aguspurnomosite.blogspot.com

aguspurnomosite.blogspot.com
Berpikir Luas Membuka Cakrawala Kehidupan! Berusaha Memberikan Yang Terbaik Untuk Masa Depan! Katakan "Go Go Go SEMANGAT" !!!

Rabu, 11 September 2013

Melongok Bekas Istana Qarun

Qasru el-Qarun atau dikenali sebagai istana Qarun terletak di pinggir Tasik Qarun dan hampir 40 kilometer dari bandar Fayyoum. Istana ini sisa sebagiannya masih kokoh hingga kini dan tidak ditenggelamkan oleh Allah hingga saat ini sebagai pengiktibaran untuk umat manusia. Dipercayai terdapat 360 buah bilik di dalam istana ini yang menyamai 360 hari dalam setahun. Terdapat tiga tingkat yang menempatkan kaum kerabat dan tempat menyimpan harta Qarun tidak termasuk beberapa lapisan di bawah istana tersebut.

Al-Quran menerangkan tentang penampilan Qarun suka mempamerkan kebesaran dan kekayaannya. Kebiasaannya ia dilakukan tiada motif tertentu kecuali ia merupakan strategi menarik perhatian ramai agar ia dikagumi sebagai idola. Dengan mempamerkan kekayaannya juga bermaksud memberikan pesan bahawa ia mampu melakukan segala-gala, mengupah, membeli dan membiayai apa saja dan berapa saja.Dalam penceritaan selanjutnya al-Quran menyebut tentang adanya kelompok yang memang mengagumi Qarun, iaitu golongan material yang terlalu ghairah untuk menjadi kaya dengan cara apa saja. Mereka ingin menjadi Qarun, kerana ia adalah lambang kejayaan seorang usahawan, kejayaan yang hanya diukur dari jumlah yang tertimbun, tanpa mengambil kira dari mana diperoleh dan ke mana dibelanjakan. Kerana itu Qarun mengakhiri hayatnya dengan nasib yang sangat tragik, hancur luluh ditelah bumi.al-Quran memberikan gambaran, bagaimana Qarun terbenam ke dalam bumi bersama rumah dan isinya sekalian .
Reff

Manusia Tempat Salah Dan Khilaf

Berhati-hatilah Dengan Hati 

“Manusia tidak luput dari salah, tidak ada manusia yang sempurna”, atau “manusia tempat salah dan khilaf”, 


Itulah kiranya dua ungkapan atau istilah yang sering terucap dalam menggambarkan betapa sosok manusia adalah sosok yang lemah, punya kecenderungan yang besar untuk berbuat salah dan khilaf.

Terkadang kelemahan manusia itu sendiri sering dijadikan sebuah pembenaran, sehingga tidak jarang seorang manusia seakan tidak mau belajar dari kesalahannya sendiri, tidak mau introspeksi. “Tidak ada manusia yang sempurna”, dalam kalimat itulah terkadang manusia berlindung dari kesalahan-kesalahannya.

Didalam kehidupan dunia, sudah ketentuan Allah SWT manusia dihadapkan pada dua pilihan, dua jalan atau dua bisikan, yakni jalan kebenaran dan jalan kesesatan. Semenjak Iblis tidak mau bersujud kepada Adam sesuai dengan perintah Allah SWT, dan menjadi makhluk terkutuk yang berjanji akan menyesatkan manusia hingga ingkar daripada jalan kebenaran, ingkar dari perintah dan larangan Allah SWT kemudian semenjak Adam dan Hawa diturunkan oleh Allah SWT dari Surga karena bujuk rayu Iblis, maka sampai hari kiamat pula iblis menjadi musuh yang nyata manusia, musuh yang selalu berkomitmen mengajak manusia kedalam kesesatan, membujuk dan merayu agar sama-sama satu barisan dalam menentang segala jalan kebenaran agama yang bersumber dari Allah SWT lewat Al-Quran, Hadist dan Sunnah.

Dalam rangka itu, iblis, setan dan bala tentaranya tidak lelah dan terus mencari titik kelemahan manusia yang mudah ditaklukan. Salah satu titik lemah manusia ada dalam hati, karena hati merupakan nahkoda atau setirnya jiwa dan raga, pengendali dari semua tindakan manusia. Untuk itulah dalam hati manusia selalu dua kekuatan yang saling berperang, kekuatan yang menyeru pada kebaikan dan kekuatan yang menyeru kepada keburukan dan kesesatan. Seruan kebaikan bersumber dari perintah dan larangan yang digariskan oleh Allah SWT lewat ajaran agama, dan seruan keburukan/kesetan bersumber dari iblis, setan dan bala tentaranya.

Dalam prosesnya, ada manusia yang bisa memerangi seruan iblis, setan dan bala tentaranya, ada manusia yang tidak bisa memeranginya, artinya manusia yang kalah dan menyerah pada seruan iblis, setan dan bala tentaranya sehingga hatinya selalu condong pada keburukan, kesesatan, dan itu semua dimanifestasikan lewat tindakan yang sifatnya mengingkari apa-apa yang diperintahkan dan melakukan apa-apa yang dilarang oleh Allah SWT lewat ajaran agama. Iblis, setan dan bala tentaranya selalu bercokol dalam hati manusia, menyeru pada pemuasan hawa nafsu dan kebatilan. Inilah sumber dan sebab-musabab kenapa manusia punya kecenderungan untuk berbuat salah. Disamping sosok manusia yang diciptakan sesuai dengan ketentuan Allah SWT adalah sosok yang lemah dengan segala kekurangannya, ditambah pula dengan bujuk rayu iblis, setan dan bala tentaranya yang selalu bersemayam dalam hati manusia dalam menyeru kepada jalan yang sesat. Untuk itulah kenapa manusia dianjurkan untuk selalu mendekatkan diri kepada Rabb-nya, Allah SWT, meminta kekuatan dan petunjuk dari-Nya guna menangkal godaan-godaan iblis dan setan dalam hati manusia.

Niscaya, orang yang tidak mau mendekatkan dirinya kepada Allah SWT, memohon kekuatan dan petunjuk dari-Nya, dia adalah orang yang menjadi sasaran empuk iblis, setan dan bala tentaranya sehingga dengan mudah hatinya dapat ditaklukan oleh seruan-seruan yang menyesatkan. Berbeda dengan orang yang selalu mendekatkan dirinya kepada Rabb-nya, meminta pertolongan, kekuatan dan petunjuk dari sang Khalik, maka hatinya akan memiliki tameng dalam menahan seruan kesesatan dari iblis dan setan, dan iblis, setan akan memerlukan tenaga ekstra untuk membujuk hatinya.

Untuk itulah kenapa Nabi Muhammad SAW bersabda,

“ sesungguhnya dalam tubuh manusia ada segumbal daging, apabila segumpal daging itu baik maka baik pula tubuh manusia itu, tapi bila segumpal daging itu rusak maka rusak pula tubuh manusia itu, segumpal daging itu adalah Qalbu (hati)” (HR. Bukhari Muslim). 

Inilah hati manusia, bila diibaratkan, hati merupakan benteng pertahanan manusia, bila benteng itu roboh oleh musuh maka musuh dapat dengan mudah menguasai isinya, tapi bila benteng itu kokoh maka musuh akan sulit menguasai isinya, yakni imannya manusia. Dalam sebuah hadits marfu' dari Anas disebutkan,

"Tidak lurus keimanan seorang hamba sebelum lurus hatinya, dan tidak lurus hati seseorang sebelum lurus lisannya." (HR. Ahmad). 
Wallahualam bishawab.