aguspurnomosite.blogspot.com

aguspurnomosite.blogspot.com
Berpikir Luas Membuka Cakrawala Kehidupan! Berusaha Memberikan Yang Terbaik Untuk Masa Depan! Katakan "Go Go Go SEMANGAT" !!!

Minggu, 15 Desember 2013

Cara Memahami Perilaku Siswa Dalam Belajar


“Kan sudah bukan rahasia lagi bahwa, minat siswa untuk secara serius dikelas saat ini semakin susah, mereka merasa tidak perlu terlalu serius memahami penjelasan guru, bagaimana caranya agar siswa focus pada pembelajaran dikelas?”  
Daya tarik guru dalam menjelaskan materi pelajaran adalah hal utama siswa mau “sacrifice ‘ mengikuti kegiatan belajar.Namun tidak semua guru memiliki daya tarik itu jika tidak memahami arti penting “panggilan “ tugasnya mengajar dan memahami perubahan perilaku siswa secara utuh.  

Untuk itu mind set guru perlu ditata ulang saat melaksanakan tugas professional sebagai pendidik.

1. Jika guru beranggapan bahwa tugas mendidiknya adalah tuntutan profesi semestinya menjadi siswa adalah alasan utama guru itu berprofesi menjalankan tugas mendidiknya. Artinya disebabkan siswa lah diperlukan profesi guru, mengingat siswa tanpa guru pun bisa belajar secara otodidak kepada sumber dan sosok selain kepada guru. Apalagi dengan adanya ICT siswa dapat belajar secara mandiri. Inilah alasan utama bagaimana guru dapat membangkitkan semangat belajar siswa melalui karakter unik sebagai pribadi, pendidik professional, inspiration for developing character propositions.

2. Siswa menjadi alasan utama bagi guru mengembangkan daya kreasinya dalam melakukan kegiatan pembelajaran agar siswa dapat memiliki semangat untuk belajar bersungguh sungguh mencapai prestasi puncaknya. Seorang guru dituntut dapat memberikan pelayanan prima agar daya serap siswa dalam menerima pelajaran menjadi meningkat, sehingga siswa berkonsentrasi dan berprestasi dalam kegiatan belajarnya secara menyenangkan. Untuk itu guru dituntut meningkatkan kompetensi akademiknya dan kompetensi professional.

3. Model pembelajaran yang dikembangkan kepada siswa semestinya adalah "long term sustainability",artinya siswa tumbuh kembang kompetensinya secara urut dan berkesinambungan guna membangun life skill secara optimal, bukan sekedar kenaikan grade dengan kompetensi yang tidak meningkat. Ambil contoh Seorang siswa kelas VII semestinya mendapatkan knowledge dan knowhow menambah dan menguatkan ilmu yang didapat sebelumnya sehingga makin kelihatan “keahliannya”. Untuk itulah seorang guru perlu mengenali secara individu karakter unik setiap siswanya guna membangun kompetensi dan prestasi siswa.

Selanjutnya perlu difahami bahwa siswa sesungguhnya “the real stake holder”.
Karena kesuksesannya dapat mengangkat citra guru, citra sekolah sekaligus citra pendidikan secara nasional.

Menjadi Sosok yang Menginspirasi Siswa


Inspirasi merupakan kata yang paling tepat bagi sesuatu yang dapat mempertahankan motivasi dalam jangka waktu yang sangat panjang. Seseorang yang terinspirasi oleh sesuatu, misalnya setelah menonton sebuah film, untuk mencapai tujuan atau keinginan tertentu akan memiliki semangat yang sangat kuat untuk mewujudkan keinginan tersebut.

Dalam pembelajaran, guru yang dapat menjadi inspirasi bagi siswa-siswanya akan memberikan daya dorong intrinsik bagi mereka untuk belajar. Selain itu, dorongan tersebut akan tetap bertahan dalam ingatan anak bahkan sampai mereka dewasa. Guru yang dapat menjadi inspirasi akan menjadi pelita hidup mereka. Mungkin banyak diantara kalian yang masih mengingat satu atau dua guru setelah puluhan tahun berlalu karena perilaku atau karakter mereka yang mengagumkan, sehingga kalian sangat ingin menjadi seperti itu. Demikianlah kekuatan dari inspirasi.

Muin (2010) menjaelaskan bahwa karakter guru yang dapat menginspirasi terutama dari 4 kriteria berikut:

  • Seorang yang terus belajar
  • Kompeten
  • Spiritualis
  • Kreatif 

Dalam kenyataan sehari-hari, pengalaman kita mungkin bervariasi seribu satu jenis karakter dan perilaku guru yang membuat kita tetap mengidolakan dan menjadikan mereka sebagai salah satu acuan hidup kita hingga saat ini. Sepertinya ada baiknya jika kita berbagai mengenai karakter atau perilaku guru yang masih tetap kita kagumi hingga saat ini. Mudah-mudahan kita bisa saling belajar, terus belajar dan saling menginspirasi.

Semangat dalam Pembelajaran

Semangat adalah api yang membakar mental manusia hingga berkobar pancarkan panas dan cahaya ke sekelilingnya. Dalam semangat terdapat ledakan-ledakan energi membuat manusia yang mengalaminya akan hilang kemalasan dan kelelahan. Dalam semangat juga terdapat lautan bahan bakar tak terbatas, setiap aktivitas akan terlaksana dengan maksimal.

Belajar akan menjadi mudah dan menyenangkan bila dilakukan dengan semangat yang membara. Siswa akan mengalami momen-momen kreatif dan menyenangkan di dalamnya, hingga berbagai pengetahuan dan ide cemerlang akan lahir dan tumbuh dalam kelas yang penuh dengan api motivasi.

Sayangnya guru yang dapat membakar siswa dengan api semangat pun dapat tertipu. Para siswa yang begitu bergairah dalam aktivitas menyerap informasi, berdiskusi dan praktikum dapat bersikap seperti api yang tersiram hujan lebat. Begitu guru pergi hilang semua gairah dan semangat itu. Berganti dengan kemalasan atau keengganan ilmiah.

Begitulah kalau motivasi yang diberikan guru lebih bersifat motivasi eksternal. Misalnya guru yang begitu lucu dapat membuat anak menjadi senang dengan pelajarannya. Tapi bukan berarti lantas mereka suka belajar pelajaran tersebut di rumah. Siswa menjadi tergantung dengan lucunya sang guru. Walau motivasi eksternal baik, namun setiap guru harusnya mau untuk meningkatkan menjadi berorientasi motivasi internal diri siswa.

Salah satu teknik untuk menanamkan motivasi internal dalam diri siswa adalah dengan memberi mereka tujuan hidup (Habibi, 2012). Tujuan ini bermacam-macam, mulai dari jangka pendek, menengah, panjang hingga tujuan akhir. Setiap jenis tujuan yang kuat akan melahirkan motivasi dan semangat untuk mencapainya. Untuk mencapai suatu tujuan otomatis kita butuh belajar. Tapi jangan sampai tertipu dengan tujuan semu, yaitu tujuan yang hanya berupa keinginan tanpa suatu komitmen untuk mencapainya. Siapapun bisa membuat tujuan jenis ini, tapi ia tak akan pernah belajar untuk itu.

Menjadi Guru Sederhana, Berpikirlah seperti Dewey!

Belajar merupakan proses kompleks yang melibatkan banyak sekali aspek dalam kehidupan manusia. Kompleksitas proses inilah yang membuat banyak guru menjadi pusing dan juga khawatir kalau-kalau apa yang dilakukannya ketika mengajar akan gagal mengantarkan siswa menuju perubahan yang lebih baik. Kondisi ini tampaknya sangat banyak dialami oleh guru-guru di Republik ini.

Tidak hanya guru, bahkan menteri pendidikan pun tampaknya selalu berada dalam kekhawatiran dan kecemasan yang berlebihan dalam mengelola kurikulum nasional. Saking takutnya, hingga beliau seringkali melakukan dan mengulangi program-program yang gagal dan memperburuk keadaan seperti Ujian Nasional.

Namun pembahasan kita bukan pada aspek kurikulum atau kinerja pendidikan secara luas. Saat ini kita akan membahas bagaimana menjadi guru sederhana, berpikir sederhana tanpa dibebani rasa takut berlebihan. Namun justru kesederhanaan itu yang akan membawa manfaat dan kemauan belajar bagi siswa.

Apakah anda percaya itu bisa dilakukan?

Salah satu yang dapat saya tawarkan untuk menjadi guru sederhana adalah dengan menggunakan pola berpikir John Dewey dalam melihat dan memperlakukan anak didik. Dewey (dalam Habibi, Pengantar Teori Belajar, 2013) menjelaskan tiga fase manusia dalam belajar yaitu fase main (orientasi aktivitas untuk kesenangan), fase kerja (orientasi aktivitas untuk hasil nyata) dan fase simbol (orientasi aktivita untuk prinsip atau nilai yang dipegang).

Mengetahui tiga fase itu dapat membuat guru secara sederhana menyesuaikan proses mengajarnya dengan karakter para siswanya. Terkadang, keinginan positif yang berlebihan terhadap siswa justru berakibat negatif apabila tidak disesuaikan dengan karakter dasar yang siswa miliki. Dengan demikian menjadi guru sederhana akan membawa anda pada kemudahan dalam proses mengajar ataupun perkembangan jiwa anda sendiri.

Pentingnya Mengenali Karakter Anak Sebelum Mengajar

Penting bagi para guru mengenali karakter anak sebelum mengajar. Setiap anak memiliki karakter yang berbeda-beda. Hal itu perlu dipahami para guru. Seorang guru bukan hanya sebagai pengajar, tetapi juga sebagai psikolog. Minimal, seorang guru dapat mengenali karakter anak dari kebiasaan sehari-hari di sekolah. Hal tersebut akan sangat membantu guru dalam melakukan proses pembelajaran dengan baik bersama anak didiknya.

Berbedanya karakter akan berpengaruh pada gaya belajar anak. Neil Fleming, guru dari New Zealand menyebut gaya belajar dengan learning style. Menurutnya, ada 4 gaya belajar anak, antara lain aural, read/write, visual, dan kinestetik. Gaya belajar aural dulunya disebut auditori. Anak dengan gaya belajar tersebut akan cenderung memahami sesuatu lewat hal yang didengar, sedangkan anak dengan gaya belajar visual akan memahami sesuatu lewat hal yang dilihat. Berbeda dengan itu, anak dengan gaya belajar read/write akan memahami sesuatu lewat proses membaca dan menulis, sedangkan anak dengan gaya belajar kinestetik akan memahami sesuatu setelah mencoba melakukannya sendiri.

Fleming menemukan bahwa 41% orang memiliki salah satu gaya belajar di atas secara dominan, artinya ada yang hanya visual saja, aural saja, read/write saja, atau kinestetik saja. Sekitar 27% memiliki dua gaya belajar sekaligus, misalnya visual dan kinestetik. Ada 9% yang memiliki sekaligus 3 gaya belajar dominan, misalnya visual, aural, dan read/write. Sekitar 20% sisanya memiliki sekaligus keempat gaya belajar yang telah disebutkan, sehingga mudah baginya untuk memahami segala informasi dan pelajaran lewat gaya apapun.

Anak—anak yang memiliki 3—4 gaya belajar sekaligus biasanya dianggap sebagai anak yang pintar, apapun yang dilakukan para guru maupun orang tua untuk mengajarinya akan segera ditangkap. Sebaliknya anak yang memiliki hanya 1 atau 2 gaya belajar saja, ketika gaya belajarnya berbeda dari orang tua dan guru yang mengajarinya, sering jadi masalah. Entah itu sulit menangkap pelajaran, sulit mengingat apa yang sudah dipelajari, sulit berkonsentrasi, dan sering menghasilkan nilai yang pas-pasan saja.

Persoalannya, dari temuan Fleming, hampir 70% orang memiliki hanya 1—2 gaya belajar yang dominan. Kalau guru tidak mengenali gaya belajar anak yang dominan, sangat mungkin kesulitan mengajari anak. Anak jadi membenci proses belajar. Jadi, penting bagi seorang guru untuk mengenali karakter anak lewat gaya belajarnya.

Sebagai guru tentu harus berani mengambil langkah untuk dapat mengoptimalkan cara belajar anak. Seorang guru harus mengetahui cara agar para anak yang memiliki gaya belajar yang berbeda-beda itu dapat menyesuaikan dengan yang lain. Hal tersebut dibarengi dengan mengombinasikan metode belajar anak.

Satu langkah penting yang perlu dilakukan seorang guru adalah menciptakan suasana belajar yang aman, nyaman, dan menarik bagi anak didiknya. Hal tersebut dapat diwujudkan dengan memberlakukan semacam kesepatan yang nantinya menjadi aturan yang harus dipahami dan dilakukan anak. Aturan ini dibarengi dengan pemberian reward sebagai bentuk apresiasi dan sebagai konsekuensi logis atas pelanggaran yang dilakukan anak. Selain itu, libatkan anak-anak dalam aktivitas belajar secara aktif dan intens.

Astronom, Temukan Bulan Baru Pluto

Tim astronom melaporkan penemuan bulan baru yang mengelilingi planet kecil dan dingin, Pluto.

Berdasarkan observasi menggunakan teleskop Hubble milik Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA), para astronom memperkirakan bentuk bulan bergaris lintang 6-15 mil (sekitar 24 kilometer) itu tidak beraturan.

Bulan itu mengorbit dalam lingkaran berdiameter 58.000 mil (93.341 kilometer) dan diperkirakan berada dalam satu bidang dengan satelit lain yang mengitari Pluto.

“Bulan-bulan ini membentuk rangkaian rapi di orbit, seperti boneka Rusia,” kata ketua tim astronom, Mark Showalter dari SETI Institute di Mountain View, California, seperti dikutip laman resmi NASA.

Penemuan bulan baru itu menambah jumlah bulan yang diketahui mengelilingi Pluto menjadi lima.

Bulan terbesar Pluto, Charon, ditemukan tahun 1978 dalam observasi yang dilakukan United States Naval Observatory di Washington DC.

Selanjutnya, observasi Hubble tahun 2006 menemukan dua bulan kecil Nix dan Hydra. Bulan keempat, P4, juga ditemukan tahun 2011 dari data Hubble.

Menurut teori yang banyak dianut, semua bulan itu adalah sisa tabrakan antara Pluto dengan objek besar Sabuk Kuiper lain milyaran tahun yang lalu.

Tim astronom tertarik mempelajari Pluto karena planet kecil itu memiliki rangkaian satelit yang kompleks. Penemuan bulan kali ini akan memberi petunjuk tambahan untuk mengungkap bagaimana sistem Pluto terbentuk dan berevolusi.

Penemuan baru juga akan membantu para ilmuwan mengemudikan pesawat antariksa New Horizons milik NASA melewati sistem Pluto tahun 2015, saat pesawat melakukan perjalanan bersejarah melintasi dunia yang jauh dengan kecepatan tinggi.

Tim mengandalkan jarak pandang Hubble yang kuat untuk menjelajahi sistem Pluto, melihat potensi bahaya bagi pesawat New Horizons yang akan melintasi planet kecil itu dengan kecepatan 30.000 mil (48.280 kilometer) per jam. Perlintasan itu berpotensi menyebabkan tabrakan antara pesawat dengan serpihan orbit.

“Penemuan begitu banyak bulan kecil secara tidak langsung memberitahu kita bahwa pasti ada banyak sekali partikel kecil yang tidak kelihatan dalam sistem Pluto,” kata Harold Weaver dari Laboratorium Fisika Terapan Johns Hopkins University.

“Ini akan membantu tim New Horizons merancang lintasan pesawat antariksa yang lebih aman,” tambah Alan Stern dari Southwest Research Institute di Boulder, Colorado.