aguspurnomosite.blogspot.com

aguspurnomosite.blogspot.com
Berpikir Luas Membuka Cakrawala Kehidupan! Berusaha Memberikan Yang Terbaik Untuk Masa Depan! Katakan "Go Go Go SEMANGAT" !!!

Senin, 22 Juli 2013

CIRI WANITA DI AKHIR ZAMAN DAN PENGHUNI NERAKA

Dalam kitab At-Tadzkirah, Al Qurthubi memberikan komentar tentang sedikitnya wanita yang menjadi penghuni surga dan banyak menjadi penghuni neraka.

Dia berkata,” Sesungguhnya perempuan sedikit yangmasuk surga karena mereka kalah dengan hawa nafsu dan lebih cenderung pada gemerlapnya dunia, disebabkan kurangnya akal mereka untuk meberikan perhatian pada akhirat. Mereka tidak mampu melakukan amalan akhirat dan kecenderungan pada dunia dan berhias diri untuknya . Meskipun demikian mereka menjadi penyebab pokok berpalingnya para lelaki dari akhirat karena hawa nafsu dan kecenderungan kepada wanita. Kebanyakan wanita berpaling dari akhirat karena diri mereka sendiri yang mudah tertipu oleh bujuk rayu orang-orang yang berpaling dari agama serta sulit menerima seruan orang-orang yang bertakwa mengenai akhirat dan amalan-amalannya.”

Meskipun demikian, di antara mereka terdapat banyak wanita salehah yang melaksanakan ajaran Allah , agama serta taat kepada Allah dan RasulNya . Di antara mereka banyak yang masuk surga. Bahkan, banyak yang mendahului kaum laki-laki karena keimanan dan amal saleh yang mereka lakukan.

Orang-orang kafir , musyrik, munafik, baik laki-laki maupun perempuan semuanya masuk neraka. Sedangkan ahli Tauhid- dalam banyak hadis – mengisyaratkan bahwa banyak wanita di antara mereka yang menjadi penghuni neraka.

Dari Abu Said Khudri r.a. bahwa Nabi SAW bersabda,..” Wahai wanita sekalian bersedekahlah! Sesungguhnya aku melihat kalian, lebih banyak menjadi penghuni neraka.” Para wanita berkata, “Kenapa demikian, wahai Rasulullah?” Rasul menjawab, “Kalian banyak melaknat dan durhaka kepada suami . “ (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Ibnu Abbas r.a. bahwa Nabi saw. Dalam khotbah salat gerhana bersabda, “Aku melihat neraka dan aku melihat penghuninya kebanyakan dari kaum perempuan.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Utsamah bin Zaid r.a. bahwa Nabi saw. Bersabda, “ Aku berdiri di pintu neraka, ternyata kebanyakan orang yang masuk ke dalamnya adalah perempuan.” (HR Bukhari dan Muslim)

Adapun penyebab banyak dari kalangan wanita yang tergelincir kedalam neraka, antara lain :

  1. Tabarruj : Yang dimaksud dengan tabarruj ialah seorang wanita yang menampakkan “perhiasannya” dan keindahan tubuhnya serta apa-apa yang seharusnya wajib untuk ditutupi dari hal-hal yang dapat menarik syahwat lelaki.
  2. Penyebab sedikitnya kaum wanita yang masuk surga adalah hawa nafsu yang mendominasi pada diri mereka, kecondongan mereka kepada kesenangan-kesenangan dunia, dan berpaling dari akhirat karena kurangnya akal mereka dan mudahnya mereka untuk tertipu dengan kesenangan-kesenangan dunia yang menyebabkan mereka lemah untuk beramal.
  3. Kemudian mereka juga sebab yang paling kuat untuk memalingkan kaum pria dari akhirat dikarenakan adanya hawa nafsu dalam diri mereka, kebanyakan dari mereka memalingkan diri-diri mereka dan selain mereka dari akhirat, cepat tertipu jika diajak kepada penyelewengan terhadap agama dan sulit menerima jika diajak kepada akhirat.”
  4. KUFUR TERHADAP SUAMI DAN KEBAIKAN-KEBAIKANNYA yakni seorang istri yagn mengingkari kebaikan-kebaikan suaminya selama sekian waktu yang panjang hanya dengan sikap suami yang tidak cocok dengan kehendak sang istri sebagaimana kata pepatah, panas setahun dihapus oleh hujan sehari.
  5. DURHAKA TERHADAP SUAMI, Tiga bentuk kedurhakaan wanita itu adalah : DURHAKA DENGAN UCAPAN. DURHAKA DENGAN PERBUATAN. DURHAKA DENGAN UCAPAN DAN PERBUATAN.
  6. Wanita YaNg Senang Begunjing/ Gosip
  7. WANITA YANG MENABUR FITNAH, “Aku tidak meninggalkan satupun fitnah sepeninggalku yang lebih membahayakan para lelaki kecuali para wanita.” (HR. Al-Bukhari) 
Sejarah sudah berbicara bahwa betapa banyak tokoh-tokoh dunia yang tidak beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan hancur karirnya hanya disebabkan bujuk rayu wanita. 

Dan berapa banyak persaudaraan terputus hanya dikarenakan wanita ?.
Berapa banyak seorang anak tega dan menelantarkan ibunya demi mencari cinta seorang wanita ?


Hanya dengan ucapan dan rayuan seorang wanita, wanita mampu menjerumuskan kaum pria ke dalam lembah dosa dan hina terlebih lagi jika mereka bersolek dan menampakkan diri dihadapan kaum pria.

Tidak mengherankan lagi jika di sana-sini terjadi pelecehan, pemerkosaan terhadap kaum wanita, karena yang demikian itu adalah hasil dari perbuatan dari kaum mereka sendiri…

Orang-orang Asing yang Beruntung


"Akan datang kepada manusia masa (ketika) orang yang bersabar menjalankan agamanya di antara mereka seperti memegang bara api." 
AKAN ada zaman ketika melaksanakan tuntunan menjadi tontonan. Akan ada masa tatkala menunaikan keta'atan kepada Allah 'Azza wa Jalla dianggap sebagai keanehan. Akan ada saat manakala bersungguh-sungguh dalam memenuhi kewajiban agama dipandang sebagai perilaku berlebihan dan bahkan melampaui batas. Akan datang suatu masa saat berpegang teguh kepada dienul Islam ini dianggap ketidakwarasan. Mereka asing di mata manusia, dan manusia pun mengasingkannya. Tetapi mereka adalah sebaik-baik manusia....

Teringatlah kita kepada sabda Nabi shallaLlahu 'alaihi wa sallam:
"Islam muncul dalam keadaan asing dan akan kembali asing sebagaimana munculnya. Karena itu, beruntunglah orang-orang yang 'asing'." (HR Muslim).

Jika telah tiba masanya, yang bersungguh-sungguh melaksanakan agama ini dianggap aneh. Amalan mereka tampak asing. Mereka melaksanakan amal shalih dan 'ibadah berdasarkan tuntunan shahih dari Rasulullah shallaLlahu 'alaihi wa sallam, tapi manusia mengingkari. Orang-orang yang dianggap asing dan terasingkan itu sesungguhnya justru orang yang shalih di tengah-tengah kerusakan yang menimpa ummat. Tapi sebagian besar manusia mengingkari. Hanya sedikit sekali manusia yang mendengar kata-katanya dan mengikuti apa yang dinasehatkannya.

Inilah masa ketika petunjuk yang terang dari nash (Al-Qur'an & Sunnah) diabaikan. Nash diambil bukan untuk dalil, tapi untuk pembenaran. Inilah masa ketika orang banyak yang beramal berdasarkan perkataan-perkataan orang yang pandai bicara, meski nyata bertentangan dengan nash. Inilah masa ketika berpegang teguh pada sunnah justru dianggap meninggalkan sunnah. Mereka dicerca dan tersisih. Kebenaran bagai bara api.

Mari sejenak kita renungi nasehat Nabi Muhammad shallaLlahu 'alaihi wa sallam:
"Akan datang kepada manusia masa (ketika) orang yang bersabar menjalankan agamanya di antara mereka seperti memegang bara api." (HR. Tirmidzi).

Agama ini terasing dari ummat Islam, di antaranya bersebab semakin sedikitnya orang yang memberi nasehat dan peringatan. Inilah masa ketika majelis agama tak lagi memberi ilmu, nasehat dan peringatan. Bahkan keluh lidah para penceramah dari memperingatkan.

Inilah masa ketika orang-orang yang dijadikan anutan tak lagi memiliki muru'ah(kehormatan, wibawa). 'Izzah (harga diri, kehormatan) dakwah runtuh. Keduanya ditukar dengan tana'um (bermewah-mewah sebagai gaya hidup). Inilah masa ketika wahn (cinta dunia takut mati) dan waham merasuk kuat, seakan muru'ah hanya tegak dengan kemewahan dan penampilan. Inilah masa ketika majelis agama berubah menjadi hiburan dan senda gurau; memberi kesenangan tanpa menumbuhkan ketaqwaan.

Manusia berlomba memegah-megahkan masjid melebihi peruntukannya. Banyak yang ramai oleh manusia, tapi kosong dari hidayah. Yang seharusnya memberi nasehat dan peringatan tak memiliki 'izzah agama dalam dirinya, sehingga sibuk menampakkan diri menarik. Ia mengikuti mustami'in (audiens) dan tak berani menyampaikan perkara-perkara yang menyelisihi selera mustami'in. Hanya ada penuturan, tanpa peringatan. Banyak menahan nasehat bersebab senantiasa anggap ummat tidak siap, tapi tak pernah mempersiapkan mereka.

Adakah ini terjadi? Semoga belum. Ataukah ini masa yang disebutkan oleh Ibnu Mas'ud? Masa ketika orang bertekun mendalami agama untuk dunia. Mereka bersemangat mendalami agama bukan untuk kepentingan agama, tetapi untuk meraup dunia. Tak selalu berupa kekayaan, tetapi ketekunannya mendalami agama bukan untuk menegakkan agama ini.

Renungkanlah perkataan mulia 'Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu sebagai diriwayatkan oleh Al-Hakim:

Diriwayatkan dari 'Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu bahwa beliau menyebutkan sejumlah fitnah yang akan terjadi di akhir zaman. Kemudian ‘Umar bin Khaththabradhiyallahu anhu berkata kepadanya, "Kapankah itu terjadi, wahai ‘Ali?" 'Ali bin Abi Thalibradhiyallahu anhu menjawab:  "Fitnah-fitnah tersebut terjadi jika fiqih dikaji sungguh-sungguh bukan karena agama, ilmu agama dipelajari bukan untuk diamalkan, serta kehidupan dunia dicari bukan untuk kepentingan akhirat." (Riwayat Al-Hakim).

Perhatikanlah sejenak penjelasan menantu kesayangan Rasulullah shallaLlahu 'alaihi wa sallam ini. Betapa berbedanya. Di masa shahabat radhiyallahu 'anhum ajma'in, mereka mencari kehidupan dunia untuk akhirat. Sementara di zaman fitnah, kehidupan dunia dicari bukan kepentingan akhirat. Bahkan sebagaimana diperingatkan oleh Ibnu Mas'udradhiyallahu 'anhu, pada masa fitnah agama tersebut, manusia justru mengejar dunia dengan amal akhirat. Maka, kelak kita akan saksikan orang bersungguh-sungguh melaksanakan shalat Dhuha maupun sedekah karena ingin mengejar dunia. Seakan Allah Ta'ala tak akan melimpahkan harta kepada kita jika meminta sebelum melakukan keduanya.

Hari ini, ada di antara sebagian manusia yang tak putus mengerjakan shalat Dhuha, tapi shalat fardhunya diletakkan di belakang.

Maafkan saya. Yang bertutur ini masih jauh dari agama. Semoga ada yang dapat kita renungi. Semoga kita belajar memuliakan agama ini.

Pelajaran dari runtuhnya Andalusia: Bermewah-mewahan, sumber kehancuran!

Bagi kaum muslimin, negeri Andalusia adalah sepenggal kenangan yang selalu hinggap dalam ingatan. Kenangan tentang betapa kaum muslimin dan risalah Islam yang dibawanya, pernah menguasai sebuah wilayah di benua Eropa selama kurang lebih 800 tahun atau 8 abad lamanya. Sebuah rentang waktu yang cukup lama, dan meninggalkan kesan yang cukup mendalam.

Andalusia, negeri indah dan eksotis, tunduk dalam pemerintahan Islam dari tahun 92 H/711 M hingga tahun 797 H/1492 M. Kekhilafahan Islam dan dinasti-dinasti kaum muslimin, berhasil mengubah wilayah di daratan Eropa itu menjadi simbol kegemilangan peradaban dan kekuatan kaum muslimin. Umat Islam mengisinya dengan tinta emas kejayaan dan keunggulan peradabannya. Ketika wilayah Andalusia, yang saat ini terletak di Spanyol dan sebagian kecil Portugal berada di bawah kekuasaan kaum muslimin, jejak-jejak kecermelangan peradaban mereka menjadi rujukan bangsa-bangsa Eropa.

Bangunan-bangunan dengan estetika dan kemegahan tegak berdiri. Ilmu pengetahuan dan penelitian berkembang pesat. Para sejarawan yang meneliti negeri Andalusia banyak menceritakan bagaimana umat Islam yang bercokol di wilayah itu berhasil memberikan sumbangsih bagi peradaban dan ilmu pengetahuan ke segala penjuru Eropa.

Jika hari ini kita mengenal kota-kota indah seperti Barcelona, Madrid, Valencia, Sevilla, Granada, Malaga, Cordova, dan sebagainya yang hari ini tersohor di sebagai basis klub-klub sepak bola ternama serta menjadi tujuan wisata dunia, maka ketahuilah bahwa pada masa lalu kota-kota tersebut dihuni oleh kaum muslimin, dan berada di bawah pemerintahan Islam.

Namun kejayaan selama kurang lebih delapan abad lamanya, harus berakhir dengan kenangan yang memilukan, ketika Kerajaan Granada yang dipimpin oleh Abu Abdillah Muhammad Ash-Shagir dari Bani Al-Ahmar, berhasil ditaklukkan oleh aliansi kerajaan- Kristen di Andalusia. Granada jatuh ke tangan Kristen pada 1492 M, diirungi dengan derail airmata sang penguasa muslim.

Sambil memandang Istana Al-Hambra yang megah dari atas bukit, Abu Abdillah bin Muhammad sang penguasa Granada, berlinang air mata. Sang ibu, Aisyah Al-Hurrah, yang berdiri di sampingnya, mengatakan, “Kini kau menangis seperti seorang perempuan, padahal kau tak pernah melakukan perlawanan sebagaimana seorang lelaki sejati…”

Apa yang menjadi penyebab runtuhnya kekuasaan Islam di Andalusia?

Sejawaran Mesir Dr. Raghib As-Sirjani dalam bukunya berjudul “Qishah Al-Andalus” (Kisah Andalusia) menjelaskan setidaknya ada tiga faktor penting yang menyebabkan kejayaan Islam di negeri Andalusia runtuh dan hanya menyisakan kenangan yang pahit dan kepedihan. Ketiga faktor tersebut adalah:

(1). Gaya hidup yang mewah dan glamour dari para pemimpin Islam. 
(2) Sibuk dengan urusan dunia dan meninggalkan semangat jihad. 
(3). Merebaknya berbagai kemaksiatan dan kemungkaran yang dibiarkan.

Terkait dengan sikap hidup bermewah-mewahan dan godaan duniawi pada masa kekuasaan Islam di Andalusia itu, Dr. Raghib As-Sirjani mengatakan,”Ini merupakan faktor yang amat penting, yakni godaan duniawi terhadap pemeritahan Muwahidun dengan banyaknya harta yang mereka miliki. Inilah yang kemudian mendorong mereka bergaya hidup mewah, berfoya-foya, dan saling berseteru memperebutkan kekuasaan..”

Dr.Raghib As-Sirjani melanjutkan,”Tenggelam dalam kemewahan, cenderung pada kesenangan nafsu duniawi, dan bergelimang dalam kenikmatan-kenikmatan sementara. Inilah faktor utama yang mengantarkan kekuasaan Islam pada akhir yang sangat menyakitkan. Masa-masa keterpurukan dan kejatuhan sering terkait dengan banyaknya harta, tenggelam dalam kesenangan-kesenangan, rusaknya generasi muda, dan peyimpangan besar pada tujuan…”

Mereka yang bergelimang dalam kehidupan yang gemerlap dan terjerembab dengan gaya hidup yang mewah, hatinya akan mudah dilalaikan dari mengingat Allah, semangat juangnya akan semakin melemah, dan jiwanya menjadi pengecut. Karena itu, ahli hikmah mengatakan, “Keberanian tidak akan didapati pada orang yang mencintai dunia!”

Dunia memang melalaikan dan membuat para pemujanya menjadi alpa. Harga diri dan gengsi diukur dengan penampilan yang parlente dan dandy, banyaknya uang, barang-barang yang mewah, dan harta yang berharga. Sehingga jika semua itu tak ada, maka orang yang mencintai dunia merasa hidupnya tak berharga dan bergengsi. Harga dirinya tak melambung tinggi, dan lobi-lobi kekuasaanya tak dihargai. Identitas Islam yang seharunya menjadi ‘pakaian’ yang menutup rapat tubuhnya berganti menjadi benda-benda yang melambangkan kemewahan. Penyakit al-wahn; Cinta dunia dan benci mati (hubbud dunya wa karahiyatul maut) menjadi penyakit ganas yang bisa melumpuhkan kekuatan umat Islam.

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengingatkan dalam berbagai firman-Nya,

“Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (menaati Allah), tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.” (Al-Israa”: 16)

“Dan janganlah kamu tujukan pandangan matamu kepada kenikmatan yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan dari mereka, (sebagai) bunga kehidupan di dunia, agar Kami uji mereka dengan (kesenangan) itu. Karunia Tuhanmu lebih baik dan lebih kekal.” (Thaha: 131)

“Dan bersabarlah engkau (Muhammad) bersama orang yang menyeru Tuhannya pada pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia.” (Al-Kahfi: 28)

“Mereka mengambil harta benda dunia yang rendah ini dan berkata, “Kami akan diberi ampun.” (Al-A’raf: 169)

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pun telah mengingatkan, bahwa bergelimangnya harta dan bermewah-mewahan dalam hidup adalah sumber bagi kelalaian. Beliau yang mulia, sosok yang hidup dalam kesederhanaan dan kebersahajaan mengatakan,

“Maka demi Allah, bukanlah kefakiran yang aku takutkan dari kalian. Tetapi yang aku takutkan adalah jika dunia dibentangkan untuk kalian, sebagaimana telah dibentangkan atas orang-orang sebelum kalian. Lalu kalian pun berlomba-lomba mengejarnya, sebagaimana orang-orang sebelum kalian mengejarnya. Hingga akhirnya, (harta itu) membinasakan kalian seperti ia telah membinasakan mereka.” (HR. Bukhari dan Muslim).


“Dari Ibnu Umar Radhiyallahu ‘Anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Apabila kalian telah berjual beli dengan cara ‘inah , dan kalian telah mulai mengambil ekor-ekor sapi (kiasan bagi mereka yang sibuk dengan urusan dunia), lalu kalian telah ridha dengan bercocok tanam dan kalian meninggalkan jihad, niscaya Allah akan menimpakan kehinaan atas kalian yang tidak akan dicabutnya hingga kalian kembali kepada agama kalian.” (HR. Abu Dawud, 2462. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Ash-Shahihah)

“Sesungguhnya hal yang paling aku khawatirkan pada kalian sepeninggalku adalah apa yang akan dibukakan untuk kalian dari keindahan dan perhiasan dunia.” (HR. Al-Bukhari).

Demikianlah, kemewahan dunia bisa membuai dan menjerumuskan manusia pada kelalaian, kelemahan dan kehancuran. Bahkan para sahabat pun pernah diuji dengan gelimangnya harta saat terjadi Perang Uhud, dimana pasukan pemanah yang harusnya bertahan, turun ke bawah memperebutkan harta ghanimah. Ketika mereka sibuk dengan harta tersebut, pasukan musuh menghabisi mereka secara membabi buta. Allah mengingatkan peristiwa ini dalam firman-Nya, “Diantara kalian ada yang menginginkan dunia, dan diantara kalian ada yang menginginkan akhirat…” (Ali Imran:152)

Runtuhnya Andalusia menjadi pelajaran penting, bahwa kekuasaan sehebat apapun, jika ia terjerumus dalam gemerlap kemewahan dunia yang melalaikan, akan berakhir dengan keruntuhan. Jika 800 tahun lamanya kekuasaan Islam di Andalusia bisa runtuh dan beralih menjadi imperium Kristen, maka bagaimana dengan Indonesia? Berhati-hatilah…!  
“Waspada dirimu dari kemewahan, kerena sesungguhnya para hamba Allah bukanlah orang-orang yang mewah.” (HR. Ahmad)
Source

KEMULIAAN ANAK YATIM

Allah telah menakdirkan di antara hambanya terlahir dalam keadaan yatim. Anak-anak yatim hadir di tengah-tengah kita agar menjadi bagian dari tanggung jawab kita sekalipun tidak ada pertalian darah dengan kita. Sebab, anak yang kehilangan orang tuanya seakan-akan seperti sudah kehilangan segalanya. Saat itu, terputuslah kehangatan kasih sayang orang tua.

Allah menakdirkan demikian pastilah ada hikmah yang dapat dipetik. Di balik itu, Allah mengaruniakan keutamaan bagi mereka yang sabar atas kondisi tersebut sekaligus sebagai kebun pahala bagi yang menyantuni mereka.

Islam Memuliakan Anak Yatim

Sebenarnya, bagaimana kedudukan anak yatim di dalam Islam? Sebelumnya kita lihat dahulu pengertiannya. Istilah yatim berasal dari bahasa Arab; yatama, yaitamu, dan yatmu yang berarti sedih atau bermakna sendiri. Adapun secara syar’i ialah anak yang ditinggal mati oleh ayahnya sebelum dia baligh (dewasa). Adapun setelah baligh, tidak lagi disebut yatim. Ibnu Abbas pernah menerima surat dari Najdah bin Amir yang berisi beberapa pertanyaan, salah satunya tentang batasan umur status anak yatim, Ibnu Abbas menjawab bahwa sesungguhnya predikat itu putus bila ia sudah baligh dan menjadi dewasa.

Sedangkan kata piatu bukanlah dari bahasa Arab, kata ini dalam bahasa Indonesia dinisbatkan kepada anak yang ditinggal mati oleh Ibunya, sehingga anak yatim-piatu adalah anak yang ditinggal mati oleh kedua orang tuanya.

Di dalam ajaran Islam, mereka semua mendapat perhatian khusus melebihi anak-anak yang masih memiliki kedua orang tua. Islam memerintahkan kaum muslim untuk senantiasa memperhatikan nasib mereka, berbuat baik kepada mereka, mengurus dan mengasuh mereka sampai dewasa. Islam juga memberi nilai yang sangat istimewa bagi orang-orang yang benar-benar menjalankan perintah ini.

Kehilangan orang tua dapat menggoncang jiwa seorang yang telah dewasa, apalagi bagi seorang anak, tentunya akan terasa lebih berat. Orang yang selama ini menyayanginya, memperhatikannya, menghibur dan menasehatinya telah tiada. Betapa ajaran Islam menempatkan anak yatim dalam posisi yang sangat tinggi, Islam mengajarkan untuk mengasihi mereka dan melarang melakukan tindakan-tindakan yang dapat menyinggung perasaan mereka. 

Dalam sebuah hadits disebutkan:
Abu Umamah menuturkan bahwa Nabi n berkata, “Barangsiapa yang mengusap kepala anak yatim laki-laki atau perempuan karena Allah, adalah baginya setiap rambut yang diusap dengan tangannya itu terdapat banyak kebaikan, dan barangsiapa berbuat baik kepada anak yatim perempuan atau laki-laki yang dia asuh, adalah aku bersama dia di surga seperti ini, beliau menyejajarkan dua jari-nya.

Ibnu Abbas menuturkan, “Ketika Allah Azza wa jalla menurunkan ayat "janganlah kamu mendekati harta anak yatim kecuali dengan cara yang hak" dan "sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim dengan zalim" ayat ini berangkat dari keadaan orang-orang yang mengasuh anak yatim, di mana mereka memisahkan makanan mereka dan makanan anak itu, minuman mereka dan minuman anak itu, mereka mengutamakan makanan anak itu dari pada diri mereka, makanan anak itu diasingkan di suatu tempat sampai dimakannya atau menjadi basi, hal itu sangat berat bagi mereka kemudian mereka mengadu kepada Rasulullah n Lalu Allah menurunkan ayat, "Dan mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang anak yatim. katakanlah berbuat baik kepada mereka adalah lebih baik, dan jika kalian bercampur dengan mereka, maka mereka adalah saudara-saudaramu." Kemudian orang-orang itu menyatukan makanan mereka dengan anak yatim.

Islam memandang tinggi kedudukan anak yatim di dalam masyarakat. Sampai Allah sendiri menyebutkan tentang mereka di dalam ayat-ayat-Nya yang mulia untuk mengingatkan kepada kita akan kedudukan mereka itu. Bahkan diulang-ulang di dalam Al-Qur’an sehingga umat muslim dapat merenungi dan mengamalkannya.