ORANGTUA mana yang tidak ingin melihat buah hatinya sukses secara mental, finansial, dan kehidupan sosial? Saat itu terjadi, kebahagiaan Anda sebagai orangtua akan terasa lengkap. Tapi untuk mencapai semua itu butuh persiapan dan perjuangan. Butuh perhatian dan persiapan matang agar sang buah hati bisa meraih masa depan dan memiliki kemampuan bersaing dan menghadapi tantangan masa depan.
Aspek pendidikan formal, agama, karakter, dan pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan hal dasar yang bisa dimulai sejak usia 0-6 tahun. Pendidikan diusia dasar ini selalu disinggung para psikolog sebagai awal dari pentingnya perjalanan seseorang.
Pendidikan Karakter
Yang perlu diingat, pendidikan formal tidak akan cukup membentuk pribadi anak agar memiliki daya saing tinggi serta tangguh di masa depan. Ada yang perlu diperhatikan, yaitu pendidikan karakter.
Sebenarnya, gagasan pendidikan karakter ini bukan hal baru. Presiden pertama Republik Indonesia Soekarno, “Jika pembangunan karakter tak berhasil, bangsa Indonesia hanya akan menjadi bangsa kuli”. Demikian seperti dikutip dari buku Karakter Mengantar Bangsa dari Gelap Menuju Terang (Sumarno Sudarsono, 2009).
Melihat kondisi saat ini, pendidikan demi pembangunan karakter kian mendesak. Tawuran pelajar, kriminalitas dan korupsi, merupakan salah satu tanda lemahnya pendidikan karakter. Ratna Megawangi, praktisi pendidikan holistik berbasis karakter, selalu menekankan pentingnya pendidikan karakter karena terkait dengan kemajuan suatu bangsa.
Pendidikan karakter di sini meliputi pelajaran moral dan agama. Kedua pelajaran tersebut wajib diberikan pada anak-anak di sekolah formal maupun informal. Masalahnya, kebanyakan mata pelajaran itu diberikan hanya sampai anak tahu dan hapal, tapi tidak mengalirkan pengetahuan itu hingga menjadi sebuah karakter. Akibatnya, tawuran terus terjadi, demikian pula dengan korupsi.
Persoalan lainnya, pendidikan anak terkadang menjadi ‘rebutan’. Sejumlah orangtua menyerahkan sepenuhnya tanggung jawab pendidikan kepada guru. Padahal, orangtua memiliki peran besar terhadap persoalan ini.
Ada sembilan pilar karakter yang perlu dibentuk pada anak-anak. Kesembilan pilar itu sangat mendasar, hingga tidak mungkin bisa terlaksana, jika hanya diserahkan pada guru di sekolah.
Sembilan pilar itu adalah:
1. Cinta Tuhan dan alam semesta beserta isinya;
2. Tanggung jawab, kedisiplinan dan kemandirian
3. Kejujuran
4. Hormat dan santun
5. Kasih sayang, kepedulian, dan kerjasama
6. Percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah
7. Keadilan dan kepemimpinan
8. Baik dan rendah hati
9. Toleransi, cinta damai, dan persatuan.
Aspek pendidikan formal, agama, karakter, dan pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan hal dasar yang bisa dimulai sejak usia 0-6 tahun. Pendidikan diusia dasar ini selalu disinggung para psikolog sebagai awal dari pentingnya perjalanan seseorang.
Pendidikan Karakter
Yang perlu diingat, pendidikan formal tidak akan cukup membentuk pribadi anak agar memiliki daya saing tinggi serta tangguh di masa depan. Ada yang perlu diperhatikan, yaitu pendidikan karakter.
Sebenarnya, gagasan pendidikan karakter ini bukan hal baru. Presiden pertama Republik Indonesia Soekarno, “Jika pembangunan karakter tak berhasil, bangsa Indonesia hanya akan menjadi bangsa kuli”. Demikian seperti dikutip dari buku Karakter Mengantar Bangsa dari Gelap Menuju Terang (Sumarno Sudarsono, 2009).
Melihat kondisi saat ini, pendidikan demi pembangunan karakter kian mendesak. Tawuran pelajar, kriminalitas dan korupsi, merupakan salah satu tanda lemahnya pendidikan karakter. Ratna Megawangi, praktisi pendidikan holistik berbasis karakter, selalu menekankan pentingnya pendidikan karakter karena terkait dengan kemajuan suatu bangsa.
Pendidikan karakter di sini meliputi pelajaran moral dan agama. Kedua pelajaran tersebut wajib diberikan pada anak-anak di sekolah formal maupun informal. Masalahnya, kebanyakan mata pelajaran itu diberikan hanya sampai anak tahu dan hapal, tapi tidak mengalirkan pengetahuan itu hingga menjadi sebuah karakter. Akibatnya, tawuran terus terjadi, demikian pula dengan korupsi.
Persoalan lainnya, pendidikan anak terkadang menjadi ‘rebutan’. Sejumlah orangtua menyerahkan sepenuhnya tanggung jawab pendidikan kepada guru. Padahal, orangtua memiliki peran besar terhadap persoalan ini.
Ada sembilan pilar karakter yang perlu dibentuk pada anak-anak. Kesembilan pilar itu sangat mendasar, hingga tidak mungkin bisa terlaksana, jika hanya diserahkan pada guru di sekolah.
Sembilan pilar itu adalah:
1. Cinta Tuhan dan alam semesta beserta isinya;
2. Tanggung jawab, kedisiplinan dan kemandirian
3. Kejujuran
4. Hormat dan santun
5. Kasih sayang, kepedulian, dan kerjasama
6. Percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah
7. Keadilan dan kepemimpinan
8. Baik dan rendah hati
9. Toleransi, cinta damai, dan persatuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar