aguspurnomosite.blogspot.com

aguspurnomosite.blogspot.com
Berpikir Luas Membuka Cakrawala Kehidupan! Berusaha Memberikan Yang Terbaik Untuk Masa Depan! Katakan "Go Go Go SEMANGAT" !!!

Senin, 08 Juli 2013

Hikmah Ramadhan Wasilah Ketakwaan

Ramadhan adalah bulan yang penuh dengan ragam kebaikan, keutamaan dan keberkahan. 

Pertama: Pada bulan Ramadhanlah puasa diwajibkan atas kaum Muslim sebagai salah satu wasilah untuk meraih ketakwaan (QS al-Baqarah [2] :183). 

Kedua: Ramadhan adalah bulan Alquran karena pada bulan inilah Allah SWT menurunkan Alquran bagi umat manusia; sebagai petunjuk dan penjelas bagi manusia, yang membedakan yang haq dengan yang batil serta menjelaskan jalan petunjuk-Nya (QS al-Baqarah [2] :185).

Ketiga: Pada bulan Ramadhan terdapat suatu malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Itulah malam Lailatul Qadar (QS al-Qadar [97]: 1).

Keempat: Pada bulan Ramadhan, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan dibelenggu; sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW, “Jika datang bulan Ramadhan pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan dibelenggu.” (HR al-Bukhari dan Muslim).

Kelima: Allah memberikan keistimewaan kepada umat yang berpuasa Ramadhan dengan menyediakan satu pintu khusus di surga yang dinamai ar-Rayyan. Sabda Nabi SAW, “Pintu ar-Rayyan hanya diperuntukkan bagi orang-orang berpuasa, bukan untuk selain mereka. Bila pintu tersebut sudah dimasuki oleh seluruh rombongan ahli puasa Ramadhan, maka tak ada lagi yang boleh masuk ke dalamnya.” (HR al-Bukhari, Muslim dan Ahmad).

Keenam: Puasa Ramadhan adalah perisai penghalang dari godaan hawa nafsu dan benteng yang kokoh dari siksa api neraka. Rasul SAW bersabda, “Puasa (Ramadhan) merupakan perisai dan benteng yang kokoh dari siksa api neraka.” (HR Ahmad dan al-Baihaqi).

Ketujuh: Bau mulut orang yang berpuasa Ramadhan, di sisi Allah pada Hari Kiamat nanti, lebih wangi dari bau minyak kesturi (HR al-Bukhari dan Muslim).

Kedelapan: Allah SWT memberikan dua kebahagiaan bagi ahli puasa, yaitu bahagia saat berbuka dan pada saat bertemu dengan Allah kelak pada Hari Akhir, sebagaimana kata Nabi SAW, “Orang yang berpuasa mempunyai dua kebahagiaan: kala berbuka dan kala bertemu Allah.” (HR Muslim).

Kesembilan: Allah menjauhkan wajah orang yang berpuasa Ramadhan dari siksa api neraka, sebagaimana sabda Nabi SAW, “Barangsiapa berpuasa satu hari di jalan Allah, dijauhkan wajahnya dari api neraka sebanyak (jarak) tujuh puluh musim.” (HR al-Bukhari, Muslim, Ahmad dan Nasa`i).

Kesepuluh: Puasa Ramadhan adalah salah satu rukun Islam (Hadits Nabi SAW melalui penuturan Abdullah bin Umar dalam riwayat al-Bukhari dan Muslim).

Kesebelas: Allah SWT memberikan balasan langsung kepada orang-orang yang berpuasa, sebagaimana sabda Nabi SAW, “Setiap amalan Anak Adam, kebaikannya dilipat­gandakan menjadi sepuluh sampai tujuh ratus kali lipat. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, ‘Kecuali puasa. Sesung­guhnya, amalan puasa itu adalah (khusus) bagi-Ku dan Aku yang akan memberikan pahalanya karena (orang yang ber­puasa) meninggalkan syahwat dan makanannya karena Aku.’” (HR al-Bukhari dan Muslim).

Kedua belas: Puasa Ramadhan bisa menjadi kaffarah (penghapus) dosa-dosa hamba. Nabi SAW, bersabda, “Fitnah seseorang terhadap keluarga, harta, jiwa, anak dan tetangganya dapat ditebus dengan puasa, shalat, sedekah, serta amar makruf dan nahi mungkar.” (HR al-Bukhari dan Muslim).

Rasulullah SAW juga bersabda, “Shalat lima waktu, (dari) Jumat ke Jumat, dan (dari) Ramadhan ke Ramadhan, adalah penggugur dosa (seseorang pada masa) di antara waktu tersebut sepanjang ia menjauhi dosa besar.” (HR Muslim).

Rasulullah SAW pun bersabda, “Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena keimanan dan hanya mengharap pahala, dosa­-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR al-Bukhari)

Ketiga belas: Puasa Ramadhan akan memasukkan pelakunya ke dalam surga. Abu Umamah ra pernah berkata kepada Nabi SAW, “Wahai Rasulullah, perintahlah saya untuk mengerjakan suatu amalan, yang dengannya, saya dimasukkan ke dalam surga.” Beliau bersabda, ‘Berpuasalah, karena (puasa) itu tak ada bandingannya.’” (HR Ibnu Abi Syaibah, Ahmad, An-Nasa`i dan Ibnu Hibban).

Keempat belas: Puasa Ramadhan akan memberikan kepada pelakunya syafaat pada Hari Kiamat. Rasulullah SAW bersabda, “Puasa dan Alquran akan memberikan syafaat untuk seorang hamba pada Hari Kiamat.” (HR Ahmad dan al-Hakim).

Dengan semua keutamaan di atas, tak selayaknya seorang Muslim menyia-nyiakan bulan Ramadhan yang sebentar lagi akan datang menghampiri. Mari kita mereguk keutamaan Ramadhan sebanyak-banyaknya.

Menyesali Hijab yang Terbuang


Aku seorang gadis yang baru mekar. Aku cinta kehidupan dan benci kematian. Aku tak segan-segan meninggalkan teman-temanku, tatkala salah seorang dari mereka bercerita tentang peristiwa yang mengenaskan, mati mendadak, atau sakit keras. Aku selalu mengikuti berita tentang fashion dengan menggebu-gebu; aku tidak ingin ketinggalan satu berita pun. Kerudung hitamku tidak ketinggalan zaman, selalu tampak baru dengan gaya pemakaian yang selalu modis. Kadang-kadang kerudung itu kutaruh di pundak bukan di atas kepala, agar perhiasan dan sebagian leher jenjangku kelihatan.

Sedangkan cadarku-mungkin lebih tepatnya disebut cadar fitnah-aku pakai sesuai dengan trend. Banyak orang yang mengkritik cara aku bercadar, namun aku beralasan bahwa tidak ada yang melihat. Kedua mataku yang bercelak aku tampakkan melalui celah lubang cadarku. Aku berjalan diiringi oleh pandangan orang-orang di sekitarku. Aku senang melihat tatapan kagum dan asing dari mereka.

Suatu ketika, aku bepergian ke negeri Barat, aku tidak hanya memperindah cadarku saja, akan tetapi aku melemparkannya di jok tempat dudukku di pesawat.

Di negara itu, pandanganku terasa aneh melihat seorang wanita berhijab, tidak ada satu anggota tubuhnya pun yang tampak, kerudungnya panjang lagi lebar, menutupi seluruh tubuhnya. Aku mendekatinya. Aku mendengar dia berbicara dalam bahasa Arab. Aku heran, aku bertanya-tanya, apakah perempuan ini adalah orang Arab yang bermukim di negeri ini sehingga dia fasih berbicara dengan logat Arab? 

Aku mendekatinya dan bertanya, "Apakah Anda orang Arab?"

"Tidak, aku warga negara Kanada, seorang Muslimah. Aku masuk Islam sejak satu setengah tahun yang lalu. Aku seperti yang kamu lihat, memakai hijab, berjalan dengan kehormatan dan kebanggaanku dengan agama baruku ini," jawabnya.

Aku meraba kepala, mencari hijabku, aku tidak menemukannya. Aku teringat bahwa aku membuangnya di kursi pesawat. Aku terus mengulangi kata-kata ini dalam hatiku, 

" Ya Allah, wahai Tuhanku, wanita asing tidak mengenal dan tidak beriman kepada-Mu kecuali sejak satu setengah tahun yang lalu. Sedangkan aku...kakekku muslim, ayahku muslim, ibuku, saudaraku, bahkan kaumku semuanya muslim. Aku tumbuh di atas ketaatan kepada-Mu, aku dididik di udara yang penduduknya beriman kepada-Mu. Betapa dengan mudahnya aku melepaskan hijabku, sedangkan perempuan itu sangat erat memegangnya."

Reff

Ali bin Abi Thalib dan Lelaki Tua Nasrani


Pada suatu subuh, seperti biasa Ali bin Abi Thalib bergegas dari rumahnya menuju masjid untuk mendirikan salat berjamaah bersama Rasulullah saw dan para sahabat yang lainnya. Namun belum juga jauh Ali keluar rumah, dia menjumpai kendala dalam perjalanannya sehingga membuatnya terlambat tiba di masjid. Yakni seorang kakek tua yang berjalan teramat lambat di depannya. Lambatnya jalan sang kakek membuat langkah Ali pun menjadi melambat. 

Padahal jika melihat lebar jalan yang dilalui, cukup bagi sepupu Rasulullah tersebut untuk mendahului sang kakek. Namun suami Fatimah binti Rasulullah itu tak ingin mendesak dan memaksa untuk mendahului bapak tua itu. Ali begitu menghormati sang kakek karena usianya. Meski tahu akan telat tiba di masjid dan hatinya gelisah lantaran tak bisa berjamaah bersama Rasulullah, Ali tetap bersabar berada di belakang sang kakek. 

Selangkah demi selangkah kakek tua itu berjalan, dan Ali mengikutinya di belakang. Ali menduga jika sang kakek itu adalah seorang muslim. Karena itu dia setia mengikutinya hingga menuju masjid. 

Namun begitu tiba keduanya di depan masjid, Ali terkejut. Kakek tua itu tak masuk ke dalam masjid, melainkan berbelok ke arah yang lain. Ali menyadari jika kakek tua yang diikutinya adalah seorang Nasrani. Tak berpikir panjang, Ali langsung bergegas masuk ke dalam masjid. Bersyukur, Ali masih sempat mengikuti jamaah salat subuh pada rakaat terakhir. 

Ali merasa bersyukur masih dapat berjamaah dengan Rasulullah. Namun dia tak menyadari, sesuatu yang tak biasa juga terjadi terhadap Rasulullah dan para sahabatnya dalam berjamaah salat subuh. 

Seusai salat berjamaah, seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah Saw, "Apa yang terjadi, wahai Rasulullah? Tidak seperti biasanya, engkau memperlambat ruku yang terakhir?"

Rasulullah Saw menjawab, "Ketika ruku dan membaca tasbih seperti biasa, aku hendak mengangkat kepalaku untuk berdiri. Tapi Jibril tiba-tiba datang dan ia membebani punggungku hingga lama sekali. Baru setelah dia pergi dan beban itu diangkat, aku bisa mengangkat kepalaku dan berdiri."

"Mengapa bisa begitu, ya Rasulullah?" tanya sahabat yang lain.

"Aku sendiri tak mengetahuinya dan tak bisa menanyakan hal itu kepada Jibril," jawab Rasulullah Saw.

Tak lama, Jibril pun datang kepada Rasulullah saw dan menjelaskan apa yang terjadi. "Wahai Muhammad! Sesungguhnya tadi itu karena Ali tergesa-gesa mengejar salat berjamaah, tapi dia terhalang oleh seorang laki-laki Nasrani tua. Ali menghormatinya dan tak berani mendahului langkah orang tua itu. Ali memberi hak orang tua itu untuk berjalan lebih dulu. Maka, Allah memerintahkanku untuk menetapkanmu dalam keadaan ruku hingga Ali bisa menyusul salat berjamaah bersamamu."

Kemudian Rasulullah Saw mengatakan, "Itulah derajat orang yang memuliakan orang tua, meski orang tua itu seorang Nasrani."

Reff

Sains Salah Satu Cara Pembuktian Kebenaran Al-Qur’an Melalui Penciptaan Alam Semesta

Ketika SMP, saya pernah membaca buku science-fiction terlaris di dunia. Meski cerita (karakternya) fiksi, namun sejarah dan latar kejadian memang benar nyata terjadi. Buku tersebut mengungkapkan fakta bahwa terdapat umat yang memiliki keyakinan sangat fanatik begitu tidak menyukai perkembangan ilmu pengetahuan karena ditakutkan sains/ilmu pengetahuan dapat memupuskan pengaruh mereka terhadap para pengikutnya. Tetapi, saya pribadi berpendapat bahwa keberadaan sains bukanlah sebagai penghalang manusia menuju Tuhannya dalam hal ini karena saya seorang muslim, yaitu Allah SWT. Sains diciptakan justru sebagai salah satu jembatan manusia dengan Allah, sebagai sarana untuk semakin menguatkan keimanan seorang hamba pada Allah SWT. Karena banyak ilmuwan yang justru memeluk agama Islam karena pengetahuan mereka. Oleh karena itu saya memberanikan diri untuk melakukan penelitian kecil-kecilan dan observasi dari berbagai sumber serta pengalaman-pengalaman yang pernah saya alami.

Lebih dari beratus-ratus tahun yang lalu Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur pada Nabi Muhammad SAW. Namun, hanya Al-Qur’an-lah satu-satunya kitab yang dapat memprediksikan secara tepat apa yang akan terjadi di masa depan. Mengapa begitu? Hal tersebut baru saya sadari ketika saya duduk di bangku SMA. Banyak sekali ilmu-ilmu yang saya dapatkan untuk mempelajari ayat-ayat Allah yang tertera di seantero jagat raya ini. Dari mulai level atom hingga alam semesta yang sangat luas ini. Hal-hal yang saya pelajari ini lebih saya fokuskan pada alam semesta (luar angkasa) secara umum. Pemahaman-pemahaman yang saya dapatkan selama ini mulai dari penciptaan alam semesta, unsur-unsur yang terkandung di planet yang kita sebut Bumi, dan lain-lain yang ingin saya membagikan sedikit pengetahuan yang dianugerahkan Allah pada saya itu kepada semua orang, agar orang lain juga mengetahui bahwa sains selalu sejalan dengan Al-Qur’an.

Mari kita awali dengan penciptaan alam semesta yang sangat luas ini. Jika kita merujuk surat keenam dalam Al-Qur’an, yaitu Surat Al-An’am ayat 101 yang berbunyi:

“Dia (Allah) Pencipta langit dan bumi. Bagaimana (mungkin) Dia mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai istri. Dia menciptakan segala sesuatu; dan Dia mengetahui segala sesuatu”.

Dalam ayat ini Allah telah dengan jelas menyebutkan bahwa Allah Yang Maha Esa tidak membutuhkan apa pun untuk menciptakan segala sesuatu, bahkan adalah hal yang sangat mudah bagi Allah SWT untuk menciptakan langit dan bumi.

Setelah diciptakan ternyata bumi yang kita pijak dan langit yang kita lihat di atas kepala kita ini pada awalnya menyatu. Serta pernyataan para ilmuwan dan peneliti yang menyatakan bahwa kehidupan berasal dari air merupakan benar adanya. Ayat yang menerangkannya jelas tertera dalam Surat Al-Anbiya ayat 30:

“Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi keduanya dahulu menyatu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya; dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air; maka mengapa mereka tidak beriman?”

Semasa bimbingan OSK Astronomi, saya bersama pembimbing dan teman-teman saya pernah menyaksikan video yang diunduh dari discoveryschool.com yang berjudul “The Ages of Earth” yang menerangkan asal-usul pembentukan Bumi dari sudut pandang ilmiah yang membagi proses terbentuknya Bumi menjadi 3 proses:

  • Akresi (proses dimana Bumi masih berbentuk cairan panas).
  • Kompresi (unsur dengan massa jenis yang lebih berat turun dan yang lebih ringan naik ke permukaan).
  • Disasosiasi (proses pembentukan lapisan Bumi).
Islam merupakan satu-satunya agama yang memiliki kitab yang dapat memprediksikan apa yang akan terjadi di masa depan. Ketika para peneliti dari Barat menyimpulkan bahwa Besi (Fe), merupakan unsur yang pada awal mulanya tidak terdapat di Bumi, namun logam besi yang terdapat di Bumi berasal dari tumbukan bintang-bintang yang merupkaan bahan logam terbaik di dunia. Proses kompresilah yang menjadi alasan mengapa besi berada jauh didalam perut Bumi dan bukannya di permukaan Bumi.

Dalam video tersebut, ketika awal penciptaan Bumi dan permukaan Bumi masih seperti lava yang mendidih, banyak komet es seberat 30 – 40 ton menumbuk permukaan Bumi setiap 3 detik selama 20000 (dua puluh ribu) tahun! Tumbukan komet es inilah yang menyebabkan permukaan Bumi mendingin dan terciptalah air dalam jumlah banyak yang menjadi cikal-bakal tumbuhnya mikroorganisme bersel satu (uniseluler) yang secara terus-menerus berkembang. Jika Anda pernah berkunjung ke Grand Canyon atau sekedar melihat gambarnya, Anda pasti melihat garis-garis teratur yang berlainan warna sepanjang sisi tebing. Garis-garis tersebut merupakan bukti dari keberadaan unsur-unsur organisme di masa lampau.

Tumbukan komet es ke dalam permukaan Bumi yang masih panas pasti menimbulkan uap, uap inilah kini kita kenal sebagai atmosfer yang melindungi kita dari ganasnya sinar ultra-violet Matahari dan berbagai benda asing lainnya yang jatuh ke Bumi.

Kapankah Anda mempelajari siklus hujan? Jujur saja, saya pertamakali mendapatkan pembelajaran tentang hal tersebut ketika saya masih di jenjang SD kelas 3 (atau ketika usia saya sekitar 9 tahun) dengan tidak menyadari bahwa Surat At-Tariq ayat ke-11 terkandung penjelasan tentang siklus hujan. Adapun bunyi dari Surat At-Tariq ayat 11 tersebut berbunyi:

“Demi langit yang mengandung hujan.”

Raj’i dalam bahasa Arab berarti kembali berputar. Hujan dinamakan raj’i karena dalam ayat ini karena hujan berasal dari uap yang naik dari Bumi ke udara, kemudian berkumpul di langit menjadi awan dan akhirnya turun kembali ke Bumi, begitu seterusnya.

Teori Big Bang atau Unsteady State yang dicetuskan oleh ilmuwan kenamaan Stephen Hawking dimana jagat raya ini akan terus berkembang/bertambah luas ini bukan tidak ada penjelasannya dalam Al-Qur’an, karena jelas dalam Surat Az-Zariyat ayat ke-47 Allah SWT berfirman:

“Dan langit Kami bangun dengan kekuasaan (Kami), dan Kami benar-benar meluaskannya.”

Jika dilihat dari sudut pandang Astronomi, sejauh yang saya tahu dan saya pelajari selama ini, alam semesta memang ‘benar-benar’ mengembang. Contoh kecilnya saja, galaksi M31 atau yang lebih dikenal dengan nama Andromeda merupakan galaksi yang diketahui terdekat dengan galaksi Bima Sakti (Milky Way) ini terus-menerus mengalami pergeseran merah (redshift). Dalam Asas Doppler, diketahui bahwa setiap benda yang bergerak semakin menjauh dari pengamat akan mengalami redshift sedangkan yang bergerak mendekati pengamat akan mengalami blueshift (pergeseran biru). Jadi berdasar pada ayat Al-Qur’an dan fakta ilmiah, alam semesta ini memang meluas/mengembang.

Kita mengetahui bahwa Bumi dan planet-planet anggota Tata Surya lainnya bergerak mengelilingi Matahari? Tentu karena mereka memiliki garis edar (orbit) masing-masing yang tidak berpotongan satu sama lain. Penjelasan Al-Qur’an tentang hal ini dapat kita lihat dalam Surat Al-Anbiya ayat ke-33:

“Dan Kami yang telah menciptakan malam dan siang, matahari, dan bulan. Masing-masing beredar pada garis edarnya.”

Lho, Matahari kok beredar juga sih? Bukannya Matahari itu tidak bergerak? Ternyata Matahari juga bersama dengan Bumi dan planet-planet lain berevolusi mengelilingi Pusat Galaksi dengan periode 225 juta tahun dalam satu kali putarannya!

Beberapa ayat Al-Qur’an yang telah disebutkan diatas dapat kita lihat dan observasi sendiri. Sebagai muslim, saya hanya ingin berbagi pengetahuan saya yang meski sedikit tetapi semoga bermanfaat untuk semua orang tentang alam semesta dan kebenaran Al-Qur’an ini.

Kisah Terbelah Laut Nabi Musa itu Ilmiah

musa
Laut merupakan fasilitas multifungsional, kemanfaatan laut terimplementasi pada segala aspek. Mulai dari agama, komunikasi sosial, ekonomi, teknologi, dan ilmu pengetahuan.     Apabila membahas sejarah kelautan secara ilmu oseanografi umum yang dipelajari di universitas-universitas, ceritanya bermula dari para filsuf dan naturalis yang mengkaji laut dari daratan, perkembangan ilmu ini mulai pesat sejak adanya ekspedisi Chalenger pada abad ke-19 yang dirintis oleh C.W. Thomson (berkebangsaan Skotlandia) dan Murray (berkebangsaan Kanada). Mereka mulai mengamati gejala-gejala fisis dari laut seperti arus, gelombang, pasang-surut dan badai yang mengerakkan dan mempengaruhi rakit ketika di lautan. Selain itu, mereka pun mulai mempelajari biota di bawah laut. Setelah itu berangsur-angsur ilmu kelautan terus dikembangkan dan mulai dibentuk institusi-institusi khusus yang bergerak dan berfungsi dalam eksplorasi, eksploitasi dan pembudidayaan laut.
Penelaahan aspek agama adalah faktor yang sangat signifikan bagi keimanan seorang muslim, dalam hal ini dapat menancapkan akar aqidah menjadi semakin kuat dan erat.  Cepisan kata “laut” telah tertoyong dalam firman Allah SWT sejak 14 abad tempo lalu.  Dalam pengetahuan seorang muslim secara global dan umum laut identik dengan kisah para nabi seperti Nabi Nuh as. dan Musa as.  Wawasan kelautan yang ingin diinformasikan dalam al-Qur’an secara faktual dan esensinya tidak hanya sebatas menceritakan sejarah nabi-nabi. Namun ada pengetahuan ilmiah empirik yang sangat mencengangkan dan ini hanya dikhususkan bagi orang yang “berakal” dalam bahasa sastra al-Qur’an.
Berawal dari perkembangan iptek yang terus merangkak dengan perlahan hingga mampu berlari kencang sampai diluar estimasi akal primitif. Maka para ilmuan pun mulai terinspirasi untuk mempelajari fenomena-fenomena laut karena kemanfaatannya yang menggiurkan baik dari finansial maupun kemajuan teknologi.  Pada akhirnya ditemukanlah korelasi alamiah yang ilmiah antara penuturan al-Qur’an dengan fakta yang terjadi dari hasil riset. Rentetan penelusuran dan penemuan para ilmuan mencigap tabir keniscayaan bahwa al-Qur’an adalah firman Tuhan yang tidak dapat digugat oleh siapapun di seantaro alam ini.  Bahkan kemajuan sains dan teknolgi memang ditakdir untuk menyokong pembuktian kemewahan dan ke-spektakuler-an al-Qur’an.
Kita semua tentu sudah sering mendengar maupun membaca kisah nabi Allah Musa as. Dalam al-Qur’an al-Karim kisah nabi Musa as menjadi kisah yang sangat fenomenal. Beberapa kisah yang diabadikan dalam al-Qur’an adalah tatkala penyerangan fira’un durjana serentak dengan ribuan serdadunya yang elit dan kuat. Tertuturlah dalam firman-Nya yang suci pada surat al-Baqarah ayat 50:
“Dan (ingatlah), ketika Kami belah laut untukmu, lalu Kami selamatkan kamu dan Kami tenggelamkan (Fir’aun) dan pengikut-pengikutnya sedang kamu sendiri menyaksikan.” (Q.S al-Baqarah: 50)
Jelas dan terang dengan kita sekarang, tidak ada satu pun yang dapat melindungi kita jika Allah berkehendak memberikan mudharat atas hamba-Nya dan tidak pula ada  manusia yang mampu memberikan mudharat atas insan terpilih jika Allah telah menitahkan perlindungan bagi dirinya. Allah menunjukkan kekuasaan-Nya bagi umat Muhammad saw yang mau mengambil pelajaran dan ingin mencari kebenaran.
Tidak dapat dipungkiri lagi kebenaran sejarah fantastik terbelahnya laut yang berlangsung pada dimensi peradaban nabi Musa as.  Pertumbuhan ilmu pengetahuan dan teknologi kian hari semakin menunjukkan perkembangan yang sehat, kuat, cepat dan terus melesat. Satu persatu paradigma kolot yang berbau mistik dan alam non fisik pun mulai meluruh bahkan rontok meninggalkan cabang-cabang akal manusia, akar disiplin ilmu yang berbau ke alam tidak kasat mata mengalami sinkronisasi dengan rumus-rumus empirik para ilmuan, lambat laun mulai menancapkan tunggangnya ke ulu brain wave  (gelombang otak) setiap masyarakat pribumi saat ini. Teori kuantum yang diperkenalkan oleh fisikawan teoritik tempo lalu seperti Bohr, Schrödinger, Heisenberg, Becquerel, dan Einsten berkolaborasi dengan prinsip-prinsip oseanologi terkini, mampu mendobrak jendela ke-jadul-an alur pikir umat-umat kafir terdahulu yang menduga dan menjastifikasi bahwa al-Qur’an dan apa yang disampaikan oleh Rasulullah saw itu adalah dongengan belaka.
Sekarang kita mulai penjelasan praktis dan ilmiah itu dari ayat cinta Allah pada surat Thohaa ayat 77:
Dan sesungguhnya telah Kami wahyukan kepada Musa: “Pergilah kamu dengan hamba-hamba-Ku (Bani Israil) di malam hari, maka buatlah untuk mereka jalan yang kering dilaut itu, kamu tak usah khawatir akan tersusul dan tidak usah takut (akan tenggelam).”(Q.S Thohaa: 77)
Membuat jalan yang kering di dalam laut itu ialah memukul laut itu dengan tongkat. Nabi Musa as telah menjalarkan sebuah energi seismik melalui tongkatnya dengan skala sekian richter ke dalam lapisan litosfer bumi yang diteruskan ke lantai samudra. Gelombang seismik ini akan mempengaruhi posisi lempeng bumi, ada yang mengalami konveksi dan divergensi (dalam dikaji dalam ilmu oseanografi). Koheren dengan teori sel konveksi dalam rumusan lempeng tektonik, seismologi.  Jauh di dalam inti bumi telah terjadi peluruhan bebatuan melalui radioaktifitas yang menghasilkan energi luar biasa besarnya. Energi ini dijadikan oleh inti untuk memanaskan batuan di atasnya sehingga membentuk lapisan plastis atau sebagai mantel cair yang mengelilingi inti bumi. Karena adannya desakan batuan baru dari atas biasanya dari peristiwa pelepasan eneri gempa bumi maka cairan atau magma tersebut mencuar ke atas permukaan. Namun karena berkurangnya suhu seiring dengan aliran yang semakin ke permukaan bumi maka akan terbentuklah punggung samudra atau batuan yang baru.  
Seperti terlihat pada gambar di atas, fenomena siklus yang sedemikian, biasanya berlangsung ribuan tahun. Namun jika Allah berkehendak dalam sekejap mata pun dapat terealisasi. Tentunya anda sudah mulai bisa membaca makna dari uraian sebelumnya. Energi yang dilepaskan oleh tongkat nabi Musa telah menstimulus air laut surut karena permukaannya yang semakin tinggi akibat pembentukan batuan baru. Barulah setelah nabi Musa dan kaumnya (Bani Israil) menyeberangi laut, air kembali kepada keadaan normal efek pergeseran lempeng ke arah yang lain dari energi seismik yang tersisa. Gejala alam seperti pergeseran lempeng (lantai samudra) memang pada umumnya hanya berlangsung  dalam  kurun waktu yang relatif lama. Tentu saja, sepertinya Allah telah menunjukkan jalur yang akan dilalui oleh nabi Musa as tepat pada waktu gejala alam itu akan terjadi dan jalur ini sudah dirancang sejak tempo abad yang silam, sehingga ketika tiba masanya hanya dengan sedikit getaran saja dapat memicu bangkitnya fenomena seperti paparan di atas. Allahu’alam Bishowab. Jika anda ingin mengetahui kebenarannya, peristiwa ini juga sudah pernah terjadi di jepang pada abad 19 ini (silahkan cek di internet).  
Allah swt secara tersirat telah membuktikan bahwa kitab yang diturunkan kepada nabi Agung yang buta huruf itu  tidaklah dongengan orang terdahulu dan bukan pula mantra-mantra sihir, ia adalah petunjuk, pembeda, cahaya dan obat bagi umat mukmin. Sekali lagi ditegaskan dalam ayat-Nya: 
“Maka Kami hukumlah Fir’aun dan bala tentaranya, lalu Kami lemparkan mereka ke dalam laut. Maka lihatlah bagaimana akibat orang-orang yang zalim.”(Q.S: al-Qashas: 40) 
Murka Allah swt jatuh pada diri-diri yang angkuh, pongah, dan penuh kesombongan. Oleh karena itu, marilah kita senantiasa menghisab diri sudah seberapa jauh kita mengenal Allah swt, ketahuilah jika hati itu sadar akan kebesaran Tuhannya pastilah ia merasa kecil lagi hina di hadapan Allah swt. Dengan seperti ini tekuraslah korosi-korosi kesombongan yang menempel di kebeningan hati manusia. Dekatilah al-Qur’aan yang penuh ketakjuban , sesekali tidak ada salah menelaah maknanya agar semakin tumpah ruahlah keyakinan kita kepada Tuhan yang Maha Indah. Fastabiqul khairat….! Source

Aeronautika Era Milenium, Refleksi Afiliasi Surat Ar Rahman

Islam merupakan agama yang telah diturunkan Allah sebagai agama akhir zaman dan paling sempurna. Allah berfirman dalam Surah Al Maidah :

“… Pada hari ini telah kusempurnakan untukmu agamamu, dan telah kucukupkan nikmatKu kepadamu, dan telah Kuridhai Islam menjadi agamamu ….” (Al Maidah:3).

Ayat ini mengindikasikan bahwa hanya Islam yang diridhai sebagai agama Allah dan Islam telah sempurna tanpa perlu tambahan dan pengurangan. Al Quran, sebagai sumber hukum Islam yang utama, telah Allah turunkan pada KhalilNya yang mulia, Muhammad Rasulullah dalam rangka menyelamatkan umat manusia dari gelap kesesatan menuju cahaya. Al Quran dengan demikian telah menjadi Kitab petunjuk dan bimbingan menuju jalan lurus yang menjamin kebaikan dunia dan akhirat.

Hanya saja, Al Quran bukanlah kitab tentang disiplin ilmu ataupun ensiklopedi teknologi, hingga kita harus merujukkan setiap teori ilmu baru padanya serta memeriksakan setiap teknologi baru padanya seperti yang telah dilakukan sebagian orang atau cendekiawan. Bahkan terkadang mereka datang dengan ekspresi keheranan yang tidak pernah terlintas dalam pikirannya sedikitpun.Begitu mendengar teori ilmiah baru, mereka selalu berusaha menyeret nyeret ayat Al Quran untuk mendalilinya dan menguliti kandungannya tanpa melihat aspek signifikansi ayat tersebut. Mungkin, mereka pikir hal tersebut adalah salah satu cara dalam mengembangkan tafsir Al Quran dan memajukan Islam. Padahal kenyataannya, teori teori ilmiah selalu mengalami perubahan.Satu teori digugurkan dan muncul teori baru.Pendapat baru muncul menggantikan pendapat lama.Hal ini justru dapat menjebak umat Islam pada lubang yang telah mereka gali sendiri.Bila hal seperti ini terjadi, tanpa disadari mereka telah melakukan tudingan paradoks pada Kitab dan Firman Allah Jalla Jalaluh.Hal ini mustahil, sebab Kitab Allah kekal, tidak berubah, dan memiliki kebenaran mutlak.Kitab Allah juga tidak berganti hanya untuk menyesuaikan dengan setiap teori dan mendukung tiap gagasan.Ia adalah kitab kebenaran yang tidak akan tersusupi kebatilan dari sisi manapun.

Al Quran bukanlah kitab disiplin ilmu sains ataupun ensiklopedi teknologi,namun dalam Al Quran telah diisyaratkan beberapa hakikat hukum alam sekaligus mendorong manusia untuk melakukan pengamatan dan perenungan terhadap alam sebagai sarana untuk menunjukkan keagungan ciptaan Allah sekaligus kebesaran Penciptanya. Apa yang diisyaratkan Allah adalah kebenaran dan selamanya tidak akan mungkin bertentangan dengan hakikat ilmiah yang telah dapat dibuktikan dengan pasti oleh penelitian.

Al Quran juga membimbing umat Islam pada metode yang tepat guna dalam melakukan penelitian ilmiah yang akan mengantarkan pada hakikat ilmu. Al Quran juga telah meletakkan dasar metodologi ilmiah yang tepat bagi umat Islam, yaitu yang berlandaskan pada pengamatan, penyelidikan, dan optimalisasi pemikiran. Allah berfirman:

“Katakanlah : Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi” (QS Yunus 101)

“Dan di bumi itu terdapat tanda tanda (Kekuasaan Allah) bagi orang orang yang yakin; dan juga pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tiada memperhatikan”(QS Adz Dzariyat 20-21)


Pengamatan yang jeli dan mendalam serta optimalisasi pemikiran merupakan kunci kemajuan dan keterbukaan yang akan membukakan cakrawala ilmu dan mengeluarkan buah manfaatnya bagi manusia. Aktivitas inilah yang dianjurkan oleh Allah Rabbul Alamin dan juga telah dilakukan oleh kaum Salafush Sholeh.

Dengan demikian, dapat dikatakan Al Quran telah memberikan kunci pengetahuan dalam berbagai disiplin ilmu.Al Quran tidak bisa dituntut macam-macam dan memang bukan itulah tujuannya diturunkan, untuk menyajikan di hadapan kita rincian sains yang beragam beserta bagian bagian mikronya yang berlimpah ruah. Cukuplah kiranya Al Quran menghancurkan belenggu yang merintangi akal, mengangkat hijab penghalang yang menutupinya, lalu mendorong akal untuk bertolak tak terbatas mengisi medan aktivitasnya sepanjang masih dalam koridor syariat.

Pandangan Al-Qur’an tentang ilmu dan teknologi dapat diketahui prinsip-prinsipnya dari analisis wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad Saw.

“Bacalah dengan menyebut nama Tuhan-Mu yang telah menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari ‘alaq.Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah. Yang mengajar manusia dengan pena, mengajar manusia yang tidak diketahuinya. (Q.S. Al-Alaq, 96:1-5). 


Iqra’ terambil dari kata yang berarti menghimpun.Dari menghimpun lahir aneka makna seperti menyampaikan, menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui ciri sesuatu, dan membaca baik teks tertulis maupun tidak.

Wahyu pertama itu tidak menjelaskan apa yang harus dibaca, karena Al-Qur’an menghendaki umatnya membaca apa saja selama bacaan tersebut Bismi Rabbik, dalam arti bermanfaat untuk kemanusiaan. Iqra’ berarti bacalah, telitilah, dalamilah, ketahuilah ciri-ciri sesuatu; bacalah alam, tanda-tanda zaman, sejarah, maupun diri sendiri yang tertulis maupun yang tidak.Alhasil, obyek perintah iqra’ mencakup segala sesuatu yang dapat dijangkaunya. Selanjutnya, dari wahyu pertama Al-Qur’an diperoleh isyarat bahwa ada dua cara perolehan dan pengembangan ilmu, yaitu Allah mengajar dengan pena yang telah diketahui manusia lain sebelumnya, dan mengajar manusia (tanpa pena) yang belum diketahuinya. Cara pertama mengajar dengan alat atau atas dasar usaha manusia.Cara kedua dengan mengajar tanpa alat dan tanpa usaha manusia.Walaupun berbeda, keduanya berasal dari satu sumber, yaitu Allah SWT.

Setiap pengetahuan memiliki subyek dan obyek.Secara umum subyek dituntut peranannya untuk memahami obyek. Namun pengalaman ilmiah menunjukkan bahwa obyek terkadang memperkenalkan diri kepada subyek tanpa usaha sang subyek. Misalnya komet Halley yang memasuki cakrawala hanya sejenak setiaap 76 tahun.Pada kasus ini, walaupun para astronom menyiapkan diri dengan peralatan mutakhirnya untuk mengamati dan mengenalnya, sesungguhnya yang lebih berperan adalah komet itu dalam memperkenalkan dirinya. Wahyu, ilham, intuisi, firasat yang diperoleh manusia yang siap dan suci jiwanya, atau apa yang diduga sebagai “kebetulan” yang dialami oleh ilmuwan yang tekun, semuanya tidak lain kecuali bentuk-bentuk pengajaran Allah yang dapat dianalogikan dengan kasus komet di atas. Itulah pengajarah tanpa qalam yang ditegaskan oleh wahyu pertama Al-Qur’an tersebut.

Ilmu

Kata ilmu dengan berbagai bentuknya terulang 854 kali dalam Al-Qur’an. Kata ini digunakan dalam arti proses pencapaian pengetahuan dan obyek pengetahuan. ‘Ilm dari segi bahasa berarti kejelasan.Ilmu adalah pengetahuan yang jelas tentang sesuatu.Sekalipun demikian, kata ini berbeda dengan ‘arofa (mengetahui), ‘arif (yang mengetahui), dan ma’rifah (pengetahuan).

Menurut pandangan Al-Qur’an seperti diisyaratkan oleh wahyu pertama, ilmu terdiri dari dua macam.Pertama ‘ilm laduni, seperti diterangkan oleh Al-Qur’an surat al-Kahfi, 18:65.

“Lalu mereka (Musa dan muridnya) bertemu dengan seorang hamba dari hamba-hamba Kami, yang telah Kami anugrahkan kepadanya rahmat dari sisi Kami dan telah Kami ajarkan kepada ilmu dari sisi Kami”.

Kedua, ilmu yang diperoleh karena usaha manusia dinamai ‘ilm kasbi.Ayat-ayat ‘ilm kasbi jauh lebih banyak dari pada yang berbicara tentang ilmu laduni.

Pembagian ini disebabkan karena dalam pandangan Al-Qur’an terdapat hal-hal yang “ada” tetapi tidak dapat diketahui melalui upaya manusia sendiri. Ada wujud yang tidak tampak, sebagaimana ditegaskan berkali-kali oleh Al-Qur’an, antara lain firman-Nya:

“Aku bersumpah dengan yang kamu lihat dan yang kamu tidak lihat”. (Q.S. Al-Haqqah, 69:38-39).

Dengan demikian, obyek ilmu meliputi materi dan non materi.Fenomena dan non-fenomena, bahkan ada wujud yang jangankan dilihat, diketahui manusia pun tidak.

Dia menciptakan apa yang tidak kamu ketahui”. (Q.S. Al-Nahl, 16:8).

Dari sini jelas pula bahwa pengetahuan manusia amatlah terbatas, karena itu wajar sekali Allah menegaskan.

“Kamu tidak diberi pengetahuan kecuali sedikit”. (Q.S. Al-Isra’, 17:85).

Teknologi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, teknologi diartikan sebagai “kemampuan teknik yang berlandaskan pengetahuan ilmu, eksakta dan berdasarkan proses teknis”. Teknologi adalah ilmu atau cara tentang menerapkan sains untuk memanfaatkan alam bagi kesejahteraan dan kenyamanan manusia. Menelusuri pandangan Al-Qur’an tentang teknologi, mengundang kita untuk menengok sekian banyak ayat Al-Qur’an yang berbicara tentang alam raya.Menurut sebagian ulama, terdapat sekitar 750 ayat Al-Qur’an yang berbicara tentang alam materi dan fenomenanya, dan memerintahkan manusia untuk mengetahui dan memanfaatkan alam ini.Secara tegas Al-Qur’an menyatakan bahwa alam raya diciptakan dan ditundukkan Allah untuk menusia.

“Dan Dia menundukkan untuk kamu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya (sebagai anugrah) dari Nya”. (Q.S. Al-Jatsiyah, 45:13).

Jadi, dapatkan dikatakan bahwa teknologi merupakan sesuatu yang dianjurkan oleh Al-Qur’an.Sebelum menjawab pertanyaan, ada dua catatan yang perlu diperhatikan.

Pertama, ketika Al-Qur’an berbicara tentang alam raya dan fenomenanya, terlihat secara jelas bahwa pembicaraannya selalu dikaitkan dengan kebesaran dan kekuasaan Allah SWT.Misalnya uraian Al-Qur’an tentang kejadian alam.

“Apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah satu yang padu, kemudian Kami (Allah) pisahkan keduanya, dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapa mereka tidak juga beriman?”. (Q.S. Al-Anbiya, 27:30).

Ayat ini dipahami oleh banyak ulama kontemporer sebagai isyarat tentang teori Big Bang (Ledakan Besar) yang mengawali terciptanya langit dan bumi. Para pakar boleh saja berbeda pendapat tentang makna ayat tersebut, atau mengenai proses terjadinya pemisahan langit dan bumi. Yang pasti, ketika Al-Qur’an berbicara tentang kekuasaan dan kebesaran Allah, serta keharusan beriman kepada-Nya.Ini berarti sains dan hasil-hasilnya harus selalu mengingatkan manusia terhadap kehadiran dan kemahakuasaan Allah SWT, selain juga harus memberi manfaat bagi kemanusiaan, sesuai dengan prinsip bismi rabbik.

Kedua, Al-Qur’an sejak dini memperkenalkan istilah sakhara yang maknanya bermuara pada kemampuan meraih dengan mudah dan sebanyak yang dibutuhkan segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan dari alam raya melalui keahlian di bidang teknik.Ketika Al-Qur’an memilih kata sahkara yang arti harfiahnya menundukkan atau merendahkan, maksudnya adalah agar alam raya dengan segala manfaat yang dapat diraih darinya harus tunduk dan dianggap sebagai sesuatu yang posisinya berada di bawah manusia.

Dan kedua catatan yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa teknologi dan hasil-hasilnya disamping harus mengingatkan manusia kepada Allah, juga harus mengingatkan bahwa manusia adalah khalifah yang kepadanya tunduk segala yang berada di alam raya ini. Salah satu cabang teknologi yang berkembang pesat saat ini adalah ilmu aeronautika.

Aeronautika Era Milenium, Refleksi Afiliasi Surat Ar Rahman

Aeronautika (dari bahasa Yunani ὰήρ āēr yang berarti “udara” dan ναυτική nautikē yang berarti “navigasi di udara”) adalah ilmu yang terlibat dalam pengkajian, perancangan, dan pembuatan mesin-mesin berkemampuan terbang, atau teknik-teknik pengoperasian pesawat terbang dan roket di atmosfer. Meski pada mulanya istilah ini bermakna harfiah “berlayar di udara”, semata-mata hanya dirujuk sebagai ilmu pengoperasian pesawat terbang, kini aeronautika memiliki perluasan cakupan dengan menyertakan teknologi, bisnis, dan aspek-aspek lain yang berkaitan dengan pesawat terbang.

Salah satu bagian penting dalam aeronautika adalah sebuah cabang dari ilmu fisika yang disebut aerodinamika, yang membidangi pergerakan udara dan cara udara tersebut berinteraksi dengan benda-benda bergerak, seperti persawat terbang. Istilah “aviasi” kadang-kadang saling dipertukargunakan dengan aeronautika, kendati “aeronautika” melibatkan pesawat yang lebih ringan dari udara seperti kapal udara, dan meliputi kendaraan balistik yang tidak dibahas oleh “aviasi”.

“Hai jama`ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan. (QS. Arrahman / 55 : 33). 

Ayat ini menyeru jin dan manusia jika mereka sanggup menembus, melintasi penjuru langit dan bumi karena takut akan siksaan dan hukuman Allah, mereka boleh mencoba melakukannya, mereka tidak akan dapat berbuat demikian. Demikian mereka tidak mempunyai kekuatan sedikit pun dalam menghadapi kekuatan Allah Subhanahu wa Taala.

Menurut sebagian ahli tafsir, pengertian -Sultan- pada ayat ini adalah ilmu pengetahuan.Hal ini menunjukkan bahwa dengan ilmu pengetahuan / teknologi manusia dapat menembus ruang angkasa.

(Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka) untuk memerangi mereka (kekuatan apa saja yang kalian sanggupi) Rasulullah saw. menjelaskan, bahwa yang dimaksud dengan kekuatan adalah ar-ramyu atau pasukan pemanah. Demikianlah menurut hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim (dan dari kuda-kuda yang ditambat) lafal ribath berbentuk mashdar, artinya kuda-kuda yang sengaja disediakan untuk berperang di jalan Allah (untuk membuat takut) kalian membuat gentar (dengan adanya persiapan itu musuh Allah dan musuh kalian) artinya orang-orang kafir Mekah (dan orang-orang yang selain mereka) terdiri dari orang-orang munafik atau orang-orang Yahudi (yang kalian tidak mengetahuinya sedangkan Allah mengetahuinya. Apa saja yang kalian nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalaskan kepada kalian dengan balasan yang cukup) yakni pahalanya (dan kalian tidak akan dianiaya) tidak akan dikurangi sedikit pun dari pahala kalian.

Teknologi penerbangan beserta seluruh turunannya seperti teknologi roket untuk membawa manusia hingga ke ruang angkasa wajib dikembangkan karena ini dapat merupakan faktorpenentu dalam jihad fisabilillah.

Dengan motivasi ideologis yang kuat, teknologi aeronautika pasti dengan cepat dapat dikuasai kembali oleh kaum muslimin.Motif ideologis harus menjadi motif utama, baru setelahnya motif ekonomis dan sains.Tanpa motif ideologis, teknologi bahkan industry pesawatterbang yang telah dimiliki dapat dengan mudah digadaikan atau dijual ke asing demi membayar utang luar negeri yang tidak seberapa. Dan karena ketiadaan orang Islam yang ideologis, kini ribuan ahli-ahli aeronautika muslim terpaksa berkarier di Negara-negara kafir penjajah, dan secara tak langsung ikut menciptakan mesin-mesin terbang yang membunuhi anak-anak kaum muslimin di Palestina, Iraq atau Afganistan.