aguspurnomosite.blogspot.com

aguspurnomosite.blogspot.com
Berpikir Luas Membuka Cakrawala Kehidupan! Berusaha Memberikan Yang Terbaik Untuk Masa Depan! Katakan "Go Go Go SEMANGAT" !!!

Sabtu, 12 Januari 2013

Kecerdasan Emosi Siswa

 
Agar transfer ilmu pada siswa dapat bejalan dengan sempurna, seorang guru sebagai profesi yang digadang gadang dapat mencerdaskan kehidupan bangsa, perlu mengenal dan dapat memprediksi gaya bahasa tubuh siswanya, seperti kata Daniel Goleman (1955), peserta didik memiliki kecerdasan emosi yang dapat di kelompokkan sebagai berikut :
1. Amarah
2. Kesedihan
3. Rasa Takut
4. Kenikmatan
5. Cinta
6. Terkejut
7. Jengkel
8. Malu


Pengertian Amarah
Anak didik emosi Amarah yang meliputi: beringas, mengamuk, benci, marah besar, jengkel kesal hati, terganggu, tersinggung, bermusuhan, tindakan kekerasan dan kebencian psikologis.

Kesedihan
Anak didik memiliki emosi Kesedihan yan meliputi : pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihani diri, kesepian, ditolak, putus asa dan depresi

Rasa Takut
Anak didik memiliki emosi Rasa Takut yang meliputi : takut, gugup, khawatir, was wasm perasasaan takut sekali, sedih, tidak tenang, ngeri, kecut, panik, dan phobia.

Kenikmatan
Anak didik memiliki emosi Kenikmatan yang meliputi : gembira, puas, riang, senang, terhibur, bangga, kenikmatan inderawi, takjub, terpesona, puas, rasa terpenuhi, girang, senang sekali, dan mania.

Cinta
Anak didik memiliki emosi Cinta yang meliputi : persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kasmaran, dan kasih sayang.

Terkejut
Anak didik memiliki emosi Terkejut yang meliputi : terkesiap, takjub dan terpana

Jengkel
Anak didik memiliki emosi Jengel yang meliputi : hina, jiik, muak, benci, tidak suka dan mau muntah

Malu
Anak didik memiliki emosi Malu yang meliputi : malu hati, kesal hati, menyesal, terhinakan, aib dan hati hancur lebur.

Dari deretan emosi tersebut biasanya di-expresikan dengan bahasa tubuh anak didik kita, karena itu setiap guru sebagai manajer di dalam kelas, wajib memiliki kepekaan untuk membaca bahasa tubuh anak didik satu persatu, agar manajemen pengelolaan kelas dapat berjalan dengan baik dan memiliki hasil kerja yang memuaskan setelah selesai memberikan materi pembelajaran.

Kepekaan guru dalam kelas, akan di respon positif peserta didik, sehingga pelaksanaan proses belajar mengajar menjadi menyenangkan, tak menjadikan sebagai beban bagi siswa, joke joke segar guru akan memberikan nuasa riang seluruh peserta didik, sebaliknya kurang pekanya guru dalam kelas akan mendapatkan respon yang negatif, sehingga pelaksanaan proses belajar mengajar belum begitu lama, nampak siswa sudah merasakan kejenuhan, kebosanan, ngantuk, ngomong sendiri, ini menunjukkan guru kurang menerapkan manajemen pengelolaan kelas yang baik.

Niat kita untuk memberikan yang terbaik pada peserta didikn sejak awal harus kita wujudkan saat kita berada dalam kelas, niat yang tulus tersebut tentu akan memberikan aura positip pada air wajah seorang guru, tanpa beban, expresi menyenangkan saat masuk saat memmberikan materi dan saat selesai memberikan materi, seluruh siswa sudah siap untuk menerima, mengikuti dan siap untuk menerima pekerjaan yang akan diberikan kelak.

Mari kita jadikan anak didik kita sebagai subyek pengajaran bukan sebagai objek pengajaran, sehingga hak hak siswa untuk mendapat yang terbaik terabaikan, banyak 
rekan-rekan guru yang lupa, bahwa siswa butuh kesenangan selain belajar, perlu relaksasi, perlu refresing, agar ada keseimbangan antara otak kiri dan otak kanan dapat mereka dapatkan, biarkan mereka berexpresi, bereksperimen, agar kepuasan batin mereka dapat terbayarkan, namun seorang guru tetap haus mengawasi mereka, apakah expresi dan experimen mereka itu tidak membahayakan teman lainnya ? itulah pentingnya manajemen pengelolaan LABORATORIUM PERASAAN perlu kita miliki. 

Sebagai subyek pengajaran siswa dapat menunjukkan jati dirinya masing masing, guru tinggal menilai seberapa dan bagaimana mereka melakukan, inilah pekerjajan yang memmudahkan seorang guru yang kadang kita melupakan, nilai Affektif dan psikomotorik, kita masih menekankan pada ranah kognetif, padahal afektif dan psikomotorik itu tak kalah pentingnya, bukan ?

Tanpa bermaksud menggurui rekan-rekan guru semuanya, catatan ini hanya sebagai bacaan yang perlu diketahui. 
Semoga bermamfaat!

Hubungan Guru dan Murid dalam Kode Etik

 
Tepat pada tanggal 1 Januari 2013 lalu, Kode Etik Guru Indonesia (KEGI) berlaku efektif. Pemberlakuan KEGI ini bisa dibilang merupakan langkah progresif untuk membingkai profesionalisme guru. Ada 6 bagian dan 11 pasal dalam KEGI itu. Bersamaan dengan pemberlakukan KEGI, Dewan Kehormatan Guru telah dibentuk di kabupaten dan kota di Indonesia.

Dari sekian pasal dalam KEGI, ada pasal yang mengatur hubungan guru dengan murid/peserta didik. Pada Bagian Tiga Pasal 6, hubungan itu dijelaskan sebagai berikut:
  1. Guru berperilaku secara profesional dalam melaksanakan tugas mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran.
  2. Guru membimbing peserta didik untuk memahami, menghayati, dan mengamalkan hak-hak dan kewajibannya sebagai individu, warga sekolah, dan anggota masyarakat.
  3. Guru mengakui bahwa setiap peserta didik memiliki karakteristik secara individual dan masing-masingnya berhak atas layanan pembelajaran.
  4. Guru menghimpun informasi tentang peserta didik dan menggunakannya untuk kepentingan proses kependidikan.
  5. Guru secara perseorangan atau bersama-sama secara terus-menerus berusaha menciptakan, memelihara, dan mengembangkan suasana sekolah yang menyenangkan sebagai lingkungan belajar yang efektif dan efisien bagi peserta didik.
  6. Guru menjalin hubungan dengan peserta didik yang dilandasi rasa kasih sayang dan menghindarkan diri dari tindak kekerasan fisik yang di luar batas kaidah pendidikan. 
  7. Guru berusaha secara manusiawi untuk mencegah setiap gangguan yang dapat mempengaruhi perkembangan negatif bagi peserta didik.
  8. Guru secara langsung mencurahkan usaha-usaha profesionalnya untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan keseluruhan kepribadiannya, termasuk kemampuannya untuk berkarya.
  9. Guru menjunjung tinggi harga diri, integritas, dan tidak sekali-kali merendahkan martabat peserta didiknya.
  10. Guru bertindak dan memandang semua tindakan peserta didiknya secara adil.
  11. Guru berperilaku taat asas kepada hukum dan menjunjung tinggi kebutuhan dan hak-hak peserta didiknya.
  12. Guru terpanggil hati nurani dan moralnya untuk secara tekun dan penuh perhatian bagi pertumbuhan dan perkembangan peserta didiknya.
  13. Guru membuat usaha-usaha yang rasional untuk melindungi peserta didiknya dari kondisi-kondisi yang menghambat proses belajar, menimbulkan gangguan kesehatan, dan keamanan;.
  14. Guru tidak membuka rahasia pribadi peserta didiknya untuk alasan-alasan yang tidak ada kaitannya dengan kepentingan pendidikan, hukum, kesehatan, dan kemanusiaan.
  15. Guru tidak menggunakan hubungan dan tindakan profesionalnya kepada peserta didik dengan cara-cara yang melanggar norma sosial, kebudayaan, moral, dan agama.
  16. Guru tidak menggunakan hubungan dan tindakan profesional dengan peserta didiknya untuk memperoleh keuntungan-keuntungan pribadi. 
Sejumlah 16 poin di atas harapannya ditaati guru dalam hubungannya dengan murid/peserta didik. Jika sekiranya terjadi pelanggaran terhadap kode etik itu, jangan sungkan melapor ke Dewan Kehormatan Guru untuk diproses dan ditindaklanjuti. Wallahu a’lam. (*)
Sumber : www.kabarindonesia.com

Kisah Seorang Guru

 
Ada seorang guru. Ketika berada di kelas, guru ini suka bercerita. Berbicara di kelas, di hadapan murid-muridnya. Bercerita banyak hal, tentang cita-cita, tentang masa depan, tentang impian, tentang manusia-manusia besar, tentang tindakan-tindakan besar. Yang guru ini ceritakan tentu saja manusia-manusia besar penuh pekerti, tindakan-tindakan besar penuh arti.

Guru ini bercerita dari hati untuk tiba di hati murid-muridnya. Setiap saat di kelas, hal ini terus dilakukan. Murid-muridnya mendengarkan, meskipun ada pula yang tak peduli. Guru ini tidak bercerita asal bercerita. Guru ini terus berusaha membawa murid-muridnya untuk mengimajinasikan masa depan. Lewat ceritanya, murid-muridnya diajak untuk mengenal nama-nama besar, mengetahui jejak kehidupan tokoh-tokoh besar. Guru ini juga bercerita tentang tanggung jawab kehidupan.

Pernah suatu ketika ada materi pelajaran menyebut nama Alexander Graham Bell, guru ini memang lain daripada guru lainnya. Ia tidak sekadar menyebut nama itu sebagai penemu telepon, tetapi malah bercerita panjang lebar. Ia bercerita tentang jejak kehidupan Alexander Graham Bell, ketekunannya hingga bisa menghasilkan penemuan besar. Ketika ada nama Bung Karno disebut, guru ini bercerita tentang Bung Karno saat bersekolah, tentang jejak pendidikan Bung Karno, tentang ketekunan Bung Karno belajar dan melahap bacaan.

Begitu pula ketika ada materi pelajaran menyebut luas Indonesia, guru ini tidak sekadar mengatakan luas Indonesia dalam angka. Ia juga bercerita tentang negeri ini, tentang Indonesia dari Sabang sampai Merauke dengan kekayaan alamnya. Indonesia dengan kebesarannya. Tak hanya itu, Indonesia dengan permasalahannya turut diceritakan.

Pernah suatu ketika ada seorang pengemis buta di halaman sekolah, guru ini pun memutar cerita. Ia tidak bercerita perlunya berbuat baik kepada orang-orang papa, karena murid-muridnya pasti mengerti perlunya berbuat baik. Ia cuma bercerita tentang manusia yang juga buta, salah satunya sosok Hellen Keller. Murid-muridnya akhirnya mengerti ternyata perempuan yang buta, tuli, dan sekaligus bisu ini mampu bertindak dan berkarya besar. Keterbatasan bukan halangan untuk menjangkau langit cita-cita.

Banyak yang diceritakan guru ini. Selain bercerita, guru ini juga membuka kesempatan murid-muridnya untuk bebas bertanya. Tidak masalah jika ada murid yang menyelanya saat bercerita. Bahkan, guru ini membiarkan jika ada muridnya yang ingin berpendapat dan berbicara banyak hal. Di antara murid-muridnya memang ada yang diam. Itu wajar, karena mungkin minder berbicara di dalam kelas.

Guru memang bercerita, tetapi tidak menggurui. Murid-muridnya harus belajar, itu pasti! Guru ini paham bahwa murid-muridnya telah mengerti pentingnya belajar. Tetapi, guru ini lebih mengerti bahwa belajar kerapkali menimbulkan kejenuhan. Jenuh dalam belajar adalah wajar. Belajar terus-menerus juga bisa menimbulkan kebosanan. Maka, guru ini bercerita untuk menginspirasi murid-muridnya, untuk memotivasi murid-muridnya agar tidak kenal menyerah belajar. Memotivasi tidak lewat nasihat, tetapi lewat cerita tentang ketekunan dan kegigihan belajar para tokoh yang layak diteladani jejaknya.

Dengan cerita inspiratif, guru ini telah mengajak murid-muridnya menginjak masa depan. Karena dari hati ke hati, murid-muridnya akhirnya mengerti. Murid-muridnya yang tidak peduli dan menganggap aneh akhirnya menghargai. Bahkan, murid-muridnya yang minder di kelas menjadi berani untuk mengungkapkan pikiran. Entah apa kehebatan guru ini, ia hanya bercerita untuk menginspirasi, memotivasi, dan membangkitkan kesadaran murid-muridnya akan jati diri dan masa depan.

Dari sekian banyak cerita guru ini, benak murid-muridnya tanpa disadari tertanam tekad dan keinginan besar. Guru ini telah membawa murid-muridnya memiliki imajinasi terhadap masa depannya yang panjang. Murid-muridnya menyadari ada janji masa depan yang dipegangnya. Janji masa depan untuk menjadi manusia besar yang bertindak besar.

Murid-muridnya juga menyadari pentingnya belajar. Belajar untuk menjadi manusia besar yang bertindak besar, yang mampu memberikan kontribusi positif bagi kehidupan. Belajar adalah keniscayaan. Tokoh-tokoh besar dengan jejak keteladanan yang terus-menerus diceritakan guru ini ternyata terhunjam begitu kuat dalam pikiran murid-muridnya. Dengan penuh kesadaran, murid-muridnya memahami pentingnya belajar bukan sekadar lulus ujian. Belajar untuk sesuatu yang lebih besar, sehingga apapun dipelajari. Meski tak diajarkan di kelas, murid-muridnya telah mempelajari. Materi pelajaran setahun pun telah dipelajari murid-muridnya dalam sepekan. Belajar dan belajar. Belajar telah menjadi sikap dan prinsip hidup.

Tanpa diminta, tanpa penuh nasehat, murid-muridnya belajar karena ada janji masa depan yang harus dipenuhi. Janji masa depan: menjadi manusia besar yang berpikir dan bertindak besar, untuk Indonesia, untuk kehidupan, untuk menggenggam dunia dengan kebaikan. Itulah kisah seorang guru. Andakah guru itu? Wallahu a’lam. (*)

Jika Guru Alami Kebosanan Dalam Mengajar (Teacher Burnout)



Teacher Burnout bisa diartikan sebagai kelelahan dari seorang guru dalam menjalani profesinya. Guru yang malas-malasan berbeda dengan guru yang lelah dan stress akibat beban pekerjaan yang menggunung. Teacher burnout jika dibiarkan akan membuorang guru kehilangan minat mengajar dan dunia pendidikan. Seorang guru yang terkena Teacher Burnout biasanya akan meninggalkan profesi mengajar ditahun ketiganya.
Cara terbaik untuk guru agar terhindar dari Teacher Burnout adalah dengan punya lingkaran pertemanan yang profesional di sekolah. Jika sebagai guru anda merasa senang mengajar namun merasa tidak punya harapan dan semangat, itulah ciri-ciri dari guru yang mengidap Teacher Burnout.
Pihak sekolah mesti cepat menyikapi guru yang terkena Teacher Burnout karena akan berpengaruh pada alitas mengajarnya. Guru baru atau muda pada saat mulai mengajar, segera cari mentor supaya ada yang memberi pengarahan dan petunjuk. Banyak guru yang segan berkata tidak, jadinya kebanyan pekerjaan jadi stress sendiri. Banyak guru yang sebenarnya terkena Teacher Burnout namun ia tidak sadar, jadinya siswa yang menjadi korban.
Guru yang terjebak rutinitas rawan terkena Teacher Burnout, maka ia harus mempunyai lingkungan lain selain disekolah. Guru yang senang pasang target tinggi-tinggi rentan terkena Teacher Burnout sebab ia merasa tidak berarti ketika gagal. Jauhi ruang guru yang isinya guru-guru yang jika bicara nyinyir, nyelekit, dan gemar mengeluh ini dan itu. Hidup hanya sekali, carilah teman sesama guru yang berpikir dan bersikap positif dalam kesehariannya baik dalam berkata maupun tindakannya.
Sosial media bisa berperan banyak dalam membuat guru terhindar dari Teacher Burnout dengan melakukan kegiatan blogging misalnya. Sosial media membantu guru merasa kehidupan yang sebenarnya ada diluar sana, sehingga ia menjadi tidak mudah stress dengan masalah disekolah. Sosial media membantu guru memperluas wawasan dengan cara diskusi dan mengikuti perbincangan dengan topik tertentu. Sosial media membantu guru belajar kembali tentang apa yang ia suka dan keluar sejenak dari rutinitas mengajar. Menjadi guru yang bahagia tidak hanya dibutuhkan rasa ikhlas, namun juga diperlukan sikap pandai membagi waktu dan mencicil pekerjaan.
Guru yang bahagia ukurannya salah satunya tentu kesejahteraan dan bertambah profesional ketika ia tersertifikasi. Banyak guru yang senang membawa pekerjaan ke rumah, namun dirumah tidak disentuh, dan besok paginya dibawa lagi kesekolah. Maka saat memilih menjadi guru, seseorang akan bahagia jika seimbang dalam menjalani kehidupan sosial dan profesional.

Cara Menangkal SANTET dengan Hukum FISIKA

 
Santet, teluh, sihir atau sejenisnya adalah energi negatif yang mampu merusak kehidupan seseorang berupa terkena penyakit, kehancuran rumah tangga hingga pada sampai kematian. Tentu saja semua atas seijinNya, karena segala kekuatan dan kekuasaan hanya mutlak milik Allah SWT.

Salah satu pendapat mengemukakan bahwa santet itu sebenarnya adalah energi. Energi yang dikirimkan dari sautu tempat, ke tempat lain yang dituju dengan bantuan kekuatan jahat. Kenapa dalam kasus santet bisa masuk barang seperti paku, kalajengking, penggorengan dll? Ini bisa dijelaskan melalui proses materialisasi energi. Dengan kata lain, barang-barang tersebut sebelum sampai kepada tujuannya akan berupa energi, setelah sampai kepada tujuannya kembali kepada bentuk asalnya, berupa benda-benda. Ingat kisah nabi Sulaiman tentang transfer singgasana Ratu Balqis.

Makhluk halus mempunyai energi yang bermuatan negatif (-). Bumipun memiliki muatan negatif (-). Dalam hukum Coulomb dikatakan bahwa muatan yang senama atau sejenis akan saling tolak menolak dan muatan tidak senama atau yang sejenis akan saling tarik menarik. 

Bunyi hukum Coulomb sebagai berikut : 
“ Besarnya gaya tarik-menarik atau tolak-menolak antara dua benda bermuatan listrik sebanding dengan muatan masing-masing dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak kedua benda tersebut.”

Rumusnya : 


Keterangan :  
  • F = gaya tarik menarik antara dua partikel atau benda
  • K = konstanta 
  • Q1, Q2 = muatan partikel
  • R = jarak antara dua partikel 
Karena makhluk halus dan bumi sama-sama bermuatan negatif, maka mereka tidak akan menyentuh bumi. Selain itu, karena mereka bermuatan negatif, secara fisika bisa ditangkal dengan hukum Coulomb. Untuk melawan santet dll, bisa dengan "satandalone" (untuk non muslim) dan digabung dengan zikir (untuk muslim).

Beberapa metodenya dengan cara :
  • Tidur di lantai tanpa alas atau dengan alas tidak melebih 15 cm. Dengan posisi seperti ini santet akan kesulitan masuk karena terhalang muatan negatif (-) dari bumi.
  • Membuat alat elektronik yang mampu memancarkan gelombang bermuatan negatif (-). Sayangnya cara ini mempunyai kelemahan tidak bisa membedakan makhluk halus yang baik dan jelek.
  • Melakukan gerakan senam khusus, dengan posisi tapak kaki harus menyentuh bumi.
  • Menanam pohon atau tanaman yang memiliki muatan negatif seperti dadap, pacar air, kelor, bambu kuning dll. Tanaman bermuatan negatif tidak mencengkram terlalu kuat di tanah (bumi). Berlainan dengan tanaman yang bermuatan positif seperti asam, beringin, blimbing, kemuning, randu, dll, yang menarik makhluk halus bahkan dijadikan tempat tinggal karena ada gaya tarik menarik pohon (+) dan makhluk halus (-) sesuai hukum Coulomb. 
Wow, benar-benar pengetahuan baru untuk kita semua. Kita kerap bukan mendengar kalau pohon asam atau beringin di suatu tempat ada penunggunya! "Orang pintar" pun kerap menyarankan agar halaman rumah kita ditanami bambu kuning dengan alasan untuk tolak bala. Rasanya penjelasan ilmiah seperti di atas menjadi mudah diterima bukan !!

Sumber:

BESARAN dan SATUAN (POWERPOINT)



Untuk rekan-rekan Guru Pengajar Fisika di SMP dan juga anak-anak SMP Kelas VII yang memerlukan Materi Presentasi Fisika Powerpoint tentang BESARAN dan SATUAN di blog "BERBAGI BERSAMA, HIDUP SEMAKIN TERASA BERMAKNA" ini telah saya sediakan. Materi tersebut sudah saya susun secara runtun, menarik, dan begitu detail. 

Saya yakin, akan lebih mudah kalian pelajari materi tersebut, karena sudah saya urutan secara rinci untuk memudahkan memahaminya. Latihan soal juga telah saya sertakan, sehingga memudahkan mengukur pemahaman konsep kalian. Materi Fisika ini digunakan untuk anak SMP kelas VII pada Semester Ganjil.

Materi Presentasi ini terdiri dari 40 Slide dengan ukuran 2,2 MB.

Semoga bermamfaat untuk kalian. Selalu semangat dan rajin belajar. Salam Fisika!

Download pada tautan dibawah ini : 

Wolfgang Pauli : Tokoh Fisika Dunia Penemu Formula Neutrino


Beberapa waktu yang lalu dunia dikejutkan dengan penemuan para ilmuwan tentang adanya partikel yang dapat bergerak melebihi kecepatan cahaya. Partikel ini disebut dengan Neutrino. Tokoh fisika dunia yang pertama kali merumuskan hal ini adalah Wolfgang Pauli. Fisikawan dari Austria yang kala itu memformulasikan neutrino pada tahun 1930. Neutrino merupakan partikel dengan massa sangat kecil, ringan dan dapat bergerak cepat.

Tokoh Fisika Dunia Pencetus Neutrino

Wolfgang Pauli. Dialah salah satu tokoh fisika dunia yang terkenal karena teori fisika kuantumnya. Dia dilahirkan pada tahun 1900 di Vienna. Serta pernah memenangkan hadiah nobel pada tahun 1945 karena penemuannya pada hukum baru yakni prinsip larangan pauli. Hal ini atas nominasi dari Einsten. Memang jarang ada ilmuwan yang bisa disejajarkan dengan Einsten karena kehebatannya. sedangkan Pauli adalah salah satu dari sedikit ilmuwan yang bisa di sejajarkan dengan Einsten tersebut. Einstein pun mengakui kehebatan Pauli.

Peristiwa Pertama Kali Ditemukannya Neutrino Oleh Pauli Sebenarnya jauh sebelum neutrino ditemukan Einsten sudah memprediksikan adanya sebuah benda yang mampu bergerak dengan kecepatan melebihi cahaya yang ia sebut sebagai tachyon. Pertama kali diformulasikannya neutrino pada tahun 1930. Saat itu Wolfgang Pauli sedang bingung dan pusing karena tidak dapat menjelaskan fenomena yang terjadi pada peristiwa peluruhan beta (beta decay) yang mengubah neutron menjadi elektron dan proton.

Terdapat energi yang hilang pada peristiwa peluruhan tersebut. Pauli bingung dengan energi dan momentum yang hilang tersebut serta bagaimana menjelaskannya. Akhirnya ia berinisiatif mengusulkan bahwa energi yang hilang pada peristiwa peluruhan beta tersebut merupakan energi yang dipakai oleh sebuah partikel yang sangat kecil, ringan, tidak mempunyai massa, tidak terlihat dan mampu bergerak dengan kecepatan cahaya.

Partikel ini yang kemudian pada empat tahun kemudian diberi nama neutrino oleh Enrico Fermi. Neutrino bisa berarti little neutral one atau si kecil yang netral. Lalu pada tahun 1956 dua orang ilmuwan melakukan eksperimen dan menemukan adanya neutrino di dalam reaktor nuklir.

Pada perkembangan selanjutnya banyak ilmuwan yang mempelajari dan melakukan berbagai eksperimen tentang neutrino. Hingga beberapa waktu yang lalu dunia dihebohkan karena adanya neutrino oleh para ilmuwan dunia. Hal ini menjadi perbincangan hangat diantara para tokoh fisika dunia karena dapat meruntuhkan teori relativitas Einsten.
Sumber : uniqpost.com 

Temuan Baru, Membesarkan Anak adalah Pekerjaan Membahagiakan


Banyak pasangan menikah yang berpikir bahwa menjadi orangtua adalah pekerjaan yang sangat berat dan melelahkan. Dari hasil penelitian terbukti membesarkan anak dan menjadi orangtua itu sangat membahagiakan.

Penelitian terbaru dari psikolog di 3 universitas di Amerika Utara menemukan bahwa pasangan yang menjadi orangtua memiliki kadar kebahagiaan yang lebih besar dan hidupnya lebih berarti daripada pasangan yang tidak atau belum memiliki anak.

Penemuan ini menunjukkan bahwa orangtua akan merasa lebih bahagia saat mengasuh anak-anaknya daripada melakukan aktivitas harian lainnya.

Peneliti juga menunjukkan bahwa manfaat 'parenthood' atau menjadi orangtua tampaknya lebih konsisten terlihat pada pria yang lebih tua.

Penelitian yang dipublikasikan di jurnal Psychological Science tersebut menyatakan bahwa menjadi orangtua memberikan lebih banyak manfaat, meskipun membutuhkan tanggung jawab lebih besar.

Bahkan penelitian ini memunculkan perspektif evolusioner bahwa menjadi orang tua bisa jadi merupakan kebutuhan mendasar manusia.

"Serangkaian studi ini menunjukkan bahwa orantua bukanlah 'makhluk yang menyedihkan' seperti yang kita kira selama ini," ujar psikolog dari University of British Columbia, Prof. Elizabeth Dunn yang melakukan studi ini bersama koleganya dari University of California, Riverside and Stanford University seperti dilansir dari Health24, Rabu (23/5/2012) seperti dikutip detikhealth.

"Jika Anda menghadiri sebuah pesta makan malam yang besar, temuan kami menunjukkan bahwa orangtua yang ada di dalam ruangan itu akan sama bahagianya atau lebih bahagia daripada tamu-tamu yang tidak memiliki anak".

Dalam studi, para peneliti menguji apakah orang tua merasa lebih bahagia daripada rekan-rekannya yang tidak memiliki anak; apakah orangtua merasa memiliki momen-momen dalam hidup yang lebih baik daripada pasangan yang bukan orangtua; dan apakah orangtua mengalami perasaan positif lebih besar ketika mengasuh anak-anaknya daripada melakukan aktivitas harian lainnya.

Konsistensi temuan ini didasarkan pada data dan partisipan di Amerika Serikat dan Kanada yang memberikan bukti kuat sekaligus menantang kepercayaan bahwa keberadaan anak-anak seringkali dikaitkan dengan penurunan kesejahteraan keluarga, ungkap peneliti.

Studi tersebut mengidentifikasi usia dan status pernikahan sebagai faktor kebahagiaan oran tua.

"Kami menemukan bahwa jika usia Anda lebih tua (dan diasumsikan lebih dewasa) dan menikah (dan diasumsikan memiliki dukungan sosial dan finansial yang memadai) maka Anda cenderung hidup lebih bahagia jika Anda memiliki anak dibandingkan rekan-rekan Anda yang tidak memilikinya," ujar peneliti lainnya, Sonja Lyubomirsky, profesor psikologi dari University of California, Riverside.

Namun temuan ini tidak berlaku bagi orang tua tunggal atau orang tua yang masih sangat muda.

Secara khusus, ayah adalah pihak yang menunjukkan kadar kebahagiaan, emosi positif dan arti hidup lebih besar daripada pasangan yang tak memiliki anak.

"Menariknya, kadar kebahagiaan yang lebih besar pada pasangan orangtua lebih konsisten ditemukan pada ayah ketimbang ibu," kata Dunn.

Para peneliti juga menemukan bahwa tekanan yang biasa dikaitkan pada kondisi orang tua tunggal tidaklah menghapuskan perasaan positif yang lebih besar karena memiliki anak.

"Namun kami tak mengatakan bahwa menjadi orangtua membuat semua orang bahagia, namun peran itu bisa dikaitkan dengan kebahagiaan dan arti hidup yang lebih besar," kata Lyubomirsky.*
Reff : hidayatullah.com

Lebih Cerdas Lebih Bahagia?

 
Orang dengan kecerdasan lebih rendah cenderung kurang bahagia dibandingkan dengan orang yang memiliki kecerdasan lebih tinggi, demikian temuan peneliti Inggris.

Para ilmuwan dari University College London menganalisa data dari survei psikiater Inggris.

Sebanyak 6.870 orang diajukan beberapa pertanyaan, salah satunya berbunyi “dengan mempertimbangkan berbagai aspek, bagaimana anda menilai perasaan anda saat ini, sangat bahagia, cukup bahagia atau kurang bahagia?” Kecerdasan verbal seseorang juga dievaluasi.

Hasil analisa itu menunjukkan bahwa kecerdasan yang lebih rendah terkait dengan pendapatan yang lebih rendah, kesehatan buruk atau membutuhkan bantuan dalam kehidupan sehari-hari seperti berbelanja atau melakukan pekerjaan rumah tangga, yang semuanya berkontribusi pada kebahagiaan.

Mereka yang mengatakan “sangat bahagia” paling banyak ditemukan pada orang dengan IQ antara 120-129. Empat puluh tiga persen mengatakan mereka sangat bahagia.

Namun jumlah tertinggi yang mengatakan "tidak terlalu bahagia", 12% ditemukan pada orang dengan IQ antara 70-79.

Dr Angela Hassiotis mengatakan, “Orang yang berada di ujung spektrum normal lebih cenderung menganggap diri mereka tidak bahagia.”

Para peneliti menghimbau agar lebih banyak bantuan dan dukungan diberikan pada orang berkecerdasan rendah.

Temuan itu dipublikasikan di jurnal Psychological Medicine, demikian dilansir BBC (27/9/2012).*