Memang tidak diragukan lagi, salah satu penyakit bagi seorang muslim dan penyebab terganggunya perjuangan islam adalah penyakit ambisi menjadi pemimpin, atau berusaha untuk diangkat jadi pemimpin, terinspirasi dari obrolan di warung kopi tersebut, maka kali ini aku mencoba membahas tentang bagaimana ambisi menjadi pemimpin dilihat dari kaca mata Islam.
Tidak dipungkiri keinginan untuk jadi pemimpin dalam pandangan Islam adalah adalah sesuatu yang tercela dan dilarang, bahkan pelakunya mendapat ancaman yang cukup berat. Banyak dalil-dalil yang menggambarkan tercelanya meminta dijadikan pemimpin.
Rasulullah Bersabda: "Demi Allah, saya tidak akan menyerahkan jabatan kepada orang yang meminta untuk diangkat dan tidak pula pada orang yang berharap-harap untuk diangkat" (HR. Bukhari & Muslim)
Rasulullah juga bersabda kepada Abdurahman bin Samurah ra.
"Wahai Abdurrahman, jangan engkau meminta diangkat menjadi pemimpin karena permintaanmu sendiri, tanggung-jawabnya akan besar sekali, dan jika engkau diangkat bukan karena permintaanmu sendiri, engkau akan mendapat pertolongan dalam melaksanakannya" (HR. Bukhari & Muslim)
Mungkin akan muncul pertanyaan bagaimana dengan yang dlakukan Nabi Yusuf as yang meminta jabatannya?
"Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan." (QS.Yusuf : 55)
Juga bagaimana seorang muslim yang memohon kepada Allah menjadi terhormat dan menjadi cendekiawan terkenal atau menjadi imam bagi musllim lainnya, seperti Firman Allah:
"Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa." (QS Al Furqan : 77)
Sekilas ada kontradiksi antara hadist Rasulullah dengan Firman Allah diatas, padahal jika dikaji lebih mendalam tidak ada kontradiksi sama sekali. Nabi Yusuf as. meminta dan menonjolkan dirinya untuk suatu jabatan karena beliau melihat tidak ada orang yang mau berkomitment memperjuangkan kebenaran dan mengajak umat pada kebenaran, karena beliau merasa mampu tapi belum dikenal masyarakat, maka perlu beliau meminta untuk menonjolkan dirinya. Jadi bila dalam keadaan darurah, karena orang tidak ada lagi yang berkomitment tentang kebenaran, bila diantara kita punya kemampuan lebih dalam suatu bidang, maka diperbolehkan untuk mengajukan diri untuk menjadi pemimpin, dengan catatan memang benar dalam keadaan darurah, artinya apabila dibiarkan akan berdampak yang lebih buruk, dan meminta menjadi pemimpin bisa mendatangkan manfaat dibanding mudharatnya, maka insya Allah diperbolehkan, tentunya dengan diniatkan semata-mata untuk Allah Ta'ala serta bersungguh-sungguh untuk menegakkan kebenaran dan menjaga amanah.
Demikian pula dengan permohonan si Muslim meminta untuk diangkat menjadi imam (pemimpin) bagi umat muslim yang lain (QS. Al Furqan : 77), ayat tersebut hakekatnya tidak bertentangan dengan sabda Rasul diatas, karena permohonan muslim untuk menjadi pemimpin merupakan permohonan sang hamba kepada Allah bukan kepada sesama manusia, sedangkan kita boleh memohon apapun kepada-Nya selama tidak bertentangan dengan nilai-nilai syariat, jadi sebab-sebab antara hadist dengan Firman Allah, sangat berbeda dan tidak bisa dibenturkan. Sedangkan kontek asbab dari sabda Rasulullah kepada Abdurrahman bin Samurah adalah jika kita meminta untuk menjadi pemimpin, dengan cara tersamar maupun terus terang kepada orang lain, apalagi dengan niat untuk mendapatkan keuntungan pribadi maupun golongan, maka yang demikian dilarang keras oleh Islam.
Beberapa Faktor yang mendorong seseorang berambisi menjadi pemimpin.
1. Suka menguasai dan mengendalikan orang lain karena keegoannya, tidak mau di perintah dan patuh kepada orang lain, maka seseorang berambisi menjadi pemimpin agar orang mengagungkan dan memandang sebagai yang terhebat
2. Menginginkan materi duniawi, sebagian manusia ingin mendapatkan materi dengan mudah tanpa memperhatikan masalah halal dan haram, maka dengan menjadi pemimpin, akan menganggap setiap orang bersedia untuk membantu mendapatkan materi.
3. Tidak sadar akan resiko sebagai pemimpin, sesungguhnya resiko seorang pemimpin harus siap menanggung kesulitan rakyatnya disaat genting dan mementingkan kepentingan rakyat atas dirinya sendiri disaat normal, seperti yang disampaikan sahabat Ali bin Abi Thalib
"Apabila keadaan genting dan terjadi peperangan, maka kami berlindung kepada Rasulullah, tidak ada seorangpun diantara kami yang lebih dekat dengan musuh, dibanding Beliau" (HR Ahmad)
4. Tidak sadar akan konsekwensi kelengahan seorang pemimpin, kelengahan seorang pemimpin bisa membuka jalan kepada kebathilan, serta menjadikan pendukungnya sebagai alat untuk menebark`n kerusakan di muka bumi, maka pemimpin seperti itu diakhirat nanti akan diikat dengan rantai dan dilemparkan ke neraka.
"Seorang hamba yang dipercaya Allah untuk menjadi pemimpin rakyatnya, tetapi ia menipu rakyatnya, maka jika ia mati Allah mengharamkan surga baginya" (HR Bukhari dan Muslim)
5. Suka Merendahkan orang lain, sebagian manusia ada yang menerima doktrin-doktrin dalam pendidikannya serta menanamkan dalam jiwanya kecintaan terhadap penguasaan dan merendahkan terhadap orang lain dan ia melihat dengan cara menjadi pemimpinlah ia bisa memenuhi ambisinya dan dapat terpuaskan nafsu-nafsu ambisinya.
Mungkin yang aku sebutkan diatas hanyalah sebagian kecil dari faktor pendorong seseorang berambisi menjadi pemimpin, jika diuraikan masih banyak lagi dan tidak akan ada habisnya, semoga tulisan ini sebagai pengingat untuk kita semua terutama diriku sendiri, agar lebih berhati-hati dalam bersikap dan bertindak khususnya tentang sikap ambisius kita untuk menjadi pemimpin.
Tidak dipungkiri keinginan untuk jadi pemimpin dalam pandangan Islam adalah adalah sesuatu yang tercela dan dilarang, bahkan pelakunya mendapat ancaman yang cukup berat. Banyak dalil-dalil yang menggambarkan tercelanya meminta dijadikan pemimpin.
Rasulullah Bersabda: "Demi Allah, saya tidak akan menyerahkan jabatan kepada orang yang meminta untuk diangkat dan tidak pula pada orang yang berharap-harap untuk diangkat" (HR. Bukhari & Muslim)
Rasulullah juga bersabda kepada Abdurahman bin Samurah ra.
"Wahai Abdurrahman, jangan engkau meminta diangkat menjadi pemimpin karena permintaanmu sendiri, tanggung-jawabnya akan besar sekali, dan jika engkau diangkat bukan karena permintaanmu sendiri, engkau akan mendapat pertolongan dalam melaksanakannya" (HR. Bukhari & Muslim)
Mungkin akan muncul pertanyaan bagaimana dengan yang dlakukan Nabi Yusuf as yang meminta jabatannya?
"Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan." (QS.Yusuf : 55)
Juga bagaimana seorang muslim yang memohon kepada Allah menjadi terhormat dan menjadi cendekiawan terkenal atau menjadi imam bagi musllim lainnya, seperti Firman Allah:
"Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa." (QS Al Furqan : 77)
Sekilas ada kontradiksi antara hadist Rasulullah dengan Firman Allah diatas, padahal jika dikaji lebih mendalam tidak ada kontradiksi sama sekali. Nabi Yusuf as. meminta dan menonjolkan dirinya untuk suatu jabatan karena beliau melihat tidak ada orang yang mau berkomitment memperjuangkan kebenaran dan mengajak umat pada kebenaran, karena beliau merasa mampu tapi belum dikenal masyarakat, maka perlu beliau meminta untuk menonjolkan dirinya. Jadi bila dalam keadaan darurah, karena orang tidak ada lagi yang berkomitment tentang kebenaran, bila diantara kita punya kemampuan lebih dalam suatu bidang, maka diperbolehkan untuk mengajukan diri untuk menjadi pemimpin, dengan catatan memang benar dalam keadaan darurah, artinya apabila dibiarkan akan berdampak yang lebih buruk, dan meminta menjadi pemimpin bisa mendatangkan manfaat dibanding mudharatnya, maka insya Allah diperbolehkan, tentunya dengan diniatkan semata-mata untuk Allah Ta'ala serta bersungguh-sungguh untuk menegakkan kebenaran dan menjaga amanah.
Demikian pula dengan permohonan si Muslim meminta untuk diangkat menjadi imam (pemimpin) bagi umat muslim yang lain (QS. Al Furqan : 77), ayat tersebut hakekatnya tidak bertentangan dengan sabda Rasul diatas, karena permohonan muslim untuk menjadi pemimpin merupakan permohonan sang hamba kepada Allah bukan kepada sesama manusia, sedangkan kita boleh memohon apapun kepada-Nya selama tidak bertentangan dengan nilai-nilai syariat, jadi sebab-sebab antara hadist dengan Firman Allah, sangat berbeda dan tidak bisa dibenturkan. Sedangkan kontek asbab dari sabda Rasulullah kepada Abdurrahman bin Samurah adalah jika kita meminta untuk menjadi pemimpin, dengan cara tersamar maupun terus terang kepada orang lain, apalagi dengan niat untuk mendapatkan keuntungan pribadi maupun golongan, maka yang demikian dilarang keras oleh Islam.
Beberapa Faktor yang mendorong seseorang berambisi menjadi pemimpin.
1. Suka menguasai dan mengendalikan orang lain karena keegoannya, tidak mau di perintah dan patuh kepada orang lain, maka seseorang berambisi menjadi pemimpin agar orang mengagungkan dan memandang sebagai yang terhebat
2. Menginginkan materi duniawi, sebagian manusia ingin mendapatkan materi dengan mudah tanpa memperhatikan masalah halal dan haram, maka dengan menjadi pemimpin, akan menganggap setiap orang bersedia untuk membantu mendapatkan materi.
3. Tidak sadar akan resiko sebagai pemimpin, sesungguhnya resiko seorang pemimpin harus siap menanggung kesulitan rakyatnya disaat genting dan mementingkan kepentingan rakyat atas dirinya sendiri disaat normal, seperti yang disampaikan sahabat Ali bin Abi Thalib
"Apabila keadaan genting dan terjadi peperangan, maka kami berlindung kepada Rasulullah, tidak ada seorangpun diantara kami yang lebih dekat dengan musuh, dibanding Beliau" (HR Ahmad)
4. Tidak sadar akan konsekwensi kelengahan seorang pemimpin, kelengahan seorang pemimpin bisa membuka jalan kepada kebathilan, serta menjadikan pendukungnya sebagai alat untuk menebark`n kerusakan di muka bumi, maka pemimpin seperti itu diakhirat nanti akan diikat dengan rantai dan dilemparkan ke neraka.
"Seorang hamba yang dipercaya Allah untuk menjadi pemimpin rakyatnya, tetapi ia menipu rakyatnya, maka jika ia mati Allah mengharamkan surga baginya" (HR Bukhari dan Muslim)
5. Suka Merendahkan orang lain, sebagian manusia ada yang menerima doktrin-doktrin dalam pendidikannya serta menanamkan dalam jiwanya kecintaan terhadap penguasaan dan merendahkan terhadap orang lain dan ia melihat dengan cara menjadi pemimpinlah ia bisa memenuhi ambisinya dan dapat terpuaskan nafsu-nafsu ambisinya.
Mungkin yang aku sebutkan diatas hanyalah sebagian kecil dari faktor pendorong seseorang berambisi menjadi pemimpin, jika diuraikan masih banyak lagi dan tidak akan ada habisnya, semoga tulisan ini sebagai pengingat untuk kita semua terutama diriku sendiri, agar lebih berhati-hati dalam bersikap dan bertindak khususnya tentang sikap ambisius kita untuk menjadi pemimpin.
Hadits riwayat Ibnu Umar Radhiyallahu’anhu: Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam bersabda:Ketahuilah! Masing-masing kamu adalah pemimpin
Dan masing-masing kamu akan dimintai pertanggungjawaban terhadap apa yang dipimpin.Seorang raja yang memimpin rakyat adalah pemimpin
Dan ia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap yang dipimpinnya.
Seorang suami adalah pemimpin anggota keluarganya
dan ia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap mereka.Seorang istri juga pemimpin bagi rumah tangga serta anak suaminyaDan ia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap yang dipimpinnya.Seorang budak juga pemimpin atas harta tuannya,dan ia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap apa yang dipimpinnya.Ingatlah! Masing-masing kamu adalah pemimpinDan masing-masing kamu akan dimintai pertanggung jawabanatas apa yang dipimpinnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar