Guru adalah instrumen utama sekolah. Kualitas pembelajaran serta profesional tidaknya layanan pendidikan ditentukan oleh kualitas guru.
Perlu disadari bahwa tidak semua guru memiliki kualitas sebagai guru. Faktanya, ada orang yang menjadi guru karena memang memiliki mentalitas guru, tapi ada juga yang hanya karena “nasib” saja yang membuatnya menjadi guru. Kualitas guru dapat ditelusuri berdasarkan:
1. Tipe Profesional
Ini adalah tipe guru terbaik yang diharapkan ada pada tiap sekolah. Guru ideal dituntut memiliki keahlian (kompetensi) mengajar tinggi, mulai dari perencanaan hingga evaluasi.
Guru tersebut juga memiliki sikap mental dan moralitas yang penuh tanggung jawab. Dia memiliki hasrat kuat dan rasa tanggung jawab tinggi untuk membuat anak didik berhasil. Di antara ciri-ciri guru tipe ini adalah:
Ini tipe guru minimal yang diharapkan setiap sekolah. Mereka guru baru atau lama yang memiliki kemauan dan tanggung jawab tinggi untuk membuat siswanya berhasil, meski kompetensinya belum optimal. Guru tipe ini dicirikan dengan:
Ini adalah tipe guru yang buruk, tetapi banyak dijumpai di sekolah. Tipe ini memiliki cukup kepercayaan diri karena cukup lama mengajar.
Meski begitu, kualitas pembelajaran-nya tidak cukup baik, karena tipe ini kurang fokus pada keberhasilan siswa. Dia kurang memiliki rasa tanggung jawab, hingga kurang peduli apakah siswanya berhasil atau tidak. Di antara karakteristik guru tipe ini:
Ini adalah tipe guru terburuk, tetapi kadang ada juga sekolah bernasib apes karena punya guru semacam ini. Guru tipe ini tidak punya kemampuan pembelajaran memadai. Dia juga tidak peduli apakah hasil pembelaja-rannya baik atau tidak.
Lebih tragis lagi, dia juga sulit belajar (dhêdêl), sehingga sulit dikembangkan kemampuannya. Singkatnya, tipe ini adalah guru bodoh dan bermental buruk, yang di antara ciri-cirinya:
Perlu disadari bahwa tidak semua guru memiliki kualitas sebagai guru. Faktanya, ada orang yang menjadi guru karena memang memiliki mentalitas guru, tapi ada juga yang hanya karena “nasib” saja yang membuatnya menjadi guru. Kualitas guru dapat ditelusuri berdasarkan:
- Kompetensinya, yakni keahliannya mengelola pembelajaran, mulai dari perencanaan hingga evaluasi.
- Orientasinya pada kepuasan kerja, yakni kemauan dan rasa tanggung jawab untuk membuat siswa berhasil.
1. Tipe Profesional
Ini adalah tipe guru terbaik yang diharapkan ada pada tiap sekolah. Guru ideal dituntut memiliki keahlian (kompetensi) mengajar tinggi, mulai dari perencanaan hingga evaluasi.
Guru tersebut juga memiliki sikap mental dan moralitas yang penuh tanggung jawab. Dia memiliki hasrat kuat dan rasa tanggung jawab tinggi untuk membuat anak didik berhasil. Di antara ciri-ciri guru tipe ini adalah:
- Biasa mempersiapkan disain, berbagai instrumen dan bahan pembelajaran tanpa diminta, karena menganggapnya sebagai kebutuhan.
- Aktif mencari dan mengembang-kan bahan-bahan pembelajaran sendiri.
- Aktif mencari cara agar seluruh anak didiknya berhasil.
- Sering menjadikan masalah pembelajaran dan siswa sebagai topik pembicaraan.
- Aktif mengevaluasi kinerjanya sendiri agar kualitas pembela-jarannya meningkat.
- Berusaha menjadi contoh dan pembimbing terbaik bagi siswa.
- Keberhasilan mengajar tinggi.
- Dia malu/tidak puas bila anak didiknya belum berhasil.
- Dia terus berusaha mencari cara agar siswanya berhasil mencapai kompetensi.
- Lebih suka berkumpul dengan siswa dibanding guru sehingga:
- Mempunyai kedekatan dan pengaruh kuat pada siswa.
- Sering menjadi idola siswa.
Ini tipe guru minimal yang diharapkan setiap sekolah. Mereka guru baru atau lama yang memiliki kemauan dan tanggung jawab tinggi untuk membuat siswanya berhasil, meski kompetensinya belum optimal. Guru tipe ini dicirikan dengan:
- Menyadari fungsi perencanaan, instrumen dan bahan ajar, tetapi masih kesulitan menyusun dan mengembangkannya.
- Belum benar-benar percaya diri, tetapi tak segan bertanya/belajar pada sejawat atau atasan bila ada masalah yang belum dia kuasai.
- Tidak segan bertanya/belajar agar seluruh anak didiknya berhasil.
- Banyak membahas masalah pembelajaran dan siswa sebagai topik pembicaraan.
- Suka mengevaluasi kinerja sendiri, dan terbuka pada kritik, saran dan masukan orang lain.
- Berusaha menjadi contoh dan pembimbing terbaik bagi siswa.
- Keberhasilan mengajar tinggi.
- Dia malu atau takut bila anak didiknya belum berhasil.
- Dia terus berusaha dan tidak berhenti mencari cara agar siswanya berhasil mencapai kompetensi.
- Selama jam sekolah lebih suka berkumpul dengan siswa dibanding guru sehingga:
- Mempunyai kedekatan dan pengaruh kuat pada siswa.
- Potensial jadi idola siswa.
Ini adalah tipe guru yang buruk, tetapi banyak dijumpai di sekolah. Tipe ini memiliki cukup kepercayaan diri karena cukup lama mengajar.
Meski begitu, kualitas pembelajaran-nya tidak cukup baik, karena tipe ini kurang fokus pada keberhasilan siswa. Dia kurang memiliki rasa tanggung jawab, hingga kurang peduli apakah siswanya berhasil atau tidak. Di antara karakteristik guru tipe ini:
- Meski mampu, dia enggan mempersiapkan instrumen dan bahan pembelajaran, karena menganggap itu sebagai beban.
- Kompetensinya tidak berkem-bang, karena enggan mencari dan mengembangkan diri.
- Enggan berusaha agar siswa berhasil, tidak berorientasi pada kepuasan kerja, dan perhitungan.
- Biasa bilang Dibayar berapa? atau Ada tambahan berapa?
- Menyikapi tugas sebagai beban kwajiban dan suka menghindari tugas sekolah.
- Suka beralasan repot bila imbalan tidak memadai.
- Kaya alasan untuk membe-narkan diri sendiri.
- Jarang membicarakan masalah pembelajaran dan siswa sebagai topik pembicaraan.
- Fokus perhatiannya bukan pada kualitas kerja.
- Akrab dengan pembicaraan negatif, kasak-kusuk dan tidak jarang yang berbau sinisme dan permusuhan.
- Tidak peduli pada kinerja sendiri.
- Malas bekerja bila tidak ada atasan atau tidak dimandori.
- Hanya aktif bila ada maunya, seperti kalau ada promosi atau takut kena sanksi.
- Tidak peduli apakah sikap dan perilakunya layak menjadi contoh bagi siswa atau tidak.
- Keberhasilan mengajar rendah.
- Keberhasilan siswa/kepuasan wali murid bukan tujuan.
- Tidak malu dan tidak peduli meski ada anak didiknya yang belum berhasil.
- Hanya bekerja keras bila ada imbalan materi yang sepadan.
- Tidak disiplin, tidak sungguh-sungguh dan lebih suka santai dalam mengajar.
- Lebih suka berkumpul dengan guru dibanding siswa, sehingga:
- Kalau bukan guru galak pasti nyantai dan cuek pada siswa.
- Berusaha dekat dengan siswa bila perlu pengakuan.
- Karakter anak didik tidak konstruktif.
- Biang gosip di sekolah.
Ini adalah tipe guru terburuk, tetapi kadang ada juga sekolah bernasib apes karena punya guru semacam ini. Guru tipe ini tidak punya kemampuan pembelajaran memadai. Dia juga tidak peduli apakah hasil pembelaja-rannya baik atau tidak.
Lebih tragis lagi, dia juga sulit belajar (dhêdêl), sehingga sulit dikembangkan kemampuannya. Singkatnya, tipe ini adalah guru bodoh dan bermental buruk, yang di antara ciri-cirinya:
- Mengeluh bila diminta menyusun disain dan instrumen pembela-jaran, karena dia tidak menyadari itu sebagai kebutuhan guru.
- Kompetensi tidak berkembang:
- Keahlian keguruan rendah.
- Sulit memahami dan mudah bingung bila dihadapkan pada konsep baru.
- Tidak berusaha keras agar siswa berhasil. Selain tidak berorientasi pada kepuasan kerja, dia tidak menyadari kekurangan.
- Jarang membicarakan pembela-jaran dan siswa sebagai topik pembicaraan, karena:
- Visi pendidikannya lemah.
- Tidak berpendirian, mudah terpengaruh orang lain.
- Emosional dan kemampuan berfikir rasionalnya rendah.
- Kadang mudah tersinggung.
- Tidak peduli pada kinerja sendiri.
- Kurang mampu mengajar.
- Tidak disiplin.
- Kadang perhitungan, tanpa menyadari bahwa itu artinya dia minta agar orang lain menghargai kebodohannya.
- Tidak tahu sikap dan perilakunya layak jadi contoh siswa atau tidak.
- Hasil pembelajaran rendah, tetapi bersikap santai seolah tidak ada masalah, karena:
- Keberhasilan siswa dan kepu-asan wali murid bukan tujuan.
- Tidak malu dan tidak peduli meski ada anak didiknya yang belum berhasil.
- Hanya bekerja keras bila ada imbalan materi yang sepadan.
- Suka berkumpul baik dengan guru maupun siswa pada jam sekolah.
- Lebih mudah akrab dengan guru sinis dari pada guru potensial atau profesional.
- Mudah terpengaruh dan menjadi pengukut setia guru tipe sinis.
- Perilaku anak didik tidak konstruktif, karena tidak punya pretensi mendidik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar