aguspurnomosite.blogspot.com

aguspurnomosite.blogspot.com
Berpikir Luas Membuka Cakrawala Kehidupan! Berusaha Memberikan Yang Terbaik Untuk Masa Depan! Katakan "Go Go Go SEMANGAT" !!!

Kamis, 01 November 2012

Pendidikan Indonesia Perlu Diperhatikan?

   
Kondisi sistem pendidikan di negeri Indonesia masih belum terlalu bagus. Terlihat dari berbagai kekurangan di sana sini. Terutama kurangnya perhatian dari pemerintah terutama pendidikan yang ada di daerah daerah. Bahkan jika dicermati secara seksama tingkat kejadian korupsi di dalam sektor dunia pendidikan mungkin masih tinggi.

Sistem pendidikan Indoensia masih tertinggal. Terbukti tingkat kecakapan atau skill yang dikuasai secara umum masih terhitung rendah. Pada beberapa sektor penting yang membutuhkan tenaga ahli masih banyak dikuasai oleh pihak asing. Sementara,kebanyakan bangsa Indonesia masih harus puas menjadi tenaga kerja keluar negeri dengan status TKI pada sektor pekerjaan pekerjaan kasar seperti pembantu rumah tangga, tenaga kasar bangunan atau pabrik dan semacamnya.

Lalu, apakah benar bangsa kita ini bangsa yang bodoh sehingga kita tertinggal dengan bangsa bangsa lain di dunia internasional? Ternyata jawabannya adalah “Tidak”. Kita bukanlah bangsa yang ber IQ rendah. Ada beberapa data dan fakta untuk membuktikan jawaban bahwa kita bukanlah bangsa yang bodoh. Seorang anak desa bernama Andi Octavian Latif yang lahir pada tahun 1988 dari Pulau Madura, pulau garam tahun 2006 tampil dalam final lomba bidang studi fisika Singapura dan keluar sebagai juara 1 meraih medali emas tingkat dunia mewakili Negara Republik Indonesia mengalahkan peserta dari berbagai Negara termasuk negara negara yang sudah mempunyai peradaban dan kebudayaan yang sangat maju. Kini kisah kehidupannya diabadikan oleh seorang sutradara dalam layar lebar dengan judul Mestakung (Semesta Mendukung).

  
Andy Octafian Latief (dua dari kanan), Juara I dalam Olimpiade Internasional ke 37 di Singapura 

Prof. Dr. Yohanes Surya pakar fisika nasional memuji prestasi Andi bahkan mengatakan bahwa Andi adalah anak genius. Beliau berkomentar dalam situsnya mengenai kondisi anak Indonesia dibandingakan anak anak negara maju yang lain:

Apakah anak-anak Indonesia setara kecerdasannya dengan anak-anak bangsa-bangsa maju di dunia? Kalau anda melihat deretan prestasi Prof. Yohanes Surya dan anak-anak asuhannya, jawabannya adalah, tidak.Sama sekali tidak. Anak-anak Indonesia lebih unggul, lebih cerdas, lebih genius dibanding anak-anak dari bangsa-bangsa lainnya, termasuk dari bangsa-bangsa maju.

Di bawah bimbingannya, anak-anak Indonesia berkali-kali merebut gelar juara berbagai olimpiade fisika dan sains dunia yang sangat bergengsi. Mereka bahkan mengalahkan anak-anak dari China, Amerika, Jerman,Inggris, India, Korea Selatan, Australia, dan Israel.
Bangsa-bangsa itu yang masih mengira Indonesia adalah bangsa yang terbelakang akan terkejut karena Indonesia tidak hanya setara dengan mereka, tapi bahkan telah melampaui mereka.

Ternyata Andy tidak hanya seorang diri. Pada periode berikutnya ada beberapa orang anak yang juga bisa tampil di dunia internasional. Pada tanggal 24 sampai tanggal 28 Aprill 2009, Indonesia berhasil lagi menjadi Juara Umum di International Conference of Young Scientists (ICYS) di Polandia, mengalahkan pelajar dari negara-negara maju seperti Jerman, Belanda, Amerika, dan Rusia. Total 6 Emas direbut anak-anak Indonesia dari berbagai bidang ilmu, sementara peserta-peserta dari negara maju hanya mampu dapat paling banyak 3 emas.

  
Peserta Olimpade dari Indonesia dalam International Conference of Young Scientists (ICYS) di Polandia 

Di Bali Selain itu, Indonesia juga meraih juara umum dalam lomba Karya Ilmiah Remaja Tingkat Dunia ke-17 yang diselenggarakan pada 12-17 April 2010. Tim Indonesia yang berkompetisi pada semua bidang lomba, yakni Fisika, Matematika, Komputer, dan Ekologi meraih 7 medali emas, 1 medali perak, dan 3 medali perunggu serta 2 Special Award.

 
Peserta Olimpade dari Indonesia dalam International Conference of Young Scientists (ICYS) di Denpasar, Bali.

Di Rusia, Anak Indonesia berhasil mempersembahkan 1 medali emas (environmental science), 2 medali perak (environmental science dan life science), 2 medali perunggu (math dan computer science) dan 3 Penghargaan Khusus (bidang theoretical physics, computer science, dan environmental science) untuk Indonesia dalam lomba presentasi karya ilmiah tingkat Intenasional (ICYS ke-18) pada tanggal 24-29 April 2011.

  
Peserta Olimpade dari Indonesia dalam International Conference of Young Scientists (ICYS) di Rusia. 

Data dan fakta di atas sebenarnya bisa dibilang bahwa bangsa kita sangat berpotensi untuk menjadi pribadi yang unggul dan profesional. Tidaklah mustahil generasi kita yang ada di berbagai penjuru pelosok dari Sabang sampai Merauke sebenarnya ada di antara mereka hidup dan muncul berkeliaran anak anak yang ber-IQ sangat tinggi. Pertanyaan berikutnya, mengapa bangsa kita tidak maju seperti Negara Negara lain ?

Pertama, sistem penataan pendidikan di negeri ini masih belum optimal, terutamakarena tidak ada perhatian khusus kepada anak ‘genius’ sehingga anak anak genius yang mungkin ada dipelosok daerah tidak diketahui bahwa dia ‘genius’sekaligus tidak ada kesempatan untuk mengetahui kegeniusannya.

Kedua, Para pendidik (terutama di daerah pelosok) tidak ada yang bisa membimbing dengan cermat dan seksama. Baik karena kekurangan jumlah tenaga pembimbing atau karena kekurangan kualitas yang professional. Faktanya kondisi pemikiran para pembimbing saat ini diliputi dan dipenuhi bagaimana caranya agar segera cepat memperoleh sertifikasi.

Ketiga, mereka tidak mempunyai kemampuan financial yang memadai sehingga sebagian dari mereka yang mengetahui bahwa dia ‘genius’ tidak mampu mempergunakan kegeniusannya alias tidak bisa melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Keempat, belum ada penghargaan yang memadai bagi mereka yang ‘genius’. Saat ini bangsa kita lebih disibukkan dengan hiruk pikuk politik yang lebih mengedepankan orang orang tampil dalam kancah publik yang berbasis dukungan massa daripada mereka yang mempunyai kelebihan IQ. Kita perhatikan bagaimana seorang Pak Habibi saat ini dengan kemampuan pemikirannya berusaha membangun perusahaan penerbangan swasta PT Ilhabi Rekatama dan PT Eagle Capital seolah-olah kurang mendapatkan perhatian dari berbagai pihak, masih lebih semarak bursa pencalonan pemimpin melalui pemilihan publik yang mementingkan dukungan publik tanpa harus mempertimbangkan kemampuan akademis.

Masih banyak faktor lain yang membuat para calon intelektual ‘genius’ yang bertebaran secara laten di penjuru pelosok bumi pertiwi ini. Mereka adalah bakal generasi yang unggul. Salah satu solusi atas masalah tersebut adalah berusaha mencoba meggerakkan para pendidik di seluruh tanah air agar mempunyai kesabaran dan kesadaran akan tugas mulianya sehingga selain mengajar dan membimbing anak didiknya, diupayakan agar lebih berusaha menjadi pengajar dan pendidik yang professional.

Mereka dirangngsang dengan beberapa insentif salah satunya dengan sertifikasi agar mereka tidak sekedar menerima gelar Pahlawan Tanpa Tanda Jasa seperti yang terpatri dalam sebuah lagu gubahan Yang Terhormat dan Yang Mulia Bapak Sartono. Sebagai pencipta lagu yang hasil karyanya didengungkan oleh seluruh warga di penjuru tanah air tercinta, namun beliau tidak menuntut apa apa. Sampai saat ini beliau masih hidup tinggal di suatu kota kecil, Madiun Jawa Timur dengan penuh kesederhanaan dan kesehajaan. Walaupun prestasinya diakui beliau ‘tidak pernah mendapatkan penghargaaan setimpal’. Beliau juga tidak sempat dianggkat menjadi pegawai negeri. Beliau hanya berkesempatan menjadi guru honor disebuah sekolah di daerahnya. Suatu tindakan terpuji dimiliki oleh seorang’genius’ Sartono namun tidak harus dilestarikan. Bila negeri ini ingin dipenuhi oleh orang orang ‘genius’ maka orang orang seperti Pak Sartono, Pak Habibi para ‘genius’ yang lain harus dihargai dengan penghargaan yang lebih.

Bagaimana generasi kita bisa menjadi generasi yang unggul jika suatu sekolah dasar yang terdiri dari 6 kelas hanya diampu oleh satu orang guru seperti yang terjadi di SDN Ormu Kecil di Papua ? Atau suatu lab sekolah SMP Negeri di Sedanau Natuna peralatan Laboratoriumnya tak pernah mendapatkan perhatian kecuali hanya memakai sisa sisa tahun 80-an? Sedangkan diantara mereka tidak mustahil terselip para siswa yang mempunyai otak cemerlang atau genius.. Sesuatu pemikiran sekaligus renungan kita bersama terutama para pendidik dan pemimpin bangsa.

Suatu harapan kita semua, semoga Andy Sang ‘Genius’ juara fisika internasional tahun 2006 yang kini berkesempatan melanjutkan sekolah di Amerika segera kembali ke tanah air dan tidak sekedar mendapatkan penghargaan piagam dan sertifikat seperti Sartono. Tidak pula sekedar membantu Pak Habibi bikin pesawat dirgantara, tetapi lebih dari itu agar “Andi-Andi” yang lebih terinspirasi bersaing sehingga berlomba untuk mendapatkan predikat “Generasi yang Unggul” dalam kancah dunia internasional. 
Reff : edukasi.kompasiana.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar