Jejaring Sosial adalah salah satu dari banyak media untuk berinteraksi antara manusia satu dengan lainnya. Melalui media sosial seperti Facebook dan Twitter sebuah komunikasi dengan mudah bisa di jalankan. Lepas dari dampak positif dari pesatnya perkembangan jejaring sosial, perlu juga diketahui dampak negatifnya. Jejaring sosial bak pisau bermata dua. Namun menurut saya pemanfaatkan media sosial sepenuhnya berada di bawah kendali penggunannya sehingga tidaklah bijaksana menyalahkan keberadaan jejaring sosial tersebut. Di bawah ini beberapa dampak negatif yang muncul akibat penggunaan jejaring sosial yang berlebihan:
1. Membuat waktu terbuang dengan sia-sia
Sudah beberapa waktu saya mengamati perilaku pengguna jejaring sosial dengan berinteraksi secara intensif dengan beberapa users. Satu pertanyaan yang sering hinggap di benak saya adalah bagaimana user tersebut bisa online terus padahal secara teori mereka seharusnya sedang bekerja, istirahat tidur malam hari, ataupun sedang beribadah. Tidak jarang interaksi saya lakukan dengan mereka yang sudah bekeluarga sehingga tidak jarang saya berpikir bagaimana mereka mengatur interaksi dengan keluarga mereka kalau setiap saat waktunya dihabiskan dengan melototi layar komputer dan keyboard smartphonenya.
Saya mengakui jika sebagian orang memang memanfaatkan jejaring sosial sebagai media bisnis mereka. Namun bagi mereka yang hanya sekedar bercengkerama di jejaring sosial tanpa tujuan yang pasti selain ngobrol ngalor ngidul bukankah itu merupakan pembuangan waktu secara sia-sia. Dari contoh tersebut secara tidak langsung jejaring sosial mulai menyandera waktu kita sehingga membuat diri kita tidak produktif dalam berkarya ataupun melakukan hal-hal positif lainnya.
2. Menambah beban pengeluaran
Keberadaan jejearing sosial yang menjadi bagian dari kehidupan manusia modern sehingga kepemilikan akun salah satu jejaring sosial seolah menjadi WAJIB hukumnya. Nah implikasi yang muncul adalah harus adanya alat yang bisa dipergunakan untuk akses media sosial tersebut seperti komputer dan handphone. Namun, perlu dicatat alat saja belum cukup tanpa terhubung dengan fasilitas internet. Walhasil seorang user media sosial harus merogoh kocek lebih banyak untuk biaya menggunakan media sosial tersebut. Yang menjadikan diri saya sedih adalah melihat kenyataan jika user media sosial lebih memprioritaskan keberlangsungan penggunaan media sosial dengan mengorbankan kebutuhan lain yang lebih utama seperti makan, minum, pendidikan dll.
Suatu hari saya chat dengan seorang mahasiswa yang mengeluh dengan biaya buku dan fotokopi yang sangat mahal. Setelah beberapa saat ngobrol ketahuan jika dana pendidikan dari orang tua dibelikan perangkat smartphone dengan koneksi internet yang berharga ratusan ribu per bulan. Yang menjadi ironis adalah mengapa fotokopi sebesar 10 ribu lebih mahal daripada biaya penggunaan teknologi untuk beriteraksi dengan media sosial yang biayanya ratusan ribu per bulan?
Contoh kedua adalah adanya seorang user yang lebih mengutamakan membeli voucher internet daripada susu anaknya atau membayar sekolah anaknya. Bagi saya kedua contoh tersebut sangat menyedihkan.
3. Mengganggu konsentrasi belajar
Selain menyia-nyiakan waktu, penggunaan media sosial secara berlebih juga mengganggu konsentrasi belajar. Secara rutin saya mengamati posting wall teman-teman di media sosial mereka. Tidak sedikit mereka mengeluhkan kegiatan sekolah ataupun kuliah. Kemudian saya berpikir mengapa mereka tidak posting masalah kuliahnya untuk memohon bantuan teman-teman di jejaring sosial daripada mengeluarkan keluhan?.
Hal lain yang menarik untuk dicermati adalah bagaimana orang akan belajar sementara pikirannya ada di jejaring sosial memantau postingannya? Jadi secara sadar maupun tidak sadar keberadaan jejaring sosial bisa mengaburkan konsentrasi belajar.
4. Mengancam keamanan diri
Tidak jarang saya membaca di media online atau cetak korban dari pertemanan di media sosial yang secara umum disebut penipuan. Dengan media sosial dengan mudah kita memiliki banyak teman dan menjadi akrab meskipun belum pernah bertemu sebelumnya. Secara umum sangat susah menilai orang yang dikenal di media sosial jika informasi yang diberikan tidak akurat alias bohong.
Dari pengamatan saya, tidak sedikit dari pengguna media sosial berlaku curang dengan menggunakan foto orang lain atau foto bohong dengan tujuan memikat orang lain. Melalui contoh tersebut saya berpikir jika semakin banyak kita memiliki teman melalui media sosial yang tidak jelas maka resiko keamanan diri kita juga semakin meningkat. Kemanan tidak selalu dalam bentuk nyata seperti perampokan dll tetapi juga penyalah gunaan nama kita, identitas lengkap dan foto-foto kita, dan merusak akun kita. Beberapa waktu yang lalu saya melihat salah satu akun sahabat saya diposting dengan gambar norak alias porno yang sangat bertentangan dengan profesi dan status sosialnya. Akhirnya diambil keputusan untuk remove orang tersebut dari pertemanan.
Salah satu cara untuk mengurangi resiko keamanan diri adalah dengan hati-hati saat approve pertemanan dan memantau akun teman baru secara teratur untuk sementara waktu.
5. Mengancam kesehatan
Kesehatan adalah karunia yang sangat mahal tetapi seringkali kita tidak peduli dengan kondisi badan kita. Beberapa waktu lalu saya membaca sebuah berita seorang user yang menggunakan media sosial secara berlebih mengeluh karena jari-jarinya sakit akibat terlalu sering memencet tombol keybord Handphonenya. Berita lain saya dapatkan dari teman yang sering mengeluh sakit kepala akibat memelototi komputer secara berlebihan keasyikan begadang di jejaring sosial.
Pekerjaan apapun jika dilakukan secara berlebih pasti akan berdampak buruk. Namun hal tersebut akan menjadi lebih buruk jika pekerjaan yang dilakukan ternyata tidak cukup berharga atau tidak menghasilkan apa-apa. Nah, apakah penggunaan jejaring sosial memberikan dampak yang positif atau negatif pada diri Anda? Hanya Anda yang tahu jawabnya. Selamat merenung?
Demikian tulisan sederhana saya. Semoga bermanfaat!!
Reff : subekti.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar