Ciri-ciri Angkatan Balai Pustaka (20-an)
1. Menggambarkan tema pertentangan paham antara kaum tua dan kaum muda, soal pertentangan adat, soal kawin paksa, permaduan, dlll.
2. Soal kebangsaan belum mengemuka, masih bersifat kedaerahan
3. Gaya bahasanya masih menggunakan perumpamaan yang klise, pepatah, peribahasa, tapi menggunakan bahasa percakapan sehari-hari lain dengan bahasa hikayat sastra lama
4. Puisinya berupa syair dan pantun
5. Isi karya sastranya bersifat didaktis
6. Alirannya bercorak romantik
Ciri-ciri Angkatan Pujangga Baru (30-an)
1. Menggambarkan pertentangan kehidupan orang-orang kota, soal emansipasi wanita
2. Hasil karyanya mulai bercorak kebangsaan; memuat soal kebangunan bangsa
3. Gaya bahasanya sudah tidak menggunakan perumpamaan klise, pepatah, peribahasa
4. Puisinya bukan pantun lagi, muncul bentuk soneta dari Barat
5. Isinya masih mirip dengan Angkatan 20-an (tendensius dan didaktis)
6. Masih bercorak romantik
Ciri-ciri Angkatan 45
1. Puisi-puisinya bercorak bebas, tidak terikat pembagian bait, baris, atau rima
2. Lebih bergaya ekspresionisme dan beraliran realisme
3. Bahasanya menggunakan bahasa sehari-hari, lebih mementingkan isi daripada bentuk
4. Puisinya berisi tentang individualisme dan prosanya mengemukakan masalah kemasyarakatan sehari-hari terutama dengan latar perang kemerdekaan
5. Karya sastranya lebih banyak mengemukakan masalah kemanusiaan yang universal
6. Filsafat eksistensialisme mulai dikenal
Ciri-ciri Angkatan 66
1. Mulai dikenal gaya epik (bercerita) pada puisi (muncul puisi-puisi balada)
2. Puisinya menggambarkan kemuraman (batin) hidup yang menderita
3. Prosanya menggambarkan masalah kemasyarakatan, misalnya tentang perekonomian yang buruk, pengangguran, dan kemiskinan
4. Cerita dengan latar perang dalam prosa mulai berkurang, dan pertentangan dalam politik pemerintahan lebih banyak mengemuka
5. Banyak terdapat penggunaan gaya retorik dan slogan dalam puisi
6. Muncul puisi mantra dan prosa surealisme (absurd) pada awal tahun 1970-an yang banyak berisi tentang kritik sosial dan kesewenang-wenangan terhadap kaum lemah
Beberapa karya sastra yang penting pada tiap-tiap angkatan :
Angkatan Balai Pustaka
1. Azab dan Sengsara (roman karya Merari Siregar)
2. Siti Nurbaya (roman Marah Rusli)
3. Salah Asuhan (roman karya Abdul Muis)
4. Tenggelamnya Kapal van Der Wijk (roman karya HAMKA)
5. Sengsara Membawa Nikmat (roman karya Tulis Sutan Sati)
Angkatan Pujangga Baru
1. Nyanyi Sunyi dan Buah Rindu (antologi puisi karya Amir Hamzah)
2. Madah Kelana dan Percikan Permenungan (antologi puisi karya Roestam Effendi)
3. Layar Terkembang (roman karya STA)
4. Belenggu (roman karya Armjn Pane)
5. Indonesia Tumpah Darahku (Muhammad Yamin)
Angkatan 45
1. Deru Campur Debu dan Kerikil Tajam (antologi puisi karya Chairil Anwar)
2. Tiga Menguak Takdir (antologi puisi Chairil Anwar, Asrul Sani, dan Rivai Apin)
3. Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma (antologi cerpen karya Idrus)
4. Atheis (novel karya Achdiat Karta Mihardja)
5. Surat Kertas Hijau dan Wajah Tak Bernama (antologi puisi Sitor Situmorang)
Angkatan 66
1. Keluarga Gerilya dan Perburuan (novel karya Pramudya Ananta Toer)
2. Jalan Tak Ada Ujung, Tak ada Esok, dan Harimau! Harimau! (novel Moechtar Lubis)
3. Keluarga Permana dan Royan Revolusi (novel karya Ramadan K.H.)
4. Tirani dan Benteng (antologi puisi karya Taufiq Ismail)
5. Blues untuk Bonie dan Balada Orang-Orang Tercinta (antologi puisi karya WS Rendra)
6. Etsa (antologi puisi karya Toto Sudarto Bachtiar)
7. Buku Puisi (antologi puisi karya Hartojo Andangdjaja)
8. Domba-Domba Revolusi (naskah drama karya B. Soelarto)
9. Para Priyayi (novel karya Umar Kayam)
10. Mata Pisau dan Perahu Kertas (antologi puisi Supardi Joko Damono)