aguspurnomosite.blogspot.com

aguspurnomosite.blogspot.com
Berpikir Luas Membuka Cakrawala Kehidupan! Berusaha Memberikan Yang Terbaik Untuk Masa Depan! Katakan "Go Go Go SEMANGAT" !!!

Minggu, 22 Desember 2013

Setetes Embun Ditengah Laut

Cerita Musa dan Khidir adalah cara Allah mendidik Nabi-Nya, Musa a.s., untuk tidak merasa terlalu tahu, untuk tidak merasa hebat. Dengan cara itu Allah hendak memangkas keangkuhannya, sekaligus menanamkan kepadanya sebuah kesadaran baru bahwa apa yang tidak kita ketahui jauh lebih banyak daripada apa yang kita ketahui. Semua yang kita ketahui dan yang tidak kita ketahui terangkum lengkap dalam ilmu Allah. Yang kita ketahui itu terbatas. Sementara yang tidak kita ketahui itu tidak terbatas. Pengetahuan kita adalah gambaran keterbatasan kita sebagai manusia. Sementara ketidaktahuan kita adalah gambaran ketidakterbatasan Allah, sekaligus ketergantungan kita kepada-Nya.

Bisakah embun mengalahkan laut? Tidak! Tapi itu juga bukan perbandingan yang setara. Ilmu kita memang hanya ibarat setetes embun di tengah lautan. Tapi lautan sendiri takkan pernah cukup untuk menulis ilmu Allah itu. Itu sebabnya di penghujung surat Al-Kahfi di mana Allah mengisahkan cerita Musa dan Khidir, Allah mengatakan: “Andaikan laut dijadikan tinta untuk menulis kalimat-kalimat Allah, niscaya habislah laut itu sebelum kalimat-kalimat Allah itu habis, walaupun Kami mendatangkan laut lain sebanyak itu lagi”. Laut itu akan kering sebelum semua ilmu-Nya, segenap kebijaksanaan-Nya, tercatat!

Semakin dalam kita menyadari betapa luasnya ketidatahuan kita, semakin cepat kita sampai pada sebuah kesadaran baru, bahwa adalah salah besar untuk menafsirkan keberhasilan-keberhasilan kita dengan pengetahuan. Tentu saja pengetahuan kita berhubungan dengan kesuksesan kita. Katakanlah misalnya antara pengetahuan dan kekayaan.

Tapi hubungan itu tidaklah bersifat kausalitas mutlak. Pengetahuan hanyalah salah satu faktor yang bisa menjelaskan kekayaan seseorang atau sebuah bangsa. Tapi apa yang menjelaskan fakta bahwa banyak orang pintar yang miskin, dan sebaliknya, banyak juga orang bodoh yang kaya raya? Pengetahuan mungkin menjelaskan kekayaan Bill Gates dan Amerika. Tapi mungkinkah Bill Gates sekaya itu seandainya dia lahir dua ratus tahun yang lalu? Sebaliknya, apa yang menjelaskan kekayaan negara-negara Teluk? Pengetahuan? Atau keberuntungan?

Selain itu, apa yang terjadi seandainya Allah memberikan semua pengetahuan dan sumber daya alam kepada bangsa-bangsa Barat, dan membiarkan bangsa-bangsa Teluk hidup tanpa pengetahuan dan sumber daya alam? Pengetahuan adalah karunia Allah. Sumber daya alam adalah juga karunia Allah. Dengan membelahnya ke Barat dan Timur, Allah menciptakan interdependensi dalam kehidupan manusia. Dalam makna ini pula Allah menghadirkan kisah Qarun, Haman dan Fir'aun dalam keseluruhan riwayat hidup Nabi Musa. Qarun adalah simbol kekayaan. Haman adalah simbol pengetahuan.

Fir'aun adalah simbol kekuasaan. Ketiganya tenggelam ditelan laut dan bumi. Karena Qarun, misalnya, menafsirkan kekayaannya dengan tafsir tunggal “sesungguhnya aku diberi kekayaan ini karena pengetahuan yang kumiliki”.

Ketiga tokoh simbol itu adalah cerita tentang keangkuhan yang rapuh. Dan dihadirkan untuk mengajari kita makna perbedaan antara embun dan laut.

TAHU DIRI

Empat kategori golongan pengetahuan diri manusia, yang manakah anda?
1) ORANG YANG TAHU DIRINYA TAHU ADALAH SEBAIK-BAIK MANUSIA. 
2) ORANG YANG TAHU DIRINYA TIDAK TAHU ADALAH MANUSIA YANG BERUNTUNG. 
3) ORANG YANG TIDAK TAHU BAHWA DIRINYA TAHU ADALAH ORANG YANG MERUGI. 
4) ORANG YANG TIDAK TAHU BAHWA DIRINYA TIDAK TAHU ADALAH SEBURUK-BURUK MANUSIA. 


Maksudnya :
1) Orang yang tahu bahwa dirinya tahu dan menggunakan pengetahuan yang ada pada dirinya untuk kepentingan dirinya, orang lain dan lingkungannya maka dialah sebaik-baik manusia.
2) Orang yang tahu bahwa dirinya tidak tahu sehingga dia terus berusaha menambah pengetahuannya dengan cara belajar dengan berbagai cara maka dia adalah orang yang beruntung.
3) Orang yang tidak tahu bahwa dirinya tahu sehingga pengetahuan yang ada pada dirinya tidak bermanfaat bagi siapapun maka dia adalah orang yang merugi.
4) Orang yang tidak tahu bahwa dirinya tidak tahu sehingga dia menganggap dialah orang yang paling tahu dan dia tidak pernah berfikir untuk menambah pengetahuannya, oleh karenanya pengetahuannya tidak pernah bertambah, maka dia adalah seburuk-buruk manusia.

Semoga Bermanfaat
[Anis Matta, sumber : Serial Pembelajaran, Majalah Tarbawi edisi 216]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar