Sebagai sebuah proses, pembelajaran dihadapkan pada beragam permasalahan, problematika. Problematika pembelajaran adalah berbagai permasalahan yang mengganggu, menghambat, mempersulit, atau bahkan mengakibatkan kegagalan dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Problematika pembelajaran dapat ditelusuri dari jalannya proses dasar pembelajaran. Secara umum, proses pembelajaran dapat ditelusuri dari faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran. Keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh 3 faktor, Bahan Baku (Raw Input), Instrumen, dan Lingkungan. Proses tersebut dapat digambarkan sebagaimana bagan berikut.
Pembelajaran pada dasarnya merupakan usaha mengubah atau meningkatkan potensi seseorang, calon siswa (raw input) menjadi pribadi baru (raw output) dengan kualitas tertentu. Pembelajaran mengubah sikap, prilaku dan kemampuan seseorang dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mampu menjadi mampu. Pembelajaran juga berarti meningkatkan potensi seseorang dari sedikit tahu menjadi lebih banyak tahu, bahkan dari kurang baik menjadi lebih baik melalui proses belajar yang dijalani.
BAHAN BAKU (RAW INPUT)
Calon siswa merupakan bahan baku pembelajaran. Merekalah yang akan "diolah" melalui proses pembelajaran hingga mencapat kondisi tertentu. Melalui proses pembelajaran mereka diubah, dikembangkan atau ditingkatkan potensinya, sehingga mereka berubah dari kondisi sebelumnya. Mereka berubah dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak dewasa menjadi dewasa, dari tidak mampu menjadi mampu, dan sebagainya.
Siswa disebut bahan baku, bahan mentan, sebab sebelum diberikan pembelajaran, pada dasarnya mereka memiliki potensinya sendiri. Potensi itulah yang perlu dikembangkan hingga mencapai kondisi tertentu. Potensi tersebut juga mempengaruhi kualitas proses pembelajaran. Kualitas mental dan kecerdasan calon siswa dengan turut menentukan keberhasilan pembelajaran.
Kegiatan pembelajaran akan menghadapi masalah, bila kualitas mental dan kecerdasan calon siswa tidak menunjang kelancaran proses pembelajaran. Siswa dengan mentalitas yang tidak stabil dan impulsif, misalnya, akan menyulitkan kelangsungan proses pembelajaran.
INSTRUMEN PEMBELAJARAN
Instrumen pembelajaran adalah segala kelengkapan yang memungkinkan proses pembelajaran berlangsung dan mencapai tujuan yang ditetapkan. Instrumen pembelajaran terdiri dari guru, managemen sekolah, kurikulum, sarana dan prasarana.
Bila proses belajar diibaratkan mengisi botol dengan air, maka sumber air merupakan bahan pembelajaran, gayung dan corong adalah sarana dan prasarana pembelajaran, dan menuangkan air ke dalam botol adalah metode dan strategi pembelajaran, dan guru adalah orang yang menuangkan air ke dalam botol tersebut. Gangguan terhadap salah satu instrumen akan menimbulkan masalah dalam menuangkan air ke dalam botol tersebut.
Dalam konteks pembelajaran, problem pembelajaran akan mengemuka bilamana terdapat instrumen yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Guru tidak akan mampu membelajarkan siswa secara optimal bilamana managemen sekolah tidak memberikan dukungan memadai terhadap pelaksanaan tugasnya, kurikulum tidak siap, sarana dan prasarana tidak memadai, atau gurunya sendiri tidak piawai dalam membelajarkan siswa.
Bilamana keseluruhan instrumen baik berupa program kurikulum, managemen dan administrasi dan sarana dan prasarana telah memadai, maka kunci keberhasilan pembelajaran terletak pada kepiawaian guru. Bahkan khusus dalam hal pembelajaran, guru merupakan instrumen utamanya. Hal ini dikarenakan disain pembelajaran, termasuk dalam hal pemanfaatan sarana dan prasarana pembelajaran sangat tergantung pada kesiapan guru dan memanfaatkannya.
LINGKUNGAN
Problem pembelajaran juga dapat muncul dari faktor lingkungan. Lingkungan yang dimaksudkan dalam hal ini adalah kondisi masyarakat sekitar sekolah yang mempengaruhi kelangsungan proses pembelajaran. Pengaruh tersebut dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: berpengaruh pada siswa dan pengaruh terhadap penyelenggaraan pendidikan atau sekolah.
Berpengaruh Langsung pada Siswa
Faktor-faktor yang berpegaruh langsung pada siswa terdiri-dari berbagai hal yang mempengaruhi kesiapan mental peserta didik dalam menjalani proses pembelajaran. Di antara faktor-faktor dimaksud adalah kondisi keluarga, pola asuh orang tua, dan lingkungan pergaulan peserta didik.
Berpengaruh pada Sekolah
Faktor yang berpengaruh pada sekolah di antaranya adalah adanya kebisingan, bau, dan suhu udara, seperti yang dialami oleh sekolah yang berada di lingkungan pabri yang bising, peternakan yang berbau menyengat, jalan raya dan pasar yang terlalu hiruk-pikuk.
Faktor lingkungan juga dibedakan ke dalam dua kategori, yaitu lingkungan yang dapat diubah dan tidak dapat diubah oleh sekolah. Lingkungan yang bisa diubah terdiri dari lingkungan yang dapat dijangkau dengan kebijakan sekolah, terutama yang ada di sekolah itu sendiri. Sedangkan lingkungan yang tidak dapat diubah adalah lingkungan yang tak terjangkau oleh kebijakan atau kekuasaan sekolah.
Problematika pembelajaran akibat faktor lingkungan pada dasarnya tetap dapat diantisipasi dengan kebijakan sekolah, bila saja guru dan pengelola sekolah memiliki kemauan untuk mengatasinya. Sekolah-sekolah tertentu, terutama yang menerapkan layanan plus, biasanya sudah mengantisipasi faktor-faktor tersebut melalui berbagai kebijakan. Dampak lingkungan yang diidentifikasi dapat mempengaruhi keberhasilan pembelajaran disikapi sedemikian rupa sehingga dapat dieliminir sekecil mungkin.
Pembelajaran pada dasarnya merupakan usaha mengubah atau meningkatkan potensi seseorang, calon siswa (raw input) menjadi pribadi baru (raw output) dengan kualitas tertentu. Pembelajaran mengubah sikap, prilaku dan kemampuan seseorang dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mampu menjadi mampu. Pembelajaran juga berarti meningkatkan potensi seseorang dari sedikit tahu menjadi lebih banyak tahu, bahkan dari kurang baik menjadi lebih baik melalui proses belajar yang dijalani.
BAHAN BAKU (RAW INPUT)
Calon siswa merupakan bahan baku pembelajaran. Merekalah yang akan "diolah" melalui proses pembelajaran hingga mencapat kondisi tertentu. Melalui proses pembelajaran mereka diubah, dikembangkan atau ditingkatkan potensinya, sehingga mereka berubah dari kondisi sebelumnya. Mereka berubah dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak dewasa menjadi dewasa, dari tidak mampu menjadi mampu, dan sebagainya.
Siswa disebut bahan baku, bahan mentan, sebab sebelum diberikan pembelajaran, pada dasarnya mereka memiliki potensinya sendiri. Potensi itulah yang perlu dikembangkan hingga mencapai kondisi tertentu. Potensi tersebut juga mempengaruhi kualitas proses pembelajaran. Kualitas mental dan kecerdasan calon siswa dengan turut menentukan keberhasilan pembelajaran.
Kegiatan pembelajaran akan menghadapi masalah, bila kualitas mental dan kecerdasan calon siswa tidak menunjang kelancaran proses pembelajaran. Siswa dengan mentalitas yang tidak stabil dan impulsif, misalnya, akan menyulitkan kelangsungan proses pembelajaran.
INSTRUMEN PEMBELAJARAN
Instrumen pembelajaran adalah segala kelengkapan yang memungkinkan proses pembelajaran berlangsung dan mencapai tujuan yang ditetapkan. Instrumen pembelajaran terdiri dari guru, managemen sekolah, kurikulum, sarana dan prasarana.
Bila proses belajar diibaratkan mengisi botol dengan air, maka sumber air merupakan bahan pembelajaran, gayung dan corong adalah sarana dan prasarana pembelajaran, dan menuangkan air ke dalam botol adalah metode dan strategi pembelajaran, dan guru adalah orang yang menuangkan air ke dalam botol tersebut. Gangguan terhadap salah satu instrumen akan menimbulkan masalah dalam menuangkan air ke dalam botol tersebut.
Dalam konteks pembelajaran, problem pembelajaran akan mengemuka bilamana terdapat instrumen yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Guru tidak akan mampu membelajarkan siswa secara optimal bilamana managemen sekolah tidak memberikan dukungan memadai terhadap pelaksanaan tugasnya, kurikulum tidak siap, sarana dan prasarana tidak memadai, atau gurunya sendiri tidak piawai dalam membelajarkan siswa.
Bilamana keseluruhan instrumen baik berupa program kurikulum, managemen dan administrasi dan sarana dan prasarana telah memadai, maka kunci keberhasilan pembelajaran terletak pada kepiawaian guru. Bahkan khusus dalam hal pembelajaran, guru merupakan instrumen utamanya. Hal ini dikarenakan disain pembelajaran, termasuk dalam hal pemanfaatan sarana dan prasarana pembelajaran sangat tergantung pada kesiapan guru dan memanfaatkannya.
LINGKUNGAN
Problem pembelajaran juga dapat muncul dari faktor lingkungan. Lingkungan yang dimaksudkan dalam hal ini adalah kondisi masyarakat sekitar sekolah yang mempengaruhi kelangsungan proses pembelajaran. Pengaruh tersebut dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: berpengaruh pada siswa dan pengaruh terhadap penyelenggaraan pendidikan atau sekolah.
Berpengaruh Langsung pada Siswa
Faktor-faktor yang berpegaruh langsung pada siswa terdiri-dari berbagai hal yang mempengaruhi kesiapan mental peserta didik dalam menjalani proses pembelajaran. Di antara faktor-faktor dimaksud adalah kondisi keluarga, pola asuh orang tua, dan lingkungan pergaulan peserta didik.
Berpengaruh pada Sekolah
Faktor yang berpengaruh pada sekolah di antaranya adalah adanya kebisingan, bau, dan suhu udara, seperti yang dialami oleh sekolah yang berada di lingkungan pabri yang bising, peternakan yang berbau menyengat, jalan raya dan pasar yang terlalu hiruk-pikuk.
Faktor lingkungan juga dibedakan ke dalam dua kategori, yaitu lingkungan yang dapat diubah dan tidak dapat diubah oleh sekolah. Lingkungan yang bisa diubah terdiri dari lingkungan yang dapat dijangkau dengan kebijakan sekolah, terutama yang ada di sekolah itu sendiri. Sedangkan lingkungan yang tidak dapat diubah adalah lingkungan yang tak terjangkau oleh kebijakan atau kekuasaan sekolah.
Problematika pembelajaran akibat faktor lingkungan pada dasarnya tetap dapat diantisipasi dengan kebijakan sekolah, bila saja guru dan pengelola sekolah memiliki kemauan untuk mengatasinya. Sekolah-sekolah tertentu, terutama yang menerapkan layanan plus, biasanya sudah mengantisipasi faktor-faktor tersebut melalui berbagai kebijakan. Dampak lingkungan yang diidentifikasi dapat mempengaruhi keberhasilan pembelajaran disikapi sedemikian rupa sehingga dapat dieliminir sekecil mungkin.