Abu Ishaq, atau Ahmad bin Ishaq As-Surmadi, adalah salah seorang terpercaya dan pemberani. Dia seorang imam, ahli zuhud, ahli ibadah, mujahid, dan lihai menunggang kuda. Berita tentang prajurit perang yang satu ini membahagiakan hati umat Islam. Ibrahim bin Affan Al-Bazzar berkata, “Aku bersama Abu Abdullah Al-Bukhari. Saat itu nama Abu Ishaq As-Sarmadi disebut-sebut. Ia bilang, ‘Belum pernah kita mengenal orang sepertinya dalam Islam.’ Aku pun keluar, dan kuberi tahu kepala muthawwa‘ (prajurit). Ia marah dan masuk menemui Al-Bukhari. Ia bilang, jangan bilang begitu. Tapi, katakanlah: belum pernah kami mendengar, baik dalam Islam maupun di masa Jahiliyah, orang sepertinya.”‘
Abdullah bin Washil berkata, “Aku mendengar Ahmad As-Sarmadi berkata, ‘Sembari menghunus pedang ia berkata: Ketahuilah bahwa aku telah membunuh ribuan orang Turki dengannya. Jika aku masih ditakdirkan hidup, aku akan membunuh ribuan orang lain dengannya. Kalau tidak takut dianggap bid’ah, aku akan meminta pedang ini dikuburkan bersamaku.”‘
Ibrahim bin Syamas berkata, “Aku biasa bertukar surat dengan Ahmad As-Sarmadi. Suatu ketika, ia menulis kepadaku:Jika engkau ingin keluar ke negeri Al-Ghizyah untuk membeli tawanan, beri tahu aku. Aku pun menyuratinya. Ia datang ke Samarkand, kami pun keluar. Ketika ia mengetahui Jighuwih, kami pun menemuinya di antara pasukannya. Kami tinggal bersamanya. Suatu hari, ia memparadekan pasukannya. Saat itu, seseorang melintas. Orang itu mengagungkannya. Ia bertanya kepadaku tentang As-Sarmadi. Kukatakan, ‘Dia seorang yang ahli bermain anggar, setara dengan seribu penunggang kuda.’ Orang itu berkata, ‘Aku akan bertanding dengannya.’ Setelah itu, ia diam. Jighuwih berkata, ‘Apa kata orang ini?’ Kukatakan, ‘la bilang begini dan begini.’ Jighuwih berkata, ‘Orang itu mungkin mabuk, tidak merasakan apa-apa. Tapi, besok kita akan berkuda.’
Besok harinya, mereka pun berkuda. As-Sarmadi ikut berkuda bersamanya. Di lengan As-Sarmadi ada tongkat. Orang itu tiba-tiba berdiri di hadapan As-Sarmadi dan menuju ke arahnya. As-Sarmadi lari menjauhi pasukan. Setelah itu, ia menyerang orang tersebut, memukulnya dengan tongkat, dan membunuhnya. Selanjutnya, ia menyusul Ibrahim bin Syamas yang sudah lebih dulu. Ia berhasil menyusulnya. Mengetahui hal itu, Jighuwih menyiapkan lima puluh pasukan. Mereka mengejarnya. Sementara itu, As-Sarmadi bersembunyi di bawah anak bukit sampai satu persatu melintas. Kemudian ia memukuli mereka dari belakang. Dalam peristiwa itu, empat puluh sembilan orang meninggal dunia. Satu orang dipegang As-Sarmadi, lalu dipotong hidung dan telinganya. Selanjutnya, orang itu dilepaskan untuk memberi tahu. Selang dua tahun kemudian, As-Sarmadi meninggal dunia. Ibnu Syamad pergi untuk fida’. Jighuwih berkata padanya, ‘Siapa yang membunuh tentara berkuda kami?’ Ibnu Syamas menjawab, ‘Ahmad As-Sarmadi.’ Jighuwih berkata, ‘Mengapa engkau tidak mengajaknya bersamamu?’ Kukatakan, ‘Dia sudah meninggal dunia.’ Jighuwih memukul wajahku dan berkata, ‘Andaikata engkau beri tahu aku kalau dia yang membunuhi mereka, kuberi dia lima ratus kuda dan sepuluh ribu domba.”[ Siyar A'lam An-Nubala' jilid. 13, film. 37 dan Masyari' Al-Asywaq jilid. 2, film. 1008.]
Sumber: “Kisah Orang-Orang Shaleh Dalam Mendidik Anak”, Syaikh Ibrahim Mahmud
Tidak ada komentar:
Posting Komentar