Fisika itu tidak sulit kok?
Hingga hari ini kalau kita tanya ke siswa SMA, “pelajaran apa yang paling sulit dan tidak anda sukai?” Pasti mereka akan menjawab, “pelajaran Fisika, Matematika, dan Kimia“. Tetapi Pelajaran Fisika sudah pasti menjadi monster yang menakutkan mereka. Bahkan saya sendiri, sewaktu masih menjadi pelajar di SMA pernah mengalami rasa phobia juga terhadap pelajaran ini. Bahkan karena pengalaman saya pribadi, guru Fisika SMA saya menghendaki agar kelak saya menjadi guru Fisika untuk membuktikan bahwa mengajar pelajaran Fisika tidak semudah yang saya inginkan kepada guru Fisika saya.Saat itu saya menginginkan kepada guru Fisika saya, agar kalo ngajar Fisika, yang runut, jelas, simplel, menarik, soal2nya menantang dan penuh kejutan, ngajar tidak melulu melihat buku paket yang membosankan. Soal2lnya harus mampu menyiapkan saya masuk SNMPTN karena saya miskin, sehingga tidak mampu masuk bimbel, apalagi les privat. juga sewaktu mengajar, saya mengharapkan guru saya harus jago menyelesaikan soal2 Fisika, mampu membuat soal2 berbobot. Janganlah Fisika yang sudah sulit, akan semakin sulit jika diajarkan tidak dengan mudah, menarik dan menyenangkan.
Tapi jawaban dari guru Fisika saya, yang saat itu seorang ibu sungguh mengecewakan saya. Sehingga saya tertantang untuk menjadi guru Fisika. Daftar masuk Ikip Negeri, pilihan pertama langsung jurusan Fisika. Hem, mengenang masa lalu!
Walaupun akhirnya saya mulai menemukan daya tarik dan menikmati keasyikan belajar fisika di bangku kuliah, yang akhirnya menjadikan saya mengajar pelajaran ini sebagai profesi utama. Ya, sebagai guru Fisika. Sebuah profesi yang menantang, mulia, sebagai ladang amal. Sekaligus sarana membuktikan bahwa pelajaran Fisika tidak sesulit seperti yang kita bayangkan, asal disajikan dengan runut, simpel, jelas, dan tentu saja profesional.
Selama 23 tahun pengalaman mengajar fisika, saya menemukan banyak tantangan dan hambatan selama mentransfer ilmu ini kepada siswa saya. Seperti lazimnya seorang guru, tentu saja semua perangkat pembelajaran harus sudah siap sebelum masuk ke kelas. Mulai dari persiapan, pelaksanaan pembelajaran, hingga melakukan evaluasi dan tindak lanjut terhadap hasil belajar siswa.
Tantangan berat yang sering saya hadapi adalah pada proses pembelajarannya. Menghadapi siswa di sekolah pinggiran dengan berbagai macam karakter membuat tantangan itu semakin berat. Setiap pertemuan selalu saya awali dengan pemberian motivasi dan apersepsi. Kadang-kadang pemberian motivasi ini menghabiskan waktu 15 sampai 30 menit. Maklumlah, saya harus bisa menghapus image pada kepala siswa yang sudah terlanjur terformat mengatakan “fisika itu sulit“. Usaha ini tidaklah mudah. Karena diperparah dengan latar belakang pemahaman matematika yang juga rendah. Mereka mau dan bersemangat belajar fisika saja sudah sangat bagus.
Mengapa pelajaran fisika menjadi sulit? Berikut ini beberapa faktor yang mungkin menjadi penyebabnya:
1. Sarana belajar seperti buku teks fisika tidak memadai.
Buku-buku pelajaran fisika yang bagus masih sulit ditemukan di sekolah-sekolah. Jarang sekali ditemukan buku pelajaran Fisika yang dibuat oleh seorang guru Fisika yang mampu mengembangkan sikap otodidaks anak2 untuk menguasai pelajaran Fisika, yang disajikan secara menarik, runtun, dan murah tentunya. Beruntunglah sekolah-sekolah di perkotaan yang memiliki perpustakaan lengkap. Tetapi, semoga dengan adanya Buku Sekolah Elektronik (BSE) yang disediakan Kemdiknas bisa mengatasi masalah ini.
Untuk saat ini, teknologi sudah sangat membantu. banyak kita temukan software2 Fisika yang membantu seperti program animasi, karya2 Harun Yahya, Internet, mamfaatkan semaksimal mungkin untuk mendukung pengajaran fisika disekolah.
2. Gaya guru fisika dalam mengajar.
Gaya mengajar guru disinyalir juga banyak memberikan pengaruh terhadap kecintaan siswa kepada pelajaran fisika. Banyak siswa tidak menyukai fisika hanya gara-gara guru fisikanya dianggap tidak bisa mengajar. Ada guru fisika yang ketika masuk kelas langsung menyodorkan segudang rumus-rumus rumit yang tentu saja menjejali kepala siswa, padahal konsep materi belum disampaikan dengan tepat. Atau guru fisika masih pelit memberi motivasi akan penting dan bermanfaatnya mempelajari fisika. Masih banyak juga guru fisika yang tidak mampu menyelesaikan soal2 dikelas, dan alibi yang selalu digunakan adalah "Soalnya yang salah". Ini tantangan berat buat guru-guru fisika, bagaimana membuat dirinya disukai oleh murid-muridnya.
3. Guru Fisika jarang melakukan praktikum.
Fisika adalah bagian tidak terpisahkan dari ilmu pengetahuan alam (IPA). Hakeket ilmu IPA itu sendiri adalah ilmu tentang alam yang memuat konsep, prinsip, proses, dan produk. Melalui kegiatan ilmiah berupa percobaan, maka siswa akan merasa terlibat dalam proses IPA itu sendiri. Dari proses itu akan melahirkan produk berupa rumus-rumus, aksioma, hukum, postulat, dan sejenisnya. Sementara, jika guru hanya mengajarkan rumus, maka itu hanyalah produk. Tidak ada bedanya dengan ilmu metematika. Kemalasan guru fisika untuk melakukan praktikum akan semakin menjauhkan siswa dari menyukai fisika yang sebenarnya penuh daya tarik.
Materi pelajaran Fisika terlalu banyak, sementara alokasi jam di sekolah tidaklah mencukupi untuk keperluan praktikum sekaligus penyampaian materi yang cukup. Karena bagaimanapun juga, siswa akan diuji dengan UN yang soal2nya menuntut kemampuan akademis yang baik, apalagi masuk PTN, selalu dihadapkan pada soal yang sangat rumit, berat.
4. Guru jarang menggunakan metode mengajar yang bervariasi.
Umumnya guru-guru masih menyukai metode ceramah. Metode ini dianggap paling mudah, murah, dan paling santai. Sejatinya agar menarik siswa, beragam variasi mengajar harus dicoba oleh guru. Diantaranya: metode ceramah, diskusi, cooperative learning seperti Jig Saw, Think Pair Share, Snow Ball, demonstrasi, karya wisata, portofolio, percobaan, dll. Memang tidak ada jaminan beragam metode akan bisa meningkatkan hasil belajar. Tetapi menggunakan metode ceramah an sich, seolah-olah guru adalah malaikat yang serba bisa dan muridnya hanyalah seperti gelas kosong yang diisi begitu saja (teacher centered). Padahal, untuk saat ini sudah saatnya siswa harus dilibatkan dalam proses pembelajaran. Siswa justru harus aktif membangun sendiri ilmu pengetahuannya, seperti dalam teori belajarconstructivisme. Pola teacher center (berpusat kepada guru) harus diubah menjadistudent center (berpusat kepada siswa).
5. Guru Fisika tidak menguasai komputer (TBC = tidak bisa computer).
Komputer memang bukan segalanya dalam pembelajaran, tetapi guru di zaman modern ini tentu saja sudah wajib menguasai komputer. Dengan bantuan komputer, banyak materi fisika yang bisa diajarkan dengan bantuan komputer (computer based learning). Saat ini sudah mulai diperkenalkan animasi pembelajaran dari Pustekkom Kemdiknas. Melalui website www.e-dukasi.net, dengan mudahnya para guru bisa mengunduh animasi pembelajaran secara gratis.
Di internet saat ini, bertebaran materi fisika yang dipaket dalam bentuk animasi. Penulis sendiri banyak dibantu oleh software PhET (Physics Education Technology) buatan Universitas Colorado di Amrik sana. Dengan software ini, banyak materi abstrak di fisika bisa kita ajarkan dengan mudah dan tentu saja sangat menarik. Setiap kali saya menggunakan software ini, siswa saya selalu antusias memperhatikannya. Dalam hati saya berfikir, “murid saya sudah mulai menyukai fisika nih”. Bukankah itu kemauan kita sebagai pengajar.
6. Guru masih senang cara lama.
Untuk belajar fisika diperlukan inovasi-inovasi dalam pembelajaran. Untuk level pemula, sebaiknya guru fisika memberikan materi Fisika Gasing, karya Prof. Yohannes Surya. Guru fisika perlu mencoba banyak media seperti kapur tulis, papan white board, charta, peta konsep (mind map), komputer dengan LCD, Zenius Pad, metode permainan, dll. Semua itu diharapkan bisa mengaktifkan kemampuan kognitif, psikomotorik, dan afektif siswa.
7. Guru fisika hanya menguasai ilmu setara dengan tingkat pengajaran yang dipegangnya.
Masih banyak kita jumpai, guru pengajar fisika di SMP hanya mampu menguasai pelajaran fisika ditingkap SMP saja, ketika dihadapkan pada soal2 sekelas SMA, ia akan berkilah itu untuk anak SMA, SMP belum saatnya. Juga masih banyak kita jumpai, guru pengajar fisika di SMA hanya mampu menguasai pelajaran fisika ditingkap SMA saja, ketika dihadapkan pada soal2 sekelas masuk PTN, ia akan berkilah itu bukan kemampuan saya. tugas saya hanya untuk mengantar kalian lulus SMA saja. Cari Bimbel kalo ingin lebih dari itu.
8. Guru hanya mampu menyelesaikan soal2 secara standar saja.
Soal2 fisika, seringkali dapat diselesaikan secara simpel saja, tergantung kreatifitas dan kemampuan guru itu sendiri. Sehingga bagi anak2 yang kreatif, mengerjakan soal dengan cara seperti itu sangat membosankan, mengkerdilkan kemampuan berpikir logisnya. Sehingga tidak jarang, anak2 lebih memilih privat atau masuk bimbel yang diajar oleh tentor2 yang kemampuannya kadang melebihi gurunya disekolah.
Demikian sedikit ulasan perihal faktor mengapa fisika masih dianggap sulit. Ini hanyalah pengalaman pribadi yang selalu ingin menjadi “Guru P rofesional”. Jika para guru fisika bisa mengatasi 8 hambatan di atas, saya yakin fisika lambat laun akan disukai oleh para siswa.
Tentu saja, hambatan2 yang ada tidak sebatas 8 yang saya sebutkan diatas saja, masih banyak yang belum saya samapaikan karena keterbatan saya. Untuk itu mohon sumbang sih sangat saya perlukan untuk pengajaran fisika yang lebih menarik nantinya. Sehingga suatu saat, tidak kita jumpai lagi keluh kesah siswa yang merasa kesulitan dalam mempelajari fisika.
Semoga!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar