aguspurnomosite.blogspot.com

aguspurnomosite.blogspot.com
Berpikir Luas Membuka Cakrawala Kehidupan! Berusaha Memberikan Yang Terbaik Untuk Masa Depan! Katakan "Go Go Go SEMANGAT" !!!

Jumat, 21 Juni 2013

Nasehat Untuk Putriku

Wahai putriku, aku masih teringat masa kecilmu, tampak kepolosanmu tanpa dosa. Terlintas dibenakku sebuah makna tanggung jawab. Dirimu pun akan selalu berkembang seiring berjalannya waktu. Dan tanpa terasa engkau telah di ambang kedewasaan. Tergugah kesadaranku bahwa tiba-tba dirimu dalam suasana yang amat menghawatirkan. Engkau berada pada zaman kejayayan iblis dan bagundal-bagundalnya dari bangsa manusia yang setiap saat siap hancurkanmu dengan segala yang dimilikinya. Zaman dengan budayanya dan zaman dengan pelaku-pelakunya.

Maafkan aku dan mohonkan aku ampun kepada Allah jika ternyata aku pun kurang serius memperhatikanmu. Aku telah lalai membekalimu hal-hal yang amat kau butuhkan kelak di akhirat. Aku jarang memperkenalkanmu kepada Allah dan Rasulullah SAW. Sekolah yang aku pilihkan untukmu hanya sekolah yang menghantarmu berbangga dengan dunia tanpa aku imbangi dengan pendidikan agama, yang sebenarnya lebih engkau butuhkan. Bahkan, Aku sering sodorkan padamu hal-hal yang membahayakanmu. Aku telah memasukkan pesan dan bisikan musuh-musuhmu ke rumahmu. Aku telah hadirkan dalam kehidupanmu potret moral yang busuk melalui layar televisi yang kau nikmati setiap saat. Aku pun telah membakalimu dengan handphone kontrol iblis yang senantiasa menyertaimu yang sebenarnya justru menyulitkanku untuk mengawasimu. Bahkan aku pun sering tidak peduli dengan perkembangan akhlakmu setiap saat. Aku hanya memikirkan kebutuhan lahirmu, makan, minum, baju dan tempat tinggal. Sementara kebutuhan hati dan jiwamu yang menghantarmu ke dalam kebahagiaan dalam keabadian di akhirat tidak pernah aku pikirkan. Bahkan kadang baju yang kubelikan pun baju yang mengundang nafsu pengikut iblis. Aku sering menjadi orang dungu yang hanya bisa bengong melihat dirimu berdandan untuk membangkitkan hawa nafsu budak iblis. Kecemburuanku kadang hilang dan menjadikan diriku kurang berarti bagimu. 


Wahai putriku bantulah aku untuk mengembalikan kemuliaan pada dirimu. Maafkan aku jika saat ini aku berbeda dengan hari yang lalu. Kemarin aku lemah dan dungu yang amat membahayakanmu. Dan hari ini aku telah menyadari bahwa aku harus meninggalkan kedunguan dan kelemahanku demi kemulyaan dan kejayaanmu kelak diakhirat.

Aku tidak ingin disebut tolol dan dungu dengan pendidikanmu yang tidak membawa keselamatanmu di akhirat. Aku tidak mau di bilang bodoh melihat pakainnmu yang separoh hati kau kenakan, sebagian badanmu tertutup dan sebagian lagi terbuka. Aku tidak ingin kau dihinakan oleh mata jalang hamba hawa nafsu. Maka perhatiakan bahwa dirimu harus kau mulyakan. Berdandanlah dengan dandanan yang berwibawa dihadapan perampok-peramopok kehormatan. Jadikanlah mereka takut mendekatimu dan jera jika mereka berusaha menjailimu. Jangan kau rendahkan dirimu dengan kau umbar tubuhmu disana sini. Sebab jika dirimu tidak bisa menghargai dirimu sendiri maka orang lainpun tidak menghargaimu.

Kemulyaanmu wahai putriku pada kepribadianmu. Jika engkau berwibawa dan mulya maka lelaki jalang hamba hawa nafsupun akan enggan mendekatimu. Senyummu amat mahal jangan kau berikan kepada semua orang sebab tidak semua orang tahu nilai senyummu. Suaramu pun adalah nilai dirimu. Jangan bersuara yang mengundang nafsu di hadapan bagundal iblis sehingga mereka meremehkanmu. Telah banyak gadis-gadis seumurmu telah direndahkan oleh mereka. Lihatlah di sekitarmu, anak gadis sebaya denganmu telah tenggelam dalam kenistaan. Harga dirinya telah digadaikan dengan karir dan ketenaran..

Putriku, Sungguh itulah bahasa cinta dan kasihku yang engkau butuhkan saat ini.Aku sadar bahwa engkau saat ini sudah tidak butuh orang tua yang hanya bisa memanjamu. Akan tetapi saat ini engkau butuh orang tua yang mendidikmu dan menuntunmu kepada kemulyaan.

Jangan heran jika aku kadang cerewet wahai putriku dan songsonglah masa depanmu dengan kemulyaan. Wallahu a’lam bishshowab ...

Janganlah Kita Menjadi Utusan Setan

Maula (mantan budak) Al-FadhL berkata: “Aku pernah duduk bersama Wahb bin Munabbih (seorang ulama tabi’in) rahimahullah, lalu ada seorang laki-laki yang mendatanginya dan mengatakan kepadanya; “Sesungguhnya aku pernah bertemu si Fulan. Ia mencaci-makimu.” Maka Wahb bin Munabbih rahimahullah marah kepada orang yang membawa berita buruk itu seraya berkata; “Apakah setan sudah tidak mendapatkan seorang utusan pun selainmu?”

Maula Al-FadhL berkata: “Tatkala aku masih duduk di majlis Wahb bin Munabbih rahimahullah, tiba-tiba orang yang mencaci makinya datang menemuinya, lalu ia mengucapkan salam kepada Wahb bin Munabbih. Maka Wahb pun menjawab salamnya, lalu beliau menjulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengannya, dan menyuruhnya agar duduk di sampingnya.” (Lihat Al-Bidayah wa An-Nihayah, karya Al-Hafizh Ibnu Katsir IX/276).

Subhanallah, betapa mulia dan bijaknya Wahb bin Munabbih rahimahullahtersebut , ia tetap bersikap tenang, sabar dan berlapang dada, dan tidak mudah percaya dan esmosi karena terpengaruh dengan berita buruk yang disampaikan seseorang kepada dirinya.

Oleh karenanya, kita pun sebagai seorang muslim dan muslimah yang mendambakan persatuan, perdamaian dan keselamatan di dunia dan akhirat, hendaknya bersikap seperti Wahb bin Munabbih ketika mendengar berita-berita buruk, berupa fitnah, tuduhan dusta, cacian, dan semisalnya yang ditujukan kepada diri kita maupun kepada saudara kita yang disampaikan oleh seseorang. Karena bisa jadi motiv dari penyampain berita buruk itu karena ingin mengadu domba diantara kita, atau karena adanya kedengkian atas suatu nikmat yang Allah anugerahkan kepada kita berupa ilmu, harta, kesuksesan, kedudukan yang tinggi, dan sebagainya. Apalagi jika suadara kita yang digunjing dan difitnah tersebut dikenal baik kwalitas agama dan akhlaknya, maka janganlah kita mudah terpancing untuk marah dan membalasnya dengan keburukan karena percaya dan terpengaruh oleh penyampai berita tersebut. Tetapi hendaknya kita bersikap tenang, sabar, lapang dada, tabayyun (meneliti n mencari kejelasan atau bukti kebenaran berita tersebut).

Hal ini sebagaimana firman Allah Ta’ala:

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu seorang yang fasiq dengan membawa suatu berita, maka ambillah sikap tabayyun (mencari kejelasan dan bukti kebenaran berita tersebut) agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS. Al-Hujurat: 6).

Sikap mulia, hati-hati, sabar dan lapang dada sebagaimana yang dilakukan Wahb bin Munabbih rahimahullah ini bisa menutup rapat pintu-pintu perpecahan dan permusuhan diantara kaum muslimin, serta dapat memadamkan api kebencian dan kedengkian di dalam hati manusia. Karena setan terlaknat tiada henti-hentinya dalam berupaya menyebarkan benih-benih kedengkian, perpecahan dan permusuhan diantara umat manusia secara umum, dan diantara kaum muslimin secara khusus.

Orang yang hobinya suka mendengarkan berita-berita buruk tentang seseorang lalu dia menyampaikannya kepada saudaranya yang digunjing tersebut, maka dia adalah salah satu UTUSAN SETAN yang diutus untuk mengadu domba dan menimbulkan perpecahan dan permusuhan diantara manusia, sebagaimana yang dikatakan oleh Wahb bin Munabbih rahimahullah.

Jika Kejujuran Tidak Lagi Menjadi Panglima

Menanamkan Sifat Jujur 

Salah satu ajaran penting dalam Islam tentang hidup adalah tentang kejujuran. Jujur adalah suatu sikap yang harus ada pada setiap orang yang beriman. Al-Qur’an mengatakan: 


Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar. (Q, s. al-Taubah / 9:119) 

Jujur terdapat dalam ucapan dan dalam perbuatan. Jujur dalam ucapan adalah Anda mengatakan sesuatu sesuai dengan apa yang terbetik dalam benak Anda. Atau Anda mengatakan sesuatu sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Orang yang jujur dalam perkataannya maka ia akan berpikir dan menimbangnya sebelum mengatakannya, apakah sesuai atau tidak. Ia tidak akan mengatakan sesuatu tanpa dasar ilmu dan informasi yang akurat. Jika ia mengatakan tentang sesuatu yang telah lalu, ia akan mengatakannya dengan benar, dan jika ia ingin mengatakan apa yang diniatkan oleh hatinya, ia akan mengatakannya sesuai niatnya itu. Jika berjanji maka janji itu disertai dengan niat dan usaha untuk menepatinya. Ia juga tidak akan menanyakan sesuatu yang ia sendiri sebetulnya sudah mengetahuinya.

Jujur dalam perbuatan adalah Anda melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang ada dalam hati dan niat Anda. Orang yang jujur dalam berbuat adalah orang yang ikhlas, yaitu yang perbuatannya semata-mata untuk mencari ridha Allah dan untuk tujuan kemaslahatan bagi dirinya sendiri dan orang lain. Jujur dalam perbuatan artinya Anda tidak bersikap munafik dan riya’. Orang munafik dan orang riya’ adalah yang perbuatannya tidak sesuai dengan apa yang ada dalam hatinya.

