Jabatan itu bukanlah kebanggaan/kemuliaan, tetapi AMANAH yang harus dipertanggung-jawabkan. Bukan saja di dunia, tetapi juga di akhirat.
Oleh karenanya, para Sahabat Nabi menangis ketika dipilih atau didaulat memegang jabatan sebagai pemimpin. Takut siksa neraka karena tidak amanah; karena dosa pemimpin itu lebih besar dibanding rakyat biasa apabila melakukan kesalahan yang sama.
Setelah dilantik jadi pemimpin, mereka harus meninggalkan pekerjaan lainnya (tidak leluasa lagi untuk nyambi, apalagi nyari proyek), karena harus fokus mengurus rakyatnya. Apabila ada rakyatnya yang terlantar, maka ancaman siksa neraka menantinya. Dia hanya mendapat gaji dan tunjangan resmi dari negara secukupnya. Pendapatan selain dari itu diharamkan. Denga gaji itulah dia menghidupi anak dan istrinya. (Sehingga hidupnya jadi pas-pasan dibanding sebelum diangkat menjadi pemimpin)
Sebagai pemimpin, dia harus punya sifat STAF, yaitu:
Pemimpin dalam Islam hidup serderhana di tengah penderitaan dan kemiskinan rakyatnya, bukan bersenang-senang dan bermewah-mewah di atas penderitaan dan kesengsaraan rakyatnya.
Pemimpin dalam Islam yang terakhir kali bertahan dalam kancah perjuangan (ekonomi dan politik) setelah seluruh rakyatnya selamat.
Itulah sebabnya para Sahabat tidak ada satu pun yang berebut kursi atau jabatan. Takut denga ancaman Allah apabila tidak amanah. Berbeda dengan orang-orang sekarang ....
Oleh karenanya, para Sahabat Nabi menangis ketika dipilih atau didaulat memegang jabatan sebagai pemimpin. Takut siksa neraka karena tidak amanah; karena dosa pemimpin itu lebih besar dibanding rakyat biasa apabila melakukan kesalahan yang sama.
Setelah dilantik jadi pemimpin, mereka harus meninggalkan pekerjaan lainnya (tidak leluasa lagi untuk nyambi, apalagi nyari proyek), karena harus fokus mengurus rakyatnya. Apabila ada rakyatnya yang terlantar, maka ancaman siksa neraka menantinya. Dia hanya mendapat gaji dan tunjangan resmi dari negara secukupnya. Pendapatan selain dari itu diharamkan. Denga gaji itulah dia menghidupi anak dan istrinya. (Sehingga hidupnya jadi pas-pasan dibanding sebelum diangkat menjadi pemimpin)
Sebagai pemimpin, dia harus punya sifat STAF, yaitu:
- Shidiq (selalu berkata dan berikap jujur dan benar)
- Tabligh (accountable dan auditable)
- Amanah (credible dan capable)
- Fathanah (smart dan visioner)
Pemimpin dalam Islam hidup serderhana di tengah penderitaan dan kemiskinan rakyatnya, bukan bersenang-senang dan bermewah-mewah di atas penderitaan dan kesengsaraan rakyatnya.
Pemimpin dalam Islam yang terakhir kali bertahan dalam kancah perjuangan (ekonomi dan politik) setelah seluruh rakyatnya selamat.
Itulah sebabnya para Sahabat tidak ada satu pun yang berebut kursi atau jabatan. Takut denga ancaman Allah apabila tidak amanah. Berbeda dengan orang-orang sekarang ....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar