Dialah al-Khansa’, wanita arab pertama yang jago bersyair. Para sejarawan sepakat bahwa sejarah tak pernah mengenal wanita yang lebih jago bersyair daripada al-Khansa’, sebelum maupun sepeninggal dirinya. Konon mulanya ia tak pandai bersyair, ia hanya bisa melantunkan dua atau tiga bait saja. Namun dizaman jahiliyyah , tatkala saudara kandungnya yang bernama Mu’awiyah bin Amru as-Sulami terbunuh, ia meratapi kematiannya dalam beberapa bait syair. Lalu menyusullah saudara seayahnya yang terbunuh pula, namanya Shakhr. Konon al-Khasa’ amat mencintai saudaranya yang satu ini, karena ia amat penyabar, penyantun, dan penuh perhatian terhadap keluarga. Kematiannya menyebabkannya sangat terpukul, lalu muncullah bakat bersyairnya yang selama ini terpendam. Dan mulailah ia melantunkan bait demi bait meratapi kematian saudaranya. Semenjak itulah ia mulai banyak bersyair dan syairnya semakin indah.
Keislaman al-Khansa’ dan Kaumnya
Tatkala mendengar dakwah Islam, al-Khansa’ datang bersama kaumnya -Bani sulaim- menghadap Rasulullah SAW dan menyatakan keislaman mereka. Ahli-ahli sejarah menceritakan bahwa pernah suatu ketika Rasulullah SAW menyuruhnya melantunkan syair, kemudian karena kagum atas keindahan syairnya, beliau mengatakan,”Ayo teruskan, tambah lagi syairnya, wahai Khansa’!” sambil mengisyaratkan dengan telunjuk beliau.
Wasiat al-Khansa’ Bagi Keempat Anaknya
Dalam sebuah riwayat disebutkan, bahwa al-Khansa’ dan keempat putranya ikut serta dalam perang al-Qadisiyyah. Menjelang malam pertama mereka di al-Qadisiyyah, al-Khansa berwasiat kepada putera-puteranya,
wahai anak-anakku, kalian telah masuk islam dengan taat dan berhijrah dengan penuh kerelaan. Demi allah yang tiada ilah yang haqq selain Dia, kalian adalah putera dari laki-laki yang satu. Aku tak pernah mengkhianati ayah kalian, tak pernah mempermalukan khal kalian, tak pernah mempermalukan nenek moyang kalian, dan tak pernah menyamarkan nasab kalian. Kalian semua tahu betapa besar pahala yang Allah siapkan bagi orang-orang beriman ketika berjihad melawan orang-orang kafir. Ketahuilah bahwa negeri akhirat yang kekal jauh lebih baik dari negeri dunia yang fana.
“wahai anak-anakku, kalian telah masuk islam dengan taat dan berhijrah dengan penuh kerelaan. Demi allah yang tiada ilah yang haqq selain Dia, kalian adalah putera dari laki-laki yang satu. Aku tak pernah mengkhianati ayah kalian, tak pernah mempermalukan khal kalian, tak pernah mempermalukan nenek moyang kalian, dan tak pernah menyamarkan nasab kalian.
Kalian semua tahu betapa besar pahala yang Allah siapkan bagi orang-orang beriman ketika berjihad melawan orang-orang kafir. Ketahuilah bahwa negeri akhirat yang kekal jauh lebih baik dari negeri dunia yang fana. Allah SAW berfirman,
“ Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga ( diperbatasan negerimu) dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu beruntung.” (QS. Ali Imran : 200)
Andaikata esok kalian masih diberi kesehatan oleh allah, mak perangilah musuh kalian dengan gagah berani, mintalah kemenangan atas musuhmu dari Ilahi. Apabila pertempuran mulai sengit dan api peperangan mulai menyala, terjunlah kalian ke jantung musuh, habisilah pemimpin mereka saat perang tengah berkecamuk, mudah-mudahan kalian meraihghanimah dan kemuliaan di negeri yang kekal dan penuh kenikmatan.”
Lalu ia pun bertempur habis-habisan hingga gugur. Semoga Allah meridhainya beserta ketiga saudaranya. Tatkala berita gugurnya keempat anaknya tadi sampai ke telinga al-Khansa’, ia hanya tabah sembari mengatakan,” segala puji bagi Allah yang memuliakanku dengan kematian mereka. Aku berharap kepada-Nya agar mengumpulkanku bersama mereka dalam naungan rahmat-Nya.” ( sumber : Ibunda Para Ulama/Sufyan bin Fuad Baswedan/WAFA press)
Kepahlawanan Keempat anaknya
Terdorong oleh nasihat ibunya, keempat puteranya tampil dengan gagah berani. Mereka bangkit demi mewujudkan impian sang ibunda. Dan tatkala fajar menyingsing, majulah keempat puteranya menuju kamp-kamp musuh. Sesaat kemudian, dengan pedang terhunus anak pertama memulai seranagn sambil bersyair,
Saudaraku, ingatlah pesan ibumu
Tatkala ia menasehatimu di waktu malam..
Nasehatnya sungguh jelas dan tegas,
“Majulah dengan geram dan wajah muram!”
Yang kalian hadapi nanti hanyalah
Anjing-anjing sasan yang mengaum geram..
Mereka telah yakin akan kehancurannya,
Maka pilihlah antara kehidupan yang tenteram
Atau kematian yang penuh keberuntungan.
Ibarat anak panah, anak pertama melesat ke tengah-tengah musuh dan berperang mati-matian hingga akhirnya gugur. Semoga Allah merahmatinya. Berikutnya, giliran yang kedua maju menyerang sembari melantunkan,
Ibunda adalah wanita yang hebat dan tabah,
Pendapatnya sungguh tepat dan bijaksana
Ia perintahkan kita dengan penuh bijaksana,
Sebagai nasehat tulus bagi puteranya
Majulah tanpa pusingkan jumlah mereka
Dan raihlah kemenangan yang nyata
Atau kematian yang sungguh mulia
Di Jannatul Firdaus yang kekal selamanya.
Kemudian ia bertempur hingga titik darah penghabisan, menyusul saudaranya kealam baka. Semoga Allah merahmatinya. Lalu yang ketiga ambil bagian. Ia maju mengikuti jejak kedua saudaranya, seraya bersyair,
Demi Allah, takkan kudurhakai perintah ibu
Perintah yang sarat dengan kasih sayang
Sebagai kebaktian nan tulus dan kejujuran
Maka majulah dengan gagah ke medan perang..
Hingga pasukan Kisra terpukul mundur atau biarkan
Mereka tahu, bagaimana cara berjuang
Janganlah mundur karena itu tanda kelemahan
Raihlah kemenangan meski maut menghadang.
Kemudian ia terus bertempur hingga mati terbunuh. Semoga allah merahmatinya. Lalu tibalah giliran anak terakhir menyerang. Ia maju seraya melantunkan,
Aku bukanlah anak si Khansa’ maupun Akhram
tidak juga Umar atau leluhur yang mulia,
Jika aku tak menghalau pasukan ajam,
Melawan bahaya dan menyibak barisan tentara
Demi kejayaan yang menanti, dan kejayaan
Ataulah kematian, dijalan yang lebih mulia.
(voa-islam.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar