Dikisahkan ketika Konstantinopel telah ditaklukkan dan pasukan Islam hendak melaksanakan shalat Jumat untuk pertama kali.Muncul masalah, siapakah yang layak menjadi imam shalat jum’at?
Tidak ada yang berani menawarkan diri. Melihat hal itu, Sultan Mehmed (Muhammad al-Fatih) segera bangun dan meminta kepada seluruh jamaah untuk sama-sama berdiri. Kemudian, dia bertanya, “Siapakah di antara kalian yang sejak remaja, sejak akil balighnya hingga hari ini pernah meninggalkan shalat wajib lima waktu, silahkan duduk?!”
Subhanallah... Tidak ada seorang pun dari pasukan Islam yang duduk. Semua masih tegak berdiri. Artinya, pasukan Islam yang dipimpin Sultan Mehmed sejak remaja hingga hari itu tidak seorang pun yang pernah meninggalkan shalat wajib. Tidak sekalipun, mereka melalaikan shalat fardhu.
Mehmed tersenyum kemudian bertanya untuk kali kedua, “Siapakah di antara kalian yang sejak akil baligh dahulu hingga hari ini pernah meninggalkan shalat sunah rawatib? Jika ada yang pernah meninggalkan shalat rawatib sekali saja, silahkan duduk?!”
Sebagian di antara pasukan Islam yang merasa pernah meninggalkan shalat rawatib, mereka segera duduk. Namun, sebagian besar pasukan Islam saat itu masih berdiri tegak. Artinya, sejak masa remajanya, mereka tidak pernah meninggalkan shalat rawatib, shalat sunah yang mengikuti shalat fardhu.
Sultan Mehmed pun kembali berseru, “Siapakah di antara kalian yang sejak akil balighnya hingga hari ini pernah meninggalkan shalat tahajud di kesunyian malam? Bagi yang merasa pernah atau kosong satu malam saja, silahkan duduk?!”
Apa yang terjadi? Pasukan Islam yang sebelumnya masih banyak berdiri tegak dengan segera mereka duduk rapi kembali. Namun, ada pemandangan yang menakjubkan, ternyata ada seorang yang masih tetap tegak berdiri. Dialah Sultan Mehmed II bin Murad II, Sang Penakluk Konstantinopel. Dialah yang pantas menjadi imam shalat jumat pada hari itu. Subhanallah...!!
Berkat jiwa kepahlawanan, keberanian, kecerdasan dan prestasinya inilah, Mehmed II bin Murad II diberi gelar al-Fatih. Itulah sebuah kisah sejarah yang indah dalam bingkai ketakwaan kepada Allah. Kisah pedang malam yang merupakan rahasia sukses dari seorang pribadi pengubah sejarah. Sebagaimana diprediksi Rasulullah saw dalam sabdanya:
“Konstantinopel akan jatuh ke tangan seorang laki-laki. Pemimpin yang menaklukannya adalah sebaik-baiknya pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baiknya pasukan” (HR. Ahmad, al-Musnad 4/335)
Kedekatan pribadi sang pemimpin kepada Allah ini didukung pula oleh ketaatan pada syariat oleh seluruh pasukan Sultan Mehmed. Tergambar dari khutbahnya pada 27 Mei 1453 di depan seluruh pasukan ketika penaklukan Konstantinopel semakin dekat:
Tidak ada yang berani menawarkan diri. Melihat hal itu, Sultan Mehmed (Muhammad al-Fatih) segera bangun dan meminta kepada seluruh jamaah untuk sama-sama berdiri. Kemudian, dia bertanya, “Siapakah di antara kalian yang sejak remaja, sejak akil balighnya hingga hari ini pernah meninggalkan shalat wajib lima waktu, silahkan duduk?!”
Subhanallah... Tidak ada seorang pun dari pasukan Islam yang duduk. Semua masih tegak berdiri. Artinya, pasukan Islam yang dipimpin Sultan Mehmed sejak remaja hingga hari itu tidak seorang pun yang pernah meninggalkan shalat wajib. Tidak sekalipun, mereka melalaikan shalat fardhu.
Mehmed tersenyum kemudian bertanya untuk kali kedua, “Siapakah di antara kalian yang sejak akil baligh dahulu hingga hari ini pernah meninggalkan shalat sunah rawatib? Jika ada yang pernah meninggalkan shalat rawatib sekali saja, silahkan duduk?!”
Sebagian di antara pasukan Islam yang merasa pernah meninggalkan shalat rawatib, mereka segera duduk. Namun, sebagian besar pasukan Islam saat itu masih berdiri tegak. Artinya, sejak masa remajanya, mereka tidak pernah meninggalkan shalat rawatib, shalat sunah yang mengikuti shalat fardhu.
Sultan Mehmed pun kembali berseru, “Siapakah di antara kalian yang sejak akil balighnya hingga hari ini pernah meninggalkan shalat tahajud di kesunyian malam? Bagi yang merasa pernah atau kosong satu malam saja, silahkan duduk?!”
Apa yang terjadi? Pasukan Islam yang sebelumnya masih banyak berdiri tegak dengan segera mereka duduk rapi kembali. Namun, ada pemandangan yang menakjubkan, ternyata ada seorang yang masih tetap tegak berdiri. Dialah Sultan Mehmed II bin Murad II, Sang Penakluk Konstantinopel. Dialah yang pantas menjadi imam shalat jumat pada hari itu. Subhanallah...!!
Berkat jiwa kepahlawanan, keberanian, kecerdasan dan prestasinya inilah, Mehmed II bin Murad II diberi gelar al-Fatih. Itulah sebuah kisah sejarah yang indah dalam bingkai ketakwaan kepada Allah. Kisah pedang malam yang merupakan rahasia sukses dari seorang pribadi pengubah sejarah. Sebagaimana diprediksi Rasulullah saw dalam sabdanya:
“Konstantinopel akan jatuh ke tangan seorang laki-laki. Pemimpin yang menaklukannya adalah sebaik-baiknya pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baiknya pasukan” (HR. Ahmad, al-Musnad 4/335)
Kedekatan pribadi sang pemimpin kepada Allah ini didukung pula oleh ketaatan pada syariat oleh seluruh pasukan Sultan Mehmed. Tergambar dari khutbahnya pada 27 Mei 1453 di depan seluruh pasukan ketika penaklukan Konstantinopel semakin dekat:
“Jika penaklukan Konstantinopel sukses maka sabda Rasulullah saw telah menjadi kenyataan dan salah satu dari mukjizatnya telah terbukti. Kita mendapatkan bagian dari apa yang telah menjadi janji dari hadits ini, berupa kemuliaan dan penghargaan. Oleh karena itu, sampaikanlah kepada para pasukan satu persatu bahwa kemenangan yang akan kita capai ini, akan menambah kemuliaan dan ketinggian Islam. Untuk itu, wajib bagi setiap pasukan, menjadikan syariat selalu di depan matanya dan jangan sampai ada di antara mereka yang melanggar syariat yang mulia ini. Hendaknya mereka tidak mengusik tempat-tempat peribadatan dan gereja-gereja. Hendaknya mereka jangan mengganggu para pendeta dan orang-orang lemah tak berdaya yang tidak ikut terjun dalam pertempuran”
Semoga karakter Muhammad al-Fatih dan pasukannya dapat kita contoh untuk menyongsong bisyarah Rasulullah saw yang belum terwujud:
“....kemudian akan datang masa Khilafah yang berjalan di atas kenabian...” (HR. Imam Ahmad)
“Sesungguhnya Allah menghimpun bumi untukku, lalu aku melihat timur dan baratnya. Dan sesungguhnya kekuasaan umatku akan mencapai apa yang dihimpunkan untukku” (HR. Muslim)
“....kemudian akan datang masa Khilafah yang berjalan di atas kenabian...” (HR. Imam Ahmad)
“Sesungguhnya Allah menghimpun bumi untukku, lalu aku melihat timur dan baratnya. Dan sesungguhnya kekuasaan umatku akan mencapai apa yang dihimpunkan untukku” (HR. Muslim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar