Jangan tanggung-tanggung jika Anda menjadi guru. Jadilah guru yang hebat dan teladan. Guru hebat ditandai dengan 5 indikator:
(1) kualitas diri,
(2) integritas moral,
(3) kedalaman ilmu,
(4) keterampilan (terutama mendayagunakan metode dan media), dan
(5) komitmen (adanya panggilan jiwa dan penuh tanggung jawab).
Profesi guru itu sangat mulia dan menentukan masa depan bangsa, bahkan turut mempengaruhi seseorang kelak masuk surga atau neraka!!
Menjadi guru hebat menuntut keahlian dan keterampilan tersendiri, karena guru hebat harus menjadi komunikator, motivator, inspirator, dan pembangun kepribadian dan karakter siswa/mahasiswa.
Menjadi guru hebat menuntut keahlian dan keterampilan tersendiri, karena guru hebat harus menjadi komunikator, motivator, inspirator, dan pembangun kepribadian dan karakter siswa/mahasiswa.
Guru hebat harus mau dan mampu melakukan, minimal 6 hal:
1. Memiliki keinginan untuk mengenal, menyentuh hati siswa serta melibatkannya dalam proses pembelajaran. Ketika berkomunikasi dengan mereka , guru harus bisa melakukan kontak mata sekaligus kontak hati. Semakin mengenal jati diri siswanya, guru seharusnya semakin arif dan bisa mendekati serta membangun kerjasama yang saling menguntungkan.
2. Mengomunikasikan tujuan dan harapan secara eksplisit. Ketika mengawali proses pembelajaran di dalam kelas, idealnya guru dapat meyakinkan mereka bahwa tujuan dan harapan yang hendak dicapai pada jam pelajaran ini penting dan baik.
3. Menyiapkan dan menjadikan bahan ajar menarik, menantang, dan merangsang (menstimulir).
4. Mendorong siswa/mahasiswa berpikir kritis dan kreatif, dan memberanikan mereka menerapkan pengatahuan yang sudah dipahaminya secara praktis. Guru bahasa Arab misalnya harus mampu member contoh berbicara dalam bahasa Arab secara baik berikut membisakan dan membiasakan mereka berbahasa Arab.
5. Melakukan kontekstualisasi dengan dunia nyata. Materi yang diajarkan seoptimalkan mungkin dikaitkan dengan perkembangan sosial, budaya, ilmu, pendidikan dan sebagainya, sehingga menjadi lebih menarik dan dinamis.
6. Masuki “dunia siswa/mahasiswa, dan jangan paksakan dunia guru dimasukkan dalam dunia mereka.” Senada dengan itu, Imam Ali bin Abi Thalib menyatakan: “Didiklah anak-anak sesuai dengan konteks zaman mereka, karena mereka akan hidup di zaman yang berbeda dengan zaman kalian.”
Ada sejumlah langkah menuju guru hebat:
1. Menunjukkan model pembelajaran yang hebat (guru sebagai model teladan)
2. Membelajarkan bagaimana (cara) belajar yang efektif bagi siswa/mahasiswa
3. Beristiqamah dengan prinsip: “Latihan dan praktik yang intensif membuat siswa/mahasiswa semakin belajar, memahami pelajaran dan terampil.” Proses pembelajaran kita seringkali kering dari latihan, praktik, dan aplikasi nyata dari teori yang telah dikatahui.
4. Berani, peduli, dan menjalin hubungan atau komunikasi yang intens dan positif dengan siswa/mahasiswa.
5. Meyakini dan mempraktikkan ekspektasi (harapan) yang tinggi. Guru yang hebat harus berpikir positif, optimis, dinamis, dan futuristik.
6. Mendorong kesadaran diri dan tanggung jawab secara moral dan professional. Guru hebat bukan semata-mata mengemban tanggun jawab profesinya, tetapi juga akan dimintai pertanggungjawaban secara moral di hadapan umat dan Tuhan.
Guru hebat adalah guru yang memiliki karakter sebagai berikut:
1. Menstimuli (mendorong) dan memberikan tantangan kepada siswa/mahasiswanya ke arah prestasi yang lebih tinggi dan menuju kemajuan masa depan yang lebih prospektif.
2. Menyatakan standar kompetensi dan target-target ekspetatif kepada mereka.
3. Mempartisipasikan mereka dalam perencanaan, proses dan program pembelajaran secara konstruktif dan produktif.
4. Menggunakan metode dan media yang efektif, kontekstual dengan tujuan, materi, perkembangan peserta didik, dan kondisi yang ada.
5. Memberikan umpan bali (feedback) yang konstruktif. Guru hebat tidak semata-mata memberi tugas kepada siswa/mahasiswanya, tetapi juga harus member respon, koreksi, revisi, pengayaan materi, dan inovasi-inovasi lainnya.
Pada akhirnya guru hebat harus mencontoh Rasulullah Saw. dalam mendidik para sahabatnya. Beliau menyatukan antara kata dan tindakan nyata. Beliau memahami dan berbicara sesuai dengan tingkat kemampuan para sahabatnya: memotivasi bukan mengintimidasi, mempermudah bukan mempersulit, menyederhanakan bukan merumitkan. Terkadang beliau mendidik dengan contoh, dengan dialog, dengan kisah, dengan sejarah, dan aneka pendekatan lainnya. Guru kemanusiaan terhebat seperti Nabi SAW selalu berkomitmen untuk membisakan dan membiasakan siswa/mahasiswanya berbudi pekerti, berperilaku santun dan terhormat.
Guru hebat seperti kanjeng Nabi Saw adalah guru yang bisa memanusiakan manusia yang berkarakter dan berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur, dan berkepribadian unggul dan bermartabat. Guru yang hebat dan mulia adalah guru selalu mau belajar, meningkatkan kualitas diri dan performanya, sehingga dapat memberi layanan edukasi yang terbaik dan mencerdaskan. Sumber: www.fitk-uinjkt.ac.id
1. Memiliki keinginan untuk mengenal, menyentuh hati siswa serta melibatkannya dalam proses pembelajaran. Ketika berkomunikasi dengan mereka , guru harus bisa melakukan kontak mata sekaligus kontak hati. Semakin mengenal jati diri siswanya, guru seharusnya semakin arif dan bisa mendekati serta membangun kerjasama yang saling menguntungkan.
2. Mengomunikasikan tujuan dan harapan secara eksplisit. Ketika mengawali proses pembelajaran di dalam kelas, idealnya guru dapat meyakinkan mereka bahwa tujuan dan harapan yang hendak dicapai pada jam pelajaran ini penting dan baik.
3. Menyiapkan dan menjadikan bahan ajar menarik, menantang, dan merangsang (menstimulir).
4. Mendorong siswa/mahasiswa berpikir kritis dan kreatif, dan memberanikan mereka menerapkan pengatahuan yang sudah dipahaminya secara praktis. Guru bahasa Arab misalnya harus mampu member contoh berbicara dalam bahasa Arab secara baik berikut membisakan dan membiasakan mereka berbahasa Arab.
5. Melakukan kontekstualisasi dengan dunia nyata. Materi yang diajarkan seoptimalkan mungkin dikaitkan dengan perkembangan sosial, budaya, ilmu, pendidikan dan sebagainya, sehingga menjadi lebih menarik dan dinamis.
6. Masuki “dunia siswa/mahasiswa, dan jangan paksakan dunia guru dimasukkan dalam dunia mereka.” Senada dengan itu, Imam Ali bin Abi Thalib menyatakan: “Didiklah anak-anak sesuai dengan konteks zaman mereka, karena mereka akan hidup di zaman yang berbeda dengan zaman kalian.”
Ada sejumlah langkah menuju guru hebat:
1. Menunjukkan model pembelajaran yang hebat (guru sebagai model teladan)
2. Membelajarkan bagaimana (cara) belajar yang efektif bagi siswa/mahasiswa
3. Beristiqamah dengan prinsip: “Latihan dan praktik yang intensif membuat siswa/mahasiswa semakin belajar, memahami pelajaran dan terampil.” Proses pembelajaran kita seringkali kering dari latihan, praktik, dan aplikasi nyata dari teori yang telah dikatahui.
4. Berani, peduli, dan menjalin hubungan atau komunikasi yang intens dan positif dengan siswa/mahasiswa.
5. Meyakini dan mempraktikkan ekspektasi (harapan) yang tinggi. Guru yang hebat harus berpikir positif, optimis, dinamis, dan futuristik.
6. Mendorong kesadaran diri dan tanggung jawab secara moral dan professional. Guru hebat bukan semata-mata mengemban tanggun jawab profesinya, tetapi juga akan dimintai pertanggungjawaban secara moral di hadapan umat dan Tuhan.
Guru hebat adalah guru yang memiliki karakter sebagai berikut:
1. Menstimuli (mendorong) dan memberikan tantangan kepada siswa/mahasiswanya ke arah prestasi yang lebih tinggi dan menuju kemajuan masa depan yang lebih prospektif.
2. Menyatakan standar kompetensi dan target-target ekspetatif kepada mereka.
3. Mempartisipasikan mereka dalam perencanaan, proses dan program pembelajaran secara konstruktif dan produktif.
4. Menggunakan metode dan media yang efektif, kontekstual dengan tujuan, materi, perkembangan peserta didik, dan kondisi yang ada.
5. Memberikan umpan bali (feedback) yang konstruktif. Guru hebat tidak semata-mata memberi tugas kepada siswa/mahasiswanya, tetapi juga harus member respon, koreksi, revisi, pengayaan materi, dan inovasi-inovasi lainnya.
Pada akhirnya guru hebat harus mencontoh Rasulullah Saw. dalam mendidik para sahabatnya. Beliau menyatukan antara kata dan tindakan nyata. Beliau memahami dan berbicara sesuai dengan tingkat kemampuan para sahabatnya: memotivasi bukan mengintimidasi, mempermudah bukan mempersulit, menyederhanakan bukan merumitkan. Terkadang beliau mendidik dengan contoh, dengan dialog, dengan kisah, dengan sejarah, dan aneka pendekatan lainnya. Guru kemanusiaan terhebat seperti Nabi SAW selalu berkomitmen untuk membisakan dan membiasakan siswa/mahasiswanya berbudi pekerti, berperilaku santun dan terhormat.
Guru hebat seperti kanjeng Nabi Saw adalah guru yang bisa memanusiakan manusia yang berkarakter dan berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur, dan berkepribadian unggul dan bermartabat. Guru yang hebat dan mulia adalah guru selalu mau belajar, meningkatkan kualitas diri dan performanya, sehingga dapat memberi layanan edukasi yang terbaik dan mencerdaskan. Sumber: www.fitk-uinjkt.ac.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar