Diketahui terbentuk sebuah tim yang terdiri dari sejumlah astronom asal Belanda yang baru-baru ini menuturkan cara baru demi untuk melakukan pendeteksian terkait kehidupan di planet lain. Mereka mengatakan bahwa mereka bisa mengetahui serta mendeteksi jika adanya tanda-tanda kehidupan yang lain yang ada di planet lain melalui teleskop yang mereka gunakan.
Bahkan, mereka juga mengatakan bahwa teleskop tersebut mampu melihat kehidupan yang terjadi di planet yang mengorbit bintang lainnya selain matahari. Meskipun memang bintang selain bumi yang memiliki jarak terdekat dengan manusia yang ada di bumi memangta memiliki jarak yang sangat jauh, akan tetapi tanda-tanda kehidupan tersebut mampu didekteksi dengan adanya aktivitas biologis yang terjadi yaitu yang berupa gas yang terdapat dalam atmosfer planet itu. Zat atau gas itu dikenal akrab dengan sebutan gas Biomarker.
Ide tersebut awalnya sudah dicetuskan sejak tahun 1960 silam. Sekarang ini, untuk melakukan pengamatan tersebut memang dilakukannya penggabungan dengan teleskop flux yang memakan biaya yang cukup terjangkau yang memiliki basis di bumi yang fungsinya untuk mengukur oksigen atmosfer yang ada dalam eksoplanet. Studi mengenai hal tersebut baru akan dirilis dalam bentuk jurnal astrofisika yang rencananya akan dikeluarkan pada 20 Februari nanti.
Di bumi, aktivitas dapat dideteksi walaupun dari luar atmosfer yaitu dengan cara melakukan analisa terhadap atmosfer bumi yang seperlimanya terdiri dari banyaknya molekul oksigen yang muncul hanya karena telah menjadi hasil dari aktivitas biologis yang terjadi, misalnya fotosintesis tumbuhan. Dengan itulah, hal tersebut juga sebenarnya bisa diterapkan dengan mudah di planet lain yang letaknya berada jauh dari kita.
Hal ini juga tentunya memberikan tantangan tersendiri. Jika memang ingin melakukan pengukuran yang lebih canggih untuk bisa mendapatkan hasil yang lebih maksimal maka bisa menggunakan teleskop yang sudah didesain canggih space based yaitu teleskop yang memang khusus berbasis di luar angkasa. Hal ini dikarenakan adanya lapisan ozon maupun lapisan oksigen Bumi dapat mengganggu serta menghambat terjadinya proses untuk melakukan pengukuran dengan akurat. Akan tetapi, itu juga kembali terhambat karena memerlukan dana yang tidak sedikit. Tentu saja tidak adanya dukungan dana yang mencukupi, maka akan menghambat proses yang ingin dilakukan.
Tim astronom dari Belanda pun meluncurkan konsep baru itu dengan tujuan untuk mengungkap bahwa untuk dapat melakukan pengukuran yang tepat serta mengidentifikasi dapat dilakukan dengan cara yang sederhana, yaitu tidak perlu sampai harus ke luar angka. Caranya sendiri adalah dengan melakukan pemisahan terhadap molekul-molekul oksigen yang ada dari planet ektrasurya dan oksigen bumi. Nantinya pemisahan itu akan dilanjutkan dengan tahap yang selanjutnya yaitu mengukur pada panjang gelombangnya secara tepat dan untuk mencari tahu seberapa besarkah penyerapan yang dilakukan.
Dengan mengandalkan cara tersebut, teleskop yang digunakan tidak harus ditempatkan di luar angkasa. Ini tentunya akan memberikan keuntungan lainnya bagi kita sendiri yaitu menghemat biaya juga. Metode ini sendiri sudah diuji coba dengan menggunakan salah satu teleskop yang dikenal dengan Very Large Telescope (VLT) di Chile. Pengujiannya dilakukan pada ekstoplanet yang besarnya menyerupai planet Jupiter. Eksoplanet tersebut mengorbit bintang di mana ditemukannya karbon monoksida yang ada dalam atmosfernya.
Menurut tim astronomi belanda itu juga, untuk dapat melakukan pendeteksian terhadap tanda-tanda kehidupan yang ada di suatu planet yang letaknya berada jauh memerlukan teleskop yang ukurannya jauh lebih besar. Untuk bisa mewujudkan hal itulah, akan didirikannya E-ELT atau yang dikenal dengan European Extremely Large Telescope yang memiliki kemampuan jauh lebih baik dari teleskop VLT.
Bahkan, mereka juga mengatakan bahwa teleskop tersebut mampu melihat kehidupan yang terjadi di planet yang mengorbit bintang lainnya selain matahari. Meskipun memang bintang selain bumi yang memiliki jarak terdekat dengan manusia yang ada di bumi memangta memiliki jarak yang sangat jauh, akan tetapi tanda-tanda kehidupan tersebut mampu didekteksi dengan adanya aktivitas biologis yang terjadi yaitu yang berupa gas yang terdapat dalam atmosfer planet itu. Zat atau gas itu dikenal akrab dengan sebutan gas Biomarker.
Ide tersebut awalnya sudah dicetuskan sejak tahun 1960 silam. Sekarang ini, untuk melakukan pengamatan tersebut memang dilakukannya penggabungan dengan teleskop flux yang memakan biaya yang cukup terjangkau yang memiliki basis di bumi yang fungsinya untuk mengukur oksigen atmosfer yang ada dalam eksoplanet. Studi mengenai hal tersebut baru akan dirilis dalam bentuk jurnal astrofisika yang rencananya akan dikeluarkan pada 20 Februari nanti.
Di bumi, aktivitas dapat dideteksi walaupun dari luar atmosfer yaitu dengan cara melakukan analisa terhadap atmosfer bumi yang seperlimanya terdiri dari banyaknya molekul oksigen yang muncul hanya karena telah menjadi hasil dari aktivitas biologis yang terjadi, misalnya fotosintesis tumbuhan. Dengan itulah, hal tersebut juga sebenarnya bisa diterapkan dengan mudah di planet lain yang letaknya berada jauh dari kita.
Hal ini juga tentunya memberikan tantangan tersendiri. Jika memang ingin melakukan pengukuran yang lebih canggih untuk bisa mendapatkan hasil yang lebih maksimal maka bisa menggunakan teleskop yang sudah didesain canggih space based yaitu teleskop yang memang khusus berbasis di luar angkasa. Hal ini dikarenakan adanya lapisan ozon maupun lapisan oksigen Bumi dapat mengganggu serta menghambat terjadinya proses untuk melakukan pengukuran dengan akurat. Akan tetapi, itu juga kembali terhambat karena memerlukan dana yang tidak sedikit. Tentu saja tidak adanya dukungan dana yang mencukupi, maka akan menghambat proses yang ingin dilakukan.
Tim astronom dari Belanda pun meluncurkan konsep baru itu dengan tujuan untuk mengungkap bahwa untuk dapat melakukan pengukuran yang tepat serta mengidentifikasi dapat dilakukan dengan cara yang sederhana, yaitu tidak perlu sampai harus ke luar angka. Caranya sendiri adalah dengan melakukan pemisahan terhadap molekul-molekul oksigen yang ada dari planet ektrasurya dan oksigen bumi. Nantinya pemisahan itu akan dilanjutkan dengan tahap yang selanjutnya yaitu mengukur pada panjang gelombangnya secara tepat dan untuk mencari tahu seberapa besarkah penyerapan yang dilakukan.
Dengan mengandalkan cara tersebut, teleskop yang digunakan tidak harus ditempatkan di luar angkasa. Ini tentunya akan memberikan keuntungan lainnya bagi kita sendiri yaitu menghemat biaya juga. Metode ini sendiri sudah diuji coba dengan menggunakan salah satu teleskop yang dikenal dengan Very Large Telescope (VLT) di Chile. Pengujiannya dilakukan pada ekstoplanet yang besarnya menyerupai planet Jupiter. Eksoplanet tersebut mengorbit bintang di mana ditemukannya karbon monoksida yang ada dalam atmosfernya.
Menurut tim astronomi belanda itu juga, untuk dapat melakukan pendeteksian terhadap tanda-tanda kehidupan yang ada di suatu planet yang letaknya berada jauh memerlukan teleskop yang ukurannya jauh lebih besar. Untuk bisa mewujudkan hal itulah, akan didirikannya E-ELT atau yang dikenal dengan European Extremely Large Telescope yang memiliki kemampuan jauh lebih baik dari teleskop VLT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar