“Melarat” dan “Meralat” toh beda-beda tipis,
cuma soal penempatan huruf.
“Dosa” dan “Doa“,
cuma beda sehuruf.
“Tuhan” dan “Hantu“,
hanya perkara bolak-balik huruf.
“Kau” dan “Aku“,
ya lagi-lagi urusan huruf.
Kalau jadi kalimat ya tentu beda.
Bisa begini jadinya,
“Tuhan, aku sadar, aku telah berdosa, karena menuruti hantu untuk tidak pernah berdoa, hingga kini aku jadi melarat begini. Sudilah Kau meralat nasibku ini. Amin.”
Mau jadi kalimat berbeda bisa,
atur saja.
Yang penting,
kita harus memahami juga bahwa dalam urusan huruf ini,
“Sadar” berkerabat dengan “Dasar“,
dan “Amin” masih saudara dengan “Iman“.
Ini hanya soal huruf,
lambang bunyi yang menyimpan Pesan,
dan menjadi semesta bagi Makna. Norman Adi Satria
cuma soal penempatan huruf.
“Dosa” dan “Doa“,
cuma beda sehuruf.
“Tuhan” dan “Hantu“,
hanya perkara bolak-balik huruf.
“Kau” dan “Aku“,
ya lagi-lagi urusan huruf.
Kalau jadi kalimat ya tentu beda.
Bisa begini jadinya,
“Tuhan, aku sadar, aku telah berdosa, karena menuruti hantu untuk tidak pernah berdoa, hingga kini aku jadi melarat begini. Sudilah Kau meralat nasibku ini. Amin.”
Mau jadi kalimat berbeda bisa,
atur saja.
Yang penting,
kita harus memahami juga bahwa dalam urusan huruf ini,
“Sadar” berkerabat dengan “Dasar“,
dan “Amin” masih saudara dengan “Iman“.
Ini hanya soal huruf,
lambang bunyi yang menyimpan Pesan,
dan menjadi semesta bagi Makna. Norman Adi Satria
Tidak ada komentar:
Posting Komentar