aguspurnomosite.blogspot.com

aguspurnomosite.blogspot.com
Berpikir Luas Membuka Cakrawala Kehidupan! Berusaha Memberikan Yang Terbaik Untuk Masa Depan! Katakan "Go Go Go SEMANGAT" !!!

Jumat, 13 Desember 2013

Nilai KKM, Palsukah?

Kini KKM atau Kriteria Ketuntasan Minimal menjadi patokan untuk menilai siswa. Banyak sekolah yang menerapkan nilai KKM yang tinggi. Umumnya disuatu sekolah nilai KKM selalu berkisar 75 bahkan tidak jarang yang menerapkan diatasnya. Tak heran, untuk mendapatkan nilai baguspun bukan hal yang sulit. Apalagi kini banyak sekolah yang tak segan segan memberikan nilai sangat tinggi kepada siswanya. Meski kadang nilai tersebut tidak berbanding lurus dengan kemampuan siswa-siswanya.

Kondisi ini membuat siswapun merasa santai. Mereka berpikir, kenapa harus ngoyo, toh pasti nilai sudah di atas KKM atau minimal sama dengan KKM. Karena jika anak-anak didiknya nilainya dibawah KKM, yang susah juga gurunya. Guru dianggap tidak kompeten mengajar, atau bahkan dikatakan tidak layak untuk mengajar? Hal tersebut menyebabkan para siswa malas belajar dan cenderung leh-leh luweh. 

Padahal kenyataannya, untuk mendapatkan nilai KKM, misal 75 untuk mata pelajaran eksak seperti Matematika, Fisika, Kimia itu tak mudah. Saat ulangan harian atau ulangan semesteran, tak sedikit siswa yang mendapat nilai dibawah KKM. Bahkan, siswa yang mendapat nilai diatas KKM pun bisa dihitung dengan jari. Akan tetapi, kalau melihat hasil dalam rapor, tentu sangat jauh berbeda dengan nilai asli. Untuk mendapat nilai 90 itu sangat mudah dirapor, karena guru kadang tidak peduli dengan kemampuan siswa, yang penting memberi nilai rapor diatas KKM, maka SAVE-lah guru tersebut? Guru takkan digugat lagi kredibilitasnya sebagai guru "Profesional"?

Sehingga sekarang sering dijumpai, siswa-siswa dengan nilai rapor sangat bagus, tapi kenyataanya, kemampuannya sama sekali bertolak belakang dengan nilai yang didapatkan dalam rapornya? Guru, Walikels, Orang Tua atau siapa saja begitu bangga manakla melihat nilai rapor anak-anaknya begitu tinggi, tapi tidak pernah menanyakan apa sudah sesuai dengan kemampuan anak tersebuT? Apa ini sebuah pembodohan terstruktur dan terencana? Atau sebuah kepalsuan pendidikan yang menipu? Sebuah ironi yang begitu perih dalam dunia pendidikan di negeri ini?

Sebagai insan yang terjun langsung didunia pendidikan, sungguh begitu perih melihat realita yang terjadi, tapi bukannya saya tidak peduli, sungguh kami begitu lemah untuk semua ini, maka hanya kepada-Mu semata kami berserah diri. Berikan kami kekuatan untuk selalu peka menggunakan nurani kami, untuk selalu mejalani dunia kami ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar