Ketika kita berbicara tentang pemimpin, maka sesungguhnya kita berbicara tentang kepemimpinan di dalam Islam. Dan tentu kita akan mendapatkan sosok-sosok yang menjadi panutan kita, sosok yang luar biasa. Dialah Rasulullah Saw, seorang pemimpin umat Islam, Kepala Negara, amirul jihad, kepala rumah tangga, dan seorang sahabat yang begitu bersahaja di tengah-tengah para sahabatnya.
Sosok pemimpin Islam yang lain adalah para sahabat. Abu Bakar as Shiddiq, Umar bin Khattab, Usman Bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Shalahuddin al Ayyubi, Muhammad al Fatih dan lainnya. Dan ketika melihat sosok-sosok mereka adalah pemimpin-pemimpin yang revolusioner yang tidak diragukan lagi kapabilitasnya.
Mereka adalah orang-orang yang memiliki syakhsiyahIslamiyah (kepribadian Islam) yang tangguh. Mereka berlemah lembut dan bersikap tegas karena dipandu oleh pemikiran Islam. Sebagai contoh sosok Umat bin Khattab dan Abu Bakar as Shiddiq yang bertolakbelakang karakternya. Umar yang keras dan Abu Bakar yang lembut tidak membuat sekat diantara keduanya mendedikasikan dirinya bagi kejayaan Islam.
Karakter Umar yang keras tidak kemudian membuat kaum Muslim pada zaman itu benci dengan beliau. Abu Bakar yang lemah lembut tidak membuat kaum Muslim pada masa itu menjadikannya figur yang diunggulkan dibandingkan Umar. Meskipun Abu Bakar lebih dahulu memeluk Islam dibandingkan Umar, keduanya tetap cemerlang dalam memimpin.
Karakteristik Pemimpin Dalam Islam
Diantara karakteristik pemimpin dalam Islam adalah jujur dan kompeten. Pemimpin haruslah jujur pada dirinya dan pengikutnya. Seorang pemimpin yang jujurakan menjadi contoh terbaik. Pemimpin yang perkataan dengan perbuatannya harus sejalan. Kompetensi adalah kapasitas personal dalam memimpin adalah syarat mutlak dalam Islam.
Orang akan mengikuti seseorang jika ia benar-benar meyakini bahwa orang yang diikuti benar-benar tahu apa yang sedang diperbuatnya. Pemimpin juga harus menjadi inspirasi. Seorang pengikut akan merasakan ‘aman’ jika bersama pemimpinnya. Merasakan nyaman dan optimis pada situasi seburuk apapun.
Beberapa karakter lainnya ialah sabar, rendah hati, musyawarah dan mampu berkomunikasi dengan rakyatnya. Pemimpin Islam haruslah sabar dalam menghadapi segala macam persoalan dan keterbatasan. Tidak tergesa-gesa mengambil keputusan.
Sedangkan kekuatan dari pemimpin terletak pada kekuatan iman, ilmu dan wawasan yang luas.
Ketika Rasulullah Saw mengajak berjihad beliau bertempur paling depan. Bersedekah paling ringan. Hidup paling bersahaja. Kepada keluarga paling perhatian dan membahagiakan.
Negara
Negara (Daulah) menurut pakar tata negara adalah sekumpulan manusia yang bermukim secara permanen pada suatu wilayah dan mempunyai penguasa yang memerintah, serta hukum dasar yang mengatur tata cara mereka berinteraksi, mengatur urusan mereka baik di dalam negeri ataupun luar negeri.
Islam dengan segala prinsip, tatanan, syariat dan realitas sejarahnya yang panjang, sejak pertama dikumandangkan oleh Rasulullah Saw menunjukkan aspek-aspek utama negara tersebut, dengan makna yang utuh, sesuai dengan universalitas dan kesempurnaan Islam.
Islam telah menjelaskan dasar-dasar negara tersebut, mekanisme pemilihan pemimpin, hubungan individu dengan negara, hak dan kewajiban warga negara kepada negara, serta hak dan kewajiban negara kepada individu.
Tiga pilar negara dalam Islam adalah;
Sosok pemimpin Islam yang lain adalah para sahabat. Abu Bakar as Shiddiq, Umar bin Khattab, Usman Bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Shalahuddin al Ayyubi, Muhammad al Fatih dan lainnya. Dan ketika melihat sosok-sosok mereka adalah pemimpin-pemimpin yang revolusioner yang tidak diragukan lagi kapabilitasnya.
Mereka adalah orang-orang yang memiliki syakhsiyahIslamiyah (kepribadian Islam) yang tangguh. Mereka berlemah lembut dan bersikap tegas karena dipandu oleh pemikiran Islam. Sebagai contoh sosok Umat bin Khattab dan Abu Bakar as Shiddiq yang bertolakbelakang karakternya. Umar yang keras dan Abu Bakar yang lembut tidak membuat sekat diantara keduanya mendedikasikan dirinya bagi kejayaan Islam.
Karakter Umar yang keras tidak kemudian membuat kaum Muslim pada zaman itu benci dengan beliau. Abu Bakar yang lemah lembut tidak membuat kaum Muslim pada masa itu menjadikannya figur yang diunggulkan dibandingkan Umar. Meskipun Abu Bakar lebih dahulu memeluk Islam dibandingkan Umar, keduanya tetap cemerlang dalam memimpin.
Karakteristik Pemimpin Dalam Islam
Diantara karakteristik pemimpin dalam Islam adalah jujur dan kompeten. Pemimpin haruslah jujur pada dirinya dan pengikutnya. Seorang pemimpin yang jujurakan menjadi contoh terbaik. Pemimpin yang perkataan dengan perbuatannya harus sejalan. Kompetensi adalah kapasitas personal dalam memimpin adalah syarat mutlak dalam Islam.
Orang akan mengikuti seseorang jika ia benar-benar meyakini bahwa orang yang diikuti benar-benar tahu apa yang sedang diperbuatnya. Pemimpin juga harus menjadi inspirasi. Seorang pengikut akan merasakan ‘aman’ jika bersama pemimpinnya. Merasakan nyaman dan optimis pada situasi seburuk apapun.
Beberapa karakter lainnya ialah sabar, rendah hati, musyawarah dan mampu berkomunikasi dengan rakyatnya. Pemimpin Islam haruslah sabar dalam menghadapi segala macam persoalan dan keterbatasan. Tidak tergesa-gesa mengambil keputusan.
Sedangkan kekuatan dari pemimpin terletak pada kekuatan iman, ilmu dan wawasan yang luas.
Ketika Rasulullah Saw mengajak berjihad beliau bertempur paling depan. Bersedekah paling ringan. Hidup paling bersahaja. Kepada keluarga paling perhatian dan membahagiakan.
Negara
Negara (Daulah) menurut pakar tata negara adalah sekumpulan manusia yang bermukim secara permanen pada suatu wilayah dan mempunyai penguasa yang memerintah, serta hukum dasar yang mengatur tata cara mereka berinteraksi, mengatur urusan mereka baik di dalam negeri ataupun luar negeri.
Islam dengan segala prinsip, tatanan, syariat dan realitas sejarahnya yang panjang, sejak pertama dikumandangkan oleh Rasulullah Saw menunjukkan aspek-aspek utama negara tersebut, dengan makna yang utuh, sesuai dengan universalitas dan kesempurnaan Islam.
Islam telah menjelaskan dasar-dasar negara tersebut, mekanisme pemilihan pemimpin, hubungan individu dengan negara, hak dan kewajiban warga negara kepada negara, serta hak dan kewajiban negara kepada individu.
Tiga pilar negara dalam Islam adalah;
Pertama, Mizan (neraca), maksudnya keadilan. Memperlakukan manusia berdasarkan hukum-hukum Allah yang dibangun diatas prinsip keadilan.
Kedua, Qisth (keseimbangan), menegakkan kehidupan manusia berikut berbagai aktivitasnya berdasarkan prinsip keseimbangan pada berbagai aspeknya, tanpa melebihkan sisi yang satu terhadap sisi yang lain atau kelompok tertentu terhadap kelompok yang lain.
Ketiga, Hadid (Besi), lambang kekuatan yang menopang prinsip-prinsip al-Qur’an, neraca keadilan, dan prinsip-prinsip keseimbangan.
Ketiga prinsip ini termaktub dalam firman Allah,
“Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al-Kitab dan Neraca (mizan) keadilan supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan kami ciptakan besi (hadid) yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia (Al-Hadid:25).
Epilog
Syarat pemimpin yang mengelola negara untuk mendapatkan surga adalah;
Kedua, Qisth (keseimbangan), menegakkan kehidupan manusia berikut berbagai aktivitasnya berdasarkan prinsip keseimbangan pada berbagai aspeknya, tanpa melebihkan sisi yang satu terhadap sisi yang lain atau kelompok tertentu terhadap kelompok yang lain.
Ketiga, Hadid (Besi), lambang kekuatan yang menopang prinsip-prinsip al-Qur’an, neraca keadilan, dan prinsip-prinsip keseimbangan.
Ketiga prinsip ini termaktub dalam firman Allah,
“Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al-Kitab dan Neraca (mizan) keadilan supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan kami ciptakan besi (hadid) yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia (Al-Hadid:25).
Epilog
Syarat pemimpin yang mengelola negara untuk mendapatkan surga adalah;
Pertama,Shidqun Niyah Artinya benar dalam niat. Benar dalam hasrat hati. Benar dalam mengikhlaskan diri. Benar dalam menepis syak dan riya’. Benar dalam menghapus sum’ah dan ujub. Benar dalam menatap kedepan tanpa peduli dengan celaan dan pujian. Benar dalam kejujuran kepada Allah. Benar dalam persangkaan kepada Allah. Benar dalam meneguhkan hati.
Kedua, Shidqun ’Azm,Benar dalam tekad. Benar dalam keberanian-keberanian. Benar dalam janji-janji Allah pada dirinya. Benar-benar dalam memancang target diri. Benar dalam pekik semangat. Benar dalam menemukan motivasi. Benar dalam mengaktivasi potensi diri. Benar dalam memikirkan langkah-langkah pasti. Benar dalam memantapkan jiwa.
Ketiga,Shidqul Iltizam,Benar dalam berkomitmen. Benar dalam menetapi rencana-rencana. Benar dalam melanggengkan semangat dan tekad. Benar dalam bersabar atas ujian dan gangguan. Benar dalam menghadapi tantangan dan ancaman. Benar dalam mengistiqamahkan dzikir, fakir, dan ikhtiyar.
Keempat,Shidqul ‘Amal,Benar dalam proses kerja. Benar dalam melakukan segalanya tanpa menabrak nilai-nilai ilahiyah. Benar dalam cara. Benar dalam metode. Benar dalam langkah-langkah yang ditempuh. Benar dalam profesionalisme dan ihsannya amal. Benar dalam tiap gerak anggota badan.
Kalau sudah seperti ini selamat mendapatkan Surga!
Dalam riwayat Muslim disebutkan bahwa penghuni surga itu ada tiga : “Penguasa yang adil, seseorang yang berhati lembut pada kaum kerabat dan kepada setiap muslim, dan seorang kaya yang menjaga kehormatannya serta rajin sedekah.”
Kedua, Shidqun ’Azm,Benar dalam tekad. Benar dalam keberanian-keberanian. Benar dalam janji-janji Allah pada dirinya. Benar-benar dalam memancang target diri. Benar dalam pekik semangat. Benar dalam menemukan motivasi. Benar dalam mengaktivasi potensi diri. Benar dalam memikirkan langkah-langkah pasti. Benar dalam memantapkan jiwa.
Ketiga,Shidqul Iltizam,Benar dalam berkomitmen. Benar dalam menetapi rencana-rencana. Benar dalam melanggengkan semangat dan tekad. Benar dalam bersabar atas ujian dan gangguan. Benar dalam menghadapi tantangan dan ancaman. Benar dalam mengistiqamahkan dzikir, fakir, dan ikhtiyar.
Keempat,Shidqul ‘Amal,Benar dalam proses kerja. Benar dalam melakukan segalanya tanpa menabrak nilai-nilai ilahiyah. Benar dalam cara. Benar dalam metode. Benar dalam langkah-langkah yang ditempuh. Benar dalam profesionalisme dan ihsannya amal. Benar dalam tiap gerak anggota badan.
Kalau sudah seperti ini selamat mendapatkan Surga!
Dalam riwayat Muslim disebutkan bahwa penghuni surga itu ada tiga : “Penguasa yang adil, seseorang yang berhati lembut pada kaum kerabat dan kepada setiap muslim, dan seorang kaya yang menjaga kehormatannya serta rajin sedekah.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar