangka panjang, melalui pengulangan informasi dalam memori jangka pendek dapat dipindahkan ke memori jangka panjang.

4. Fase pemanggilan (retrieval phase)

Fase retrieval atau recall adalah fase mengingat kembali atau memanggil kembali informasi yang ada dalam memori. Kadang-kadang dapat saja informasi itu hilang dalam memori atau kehilangan hubungan dengan memori jangka panjang. Untuk lebih daya ingat maka perlu informasi yang baru dan yang lama disusun secara terorganisasi, diatur dengan baik atas pengelompokan-pengelompokan menjadi katagori, konsep sehingga lebih mudah dipanggil. 

Keempat fase belajar manusia ini telah disatukan menyerupai model sistem komputer. Komputer menangkap rangsangan listrik dari pengguna komputer, memperoleh stimulus dalam central processing unit, menyimpan informasi dalam stimulus pada salah satu bagian memori, dan mendapatkan kembali informasi pada penyimpanannya. Jika siswa mempelajari prosedur menentukan nilai pendekatan akar kuadrat dari bilangan yang bukan kuadrat sempurna, mereka harus memahami metode, memperoleh metode, menyimpan di dalam memori, dan memanggil kembali ketika dibutuhkan. 

Untuk membantu siswa melangkah maju melalui empat tahap dalam mempelajari algoritma akar kuadrat, guru menimbulkan pemahaman dengan mengerjakan suatu contoh pada papan tulis, memudahkan akusisi setelah setiap siswa mengerjakan contoh dengan mengikutinya, langkah demi langkah, daftar petunjuk, membantu penyimpanan dengan memberikan soal-soal untuk pekerjaan rumah, dan memunculkan pemanggilan kembali dengan memberikan kuis pada hari berikutnya.

Rasa Humor Guru untuk Kelas yang Menyenangkan

Rasa humor (sense of humor) dapat diartikan sebagai kecenderungan respons kognitif individu untuk membangkitkan tertawa, senyuman, dan kegembiraan. Para ahli medis dan psikologi sepakat bahwa rasa humor merupakan aset berharga dan amat penting untuk kesehatan dan kebahagiaan hidup, yang bisa dimiliki oleh setiap individu normal. Secara medis, rasa humor dapat membantu mengatasi rasa sakit, dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh, dan bahkan dapat memperpanjang usia. Secara sosio-psikologis, rasa humor dapat membantu mengurangi stress dan kecemasan, mempermudah interaksi sosial, dan dapat membantu pengambilan keputusan yang lebih baik di tengah-tengah situasi yang sulit. Mitchell Ditkoff menyebutkan bahwa humor merupakan salah satu ciri orang inovatif. Sementara, James C. Coleman mengatakan bahwa membangkitkan rasa humor merupakan salah satu cara untuk memelihara emosi yang konstruktif.

Dalam pandangan saya, Almarhum Gus Dur, mantan presiden kita dengan “gitu aja koq repot”-nya, Prof. Moh. Surya, anggota DPD dan mantan Ketua PB PGRI dengan “kemederkaan adalah hak segala bangsa”-nya, Mario Teguh, sang motivator kondang dengan salam super Golden Way-nya, atau Deddy Corbuzier, mentalist yang klimis, mereka adalah contoh dari orang-orang yang memiliki rasa humor. Mereka bukan pelawak, tetapi pada saat melaksanakan tugasnya mereka kerap menyuguhkan humor yang membuat orang tertawa dan tersenyum gembira. Rasa humor yang mereka miliki merupakan karakter kuat yang secara langsung ataupun tidak langsung dapat memperkokoh penampilan profesi/jabatan yang digelutinya.

Bagi guru, memiliki rasa humor merupakan modal personal yang sangat berharga sekaligus dapat menjadi daya pikat tersendiri di mata siswanya. Rasa humor guru sangat berguna dalam upaya menciptakan iklim kelas dan pengembangan proses pembelajaran yang lebih sehat dan menyenangkan. Bahkan, Melissa Kelly menyebutkan bahwa rasa humor merupakan salah satu kunci untuk menjadi guru yang sukses. Menurut Melissa, rasa humor guru dapat meredakan ketegangan suasana dan dapat mencegah timbulnya perilaku disruptif siswa di kelas, serta bisa dijadikan sebagai cara untuk menarik perhatian siswa di kelas. Dan yang paling penting, dengan rasa humor yang dimilikinya, seorang guru akan menunjukkan bahwa dia adalah sosok orang yang memiliki kepribadian dan mental yang sehat, dapat menikmati hidup, serta mampu menjalani kehidupan kariernya secara wajar tanpa stress.

Meski di bangku kuliah tidak pernah diberikan mata kuliah yang secara khusus mengkaji tentang pengembangan rasa humor di kelas, tetapi disini tampak terang bahwa guru perlu berlatih dan membiasakan diri untuk memiliki kemampuan mengembangkan rasa humor di kelas.

Dalam praktiknya, mengembangkan rasa humor di kelas tidak bisa dilakukan secara serampangan tetapi memerlukan cara dan kiat tersendiri. Berikut ini beberapa ide yang sering saya praktikkan di kelas.

  • Hubungkan dengan materi yang sedang diajarkan. Mungkin ini ide yang paling sulit untuk diterapkan karena tidak semua materi yang kita ajarkan kepada siswa bisa disisipi humor,– khususnya bagi Anda yang kurang terbiasa berartikulasi. Tetapi jika Anda mampu melakukannya, maka humor yang dikoneksikan dengan materi pelajaran bisa diyakini sebagai bentuk reinforcement yang dapat membantu siswa untuk mencerna dan menyimpan informasi secara lebih baik dalam sistem memori jangka panjangnya.
  • Gunakan video atau gambar yang relevan. Untuk ide yang kedua ini, mungkin tidak sesulit ide yang pertama. Cukup dengan menggunakan jasa Eyang Google atau mesin pencari lainnya, Anda bisa mencari dan menemukan aneka video dan gambar yang dibutuhkan untuk kepentingan pengembangan rasa humor di kelas. Konten video atau gambar tidak harus persis identik dengan materi yang akan diajarkan, yang penting bisa dicari kaitannya (dihubung-hubungkan). Selanjutnya, sajikanlah video atau gambar tersebut di kelas secara atraktif. Usahakan setelah usai penayangan, mintalah kepada siswa untuk merefleksi tayangan tersebut, dikaitkan dengan materi yang sedang diajarkan.
  • Lakukan pada waktu dan situasi yang tepat. Mengembangkan rasa humor tidak harus dilakukan sepanjang waktu pelajaran, karena Anda tidak sedang melawak di kelas. Sajikan rasa humor Anda ketika siswa Anda membutuhkannya. Misalnya, ketika siswa mulai menunjukkan tanda-tanda kejenuhan atau ribut di kelas. Usahakan jangan mengulang topik humor yang sama pada kelas yang sama, Jika Anda mengulanginya, bukan kegembiraan siswa yang akan didapat tetapi malah mungkin menjadi sesuatu yang membosankan dan menyebalkan.
  • Sampaikan secara etis dan tidak melecehkan siswa. Interaksi antara guru dengan siswa adalah interaksi pendidikan. Oleh karena itu, ketika Anda hendak menyampaikan humor di kelas harus tetap dalam bingkai pendidikan, baik dari segi konten maupun cara penyampaiannya. Hindari humor jorok dan berbau SARA, serta hindari bentuk humor yang dapat melukai harga diri seseorang, khususnya siswa, sekalipun humor itu sangat lucu dan dapat mengundang sebagian besar orang untuk tertawa dan bergembira.
  • Mudah dipahami dan sesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa. Seorang guru berusaha mengembangkan humor tertentu di kelas, yang menurut dia humor itu sangat lucu, tetapi ternyata reaksi dari siswa malah datar-datar saja. Sangat mungkin hal ini disebabkan oleh konten humor yang terlalu tinggi sehingga sulit dicerna oleh pikiran siswa. Oleh karena itu, pilihlah secara jeli konten humor yang sesuai dengan daya tangkap siswa dan tingkat perkembangan siswa. 
Begitulah ide dan pengalaman sederhana saya tentang bagaimana mengembangkan rasa humor di kelas. Tentu masih banyak ide dan pengalaman cerdas lainnya dari Anda, dan mari kita diskusikan di ruang komentar yang telah disediakan untuk memperkaya pemahaman kita tentang bagaimana mengembangkan rasa humor di kelas dan menciptakan kelas yang lebih menyenangkan.

Selamat berhumor ria dan mari kita belajarkan siswa-siswa kita dengan penuh suka cita agar mereka menjadi orang-orang yang berbahagia!