Misalnya, seorang staff mengunjungi atasannya atau membesuknya ketika sakit, tetapi tujuannya untuk mencari muka di mata atasannya, maka ia tidak jujur. Seorang mahasiswa yang menghormati dosennya dengan niat supaya mendapat nilai yang baik, juga bukan tindakan yang jujur. Karena menghormati guru adalah perbuatan yang semestinya dilakukan oleh seorang murid. Seorang calon bupati atau gubernur, bahkan presiden sekalipun yang membagikan uang untuk menarik simpati rakyat, maka itu bukan sebuah kejujuran. Simpati rakyat tidak diperoleh dengan uang, melainkan dengan komitmen, ketulusan, dedikasi, kepemimpinan dan al-akhlāk al-karīmah. Jujur adalah satunya kata dan perbuatan. Orang yang antara kata dan perbuatannya tidak sama, disebut orang munafik, yang akan menanggung dosa besar di mata Allah. 


Wahai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan. (Q, s. as-Shaff / 61:2-3)  


Sikap jujur menyebabkan hati menjadi tenang, karena sebuah kejujuran tidak akan menanggung beban. Sekali orang berbohong maka selamanya ia harus menutupi kebohongannya itu. Orang jahat, maka ia akan disibukkan oleh kejahatannya sendiri, karena setiap saat ia harus menyembunyikan kejahatannya itu agar tidak diketahui orang lain. Kata Nabi: 


Tinggalkanlah sesuatu yang membuatmu ragu, dan beralihlah kepada sesuatu yang tidak membuatmu ragu. Sesungguhnya kejujuran itu (membuatmu) tenang, dan kebohongan itu (membuatmu) ragu-ragu. (HR. Tirmidzi)

Sebuah kejujuran mahal harganya, lebih mahal daripada ilmu. Jika kebetulan Anda berkedudukan sebagai manajer sebuah perusahaan, mana yang akan Anda utamakan: karyawan yang jujur atau karyawan yang profesional? (umumnya jawabannya adalah yang jujur dan profesional). Jika Anda diharuskan untuk memilih diantara dua orang untuk dijadikan teman hidup, maka siapakah yang akan Anda pilih: yang jujur atau yang pandai? Maka, ada sebuah ungkapan yang mengatakan:  

“Lebih baik seorang yang jujur meskipun bodoh daripada seorang yang jahat meskipun berilmu”. Atau “Lebih baik seorang yang bodoh tapi jujur daripada seorang pandai tapi jahat”. 
Di dalam sebuah perusahaan karyawan yang tidak jujur akan merusak sistem internal dan menjadi pangkal dari kebangkrutan perusahaan tersebut. Perahu Republik Indonesia –kata orang hampir tenggelam bukan disebabkan kekurangan orang-orang yang cerdik-pandai, melainkan disebabkan karena kejujuran tidak lagi menjadi panglima bagi para pengelola negeri ini.

Itulah hakekat sebuah kejujuran. Jujur adalah suatu sikap yang akan mengantarkan pelakunya kepada kebaikan.

Hendaknya kalian berlaku jujur, karena sesungguhnya jujur itu menunjukkan kalian kepada kebajikan. Dan kebajikan itu menunjukkan kalian jalan ke surga. (HR. Muslim)  

Bagi orang mukmin, rasa-rasanya tidak sulit menjadi orang jujur !

Kamis, 20 Juni 2013

Daftar Harga Buku Murah Kurikulum 2013 Versi Mendikbud M Nuh

Kurikulum 2013 sempat menimbulkan pro dan kontra di kalangan masyarakat, karena anggarannya sempat naik turun sebelum disahkan Rabu 29 Mei lalu. Tidak hanya finansial, penolakan juga datang dari segi isi di mana guru kesulitan menerapkan kurikulum baru itu.

Sementara itu, berkaca pada kejadian diundurnya jadwal Ujian Nasional di 11 daerah, membuat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh tidak ingin kecolongan lagi. Nuh pun menegaskan sudah mempersiapkan segalanya dengan baik.

Salah satu yang sudah dipersiapkan adalah tender percetakan buku. Tidak main-main, Nuh mengatakan sudah melakukan survei harga pasar buku-buku pendidikan.

"Saya sudah survei, dan ini salah satu alasan ada kelompok tertentu yang menolak kurikulum baru," ujar Nuh di ruangannya beberapa waktu lalu kepada Liputan6.com.

Menurut Nuh, kelompok yang menolak karena mereka tidak setuju dengan kebijakan kurikulum baru yang memberikan buku-buku pelajaran secara gratis. "Buku hasil survei pasar itu harganya bisa 2 atau 3 kali lipat (lebih mahal) dari harga buku yang kami cetak," katanya.

"Saya sudah sampaikan laporan ini ke Pak Presiden," tambah Nuh.

Berikut perbandingan harga buku kurikulum 2013 dan harga survei pasar:

1. Buku Tematik Diriku (Kelas 1)
Kurikulum 2013: Rp 7.392 (112 halaman)
Survei pasar: Rp 32.000 (111 halaman)

2. Tematik Keluargaku (Kelas 1)
Kurikulum 2013: Rp 7.392 (112 halaman)
Survei pasar: Rp 32.000 (111 halaman)

3. Matematika (Kelas VII)
Kurikulum 2013: Rp 24.288 (368 halaman)
Survei pasar: Rp 52.000 (247 halaman)

4. Bahasa Indonesia (Kelas VII)
Kurikulum 2013: Rp 15.840 (240 halaman)
Survei pasar: Rp 68.000 (245 halaman)

5. Agama Islam (Kelas VII)
Kurikulum 2013: Rp 11.616 (176 halaman)
Survei pasar: Rp 48.000 (193 halaman)

6. Bahasa Inggris (Kelas VII)
Kurikulum 2013: Rp 12.672 (192 halaman)
Survei pasar: Rp 52.000 (202 halaman)

7. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (Kelas VII)
Kurikulum 2013: Rp 11.616 (256 halaman)
Survei pasar: Rp 38.000 (210 halaman)

8.Seni Budaya (Kelas VII)
Kurikulum 2013: Rp 11.616 (176 halaman)
Survei pasar: Rp 53.000 (166 halaman)

9. PPKN (Kelas VII)
Kurikulum 2013: Rp 9.504 (144 halaman)
Survei pasar: Rp 42.000 (330 halaman)

10. Matematika (Kelas X)
Kurikulum 2013: Rp 26.400 (400 halaman)
Survei pasar: Rp 131.000 (355 halaman)

11. Bahasa Indonesia (Kelas X)
Kurikulum 2013: Rp 16.896 (256 halaman)
Survei pasar: Rp 44.000 (143 halaman)

Akses Buku Pegangan Kurikulum 2013

Dalam implementasi Kurikulum 2013 ini pemerintah akan mencetak buku dan membagikan secara gratis, sebanyak jumlah peserta didik sasaran implementasi. Buku pegangan terdiri dari buku peganganuntuk siswa dan buku pegangan guru dan naskah buku-buku tersebut telah selesai.

Untuk jenjang SD kelas 1 akan disiapkan sebanyak 10 buku untuk dua semester. Untuk kelas 1 ada sebanyak delapan buku tema ditambah dengan buku agama. Namun, buku yang dicetak saat ini baru untuk semester 1 sebanyak 5 buku masing-masing terdiri atas satu buku agama dan empat buku tema.

Adapun buku untuk jenjang SMP meliputi agama, PKN, bahasa Indonesia, matematika, IPA, IPS, seni budaya, prakarya, bahasa Inggris, serta pendidikan jasmani, olah raga, dan kesehatan. 


Sementara untuk jenjang SMA ada sembilan mata pelajaran yang wajib, tetapi yang dicetak baru tiga mata pelajaran yaitu sejarah, bahasa Indonesia, dan matematika.

Mengenai Dokumen Kurikulum 2013, Kepala Unit Implementasi Kurikulum Pusat Kemdikbud mengatakan bahwa segera setelah ditandatangani oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, dapat dipublikasikan ke masyarakat luas. Standar Isi sudah ditandatangani BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan), dokumen Kurikulum 2013 segera akan dipublikasikan setelah ditandatangani.

Beberapa sekolah sudah dipilih dan ditunjuk untuk melaksanakan dan menerapkan kurikulum 2013. Segala kelengkapan untuk implementasi kurikulum 2013 sudah dipersiapkan pemerintah termasuk Buku Pegangan Kurikulum 2013. Buku Pegangan Kurikulum 2013 ini nantinya buku kurikulum 2013 dapat juga diakses melalui laman Rumah Belajar dengan alamat http://belajar.kemdikbud.go.id.

Menurut Kemdikbud, naskah buku pegangan sudah siap, setelah nanti diserahkan ke percetakan, akan dipublikasikan juga di Rumah Belajar.

Demikian informasi perkembangan Implementasi Kurikulum 2013 tentang buku pegangan kurikulum 2013, kita tunggu saja sampai buku pelajaran kurikulum 2013 dapat diakses melalui Rumah Belajar, dan semoga Kurikulum 2013 dapat berjalan sesuai rencana.
Reff

Senin, 17 Juni 2013

Isra’ Mi’raj: Inspirasi Mengintegrasikan Sains dalam Aqidah dan Ibadah


Isra’ Mi’raj bukanlah kisah perjalanan antariksa. Aspek astronomis sama sekali tidak ada dalam kajian Isra’ Mi’raj. Namun, Isra’ Mi’raj mengusik keingintahuan akal manusia untuk mencari penjelasan ilmu. Aspek aqidah dan ibadah berintegrasi dengan aspek ilmiah dalam membahas Isra’ Mi’raj. Inspirasi saintifik Isra’ Mi’raj mendorong kita untuk berfikir mengintegrasikan sains dalam aqidah dan ibadah. 

Mari kita mendudukkan masalah Isra’ Mi’raj sebagai mana adanya yang diceritakan di dalam Al Qur’an dan hadits-hadits shahih. Kemudian sekilas kita ulas kesalahpahaman yang sering terjadi dalam mengaitkan Isra’ Mi’raj dengan kajian astronomi. Hal yang juga penting dalam mengambil hikmah peringatan Isra’ Mi’raj adalah menggali inspirasi saintifik yang mengintegrasikan sains dalam memperkuat aqidah dan menyempurnakan ibadah.
Kisah dalam Al Qur’an dan Hadits
Di dalam QS. Al-Isra’:1 Allah menjelaskan tentang Isra’: “Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya (Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam) pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya, agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Dan tentang Mi’raj Allah menjelaskan dalam QS. An-Najm:13-18: Dan sesungguhnya dia (Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam) telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, di Sidratul Muntaha. Di dekat (Sidratul Muntaha) ada surga tempat tinggal. (Dia melihat Jibril) ketika Sidratul Muntaha diliputi oleh suatu selubung. Penglihatannya tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.”
Sidratul Muntaha secara harfiah berarti ‘tumbuhan sidrah yang tak terlampaui’, suatu perlambang batas yang tak seorang manusia atau makhluk lainnya bisa mengetahui lebih jauh lagi. Hanya Allah yang tahu hal-hal yang lebih jauh dari batas itu. Sedikit sekali penjelasan dalam Al Qur’an dan hadits yang menerangkan apa, di mana, dan bagaimana Sidratul Muntaha itu.
Kejadian-kejadian sekitar Isra’ dan Mi’raj dijelaskan di dalam hadits-hadits nabi. Dari hadits-hadits yang shahih, didapati rangkaian kisah-kisah berikut. Suatu hari malaikat Jibril datang dan membawa Nabi, lalu dibedahnya dada Nabi dan dibersihkannya hatinya, diisinya dengan iman dan hikmah.
Kemudian didatangkan Buraq, ‘binatang’ berwarna putih yang langkahnya sejauh pandangan mata. Dengan Buraq itu Nabi melakukan Isra’ dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsha (Baitul Maqdis) di Palestina. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam shalat dua rakaat di Baitul Maqdis, lalu dibawakan oleh Jibril segelas khamr (minuman keras) dan segelas susu; Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memilih susu. Kata malaikat Jibril, “Engkau dalam kesucian, sekiranya kau pilih khamr, sesatlah ummat engkau.”
Dengan Buraq pula Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melanjutkan perjalanan memasuki langit dunia. Di sana dijumpainya Nabi Adam yang dikanannya berjejer para ruh ahli surga dan di kirinya para ruh ahli neraka. Perjalanan diteruskan ke langit ke dua sampai ke tujuh. Di langit ke dua dijumpainya Nabi Isa dan Nabi Yahya. Di langit ke tiga ada Nabi Yusuf. Nabi Idris dijumpai di langit ke empat. Lalu Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bertemu dengan Nabi Harun di langit ke lima, Nabi Musa di langit ke enam, dan Nabi Ibrahim di langit ke tujuh. Di langit ke tujuh dilihatnya Baitul Ma’mur, tempat 70.000 malaikat shalat tiap harinya, setiap malaikat hanya sekali memasukinya dan tak akan pernah masuk lagi.
Perjalanan dilanjutkan ke Sidratul Muntaha. Dari Sidratul Muntaha didengarnya kalam-kalam (‘pena’). Dari Sidratul Muntaha dilihatnya pula empat sungai, dua sungai non-fisik (bathin) di surga, dua sungai fisik (dhahir) di dunia: sungai Efrat dan sungai Nil. Lalu Jibril membawa tiga gelas berisi khamr, susu, dan madu, dipilihnya susu. Jibril pun berkomentar, “Itulah (perlambang) fitrah (kesucian) engkau dan ummat engkau.” Jibril mengajak Nabi melihat surga yang indah. Inilah yang dijelaskan pula dalam Al Qur’an surat An-Najm. Di Sidratul Muntaha itu pula Nabi melihat wujud Jibril yang sebenarnya.
Puncak dari perjalanan itu adalah diterimanya perintah shalat wajib. Mulanya diwajibkan shalat lima puluh kali sehari-semalam. Atas saran Nabi Musa, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam meminta keringanan dan diberinya pengurangan sepuluh-sepuluh setiap meminta. Akhirnya diwajibkan lima kali sehari semalam. Nabi enggan meminta keringanan lagi, “Aku telah meminta keringan kepada Tuhanku, kini saya rela dan menyerah.” Maka Allah berfirman, “Itulah fardhu-Ku dan Aku telah meringankannya atas hamba-Ku.”
Urutan kejadian sejak melihat Baitul Ma’mur sampai menerima perintah shalat tidak sama dalam beberapa hadits, mungkin menunjukkan kejadian-kajadian itu serempak dialami Nabi. Dalam kisah itu, hal yang fisik (dzhahir) dan non-fisik (bathin) bersatu dan perlambang pun terdapat di dalamnya. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang pergi dengan jasad fisik hingga bisa shalat di Masjidil Aqsha dan memilih susu yang ditawarkan Jibril, tetapi mengalami hal-hal non-fisik, seperti pertemuan dengan para Nabi yang telah wafat jauh sebelum kelahiran Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan pergi sampai ke surga. Juga ditunjukkan dua sungai non-fisik di surga dan dua sungai fisik di dunia. Dijelaskannya makna perlambang pemilihan susu oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dan menolak khamr atau madu. Ini benar-benar ujian keimanan, bagi orang mu’min semua kejadian itu benar diyakini terjadinya. Allah Maha Kuasa atas segalanya.
“Dan (ingatlah), ketika Kami wahyukan kepadamu: “Sesungguhnya (ilmu) Tuhanmu meliputi segala manusia”. Dan Kami tidak menjadikan pemandangan yang telah Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi manusia….” (QS. 17:60).
“Ketika orang-orang Quraisy tak mempercayai aku (kata Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam), aku berdiri di Hijr (menjawab berbagai pertanyaan mereka). Lalu Allah menampakkan kepada saya Baitul Maqdis, aku dapatkan apa yang aku inginkan dan aku jelaskan kepada mereka tanda-tandanya, aku memperhatikannya….” (HR. Bukhari, Muslim, dan lainnya).
Hakikat Tujuh Langit
Peristiwa Isra’ Mi’raj yang menyebut-nyebut tujuh langit mau tak mau mengusik keingintahuan kita akan hakikat langit, khususnya berkaitan dengan tujuh langit yang juga sering disebut-sebut dalam Al Qur’an. Bila kita dengar kata langit, yang terbayang adalah kubah biru yang melingkupi bumi kita. Benarkah yang dimaksud langit itu lapisan biru di atas sana dan berlapis-lapis sebanyak tujuh lapisan?
Warna biru hanyalah semu, yang dihasilkan dari hamburan cahaya biru dari matahari oleh partikel-partikel atmosfer. Langit (samaa’ atau samawat) berarti segala yang ada di atas kita, yang berarti pula angkasa luar, yang berisi galaksi, bintang, planet, batuan, debu dan gas yang bertebaran. Dan lapisan-lapisan yang melukiskan tempat kedudukan benda-benda langit sama sekali tidak ada.
Bilangan ‘tujuh’ sendiri dalam beberapa hal di Al Qur’an tidak selalu menyatakan hitungan eksak dalam sistem desimal. Di dalam Al Qur’an ungkapan ‘tujuh’ atau ‘tujuh puluh’ sering mengacu pada jumlah yang tak terhitung. Misalnya, di dalam Q.S. Al-Baqarah:261 Allah menjanjikan: “Siapa yang menafkahkan hartanya di jalan Allah ibarat menanam sebiji benih yang menumbuhkan tujuh tangkai yang masing-masingnya berbuah seratus butir. Allah melipatgandakan pahala orang-orang yang dikehendakinya….” Juga di dalam Q.S. Luqman:27: “Jika seandainya semua pohon di bumi dijadikan sebagai pena dan lautan menjadi tintanya dan ditambahkan tujuh lautan lagi, maka tak akan habis Kalimat Allah….” Jadi ‘tujuh langit’ lebih mengena bila difahamkan sebagai tatanan benda-benda langit yang tak terhitung banyaknya, bukan sebagai lapisan-lapisan langit.
Lalu, apa hakikatnya langit dunia, langit ke dua, langit ke tiga, … sampai langit ke tujuh dalam kisah Isra’ Mi’raj? Mungkin ada orang mengada-ada penafsiran, mengaitkan dengan astronomi. Para penafsir dulu ada yang berpendapat bulan di langit pertama, matahari di langit ke empat, dan planet-planet lain di lapisan lainnya. Kini ada sembilan planet yang sudah diketahui, lebih dari tujuh. Tetapi, mungkin masih ada orang yang ingin mereka-reka. Kebetulan, dari jumlah planet yang sampai saat ini kita ketahui, dua planet dekat matahari (Merkurius dan Venus), tujuh lainnya –termasuk bumi– mengorbit jauh dari matahari.
Pengertian langit dalam kisah Isra’ Mi’raj bukanlah pengertian langit secara fisik. Karena, fenomena yang diceritakan Nabi pun bukan fenomena fisik, seperti perjumpaan dengan para Nabi yang hakikatnya telah wafat. Langit dan Sidratul Muntaha dalam kisah Isra’ Mi’raj adalah alam ghaib yang tak bisa kita ketahui hakikatnya dengan keterbatasan ilmu manusia. Hanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang berkesempatan mengetahuinya. Isra’ Mi’raj adalah mu’jizat yang hanya diberikan Allah kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Perjalanan Keluar Dimensi Ruang Waktu
Isra’ Mi’raj jelas bukan perjalanan seperti dengan pesawat terbang antarnegara dari Mekkah ke Palestina dan penerbangan antariksa dari Masjidil Aqsha ke langit ke tujuh lalu ke Sidratul Muntaha. Isra’ Mi’raj adalah perjalanan keluar dari dimensi ruang waktu. Tentang caranya, IPTEK tidak dapat menjelaskan. Tetapi bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melakukan perjalanan keluar ruang waktu, dan bukan dalam keadaan mimpi, adalah logika yang bisa menjelaskan beberapa kejadian yang diceritakan dalam hadits shahih. Penjelasan perjalanan keluar dimensi ruang waktu setidaknya untuk memperkuat keimanan bahwa itu sesuatu yang lazim ditinjau dari segi sains, tanpa harus mempertentangkannya dan menganggapnya sebagai suatu kisah yang hanya dapat dipercaya saja dengan iman.
Kita hidup di alam yang dibatas oleh dimensi ruang-waktu (tiga dimensi ruang –mudahnya kita sebut panjang, lebar, dan tinggi –, serta satu dimensi waktu ). Sehingga kita selalu memikirkan soal jarak dan waktu. Dalam kisah Isra’ Mi’raj, Rasulullah bersama Jibril dengan wahana “Buraq” keluar dari dimensi ruang, sehingga dengan sekejap sudah berada di Masjidil Aqsha. Rasul bukan bermimpi karena dapat menjelaskan secara detil tentang masjid Aqsha dan tentang kafilah yang masih dalam perjalanan. Rasul juga keluar dari dimensi waktu sehingga dapat menembus masa lalu dengan menemui beberapa Nabi. Di langit pertama (langit dunia) sampai langit tujuh berturut-turut bertemu (1) Nabi Adam, (2) Nabi Isa dan Nabi Yahya, (3) Nabi Yusuf, (4) Nabi Idris, (5) Nabi Harun, (6) Nabi Musa, dan (7) Nabi Ibrahim. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga ditunjukkan surga dan neraka, suatu alam yang mungkin berada di masa depan, mungkin juga sudah ada masa sekarang sampai setelah kiamat nanti.
Sekadar analogi sederhana perjalanan keluar dimensi ruang waktu adalah seperti kita pergi ke alam lain yang dimensinya lebih besar. Sekadar ilustrasi, dimensi 1 adalah garis, dimensi 2 adalah bidang, dimensi 3 adalah ruang. Alam dua dimensi (bidang) dengan mudah menggambarkan alam satu dimensi (garis). Demikian juga alam tiga dimensi (ruang) dengan mudah menggambarkan alam dua dimensi (bidang). Tetapi dimensi rendah tidak akan sempurna menggambarkan dimensi yang lebih tinggi. Kotak berdimensi tiga tidak tampak sempurna bila digambarkan di bidang yang berdimensi dua.
Sekarang bayangkan ada alam berdimensi dua (bidang) berbentuk U. Makhluk di alam “U” itu bila akan berjalan dari ujung satu ke ujung lainnya perlu menempuh jarak jauh. Kita yang berada di alam yang berdimensi lebih tinggi dengan mudah memindahkannya dari satu ujung ke ujung lainnya dengan mengangkat makhluk itu keluar dari dimensi dua, tanpa perlu berkeliling menyusuri lengkungan “U”.
Alam malaikat (juga jin) bisa jadi berdimensi lebih tinggi dari dimensi ruang waktu, sehingga bagi mereka tidak ada lagi masalah jarak dan waktu. Karena itu mereka bisa melihat kita, tetapi kita tidak bisa melihat mereka. Ibaratnya dimensi dua tidak dapat menggambarkan dimensi tiga, tetapi sebaliknya dimensi tiga mudah saja menggambarkan dimensi dua. Bukankah isyarat di dalam Al-Quran dan Hadits juga menunjukkan hal itu. Malaikat dan jin tidak diberikan batas waktu umur, sehingga seolah tidak ada kematian bagi mereka. Mereka pun bisa berada di berbagai tempat karena tak dibatas oleh ruang.
Rasulullah bersama jibril diajak ke dimensi malaikat, sehingga Rasulullah dapat melihat Jibril dalam bentuk aslinya (baca QS 53:13-18). Rasul pun dengan mudah pindah dari suatu tempat ke tempat lainnya, tanpa terikat ruang dan waktu. Langit dalam konteks istra’ Mi’raj pun bukanlah langit fisik berupa planet atau bintang, tetapi suatu dimensi tinggi. Langit memang bermakna sesuatu di atas kita, dalam arti fisik maupun non-fisik.
Sains Terintegrasi dengan Aqidah dan Ibadah
Bagaimanapun ilmu manusia tak mungkin bisa menjabarkan hakikat perjalanan Isra’ Mi’raj. Allah hanya memberikan ilmu kepada manusia sedikit sekali (QS. Al-Isra: 85). Hanya dengan iman kita mempercayai bahwa Isra’ Mi’raj benar-benar terjadi dan dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Rupanya, begitulah rencana Allah menguji keimanan hamba-hamba-Nya (QS. Al-Isra:60) dan menyampaikan perintah shalat wajib secara langsung kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
“…dan (ingatlah), ketika Kami wahyukan kepadamu: ‘Sesungguhnya (ilmu) Tuhanmu meliputi segala manusia’ dan Kami tidak menjadikan penglihatan (saat Isra’ Mi’raj) yang telah Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi manusia …”
Pemahaman dengan pendekatan konsep ektra dimensi sekadar pendekatan sains untuk merasionalkan konsep aqidah terkait Isra’ Mi’raj, walau belum tentu tepat. Tetapi upaya pendekatan saintifik sering dipakai sebagai dalil aqli (akal) untuk memperkuat keyakinan dalam aqidah Islam. Sains seharusnya tidak kontradiktif dengan aqidah dan aqidah bukan hal yang bersifat dogmatis semata, tetapi memungkinkan dicerna dengan akal. Mengintegrasikan sains dalam memahami aqidah dapat menghapuskan dikhotomi aqidah dan sains, karena Islam mengajarkan bahwa kajian sains tentang ayat-ayat kauniyah tak terpisahkan dari pemaknaan aqidah.
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.” (QS 3:190-191).
Pada sisi lain Isra’ Mi’raj mengajarkan makna mendalam dalam hal ibadah. Makna penting Isra’ Mi’raj bagi ummat Islam ada pada keistimewaan penyampaian perintah shalat wajib lima waktu. Ini menunjukkan kekhususan shalat sebagai ibadah utama dalam Islam. Shalat mesti dilakukan oleh setiap Muslim, baik dia kaya maupun miskin, dia sehat maupun sakit. Ini berbeda dari ibadah zakat yang hanya dilakukan oleh orang-orang yang mampu secara ekonomi, atau puasa bagi yang kuat fisiknya, atau haji bagi yang sehat badannya dan mampu keuangannya.
Shalat lima kali sehari semalam yang didistribusikan di sela-sela kesibukan aktivitas kehidupan, mestinya mampu membersihkan diri dan jiwa setiap Muslim. Allah mengingatkan:
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur’an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Ankabut:45).
Isra’ dan Mi’raj juga memberikan inspirasi untuk merenungi makna ibadah shalat, termasuk aspek saintifiknya. Umat Islam telah membuktikan bahwa sains pun bisa diintegrasikan dalam urusan ibadah, untuk menyempurnakan pelaksanaan ibadah. Demi kepentingan ibadah shalat, umat Islam mengembangkan ilmu astronomi atau ilmu falak untuk penentuan arah kiblat dan waktu shalat. Tuntutan ibadah mendorong kemajuan sains astronomi pada awal sejarah Islam. Kini astronomi telah menjadi alat bantu utama dalam penentuan arah kiblat dan waktu shalat. Konsepsi astronomi bola digunakan untuk penentuan arah kiblat. Perhitungan posisi matahari digunakan untuk mencari waktu istimewa dalam penentuan arah kiblat dan jadwal shalat harian. Kita cukup melihat jadwal shalat, tidak lagi direpotkan harus melihat langsung fenonema cahaya matahari atau bayangannya setiap akan shalat. Kini semua ummat Islam Indonesia, apa pun ormasnya, secara umum bisa bersepakat dengan kriteria astronomis dalam penyusunan jadwal shalat.
Inspirasi pemanfaatan sains dalam ibadah juga diperluas untuk ibadah-ibadah lainnya terkait dengan penentuan waktu. Penentuan awal Ramadhan dan hari raya kini sudah banyak memanfaatkan pengetahuan astronomi atau ilmu falak, baik untuk keperluan perhitungannya (hisab) maupun untuk pengamatannya (rukyat). Penentuan awal Ramadhan atau hari raya yang kadang berbeda saat ini bukan lagi disebabkan oleh perbedaan metode hisab dan rukyat, tetapi lebih disebabkan oleh perbedaan kriteria astronomisnya. Alangkah indahnya kalau pelajaran kesepakatan kriteria astronomis dalam penentuan jadwal shalat juga diterapkan untuk penentuan awal Ramadhan dan hari raya sehingga potensi perbedaan dapat dihilangkan. Tanpa kesepakatan kriteria itu, tahun ini dan beberapa tahun ke depan kita akan menghadapi lagi persoalan perbedaan awal Ramadhan dan hari raya.
Upaya menuju titik temu kriteria astronomi sudah mulai dilakukan. Tinggal selangkah lagi kita bisa mendapatkan kriteria hisab rukyat Indonesia yang mempersatukan umat. Isra’ Mi’raj pun mengajarkan upaya menuju “titik temu” menurut cara pandang manusiawi antara Allah dan Rasullah terkait dengan jumlah shalat wajib yang semula 50 kali menjadi 5 kali sehari semalam. Satu sisi itu menunjukkan kemurahan Allah, tetapi pada sisi lain kita bisa mengambil pelajaran bahwa kompromi untuk mencapai titik temu adalah suatu keniscayaan. Kita tidak boleh memutlakkan pendapat kita seolah tidak bisa berubah, termasuk untuk mencapai titik temu. Kriteria astronomis hisab rukyat juga bukan sesuatu yang mutlak, mestinya bisa kita kompromikan untuk mendapatkan kesepakatan ada ada ketentraman dalam beribadah shaum Ramadhan dan ibadah yang terkait dengan hari raya (zakat fithri, shalat hari raya, shaum di bulan Syawal, shaum Arafah)
Isra’ Mi’raj memberikan inspirasi mengintegrasikan sains dalam memperkuat aqidah dan menyempurnakan ibadah, selain mengingatkan pentingnya shalat lima waktu.
Prof. DR. Thomas Djamaluddin

5 Pilar Syukur

Menurut Ibnu Qayyim Al Jauziyah syukur adalah terlihatnya tanda-tanda nikmat Allah pada lidah hamba-Nya dalam bentuk pujian, dalam hatinya dalam bentuk cinta kepada-Nya, dan pada organ tubuh dalam bentuk taat dan tunduk kepada-Nya. Dalam definisi syukur ini terkandung tiga unsur, yaitu: pujian lisan, cinta dalam hati dan ketaatan dalam perbuatan.

Syukur sejatinya tidak menambah apapun kepada pelakunya melainkan kenikmatan dan kebahagiaan. Dengan bersyukur, manusia menjadi lebih berbahagia dan menjadi lebih bertambah nikmatnya. Syukur dengan demikian, memiliki korelasi positif dengan kesuksesan.

Pada tahun 1998, Profesor Emmons mulai mengkaji tentang syukur. Profesor Emmons melibatkan para mahasiswanya dalam penelitiannya tentang syukur. Saat itu, sang profesor menyuruh sebagian dari para mahasiswa tersebut untuk menuliskan lima hal yang menjadikan mereka bersyukur setiap hari. Sedangkan mahasiswa selebihnya diminta mencatat lima hal yang menjadikan mereka berkeluh kesah (galau).

Apa yang terjadi? Tiga pekan kemudian, mahasiswa yang bersyukur memberitahukan adanya peningkatan dalam hal kesehatan jiwa-raga dan semakin membaiknya hubungan kemasyarakatan dibandingkan rekan mereka yang suka menggerutu.

Itulah fakta ilmiah yang mengungkap rahasia bersyukur. Bahwa diantara dampak bersyukur adalah meningkatnya kesehatan jiwa-raga dan membaiknya hubungan kemasyarakatan. Artinya, dengan bersyukur, bertambahlah nikmat. Dengan bersyukur, semakin dekatlah seseorang dengan kesuksesan. Penelitian ini sangat sesuai dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :

“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih”. (QS. Ibrahim : 7).

Bagaimana memperkuat rasa syukur kepada Allah? Ada 5 pilar untuk memperkuat rasa syukur:

1. Sadar, Syukur, Cinta, Tunduk Sujud
Inspirasi: Wahyu pertama Al Qur’an : ..Bacalah..

Wahyu pertama Al Qur’an : “Iqra’” bacalah, menjadi inspirasi pilar pertama ini. Tidak ada agama lain yang wahyu pertamanya adalah Iqra’ – bacalah. Wahyu ini memberikan inspirasi kepada kita bahwa “Iqra” harus menjadi kerangka awal dalam kehidupan kita. Demikian pula, syukur itu dimulai dari membaca. Membaca, menyadari nikmat-nikmat Allah.

Dan lihatlah, surat Al-Alaq itu diakhiri dengan ayat “wasjud waqtarib.” Bahwa proses membaca, kesadaran, itu akan berujung kepada tunduk sujud dan semakin dekat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.


2. Komitmen , membumikan dan membuka syukur
Inspirasi : Surat Pertama Al Qur’an : Al Fatihah ..Pembuka sukses

Jika orangtua ingin menekankan sesuatu pada anaknya dan supaya anaknya melakukan sesuatu itu, biasanya ia akan mengulang-ulangnya. “Nak, bergaul yang baik ya dengan teman-teman.” Besuknya lagi, sebelum anak berangkat sekolah orangtua juga berpesan: . “Nak, bergaul yang baik ya dengan teman-teman.” Itu pesan yang artinya sangat penting agar anak bergaul dengan temannya secara baik.

Surat Al Fatihah disebut sebagai sab’ul matsani (tujuh ayat yang diulang-ulang) karena ia selalu kita baca dalam shalat, berulang-ulang. Setidaknya, 17 kali kita baca dalam 17 rakaat shalat lima waktu. Artinya apa? Allah berkeinginan kita berkomitmen menjalankan pesan Al Fatihah. Al Fatihah membuka jalan sukses dan Rumus Sukses, menjadi komitmen hidup.

Di dalam surat yang terdiri dari 7 ayat itu ada 7 rumus sukses, yakni visi, potensi, peluang, motivasi, misi, strategi, dan gerak. Insya Allah akan dipaparkan dalam artikel tersendiri.

3. Perilaku Syukur
Inspirasi : urutan 114 Surat Al Quran : Menang dalam perjalanan kehidupan

Urutan surat dalam Al Qur’an itu sungguh ajaib. Dan semestinya, seperti itulah kehidupan kita. Bahwa langkah awal menjalani perilaku hidup (Qur’an) dengan Taqwa, Kemenangan didapat karena pertolongan Allah (An Nasr), dalam keihklasan Surat Al ihklas.

4. Menjaga syukur (agar terus selamat dan sukses)
Inspirasi : Surat terakhir yaitu Al Falaq + An Nas : Penutup, berlindung

Agar syukur tetap dapat dipertahankan dan menjadi nilai hidup kita, dan dengan demikian kita mendapatkan kesuksesan, kita perlu berlindung kepada Allah. Menjaga syukur itu dengan perlindungan total kepada Allah.

Hal yang menarik dari surat Al Falaq dan An Nasa adalah, jika kita menghadapi bahaya/ancaman dari luar seperti kejahatan makhluk dan sihir, cukup digunakan satu ayat “Rabb”. Tetapi jika kita berlindung dari syetan, yang merupakan godaan yang mengincar kita kapan saja di mana saja dan tanpa bisa dibentengi, Allah menyebut tiga ayat: Rabb, Malik, dan Ilah dalam tiga ayat pertama berturut-turut.

5. Meningkatkan Syukur, kebaikan yang berkelanjutan
Inspirasi : Wahyu terakhir : Menyempurnakan sukses

Syukur harus tetap dijaga hingga titik akhir. Akhir kehidupan manusia harus ditutup dengan kebaikan. Wahyu mengajarkan, ayat yang terakhir turun adalah surat Al Maidah ayat 5 yang menunjukkan telah sempurnanya Islam. Demikian pula hidup kita, syukur harus dijaga hingga akhir, hidup harus ditutup dengan kesuksesan.
Source : www.bersamadakwah.com

Sabtu, 15 Juni 2013

Saat Mata Rasulullah SAW Tembus Pandang

Setelah pulang dari perjalanan Isr’ Mi’raj, banyak hal yang serba tidak masuk akal ditanyakan oleh orang kafir.

Sampai bentuk bangunan Masijidil al Aqsha, keadaan sekitarnya, jumlah pintu pun mereka tanyakan.

Maka turunlah mu’jizat, sehingga jarak pandang Beliau tembus sampai ke Masjid Al Aqsha.

Diriwayatkan dari Abdullah Ibnu Abbas dan Aisyah ra ( istri Rasulullah SAW) bahwa suatu pagi yang cerah tanggal 27 Rajab tahun ke 11 kerasulan Muhammad SAW, Rasulullah duduk merenung sedih seraya bersabda,

“Perjalanan Isra’ Mi’rajku semalam dan waktu subuh aku telah tiba di Makkah, kurasakan benar akan menimbulkan banyak orang yang tidak mempercayaiku.”

Secara kebetulan, Abu Jahal lewat di depan Rasulullah SAW.
Melihat kemenakannya yang tampak sedang sedih, ia kemudian menghampirinya.
“Hai Muhammad, sepertinya ada hal penting yang Engkau pikirkan,” katanya.
“Benar paman, semalam aku baru menempuh perjalanan jauh,” jawab Rasulullah.
“Perjalanan jauh kemanakah sehingga membuat Engkau meratapinya,” ujar ABu Jahal lagi.

Isra’ Mi’raj

Rasulullah pun lantas menjelaskan tentang peristiwa yang luar biasa yang baru saja Beliau alami tersebut kepada pamannya, bahwa semalam Beliau telah melakukan sebuah perjalanan jauh yakni ke Sidratul Muntaha melalui Baitul Maqdis.

Setelah menyimak cerita Rasulullah, ABu Jahal pun lantas bertanya kepada kemenakannya tersebut seraya mengekspesikan ketidakpercayaa nnya akan semua apa yang baru saja dialami oleh Rasulullah.

“Kalau pun memang engkau semalam telah melakukan perjalanan ke Sidratul Muntaha, apakah mungkin sekarang engkau sudah berada di sini dan apakah engkau berani mengabarkan peristiwa gila ini kepada kaummu?” ucap Abu Jahal.

Melihat Abu Jahal yang sepertinya sangat tidak percaya akan semua yang Beliau alami, maka ketika ABu Jahal menantang Beliau untuk mengabarkan peristiwa luar biasa kepada penduduk Makkah.

Setelah banyak orang yang berkumpul, Rasulullah SAW pun menyampaikan kepada kaumnya seraya bersabda,
“Wahai kaumku, ketahuilah bahwa semalam aku baru menempuh perjalanan jauh.”
Salah seorang dari kaum itu bertanya.
“Kemana?”

Rasulullah SAW pun menjawab dengan tegas,
“Ke Sidratul Muntaha melalui Baitul Maqdis,” sabda Rasulullah.
“Dan pagi ini kamu sudah berada di sini, hai Muhammad?” tanya seorang kaum itu yang keheranan.
“Benar, dan inilah kekuasaan Allah SWT, wahai kaumku!” sabda Rasulullah SAW menjelaskan.

Mata Rasulullah SAW Tembus Pandang

Tiba-tiba seorang dari Bani ‘Adi bernama Muth’im bin ‘Adi menerobos kerumunan orang dan maju ke depan dan berkata lantang,
“Hai Muhammad, sebelum hari ini, aku membenarkan ucapanmu.
Tetapi sejak detik ini aku mendustakanmu, sebab aku biasa ke Baitul Maqdis dengan berkendara unta membutuhkan waktu sebulan penuh untuk sampai kesana.
Demikian juga pulangnya ke Makkah.
Kalau engkau memang benar semalam telah ke Baitul Maqdis aku mempunyai pertanyaan untukmu, Berapakah jumlah pintu Masjid al-Aqsha/ Baitul Maqdis?”

Mendengar pertanyaan dari Muth’in bin ‘Adi tersebut Beliau tampak sangat bersedih.
Sebab waktu disana, Beliau memang tidak memperhatikan masalah pintu, apalagi menghitungnya.

Dalam kesedihan yang amat sangat itu, tiba-tiba turunlah Mukjizat.
Rasulullah SAW dapat melihat dengan jelas seluruh ruangan Masjid al-Aqsha yang berada nun jauh di Palestina.

Sehingga Beliau langsung dapat menghitung jumlah pintunya dan memberikan jawaban yang tepat kepada penduduk Makkah.

Bisa Jadi Kitapun Terlibat Korupsi!

Diriwayatkan dari Abu Humaid As Sa’idi beliau berkata: “Suatu hari Rasulullah menyuruh seseorang bernama Ibnu Utabiyyah untuk mengumpulkan zakat dari Bani Asad. Sesampainya di hadapan Rasulullah, Ibnu Utabiyyah berkata : “Ya Rasulullah, ini zakat untukmu dari Bani Asad sedangkan ini hadiah buat saya”.

Seketika itu Rasulullah berdiri ke atas mimbar, dan setelah membaca tahmid kemudian beliau berkhutbah: 


“Apa yang terjadi dengan utusan yang aku kirim ke Bani Asad, ia mengatakan ini untukmu dan ini hadiah buatku? lihatlah seandainya dia hanya duduk-duduk di rumahnya atau rumah orangtuanya apa mungkin ada orang yang datang memberinya hadiah seperti ini?

Demi Yang jiwaku di Tangan-Nya, tidaklah ia membawa apapun walau hanya sedikit kecuali kelak di hari kiamat akan dipikulkan ke atas pundaknya, walaupun itu hanya seekor unta, sapi atau seekor kambing.” Kemudian Rasulullah mengangkat tangannya sampai kelihatan ketiak beliau seraya berkata : “Ya Allah… bukankah telah aku sampaikan ? Ya Allah… saksikanlah…! (HR. Bukhari & Muslim) 


Ikhwah Fillah rahimakumullah, ternyata Syari’ah Islam telah menyatakan sedemikian jelas tentang korupsi, dan mungkin tanpa disadari kita pun pernah melakukannya atau menyebabkan orang lain melakukannya.

Jangankan mengambil keuntungan karena kedudukannya sebagai menteri, ketua partai atau anggota DPR dengan cara ikut tender proyek, mengatur kuota impor dan mengambil sekian persen keuntungannya, mengambil uang komisi atau sejenisnya, bahkan seorang petugas amil zakat yang menerima "tanda terima kasih", hadiah atau pemberian dari orang yang telah dibantunya untuk mengumpulkan zakatnya pun termasuk korupsi.

Apakah jika ia bukan seorang menteri ia akan mendapatkan tender seperti itu? Bukankah ia sudah mendapat gaji atas amanahnya menjadi menteri? Mungkinkah jika ia bukan pimpinan organisasi tertentu ia bisa mendapat tender? Dan seterusnya.

Memang istilah yang digunakan waktu itu adalah termasuk dalam masalah amanah, tetapi hadits ini nampaknya sangat tepat jika dijadikan hujjah dilarangnya korupsi. Semoga Allah Melindungi kita dari segala perbuatan yang dimurkai-Nya.

Jumat, 14 Juni 2013

PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN

Sebagai sebuah proses, pembelajaran dihadapkan pada beragam permasalahan, problematika. Problematika pembelajaran adalah berbagai permasalahan yang mengganggu, menghambat, mempersulit, atau bahkan mengakibatkan kegagalan dalam mencapai tujuan pembelajaran.  




  
Problematika pembelajaran dapat ditelusuri dari jalannya proses dasar pembelajaran. Secara umum, proses pembelajaran dapat ditelusuri dari faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran. Keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh 3 faktor, Bahan Baku (Raw Input), Instrumen, dan Lingkungan. Proses tersebut dapat digambarkan sebagaimana bagan berikut.

Pembelajaran pada dasarnya merupakan usaha mengubah atau meningkatkan potensi seseorang, calon siswa (raw input) menjadi pribadi baru (raw output) dengan kualitas tertentu. Pembelajaran mengubah sikap, prilaku dan kemampuan seseorang dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mampu menjadi mampu. Pembelajaran juga berarti meningkatkan potensi seseorang dari sedikit tahu menjadi lebih banyak tahu, bahkan dari kurang baik menjadi lebih baik melalui proses belajar yang dijalani. 

BAHAN BAKU (RAW INPUT)

Calon siswa merupakan bahan baku pembelajaran. Merekalah yang akan "diolah" melalui proses pembelajaran hingga mencapat kondisi tertentu. Melalui proses pembelajaran mereka diubah, dikembangkan atau ditingkatkan potensinya, sehingga mereka berubah dari kondisi sebelumnya. Mereka berubah dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak dewasa menjadi dewasa, dari tidak mampu menjadi mampu, dan sebagainya.

Siswa disebut bahan baku, bahan mentan, sebab sebelum diberikan pembelajaran, pada dasarnya mereka memiliki potensinya sendiri. Potensi itulah yang perlu dikembangkan hingga mencapai kondisi tertentu. Potensi tersebut juga mempengaruhi kualitas proses pembelajaran. Kualitas mental dan kecerdasan calon siswa dengan turut menentukan keberhasilan pembelajaran.

Kegiatan pembelajaran akan menghadapi masalah, bila kualitas mental dan kecerdasan calon siswa tidak menunjang kelancaran proses pembelajaran. Siswa dengan mentalitas yang tidak stabil dan impulsif, misalnya, akan menyulitkan kelangsungan proses pembelajaran.

INSTRUMEN PEMBELAJARAN

Instrumen pembelajaran adalah segala kelengkapan yang memungkinkan proses pembelajaran berlangsung dan mencapai tujuan yang ditetapkan. Instrumen pembelajaran terdiri dari guru, managemen sekolah, kurikulum, sarana dan prasarana. 


 

Bila proses belajar diibaratkan mengisi botol dengan air, maka sumber air merupakan bahan pembelajaran, gayung dan corong adalah sarana dan prasarana pembelajaran, dan menuangkan air ke dalam botol adalah metode dan strategi pembelajaran, dan guru adalah orang yang menuangkan air ke dalam botol tersebut. Gangguan terhadap salah satu instrumen akan menimbulkan masalah dalam menuangkan air ke dalam botol tersebut. 

Dalam konteks pembelajaran, problem pembelajaran akan mengemuka bilamana terdapat instrumen yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Guru tidak akan mampu membelajarkan siswa secara optimal bilamana managemen sekolah tidak memberikan dukungan memadai terhadap pelaksanaan tugasnya, kurikulum tidak siap, sarana dan prasarana tidak memadai, atau gurunya sendiri tidak piawai dalam membelajarkan siswa.

Bilamana keseluruhan instrumen baik berupa program kurikulum, managemen dan administrasi dan sarana dan prasarana telah memadai, maka kunci keberhasilan pembelajaran terletak pada kepiawaian guru. Bahkan khusus dalam hal pembelajaran, guru merupakan instrumen utamanya. Hal ini dikarenakan disain pembelajaran, termasuk dalam hal pemanfaatan sarana dan prasarana pembelajaran sangat tergantung pada kesiapan guru dan memanfaatkannya. 

LINGKUNGAN

Problem pembelajaran juga dapat muncul dari faktor lingkungan. Lingkungan yang dimaksudkan dalam hal ini adalah kondisi masyarakat sekitar sekolah yang mempengaruhi kelangsungan proses pembelajaran. Pengaruh tersebut dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: berpengaruh pada siswa dan pengaruh terhadap penyelenggaraan pendidikan atau sekolah.
Berpengaruh Langsung pada Siswa

Faktor-faktor yang berpegaruh langsung pada siswa terdiri-dari berbagai hal yang mempengaruhi kesiapan mental peserta didik dalam menjalani proses pembelajaran. Di antara faktor-faktor dimaksud adalah kondisi keluarga, pola asuh orang tua, dan lingkungan pergaulan peserta didik. 

Berpengaruh pada Sekolah

Faktor yang berpengaruh pada sekolah di antaranya adalah adanya kebisingan, bau, dan suhu udara, seperti yang dialami oleh sekolah yang berada di lingkungan pabri yang bising, peternakan yang berbau menyengat, jalan raya dan pasar yang terlalu hiruk-pikuk. 

Faktor lingkungan juga dibedakan ke dalam dua kategori, yaitu lingkungan yang dapat diubah dan tidak dapat diubah oleh sekolah. Lingkungan yang bisa diubah terdiri dari lingkungan yang dapat dijangkau dengan kebijakan sekolah, terutama yang ada di sekolah itu sendiri. Sedangkan lingkungan yang tidak dapat diubah adalah lingkungan yang tak terjangkau oleh kebijakan atau kekuasaan sekolah. 

Problematika pembelajaran akibat faktor lingkungan pada dasarnya tetap dapat diantisipasi dengan kebijakan sekolah, bila saja guru dan pengelola sekolah memiliki kemauan untuk mengatasinya. Sekolah-sekolah tertentu, terutama yang menerapkan layanan plus, biasanya sudah mengantisipasi faktor-faktor tersebut melalui berbagai kebijakan. Dampak lingkungan yang diidentifikasi dapat mempengaruhi keberhasilan pembelajaran disikapi sedemikian rupa sehingga dapat dieliminir sekecil mungkin.

KUNCI KEBERHASILAN PEMBELAJARAN: PENGUASAAN MATERI

Di antara 3 faktor pembelajaraan (raw input, instrumen dan lingkungan), guru merupakan instrumen paling menentukan keberhasilan pembelajaran. Guru memang hanya salah satu instrumen pembelajaran, tetapi faktor guru jauh lebih menentukan dibanding faktor dan instrumen yang lain. 

Ibarat memasak, kualitas masakan sering ditentukan oleh juru masaknya, dibanding bahan dan alat memasaknya. Kepiawaian guru memungkinkan kualitas bahan dan sarana pembelajaran disiasati sedemikian rupa sehingga memungkinkan pembelajaran berlangsung efektif.

Kompetensi guru dalam pembelajaran ditentukan oleh berbagai kompetensi yang seharusnya dimiliki. Meski demikian, berdasarkan pengalaman kami, di antara kompetensi kepribadian, pedagogi, profesional dan sosial, kompetensi profesional khususnya penguasaan materi ajar merupakan kompetensi pertama dan paling menentukan keberhasilan pembelajaran.
Sedemikian menentukannya penguasaan materi terhadap keberhasilan mengajar menjadikan sebagian sekolah lebih menyukai lulusan bidang studi MIPA untuk mengajarkan mata pelajan MIPA sekalipun bukan dari jurusan keguruan atau non-FKIP. Sebagian sekolah juga lebih menyukai lulusan Syari'ah untuk mengajarkan mata pelajaran PAI dibanding lulusan Tarbiyah jurusan PAI. Sekalipun tidak memiliki basis pedagogik, mereka cenderung memiliki penguasaan materi yang lebih baik dan lebih mendalam dibandingkan lulusan jurusan kependidikan, FKIP atau Tarbiyah. Itu sebabnya banyak sarjana non-kependidikan yang mampu mengajar lebih baik dibanding sarjana pendidikan.

PENINGKATAN PENGUASAAN MATERI 

Penguasaan materi memungkinkan guru mengidentifikasi dan memilahkan materi-materi pelajaran ke dalam bagian-bagian, dari yang termudah ke yang tersulit dengan beragam pilihan cara, media dan tahapan yang lebih baik. Guru yang gagal mengantarkan siswa mencapai KKM/SKM hampir selalu berawal dari kurang menguasai materi atau bahan ajar.

Penguasaan bahan materi ajar berarti pemahaman terhadap keseluruhan aspek dari materi atau bahan pembelajaran. Guru yang menguasai bahan ajar berarti paham benar terhadap struktur pengetahuan (body of knowledge) yang diajarkan; dapat memilahkan anatomi materi ajar, termasuk mengidentifikasi kelemahan dan kelebihan, serta bagian-bagian termudah dan tersulit.

Penguasaan materi memungkinkan guru memilih materi mana yang harus didahulukan dan mana yang disampaikan belakangan. Guru tahu betul mana konsep prasyarat, inti dan yang hanya bersifat pengembangan. Guru dapat membedakan fakta, konsep dan generalisasi dari materi yang diajarkan. Penguasaan materi juga memungkinkan guru memilih metode, tahapan dan media yang tepat untuk mengajarkan bagian demi bagian materi pelajaran.
Ibarat menyuapkan makanan pada anak, guru dapat membedakan mana lauk, sayur, sambal, nasi dan piringnya. Guru yang kurang paham terhadap bagian-bagian makanan (materi ajar) yang disuapkan pada anak, sangat boleh jadi akan menyuapkan sambal terlebih dahulu. Akibatnya, guru bukan membuat anak makan dengan lahap sampai habis, tetapi malah enggan makan (belajar) sejak suapan pertama.

Bahkan tidak jarang ada guru yang tidak mampu membedakan antara piring (media) dan nasi (materi). Misalnya, guru mengajarkan materi tentang "peta" dengan media kertas strimin. Guru yang tidak menguasai materi kadang bukan mengantarkan anak pada bagaimana membaca peta, serta mengenali dan memanfaatkan unsur-unsur peta. Tidak jarang guru hanya membuat anak asyik menggambar, sementara materi pokoknya tidak dikuasai anak. Ini sama halnya anak didik bukan disuapi nasi, tetapi disuruh makan piringnya. 

Problematika semacam ini sering terjadi di sekolah, tanpa banyak disadari oleh pengelola sekolah dan guru. Kebanyakan pengelola sekolah percaya begitu saja pada guru hanya karena sudah sarjana, apalagi kalau lulusan dari jurusan/program studi keguruan. 

Padahal kesarjanaan seseorang sering kali tidak dapat dijadikan jaminan bahwa seorang guru benar-benar menguasai materi yang diajarkan. Apalagi materi pelajaran akhir-akhir ini mengalami peningkatan bobot materi yang lebih berat dari sebelumnya. 

Banyak materi pelajaran di tingkat dasar (SD/MI) misalnya, sebagian merupakan materi pelajaran yang pada beberapa tahun yang lalu baru diajarkan di tingkat sekolah lanjutan (SLTP). Banyak orang tua murid, yang sudah bergelar sarjana sekalipun kesulitan memahami pelajaran kelas IV atau V SD.

Itu sebabnya, penguasaan materi ajar oleh guru perlu selalu dijajagi kembali untuk kemudian dikembangkan lebih lanjut. Setidaknya, sekolah perlu melakukan sharing penguasaan bahan ajar oleh setiap guru agar pembelajaran berlangsung efektif. Setiap guru perlu memaparkan peta konsep materi dan instrumen pembelajarannya di hadapan guru lain atau pakar tertentu untuk mendapatkan masukan. 

Selain berdasarkan pemaparan peta konsep, indikator sederhana yang dapat dipakai untuk mengetahui sejauh mana penguasaan guru terhadap materi yang diajarkan adalah kesesuaian metode dan media yang digunakan untuk mengajarkan suatu materi. Bilamana guru memilih metode dan media yang tidak relevan, dapat dipastikan bahwa dia perlu diragukan penguasaannya terhadap materi pelajaran.
Semoga bermanfaat.

Kamis, 13 Juni 2013

TIPE-TIPE ANAK DIDIK

Anak didik merupakan “bahan baku” pendidikan. Dialah yang menjadi bahan mentah untuk dikembangkan kompetensi emosional, intelektual dan keahliannya. 

Menjadikan mereka anak-anak yang sukses dalam belajar dan kehidupan merupakan tugas mulia guru. Agar usaha mencapai hasil optimal, setiap guru perlu memahami potensi yang dimiliki oleh anak didik. 

Sebagai manusia, setiap anak memiliki potensi belajar beragam. Ada yang mudah dan ada pula yang perlu usaha ekstra. Oleh karena itu, tipe-tipe anak didik berdasarkan potensinya perlu dikenali dengan baik.

Secara sederhana, potensi anak didik dapat dicermati berdasarkan dua aspek. Aspek tersebut adalah kesiapan mental dan kecerdasannya. Kesiapan mental biasanya tampak pada kemandirian anak. Sementara kecerdasan umumnya tampak pada daya serap anak terhadap suatu kompetensi. 

Atas dasar itu, tipe-tipe anak didik dapat dipetakan sebagaimana berikut :

1. Tipe Cerdas

Ini adalah tipe siswa yang paling mudah diajar. Mereka memiliki tingkat kemandirian dan sekaligus daya serap tinggi. 

Mendidik anak tipe ini sangat mudah bagi guru. Kemandirian dan kecerdasannya bahkan menjadikan guru tidak perlu mengajar, karena anak memiliki minat dan kemampuan belajar secara mandiri.

Tipe seperti ini kadang ada karena faktor bawaan, tetapi tidak jarang sebagai hasil bentukan lingkungan baik karena pola asuh orang tua maupun pembelajaran kepribadian di sekolah.

2. Tipe Pintar

Ini adalah tipe anak didik pada umumnya. Meski bukan anak cerdas secara kognitif, tetapi dia memiliki kesiapan mental, berupa kemandirian, dan minat belajar tinggi. 

Tipe ini umumnya menjadi siswa yang berhasil dalam belajar maupun dalam hidupnya. Modalitas mental dan kemandirian yang memadai menjadikan anak mampu mengatasi berbagai masalah belajar.

Pada anak seperti ini, tugas guru adalah membelajarkan mengenai cara belajar efektif dan berbagai trik pembelajaran. Meski tidak secepat anak cerdas, anak pintar sering kali dapat sesukses anak cerdas.

3. Tipe Aktif

Ini adalah tipe anak didik yang relatif membutuhkan keahlian dan tenaga ekstra dari guru. Anak seperti ini pada dasarnya cerdas, tetapi kurang memiliki kesiapan mental (kecerdasan emosi).

Anak tipe ini biasanya banyak ulah, banyak kemauan, dan agak egois. Ini terjadi karena ketidakseimbangan kecerdasan pikir dan emosinya, sehingga tersublimasikan ke dalam sikap dan perilaku aktif, atraktif dan semau gue.

Banyak guru dan orang tua salah mempersepsikan mereka sebagai anak nakal. Padahal sangat boleh jadi sebenarnya mereka anak yang terlalu cerdas daya pikirnya. Bahkan tokoh-tokoh besar yang terlahir dengan kondisi seperti mereka.

Anak seperti ini membutuhkan guru yang memiliki kecerdasan emosi tinggi dan memiliki keahlian bidang pembinaan kecerdasan emosi. Keberhasilan membentuk kembali emosi anak merupakan kunci keberhasilan belajar.

4. Tipe Sulit

Ini adalah tipe anak didik yang membutuhkan guru berkeahlian ganda. Ini dikarenakan problem belajar anak terletak pada dua aspek fundamental, yakni kesiapan mental dan kecerdasan sekaligus.

Untungnya, anak tipe ini semakin jarang ditemukan saat ini. Kualitas gizi yang dikonsumsi orang tua saat hamil dan anak semasa kecil makin baik, hingga jumlah anak seperti ini semakin sedikit.

Guru berkeahlian khusus diperlukan agar minat anak terbangun seperti anak tipe pintar. Bila hasil pembelajaran kognitifnya tidak sebaik anak yang lain, maka peluang untuk membuatnya sukses harus digali dari potensi-potensinya yang lain.

Setiap anak memiliki potensi kecerdasannya sendiri. Anak pasti memiliki kelebihan (kecerdasan) di bidang tertentu. Untuk itu, diperlukan kerja sama antara guru dan wali murid agar potensi anak dapat digali dan dikembangkan lebih optimal.

Dengan Keterbatasan Fisik Mampu Meraih Sukses, Usaha dan Restu Sang Ibu Kuncinya

usaha sabarKeterbatasan fisik bukan penghalang meraih kesuksesan. Paling tidak itulah yang tercermin pada Sugimun, pemilik tiga unit toko elektronik “Cahaya Baru”

Suatu ketika Sugimun pergi ke solo untuk membeli mobil. Ketika akan masuk ke sebuah show room mobil, seorang karyawan menghampirinya dan mengulurkan uang recehan kepadanya. Diperlakukan seperti itu Sugimun segera menukas, “Oh, saya bukan pengemis, Mas. Saya cari mobil.”

Tentu saja si karyawan tersebut kaget dan cepat-cepat masuk ke dalam sambil menanggung malu.

Menurut Sugimun, si karyawan mengira dirinya seorang pengemis karena menggunakan kursi roda, “Waktu itu sopir saya sudah duluan masuk show room,” kenang Sugimun tersenyum.

Lelaki yang lahir tahu 1970, di dusun Mojopuro, Magetan, Jawa Timur ini adalah pemilik toko elektronik “Cahaya Baru” di kota trenggalek dan Magetan, Jawa Timur.

Bagi orang Trenggalek , Magetan dan sekitarnya, nama toko itu sudah tidak asing lagi. “Cahaya Baru” dikenal sebagai toko elektronik yang cukup besar. Omzetnya sudah mencapai 150 juta per bulan.

Sugimun memberi nama tokonya dengan “Cahaya Baru”, dengan dimaksudkan untuk mewakili sebuah harapan baru bagi diri dan keluarganya,

Keberhasilan Sugimun seperti sekarang tidak lepas dari usaha dan doa ibunya. Maklum, selain sejak kecil cacat, Sugimun juga lahir dari keluarga miskin. Saking miskin nya, ia tidak sempat mengenyam pendidikan formal. “Sekolah TK saja enggak pernah,” kenang nya.

Perubahan kehidupan Sugimun berawal pada usia 19 tahun. Ketika itu, seorang aparat desa beberapa orang dari Dinas Sosial datang ke rumahnya. Mereka mengajak Sugimun mengikuti program penyantunan dan rehabilitasi sosial dan penyandang cacat di Panti Sosial Bina Daksa (PSDB) “Suryatama” di kota Bangil, Jawa Timur. Ditempat tersebut Sugimun mengikuti bimbingan fisik, mental, serta pendidikan kejar Paket A.

“Pada awalnya, saya merasa rendah diri karena semua teman saya penyandang cacat memiliki pendidikan formal mulai dari SD, SMP bahkan ada yang lulusan SMA,” kenang nya. Sedangkan dirinya belum mengenal baca tulis.

Namun karena tekadnya untuk bangkit dan tidak ingin bergantung pada orang lain, rasa rendah diri itu dibuangnya jauh-jauh. Di Suryatama, ia belajar keterampilan elektronik seperti radio, sound system, kipas angin, televise, dan lain sebagainya..

Setelah dua tahun mengikuti program pelatihan, Sugimun kembali pulang kampung. Namun ia tidak punya aktivitas di desanya. Akhirnya ia mencoba mencari kerja di tempat usaha servis elektronik. Sayangnya, kebanyakan berujung pada penolakan. “Mungkin mereka menilai saya tidak cukup mampu bekerja dengan baik karena kondisi fisik seperti ini,” kenang nya,

Yang menyedihkan, seringkali ia disangka pengemis saat melamar pekerjaan. Ia baru bisa bekerja tatkala seorang teman di Kediri menerimanya sebagai karyawan sebuah bengkel elektronik. Namun karena suatu alasan, tidak sampai satu tahun, ia memutuskan untuk pulang kampung.

Ia pun mencoba melamar pekerjaan di kota kelahirannya. Lagi-lagi ia kembali mendapatkan penolakan, “Hal ini membawa saya pada kesimpulan bahwa saya harus membuka lapangan pekerjaan untuk bisa bekerja,” katanya.

Berbekal Restu sang Ibu

Dengan kondisi ekonomi yang serba sulit serta pengalaman yang ditolak berkali-kali membuat Sugimun nekad berusaha sendiri. Berbekal restu sang ibu, tahun 1992 ia menjual perhiasan emas milik ibunya senilai Rp. 15.000,-. Uang tersebut sebagian ia pakai untuk menyewa bidak emperan pasar sayur Magetan. Di tempat yang kecil itu, ia membuka usaha jasa servis elektronik dan menjual isi korek api. Dengan perlengkapan seadanya, setiap hari ia melayani pelanggan nya.

Untuk menjalankan usahanya, Sugimun harus berjuang keras. Betapa tidak, jarak perjalanan dari rumah ke tempat usahanya sangatlah jauh. Dari desanya yang terpencil, ia harus berjuang menempuh jarak satu kilometer untuk menuju ke tempat mangkal angkutan umum yang akan membawanya ke kios nya. Belum lagi jarak menuju pasar sayur. Ditambah lagi naik-turun angkutan umum. Bagi orang fisiknya normal, hal itu bukan masalah. Namun bagi Sugimun yang kakinya layuh (lumpuh) akibat polio, terasa berat.

Usahanya itu juga terkadang ramai, terkadang sepi. “Namun, saya tetap yakin Allah Maha Adil, Pengasih dan Pemurah,” katanya.

Dengan penuhketekunan dan kesungguhan, Sugimun berusaha meraih kepercayaan para pelanggan, terutama dalam menepati janji. Ia berusaha keras untuk menyelesaikan pekerjaan tepat waktu. Ia juga tidak pelit menjelaskan kepada pelanggan nya tentang kerusakan dan onderdil yang harus dibutuhkan, termasuk harga dan kualitas onderdil yang bervariasi. “Ternyata dengan cara seperti itu kepercayaan bisa didapatkan,” katanya.

Kiosn ya semakin sering dikunjungi orang. Berarti, kebutuhan akan onderdil elektronik juga meningkat.

Peluang inilah yang ia baca. Ia mulai menyisihkan uangnya untuk modal pembelian onderdil. sedikit demi sedikit ia juga melengkapi kios nya dengan barang elektronik. Karena semakin lama barangnya kian banyak, akhirnya ia memberanikan diri membeli toko. “Alhamdulillah ramai,” jelasnya. Kini ia telah memiliki tiga unit toko.

Meski kini menjadi orang sukses, Sugimun tidak lupa terhadap keluarganya. Sebagai anak tertua dari delapan saudara, ia merasa bertanggung jawab atas kkeberlangsungan pendidikan adik-adik nya. Oleh karenanya, sebagian rezkinya ia gunakan untuk membantu biaya pendidikan tiga orang adik nya, ia mengajak mereka untuk membantu menjalankan toko elektronik nya. Ia berharap agar kelak, saudara-saudaranya yang lain mampu mandiri. “Saya bahagia bisa menyekolahkan ketiga adik saya hingga tamat SMU,” katanya.

Kebahagiaannya semakin lengkap ketika ia menemukan jodoh nya bernama Nursiam. Perempuan yang ia nikahi itu kini memberinya tiga orang anak.

Selain itu, Sugimun juga membantu orang-orang di daerah sekitarnya. Ia tidak membantu dalam bentuk uang, melainkan berupa pemberian kesempatan pendidikan dan keterampilan. Ia membina beberapa yatim dan anak cacat agar memiliki berbagai keterampilan yang berguna bagi masa depan mereka kelak.

“Pengalaman masa lalu membuat saya sadar, bahwa pendidikan dan keterampilan sangat berguna bagi orang-orang seperti saya,” katanya sambil tersenyum. Ada tiga anak yatim cacat yang kini ia asuh. Tidak banyak memang, tetapi paling tidak, ia telah berbuat sesuatu untuk sesamanya.

Satu hal yang ia syukuri, ia hanya cacat fisik, bukan cacat rohani. Cacat fisik yang ia alami tidak membuatnya jatuh terpuruk mengharap belas kasih orang lain, melainkan sebagai pelecut semangat untuk menggapai cita-cita mandiri. Kini, meski ia secara fisik tidak sempurna, tetapi ia mampu berbuat lebih. Melebihi dari apa yang bisa dilakukan oleh orang normal. “Ini semua rahasia Allah, bahwa orang cacat seperti saya, diberi kemampuan untuk membantu orang lain,” katanya.
Sumber

Rabu, 12 Juni 2013

TIPE-TIPE GURU

Guru adalah instrumen utama sekolah. Kualitas pembelajaran serta profesional tidaknya layanan pendidikan ditentukan oleh kualitas guru.

Perlu disadari bahwa tidak semua guru memiliki kualitas sebagai guru. Faktanya, ada orang yang menjadi guru karena memang memiliki mentalitas guru, tapi ada juga yang hanya karena “nasib” saja yang membuatnya menjadi guru. Kualitas guru dapat ditelusuri berdasarkan:

  • Kompetensinya, yakni keahliannya mengelola pembelajaran, mulai dari perencanaan hingga evaluasi.
  • Orientasinya pada kepuasan kerja, yakni kemauan dan rasa tanggung jawab untuk membuat siswa berhasil. 
Secara sederhana, tipe guru dapat dipetakan ke dalam bagan berikut. 



1. Tipe Profesional

Ini adalah tipe guru terbaik yang diharapkan ada pada tiap sekolah. Guru ideal dituntut memiliki keahlian (kompetensi) mengajar tinggi, mulai dari perencanaan hingga evaluasi.

Guru tersebut juga memiliki sikap mental dan moralitas yang penuh tanggung jawab. Dia memiliki hasrat kuat dan rasa tanggung jawab tinggi untuk membuat anak didik berhasil. Di antara ciri-ciri guru tipe ini adalah:

  • Biasa mempersiapkan disain, berbagai instrumen dan bahan pembelajaran tanpa diminta, karena menganggapnya sebagai kebutuhan.
  • Aktif mencari dan mengembang-kan bahan-bahan pembelajaran sendiri.
  • Aktif mencari cara agar seluruh anak didiknya berhasil.
  • Sering menjadikan masalah pembelajaran dan siswa sebagai topik pembicaraan.
  • Aktif mengevaluasi kinerjanya sendiri agar kualitas pembela-jarannya meningkat.
  • Berusaha menjadi contoh dan pembimbing terbaik bagi siswa.
  • Keberhasilan mengajar tinggi. 
  1. Dia malu/tidak puas bila anak didiknya belum berhasil.
  2. Dia terus berusaha mencari cara agar siswanya berhasil mencapai kompetensi. 
  • Lebih suka berkumpul dengan siswa dibanding guru sehingga: 
  1. Mempunyai kedekatan dan pengaruh kuat pada siswa.
  2. Sering menjadi idola siswa. 
2. Tipe Potensial/Pembelajar

Ini tipe guru minimal yang diharapkan setiap sekolah. Mereka guru baru atau lama yang memiliki kemauan dan tanggung jawab tinggi untuk membuat siswanya berhasil, meski kompetensinya belum optimal. Guru tipe ini dicirikan dengan:
  • Menyadari fungsi perencanaan, instrumen dan bahan ajar, tetapi masih kesulitan menyusun dan mengembangkannya.
  • Belum benar-benar percaya diri, tetapi tak segan bertanya/belajar pada sejawat atau atasan bila ada masalah yang belum dia kuasai.
  • Tidak segan bertanya/belajar agar seluruh anak didiknya berhasil.
  • Banyak membahas masalah pembelajaran dan siswa sebagai topik pembicaraan.
  • Suka mengevaluasi kinerja sendiri, dan terbuka pada kritik, saran dan masukan orang lain.
  • Berusaha menjadi contoh dan pembimbing terbaik bagi siswa.
  • Keberhasilan mengajar tinggi. 
  1. Dia malu atau takut bila anak didiknya belum berhasil.
  2. Dia terus berusaha dan tidak berhenti mencari cara agar siswanya berhasil mencapai kompetensi. 
Meski demikian, kadang dia masih gugup bila menghadapi komplain oleh wali murid.
  • Selama jam sekolah lebih suka berkumpul dengan siswa dibanding guru sehingga:
  1. Mempunyai kedekatan dan pengaruh kuat pada siswa.
  2. Potensial jadi idola siswa. 
3. Tipe Sinis

Ini adalah tipe guru yang buruk, tetapi banyak dijumpai di sekolah. Tipe ini memiliki cukup kepercayaan diri karena cukup lama mengajar.

Meski begitu, kualitas pembelajaran-nya tidak cukup baik, karena tipe ini kurang fokus pada keberhasilan siswa. Dia kurang memiliki rasa tanggung jawab, hingga kurang peduli apakah siswanya berhasil atau tidak. Di antara karakteristik guru tipe ini:
  • Meski mampu, dia enggan mempersiapkan instrumen dan bahan pembelajaran, karena menganggap itu sebagai beban.
  • Kompetensinya tidak berkem-bang, karena enggan mencari dan mengembangkan diri.
  • Enggan berusaha agar siswa berhasil, tidak berorientasi pada kepuasan kerja, dan perhitungan. 
  1. Biasa bilang Dibayar berapa? atau Ada tambahan berapa?
  2. Menyikapi tugas sebagai beban kwajiban dan suka menghindari tugas sekolah.
  3. Suka beralasan repot bila imbalan tidak memadai.
  4. Kaya alasan untuk membe-narkan diri sendiri. 
  • Jarang membicarakan masalah pembelajaran dan siswa sebagai topik pembicaraan. 
  1. Fokus perhatiannya bukan pada kualitas kerja.
  2. Akrab dengan pembicaraan negatif, kasak-kusuk dan tidak jarang yang berbau sinisme dan permusuhan. 
  • Tidak peduli pada kinerja sendiri. 
  1. Malas bekerja bila tidak ada atasan atau tidak dimandori.
  2. Hanya aktif bila ada maunya, seperti kalau ada promosi atau takut kena sanksi. 
  • Tidak peduli apakah sikap dan perilakunya layak menjadi contoh bagi siswa atau tidak.
  • Keberhasilan mengajar rendah. 
  1. Keberhasilan siswa/kepuasan wali murid bukan tujuan.
  2. Tidak malu dan tidak peduli meski ada anak didiknya yang belum berhasil.
  3. Hanya bekerja keras bila ada imbalan materi yang sepadan.
  4. Tidak disiplin, tidak sungguh-sungguh dan lebih suka santai dalam mengajar. 
  • Lebih suka berkumpul dengan guru dibanding siswa, sehingga: 
  1. Kalau bukan guru galak pasti nyantai dan cuek pada siswa.
  2. Berusaha dekat dengan siswa bila perlu pengakuan.
  3. Karakter anak didik tidak konstruktif.
  4. Biang gosip di sekolah. 
4. Tipe Drop-Out

Ini adalah tipe guru terburuk, tetapi kadang ada juga sekolah bernasib apes karena punya guru semacam ini. Guru tipe ini tidak punya kemampuan pembelajaran memadai. Dia juga tidak peduli apakah hasil pembelaja-rannya baik atau tidak.

Lebih tragis lagi, dia juga sulit belajar (dhêdêl), sehingga sulit dikembangkan kemampuannya. Singkatnya, tipe ini adalah guru bodoh dan bermental buruk, yang di antara ciri-cirinya:
  • Mengeluh bila diminta menyusun disain dan instrumen pembela-jaran, karena dia tidak menyadari itu sebagai kebutuhan guru.
  • Kompetensi tidak berkembang: 
  1. Keahlian keguruan rendah.
  2. Sulit memahami dan mudah bingung bila dihadapkan pada konsep baru. 
  • Tidak berusaha keras agar siswa berhasil. Selain tidak berorientasi pada kepuasan kerja, dia tidak menyadari kekurangan.
  • Jarang membicarakan pembela-jaran dan siswa sebagai topik pembicaraan, karena: 
  1. Visi pendidikannya lemah.
  2. Tidak berpendirian, mudah terpengaruh orang lain.
  3. Emosional dan kemampuan berfikir rasionalnya rendah.
  4. Kadang mudah tersinggung. 
  • Tidak peduli pada kinerja sendiri. 
  1. Kurang mampu mengajar.
  2. Tidak disiplin.
  3. Kadang perhitungan, tanpa menyadari bahwa itu artinya dia minta agar orang lain menghargai kebodohannya. 
  • Tidak tahu sikap dan perilakunya layak jadi contoh siswa atau tidak.
  • Hasil pembelajaran rendah, tetapi bersikap santai seolah tidak ada masalah, karena: 
  1. Keberhasilan siswa dan kepu-asan wali murid bukan tujuan.
  2. Tidak malu dan tidak peduli meski ada anak didiknya yang belum berhasil.
  3. Hanya bekerja keras bila ada imbalan materi yang sepadan. 
  • Suka berkumpul baik dengan guru maupun siswa pada jam sekolah. 
  1. Lebih mudah akrab dengan guru sinis dari pada guru potensial atau profesional.
  2. Mudah terpengaruh dan menjadi pengukut setia guru tipe sinis.
  3. Perilaku anak didik tidak konstruktif, karena tidak punya pretensi mendidik.  
Tipe manakah Anda?