Seorang guru tidak selalu terlihat lebih hebat dalam segala hal dari murid-muridnya, tapi kehebatan murid-murid menandakan kehebatan gurunya.
Guru yang hebat tidak harus sempurna dan tidak harus serba bisa. Tapi ia mampu meyakinkan murid-muridnya bahwa mereka bisa. Mengarahkan minat dan bakat murid agar bisa sampai pada pencapaian yg maksimal.
Guru yg hebat juga memiliki keterbatasan dan menyadarinya, adakalanya ia tidak mampu mewujudkan ajarannya itu, dan justru murid-muridnyalah yang bisa menyempurnakannya. Murid-muridnya lah yang mampu mewujudkan cita-citanya yang melampauai umur sang guru sendiri.
Sebaliknya, para pencari ilmu bisa menjadi hebat jika tidak membalikkan argumen bahwa kalau gurunya tidak bisa, buat apa digurui? Ingat bahwa dengan arahan guru itulah semua kehebatan murid bisa menjelma.
Penuntut ilmu yg hebat tidak akan pernah merasa lebih bisa dari gurunya, karena hal itu akan menghalangi masuknya ilmu. Nasehat dan koreksi menandakan bahwa seharusnya ia bisa lebih baik lagi.
Sekarang banyak yang terbalik. Guru-guru tidak bisa menerima kenyataan muridnya lebih hebat, sedangkan murid-murid tidak bisa menghormati sang guru dan peran besarnya.
Sebagian murid sama sekali tidak berani berbeda sedikitpun dengan yang diucapkan sang guru, sebagian lagi sama sekali tidak mau menerima nasehat guru.
Posisi guru bukan lagi sebagaimana makna aslinya, digugu dan ditiru (ditaati dan diikuti), akan tetapi menjadi orang upahan yang dibayar dengan sejumlah uang sebagai ganti ilmu yang diajarkan.
Murid merasa bebas bertingkahlaku karena merasa sudah mengeluakan uang. Guru-guru hanya menerima murid yang mampu membayar, murid-murid membayar ilmu seperti membeli makanan dari si penjual.
Guru-guru terjebak untuk jualan pendidikan, orang-orang kaya berfikir pendidikan dilihat dari gengsinya. Sebagian orang selalu ingin, posisi guru selamanya miskin, karena itu merupakan penanda keikhlasannya.
Dulu masyarakat memasrahkan anak-anak dengan kepercayaan penuh untuk dididik. Kini masyarakat mendikte guru.
Lembaga pendidikan memuliakan guru. Tapi, itu dulu. Kini guru-guru direkrut perusahaan pendidikan, dieksploitasi atas nama keikhlasan untuk mengalirkan keuntungan bagi si pemodal.
Reff : hminews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar