aguspurnomosite.blogspot.com

aguspurnomosite.blogspot.com
Berpikir Luas Membuka Cakrawala Kehidupan! Berusaha Memberikan Yang Terbaik Untuk Masa Depan! Katakan "Go Go Go SEMANGAT" !!!

Minggu, 13 Januari 2013

HALIM PERDANAKUSUMA - MENGENAL LEBIH DEKAT PILOT-PILOT TERBAIK INDONESIA


Abdul Halim Perdanakusuma lahir 22 Nopember 1922, dari Putra Haji Abdul Gani Wongsotaruno, patih Sumenep, Madura. Menyelesaikan pendidikan sekolah Pangreh Praja (MOSVIA) 1938. Selepas dari MOSVIA, Halim mengikuti wajib militer Belanda.

Halim mendapat pendidikan opsir torpedo di Surabaya. Tapi begitu Jepang menduduki Jawa (1942), Belanda dipukul telak. Sisa-sisa armadanya mundur ke Australia. Sialnya, kapal yang ditumpanginya kepergok pesawat Jepang di perairan Cilacap dan langsung dibombardir. Namanya belum ajal, Halim yang terapung-apung di laut lepas diselamatkan oleh sebuah kapal Inggris. Untuk selanjutnya dibawa ke Australia dan terakhir di India.

Di India ini nasib Halim ditentukan. Tanpa sengaja, Panglima Armada Inggris di India Laksamana Mounbatten, melihat lukisan dirinya di kamar Halim. "Siapa yang melukis," tanya Mounbatten. "Saya," jawab Halim yang memang piawai melukis. Saking respeknya kepada Halim hingga suatu hari Mounbatten menawarkan pendidikan militer di Inggris. Dengan cerdik Halim menawar. "Bagaimana kalau bagian udara."

Atas rekomendasi Mounbatten, Halim diterbangkan ke Gibraltar, selanjutnya ke Inggris. Halim kemudian dikirim ke sekolah AU Kanada (RCAF). Di negeri "asing" itulah, Halim memulai karirnya sebagai navigator sejak 1943.

Ketika kembali ke induk pasukannya MLD dengan pangkat RAF Flight Lieutenant (Kapten Udara) dan terlibat dalam puluhan misi, Halim dianggap juru selamat yang digelari The Black Mascot, jimat hitam. Kenapa? Karena dari setiap misi yang diikutinya, selalu kembali selamat dengan hasil gemilang. Anak Madura ini sangat disegani sebagai navigator. Halim aktif dalam 44 serangan udara terhadap Perancis dan Jerman sampai Perang Dunia II usai.

Menjelang akhir 1945, tentara Sekutu mendarat di Jakarta. Disinilah, seorang perwira AU Inggris berkulit sawo matang terlihat di antara tentara Inggris. Namanya Halim Perdanakusuma. Kedatangannya menyita perhatian tentara republik. Berkulit gelap, tapi tentara Inggris. Perihal kecurigaan itulah, esoknya Halim ditahan tentara republik di Kediri. (ternyata Halim disersi begitu tiba di Jakarta dan, sepertinya, dalam perjalanan ke Kediri tertangkap TRI), namun dilepas melalui surat sakti Menteri Pertahanan Amir Syarifudin.

Suryadarma -Kepala Staf TNI Angkatan Udara dari 1946 hingga 1962- yang mengetahui keberadaan Halim di Sumenep setelah dibebaskan, segera memerintahkan ajudannya Kapten Udara Arifin Marzuki mencaritahu keberadaan Halim seraya menyampaikan maksud Suryadarma agar Halim bersedia membantu Angkatan Perang RI yang masih "bayi".

Halim mulai aktif menyiapkan perubahan TRI Jawatan Penerbangan menjadi Angkatan Udara RI. Beberapa penerbangan ujicoba diikutinya. Sebutlah pada 23 April 1946, tiga pesawat Cureng mendarat di Kemayoran. Kemudian ke Sumenep dan Malang, yang dilakukan secara formasi bersama Perwira Udara I Sujono dari tanggal 21 - 26 Mei.

Pengalamannya sebagai mantan perwira RAF, dimanfaatkan betul oleh Suryadarma, terutama dibidang operasi. Juga dalam perundingan-perundingan dengan AU Inggris, Komodor Halim selalu terlihat mendampingi Suryadarna. Panglima Besar Jenderal Sudirman dengan yakin, selalu menanyakan perkembangan AURI kepada Halim.

Gugurnya Adisujipto, tak pelak membuat Suryadarma kehilangan besar. Jabatan yang lowong harus diisi oleh seorang perwira berpengalaman, dedicated, seperti Adisutjipto. Pada bagian inilah puncak karir Halim, ketika dipercaya menjadi Wakil KSAU II menggantikan Adisutjipto.

24 Agustus 1947 Halim diperintah menjabat Komandemen AURI Sumatera dengan tugas menyiapkan angkatan udara di Sumatera bersama Opsir Udara I Iswahyudi. Penyiapan ini diambil sebagai emergency plan jika Jawa lumpuh akibat agresi Belanda. Basis didirikan di Bukittinggi. Lapangan terbang Gadut dihidupkan, dengan Iswahyudi sebagai komandan.

Halim Perdana Kusuma gugur ketika pesawat Avro Anson Mk 19 Series 1 yang di kemudikan oleh Iswahyudi dan dinavigatori-nya jatuh di pantai Lumut, Tanjong Hantu, Malaysia tanggal 14 Desember 1947. Tidak diketahui penyebab jatuhnya pesawat tersebut, namun diduga karena cuaca buruk atau ditembak. Ketika itu ia ditugaskan untuk membawa senjata dari Thailand. Bangkai pesawat ditemukan, hanya jasad Halim yang ditemukan tapi jasad Iswahyudi dan senjata-senjata yang dibeli dari Thailand tidak pernah ditemukan.

Jenazahnya dimakamkan di Teluk Murok, Malaysia. Masyarakat setempat yang sudah menganggapnya sebagai pahlawan, sempat keberatan ketika jenazahnya di pindahkan ke TMP Kalibata, 10 November 1975. Halim Perdana Kusuma gugur dalam usia yang masih sangat muda yaitu 25 tahun.

Seperti inilah namanya diabadikan

Sebagai pribadi, Halim simpatik. "Orangnya periang, gagah, dan teman yang bisa diandalkan," jelas Marsdya (Pur) Hasan Muhammad Soejono. Tak heran ketika kembali ke induk pasukannya MLD dengan pangkat RAF Flight Lieutenant (Kapten Udara) dan terlibat dalam puluhan misi, Halim dianggap juru selamat yang digelari The Black Mascot, jimat hitam. Kenapa? Karena dari setiap misi yang diikutinya, selalu kembali selamat dengan hasil gemilang. Anak Madura ini sangat disegani sebagai navigator. Halim aktif dalam 44 serangan udara terhadap Perancis dan Jerman sampai Perang Dunia II usai.
Reff : www.artileri.org

Tidak ada komentar:

Posting Komentar