aguspurnomosite.blogspot.com

aguspurnomosite.blogspot.com
Berpikir Luas Membuka Cakrawala Kehidupan! Berusaha Memberikan Yang Terbaik Untuk Masa Depan! Katakan "Go Go Go SEMANGAT" !!!

Selasa, 16 Juli 2013

Pak Doe, "Pahlawan Tanpa Tanda Jasa" Sungguhan ...

Bagi Ratih Dwiastuti, Pak Doe adalah sosok guru yang menjadi panutan. Menurut Pak Doe, guru adalah seorang pemimpin yang memimpin dengan karakter.

Demikian pulalah dia. Pak Doe menerapkan pendidikan berkarakter jauh sebelum slogan-slogan karakter ditempelkan di kurikulum. Pak Doe, menurut Ratih, tetap menerapkan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan meski dengan sederhana.

Aura kepemimpinan dan semangat mendidiknya yang tinggi ditunjukkan dengan menyentuh langsung kehidupan setiap siswanya. Ratih pun melihat bahwa menjadi guru bukan sekadar rencana pelaksanaan pembelajaran, melainkan juga karakter dan kepemimpinan dalam interaksi dengan para siswa.

Berikut catatan Ratih ketika menjadi pengajar muda di SDN 4 Langkahan, Aceh Utara. Ratih menemukan "pahlawan tanpa tanda jasa" sungguhan....

"One of The Avangers Langkahan"

Sosoknya memancarakan kesederhanaan dan wibawa yang elegan. Gaya berbicaranya santun, baik itu berbahasa aceh maupun berbahasa indonesia. Ditakuti atau lebih tepatnya disegani oleh mayoritas siswa di sekolahku. Karenanya beliau dipercaya memegang amanah bagian kesiswaan. Beliau adalah orang pertama yang hingga terminal terdekat menuju kota ketika awal-awal penempatan. Bapak Abdurrahman namanya. Pak Doe adalah panggilan akrabnya sehari-hari. Usianya sudah tidak bisa dibilang muda jika dibandingkan dengan guru lain di sekolahku. Ketika konflik sedang di puncaknya, Pak Doe menjabat sebagai geuchik (kepala desa) selama 6 tahun (1999-2005). Hingga sekarang beliau masih disegani dan dihormati oleh masyarakat. Bahkan geuchik penggantinya kerap kali berkonsultasi dengannya. Beliau sudah mulai mengajar ketika konflik. Pernah suatu kali beliau bercerita mengenai beberapa pengalamannya.

Ketika konflik sangat jarang guru yang mau mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia dan PPKN. Ketika itu Pak Doe memberanikan diri untuk mengajar kedua mata pelajaran tersebut di SMP Negeri 3 Langkahan (saat itu statusnya masih SMP persiapan, belum menjadi SMP negeri). Di tengah-tengah aktivitas mengajarnya, suatu kali beliau pernah disambangi oleh masyarakat yang tergabung dalam Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Beliau ditanya apakah mengajarkan Bahasa Indonesia dan pancasila atau unsur nasionalisme kepada anak didiknya. Kemudian beliau menjawabnya dengan sangat bijak dan sangat benar menurutku.

“Saya tidak mengajarkan nasionalisme. Saya mengajarkan karakter kebangsaan dan bertata negara. Kalaupun nantinya Aceh merdeka, anak-anak kita perlu tahu juga bagaimana caranya bernegara. Begitu juga dengan Bahasa Indonesia. Jangan sampai anak-anak kita hanya tahu ‘bahasa ibu’ saja. Ketika suatu hari ia merantau, maka tidak kesulitan lagi untuk berkomunikasi.”

Masyarakat GAM pun langsung memahami dan tidak terjadi masalah berkepanjangan. Menurutnya kurikulum berkarakter yang saat ini sedang in di Indonesia, sebenarnya sudah diterapkan sejak lama, hanya saja belum ada label ‘kurikulum berkarakter’.

Beliau juga pernah menjelaskan kepadaku tentang arti “pendidikan berkarakter”. Beliau menganalogikan bahwa mengajar tidak berbeda dengan memimpin. Ketika menjadi geuchik, beliau harus memahami karakter masyarakatnya. Begitu juga dengan mengajar. Beliau berusaha memahami karakter setiap siswanya sehingga bisa melakukan pendekatan dengan cara yang sesuai. Ada siswa yang harus ditindak keras, ada siswa yang harus ditindak secara halus. Selama ini para guru dibuat pusing dengan kurikulum yang berubah-ubah dan berlabel ‘berkarakter’. Tanpa ada label pun, Pak Doe sudah menerapkannya. Bahkan tanpa RPP, tanpa peraturan resmi dari pemerintah, beliau sudah menerapkannya.

Soal kreativitas pun tidak diragukan lagi. PAIKEM yang sedang gencar-gencarmya dikampanyekan, beliau pun menerapkannya. Berikut beberapa contoh dari penerapan PAIKEM di kelasnya.

Gambar tersebut merupakan hasil karya siswa di kelasnya untuk mata pelajaran IPA mengenai gaya dan faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan bunyi. Pernah juga beliau meminta siswanya untuk membuat simulasi alat peraga lain namun aku tidak sempat mendokumentasikannya, atnara lain miniatur parasut menggunakan kantong plastik hitam, benang, dan tali. Lagu-lagu pun kerap kali beliau ajarkan kepada anak didiknya.

Semangat mendidiknya tinggi. Beliau pernah pula bercerita mengenai pengalaman mendidiknya. Ketika belum memiliki sepeda motor, beliau mengayuh sepeda sejauh 3 KM di jalan berbatu untuk mengajar. Sehingga jika ada guru yang mengeluhkan jarak sekarang, beliau pun bisa menjawab, karena mayoritas guru sekarang sudah bermotor. Ketika sudah memiliki motor, beliau pernah menyambangi siswa yang tidak mau ikut ujian nasional. Rumah siswa tersebut bukan lagi di desa tempat sekolahku berada. Rumah siswa tersebut sudah pindah ke Aceh Timur (sekitar 30 KM dari rumah beliau). Beliau meyakinkan orang tuanya dan siswanya bahwa dengan mengikuti ujian nasional, itu sudah membuka celah untuk masa depan siswa tersebut dan keluarganya.Setelah beberapa kali dibujuk, akhirnya orang tua siswa menizinkan untuk tinggal sementara di rumah guru yang letaknya satu desa dengan sekolah dan mau mengikuti ujian nasional.

Aku simpulkan bahwa konsep teacher menurut Pak Doe adalah a leader who lead with character. Menerapkan pendidkan berkarakter, PAIKEM, serta memiliki aura kepemimpinan yang baik, membuat dirinya guru ideal di mataku. Beliau bukan PNS yang berpangkat paling tinggi, tetapi beliau selalu bersedia untuk mendidik siswa. Mulai dari mengajar di kelas, pembinaan, hingga mendampingi siswa ketika mengikuti olimpiade. Kualitas guru Indonesia tidak bisa dipukul rata ‘jelek’ atau ‘bagus’. Masih banyak sosok Pak Doe lainnya di negeri ini. Layaknya para superhero dalam The Avangers, para pahlawan tanpa tanda jasa ini pun tersebar dimana-mana, tanpa terlihat oleh masyarakat umum.
Sumber : Blog Pengajar Muda Indonesia Mengajar

UBT - U Learning, Platform Baru Mengatasi Kesenjangan Pembelajaran

Sebuah inovasi diperkenalkan NSDevil atau North Star Developer's Village untuk menerobos kesenjangan proses pembelajaran yang selama ini menjadi jurang lebar antara pendidikan di kota dan daerah-daerah terpencil. Inovasi teknologi bernama Ubiquitous Base Test (UBT) & Ubiquitos-Learning (U-Learning) Platform itu diterakan tidak hanya berbasiskan internet.

"Tapi sudah diperluas dan semakin dipermudah dengan aplikasi 3G wireless communication technology atau jaringan perangkat selular yang kini sudah banyak digunakan di berbagai pelosok tanah air," kata Direktur PT Surya Inti Komunikasi, Tonny Firman A, di Jakarta, Kamis (4/7/2013), menyambut penandatanganan MoU dengan CEO NSDevil, Lee Un Joo, dan Komisaris PT Surya Inti Komunikasi, Honye Fauzia Aurelia.

Tonny mengatakan, teknologi ini setidaknya dapat mengatasi kurangnya sarana infrastruktur dan tenaga pendidik untuk membuat pencapaian mutu pendidikan lebih maksimal. Saat ini, Indonesia sudah harus secepatnya menerapkan sistem pendidikan yang efektif dan efisien.

Dia mengakui, E-Learning memang telah diterapkan. Hanya saja, konsep pembelajaran itu masih terbatas pada jaringan internet.

"Sementara U-Learning memanfaatkan jaringan komunikasi dari vendor, sehingga tidak bergantung pada PC atau laptop," ujar Tonny.

Dia mengatakan, pihaknya tengah menjalin kerjasama dengan institusi pendidikan mulai tingkat SD hingga perguruan tinggi. Menurutnya, tidak hanya lembaga formal, karena balai pelatihan pendidikan pun bisa memanfaatkan teknologi ini karena sudah diapresiasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk bisa membantu mewujudkan kesetaraan pendidikan.

Teknologi biquitous Base Test (UBT) & Ubiquitos-Learning (U-Learning) Platform, menurut penemunya, Cavin Shin, telah diterapkan di Afrika Selatan, Rusia, Jepang, dan Filipina. Bahkan, teknologi ini diujicobakan saat Ujian Negara bersama dengan Korea.

Dalam pengembangannya di Indonesia, pemakaian teknologi biquitous Base Test (UBT) & Ubiquitos-Learning (U-Learning) Platform telah dimulai sejak November 2012 lalu, setelah NS Devil telah bekerjasama dengan Universitas Pasundan Bandung, sebagai pilot project.

"Untuk tahap pertama pada Juni 2013 memperlihatkan hasil cukup signifikan bagi para mahasiswa maupun dosen dalam proses perkuliahan hingga ujian semester," kata Tonny.

Sistem “U-Learning” Rambah Dunia Pendidikan Indonesia

Sistem pendidikan berbasis “Ubiquitous Base Test (UBT) dan Ubiquitos-Learning (U-Learning)” mulai merambah dunia pendidikan Indonesia seiring dengan kemajuan era globalisasi serta teknologi informasi.

UBT dan U-Learning adalah sistem pendidikan yang memanfaatkan teknologi informasi yang tidak hanya berbasis internet tetapi kemampuan beraplikasi menggunakan 3G wireless communication technology atau jaringan dan perangkat selular,” kata Direktur PT Surya Inti Komunikasi Tonny Firman A di Jakarta, Kamis.

Dia menjelaskan, perangkat selular sudah sangat banyak digunakan oleh berbagai kalangan di Indonesia sehingga sistem pendidikan dengan menggunakan perangkat tersebut bisa lebih mudah dilakukan.

“Untuk menjawab tantangan globalisasi pada era komunikasi yang serba cepat dan transparansi seperti saat ini, diperlukan sistem pendidikan yang efektif dan efisien. Salah satunya sistem UBT dan U-Learning Platform,” katanya.

Dia mengakui, pada saat ini sistem pendidikan E-Learning mulai diterapkan, namun terbatas pada jaringan internet. Sementara U-Learning memanfaatkan jaringan komunikasi dari para vendor, tanpa terpaku pada PC atau laptop melainkan menggunakan perangkat selular.

Menurut dia, dengan inovasi teknologi tersebut keterbatasan dan masalah dalam proses pengajaran dapat diatasi termasuk meminimalisasi kesenjangan pendidikan di kota dan di daerah terpencil. Pihaknya, tambah dia, bekerjasama dengan North Star Developer`s Village (NSDevil) terkait inovasi teknologi tersebut.

Pihaknya juga tengah menjajagi kerja sama dengan sejumlah institusi pendidikan mulai tingkat SD, SMP, SMA, hingga perguruan tinggi. Dia menambahkan, selain sekolah formal, Balai pelatihan pendidikan juga bisa memanfaatkan teknologi tersebut.

“Teknologi ini juga diapresiasi oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, yang dinilai bisa membantu mewujudkan kesetaraan pendidikan di seluruh Indonesia,” katanya.

Dia juga menambahkan, sebelum merambah Indonesia teknologi UBT dan U-Learning telah diterapkan di Afrika Selatan, Rusia, Jepang dan Filipina serta Korea.
Sumber : antaranews.com

Jadikan Ujian Sebagai Hiasan Kehidupan

“Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (QS. Al-Anbiya’: 35)

TIDAK akan ada habisnya memperbincangkan masalah-masalah kehidupan yang ada di sekitar kita. Setiap kita memiliki pengalaman yang berbeda-beda dalam menghadapi setiap persoalan yang datang silih berganti. Hidup selalu bergandengan dengan masalahnya, dan kita berusaha sekuat tenaga menyelesaikannya dengan memohon pertolongan dari Allah Ta’ala.

Setiap yang diberi hidup pasti akan mendapatkan bagiannya dalam hal ujian. Apapun ujian yang dihadapi, baik itu masalah pribadi, problem keluarga, perjuangan untuk kemaslahatan umat atau menegakkan agama Allah, kesemuanya membutuhkan sikap cermat dan kesabaran yang utuh.

Pun tidak ada kesempatan untuk mengelak dari apa yang sudah ditetapkan. Tidak juga dapat menghindar dari apa yang telah ditakdirkan. Masing-masing di antara manusia mendapatkannya secara adil dan merata.

Jika terdapat seorang makhluk yang mampu berbuat baik secara sempurna dalam beribadah kepada Allah dan ‘mumpuni’ dalam memberikan manfaat bagi hamba-hamba-Nya yang lain, maka baginya bagian yang besar berupa rahmat dari sisi Allah Ta’ala.

Sifat Manusia

Allah Ta’ala senantiasa memberikan yang terbaik kepada makhluk-Nya. Potensi dan kelebihan melekat pada diri manusia. Meski demikian, manusia memiliki kesempatan untuk menjadi dirinya sendiri.

Setiap orang, saat dihadapkan pada masalah hidup, menjadi nyata dan nampak sifat kemanusiaannya. Terhadap persoalan hidup yang susah dan rumit orang cenderung mengeluh dan berkecil hati, seakan hidup ini tidak adil. Orang menjadi beranggapan negatif terhadap Tuhan. “Mengapa kesusahan hidup selalu menimpaku?”, atau dengan ungkapan lain “Kapan hidup keluargaku sejahtera dan berkecukupan?”. Pertanyaan semacam itu sangat mungkin muncul dalam kehidupan setiap orang.

Berkenaan dengan sifat manusia, Allah memberikan penjelasan :

“Maka apabila manusia ditimpa bahaya ia menyeru Kami, kemudian apabila Kami berikan kepadanya nikmat dari Kami ia berkata: “Sesungguhnya aku diberi nikmat itu hanyalah karena kepintaranku”. Sebenarnya itu adalah ujian, tetapi kebanyakan mereka itu tidak mengetahui.” (QS: Az-Zumar ayat 49)

Terhadap segala macam nikmat dan ujian yang datang, manusia memiliki pilihannya sendiri. Siapapun bisa melakukannya, antara bersyukur, mengeluh, hingga kufur. Setiap pilihan membawa konsekuensi tersendiri bagi pelakunya.

Kecenderungan sifat manusia hendaknya mendapat perhatian khusus. Sifat manusia yang fluktuatif hendaknya dikelola, dikendalikan, dan diarahkan kepada hal-hal positif yang menjadikan pribadi manusia mampu menghadapi setiap tantangan yang dihadapi, ujian yang menghadang dan cobaan yang menimpa. Bukan untuk memupuk rasa egoisme dan merasa diri lebih baik atau lebih kuat dari yang lain.

Belajar dari Ujian

Di manapun dan kapanpun manusia akan menemukan ujian sesuai dengan apa yang telah Allah Ta’ala tetapkan. Ketentuan-Nya berlaku bagi siapapun tanpa terkecuali. Terhadap ujian yang diberikan itu hendaknya manusia berpikir dan merenungi akan hikmah dan pelajaran berharga di balik setiap ujian yang datang. Adakah itu peringatan, cobaan atau malah hukuman?

Allah telah mensinyalir keadaan manusia terhadap ujian yang dihadapi, firman-Nya:

“Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia akan berkata: “Tuhanku telah memuliakanku”.” (QS: Al-Fajr: 15)


Untuk itulah, sikap kita adalah pilihan kita. Menghadapi setiap ujian itu dengan sebentuk kesadaran akan kekuasaan Allah Ta’ala, dan pemaknaan ketidakberdayaan kita pada titik klimaks, dengan ujian tersebut menjadi wahana untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan. Dengan pengertian ini konsekuensinya setiap yang diuji dengan berbagai macam kesulitan dan kesusahan, sikap sabar menjadi penguat kepribadiannya. Pun jika diuji dengan berbagai macam keberlimpahan harta dan kemudahan, sikap syukur dengan tidak melupakan bahwa apapun yang diterima adalah pemberian dan rahmat dari Allah Ta’ala, kemudian ada kepuasan dalam berbagi dengan sesama.

Namun jika perasaan prasangka negatif manusia cenderung dominan, maka akibatnya adalah sebagaimana firman-Nya:

“Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya maka dia berkata: “Tuhanku menghinakanku”.” (QS: Al-Fajr: 16)

Maksud ayat di atas adalah Allah menyalahkan orang-orang yang mengatakan bahwa kekayaan itu adalah suatu kemuliaan dan kemiskinan adalah suatu kehinaan seperti yang tersebut pada ayat 15 dan 16. Tetapi sebenarnya kekayaan dan kemiskinan adalah ujian Tuhan bagi hamba-hamba-Nya.

Bagi mereka yang mendapat ujian berupa kesulitan hidup hendaknya menjadikan kesabaran sebagai hiasan kehidupannya, dengan membangun sebuah keyakinan bahwa kesulitan itu akan segera berganti kemudahan. Dan, cepat atau lambat, hal itu mudah bagi Allah.

Bagi mereka yang diberi kemudahan dan kesejahteraan hidup hendaknya mampu menunjukkan keteladanan nyata sebagaimana rasul saw dan para sahabat contohkan, yaitu kemauan untuk berbagai dengan sesama, dan kepedulian terhadap orang-orang sekitar yang berada di bawah garis kemiskinan. Jangan dilupakan, kesadaran bahwa yang dimiliki sekarang –dalam wujud kekayaan atau lainnya– sejatinya hanya titipan belaka. Sehingga jika Yang Maha Memiliki mengambilnya tidak akan merasa kehilangan sedikitpun, karena hanya titipan. Kapan saja Sang Pemilik berkehendak, akan menarik dan mencabutnya. Kesiapan dalam bentuk yang sedemikian ini agak sulit dipraktekkan oleh mereka yang merasa memiliki segalanya. Kadang keberlimpahan harta melalaikan siapapun. Silakan lihat QS. At-Takatsur ayat 1.

Rasul, kekasih Allah juga diuji

Setiap utusan Allah membawa risalah yang harus disampaikan kepada umatnya. Risalah tersebut menjadi bagian yang tak terpisahkan dengan tantangan yang diberikan. Para rasul yang termasuk Ulul ‘Azmi adalah orang-orang yang tangguh dan sabar dalam menghadapi berbagai macam rintangan dan ujian. Betapa menegakkan agama Allah penuh dengan perjuangan baik harta, pikiran maupun nyawa sekalipun. Perhatikan QS. Al-Baqarah ayat 124:

“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia”. Ibrahim berkata: “(Dan saya mohon juga) dari keturunanku”. Allah berfirman: “Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim”.”

Di antara ujian terhadap Nabi Ibrahim alaihissalam adalah membangun Ka’bah, membersihkan ka’bah dari kemusyrikan, mengorbankan anaknya Ismail, menghadapi raja Namrudz dan lain-lain.

Di balik yang sedemikian hebat itu, Allah telah mengabulkan doa Nabi Ibrahim, karena banyak di antara rasul-rasul itu adalah keturunan Nabi Ibrahim. Sama halnya dengan Nabi Musa yang mendapat tantangan dakwah sangat berat. Nabi Muhammad pun juga mengalami kesulitan,dan para rasulpun merasakan hal yang sama, ujian dan cobaan datang silih berganti. Namun Allah Ta’ala menjanjikan datangnya pertolongan, dan setiap tantangan, kesulitan, ujian maupun cobaan semakin menambah keyakinan akan kebenaran agama Allah.

Refleksi Ujian

Allah Ta’ala memberikan segala sesuatu kepada hamba-Nya berdasarkan porsinya. Maknanya, jika kebaikan yang diberikan tidak sampai membuat hamba-Nya lalai dari bersyukur. Pun jika keburukan yang ditimpakan tidak akan melebihi kemampuan yang dimilikinya.

Mengapa Allah Ta’ala tidak memberikan beban melebihi kekuatan manusia? Tentunya ada hikmah yang luar biasa di balik itu. Dia Yang Maha Kuasa hendak menunjukkan kepada seluruh makhluk-Nya bahwa ada keterbatasan pada makhluk dan tanpa batas pada Pencipta.

Demikian juga ada banyak kelemahan pada manusia, sementara Tuhan Maha Sempurna. Maka makhluk yang bernama manusia selalu mendapatkan apa yang sepadan dengan kekuatan yang dimilikinya. Apapun yang bernama ujian dalam hidup, hakekatnya, Allah Ta’ala telah sesuaikan dengan kemampuan makhluk-Nya untuk menghadapi hal tersebut.

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (QS: Al-Baqarah ayat 286)

Jika kesadaran akan kesanggupan yang dimiliki oleh setiap orang dalam mengarungi bahtera kehidupan yang penuh ombak dan badai ini maka untuk apa kita merasa berkecil hati atas segala sesuatu yang terjadi. Bukankah beban hidup selalu dibawah kekuatan yang diberikan Allah pada kita. Bukankah ujian itu sesuai dengan ‘kelas’ kita.

Setiap ujian yang menerpa selalu menjadi jalan untuk menapaki tingkatan keimanan ke jenjang yang lebih tinggi. Setiap cobaan menjadi batu loncatan untuk mengasah ketajaman nalar dan kepekaan sosial. Olah jiwa sedemikian tidak diajarkan di sekolah manapun. Yang mendapatkannya kapan dan di mana saja, di sanalah kesempatan untuk belajar dan menjadi pribadi yang mampu mewujudkan sikap sabar yang proaktif dan sikap hidup yang proaktif, tanpa adanya keluh kesah dan sikap apatis.
Sumber : Hidayatullah.com

Sekelompok Kecil Mu’min dalam Timbangan Neraca Allah

timbanganSesungguhnya kelompok Muslim yang menjadi pengikut Nabi Nuh alaihissalam disebutkan dalam beberapa riwayat , jumlah mereka hanyalah ada dua belas orang. Mereka adalah hasil dakwah Nabi Nuh alaihis salam selama seribu tahun kurang lima puluh tahun, seperti yang dinyatakan oleh satu-satunya referensi yang bisa dipercaya tentang masalah ini yaitu : Al Qur’an.

Sesungguhnya kelompok Muslilm ini, yang merupakan buah umur yang panjang dan jerih payah yang lama itu, berhak menjadi alasan Allah untuk mengubah fenomena alam semesta yang biasa dikenal! Ia juga berhak menjadi alasanNya menjadikan kelompok Muslim ini satu-satunya pewaris bumi ! Walau hanya 12 Orang ! Benih kemakmuran, serta pemimpin yang baru di sana.

Ini adalah perihal yang penting !

Sesungguhnya para pionir kebangkitan Islam yang tengah menghadapi jahiliyah universal diseluruh muka bumi, yang sedang merasakan keterasingan dan kesendirian ditengah-tengah jahiliyah ini, rasa sakit, pengusiran penyiksaan dan pemusnahan..maka mereka harus wajib berhenti untuk memfokuskan diri untuk memahami peristiwa yang urgen ini

Sesungguhnya adanya benih muslim (walau sedikit) di bumi ini adalah sesuatu yang begitu berarti di neraca Allah, sesuatu yang menjadikan Allah Subhanahu waTa’ala layak untuk menghancurkan jahiliyah, negerinya, kemakmurannya, akar-akarnya, kekuatan-kekuatannya, dan simpanan-simpanannya ; sebagaimana ia juga menjadikanNya layak untuk memelihara benih ini dan merawatnya agar ia tetap sehat , berkembang mewarisi bumi dan memakmurkannya kembali.

Nabi Nuh ‘alaihi ssalam telah membuat bahtera di bawah pengawasan Allah dan wahyuNya seperti yang difirmankan Allah Subhanahu wata’ala

“ Dan buatlah bahtera itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami, dan janganlah kamu bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang zallilm itu; sesungguhnya mereka akan ditenggelamkan “ (QS Hud ;37)

Ketika itu Nuh ‘alaihissalam mengadu kepada Tuhan-Nya memberitahukan bahwa dirinya adalah “orang yang dikalahkan” dan ketika menyeru Tuhan-Nya “Menangkanlah aku sebab Rasul-Nya telah dikalahkan”.

Ketika itulah Allah melepaskan kekuatan-kekuatan tentara alam yang maha dasyat agar ia membantu hambaNya yang kalah itu ……

“Maka kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang tercurah. Dan Kami jadikan bumi memancarkan mata air-mata air maka berkumpulah air-air itu untuk satu urusan yang sungguh telah ditetapkan…” (QS AL Qamar :11-12)

Tatkala kekuatan tentara alam yang maha dahsyat itu memainkan peranannya di seluruh semesta dengan peran yang menyeramkan dan mengerikan itu, Allah Subhanahu wa ta’ala denagn dzatNya yang Mahatinggi bersama hambaNya yang dikalahkan itu.

“ Dan Kami angkat Nuh ‘alaihissalam ke atas (bahtera) yang terbuat dari papan dan paku, yang berlayar dengan pemeliharaan Kami…sebagai balasan bagi orang-orang yang diingkari(Nuh) ..: QS Al qamar 13-14

Inilah gambaran menyeramkan yang para pionir kebangkitan Islam di seluruh tempat dan semua masa wajib memahami kejadian ini kala ia dimusuhi oleh jahiliyah dan ketika ia dikalahkan oleh jahiliyah !

Sungguh tidak sepatutnya bagi orang mukmin yang menghadapi jahiliyah berprasangka bahwa Allah akan membiarkannya menjadi mangsa jahiliyah sehingga ia berprasangka bahwa Allah akan membiarkannya menjadi mangsa jahiliyah padahal dirinya menyerukan pentauhidan Allah Subhanahu waTa’ala dengan ketuhannanNya. Sebagaimana ia juga tidak patut untuk membandingkan kekuatan pribadinya dengan kekuatan-kekuatan jahiliyah sehingga ia berprasangka bahwa Allah akan membiarkannya menjadi mangsa padahal ia adalah hambaNya yang meminta pertolongan kepadaNya ketika ia kalah.

Kekuatan itu pada hakikatnya tidaklah berimbang ; jahiliyah memiliki seluruh kekuatan, tetapi orang yang menyeru kepada Allah bersandar kepada kekuatan Allah, dan Allah Mahakuasa untuk menundukkan sebagian kekuatan alam untuk hambaNya, kapan dan bagaimanapun ia menghendaki. Kekuatan palling remeh pun dari kekuatan-kekuatan ini bisa menghancurkan jahiliyah dari arah yang tidak disangka-sangka.

Fase ujian adakalanya berlangsung lama karena suatu hal yang dikehendaki Allah . Nuh ‘alaihissalamtelah tinggal dikaumnya selama seribu tahun kurang lima puluh tahun, sebelum tiba ketetapan yang telah ditakdirkan Allah, bahkan hasil yang panjang ini pun hanyalah tersisa duabelas orang Islam, tetapi sekelompok kecil manusia ini di neraca Allah sama dengan penaklukan kekuatan-kekuatan maha dasyat itu, pembinaan seluruh manusia yang sesat dan pewarisan bumi kepada sekelompok manusia yang baik itu , yang akan memakmurkan bumi untuk kedua kalinya dan yang akan menjadi khalifah disana!

Orang-orang yang menempuh jalan menuju Allah Subhanahu wata’ala tidak punya kewajiban apapun selain menunaikan kewajiban mereka secara sempurna dengan mencurahkan segenap kemampuan yang dimilikinya, lalu menyerahkan seluruh urusan kepada Allah dengan penuh ketenangan dan percaya diri. Dan ketika dikalahkan mereka harus mengadu kepada Pelindung Yang Maha Menolong dan meminta pertolongan kepadaNya seperti hamba-Nya yang saleh, Nuh ‘alaihissalam –

10 MACAM MANUSIA YANG DITERTAWAKAN SYETAN


  1. Orang yang baru sembuh dari sakit keras/kronis tapi tidak tambah baik kelakuannya dan tidak meningkat juga iman dan 'amal ibadatnya.
  2. Orang yang baru keluar dari penjara tapi tidak tambah baik kelakuannya dan tidak meningkat juga iman dan 'amal ibadahnya.
  3. Orang nyang baru bebas dari fitnah/musibah yang berat tapi tidak tambah baik kelakuannya dan tidak meningkat juga iman dan 'amal ibadahnya.
  4. Orang yang telah menunaikan ibadah haji tapi tidak tambah baik kelakuannya tapi malah kikir bin bakhil.
  5. Orang yang keluar dari bulan Ramadhan atau orang yang baru selesai berpuasa tapi tidak bertambah baik kelakuannya malah bikin dosa baru setelahnya.
  6. Orang yang merasa sudah bisa bersyukur kepada Alloh ( dan atau sering mengucapkan "alhamdulillah") tapi tidak mampu membalas kebaikan orang lain.
  7. Orang yang mengaku sudah mampu bersabar tapi tidak mampu membalas kejahatan dengan kebaikan.
  8. Orang yang pernah menolong orang lain tapi kemudian suka sekali menyebut-nyebut, mengungkit-ungkit pertolongannye kembali.
  9. Orang yang sering menunjukkan dan menceritakan aib dan dosa diri sendiri, serta aib dan dosa orang lain.
  10. Orang yang sibuk memperindah rumahnya dan sibuk membersihkan rumahnya dari sampah, tikus, kecoa, semut, nyamuk, dll.... tapi tidak serius mempersiapkan rumah masa depannya (kuburan) .... membiarkan rumahnya yang asli (kubur) nanti dikeroyok kecoa, semut, cacing, kelabang, tikus, belatung, dan binatang-binatang tanah lainnya.  
  11. Beramalah selagi masih ada kesempatan sebelum datang kesempitan itu [kematian]. Reff