Dalam pertemuan selama dua hari, akhir Februari lalu, di Kampus National Polytechnic Institute of Cambodia di Phnom Penh, Kamboja, terjadi kesepakatan. Sejumlah perwakilan SMK dan perguruan tinggi dari Indonesia serta Kamboja setuju menjalin kemitraan di bidang pendidikan.
Dalam waktu dekat, guru/dosen dan pelajar dari kedua negara menerapkan kolaborasi pendidikan lewat teknologi informasi dan komunikasi dengan dukungan Southeast Asian Ministers of Education Organization Regional Open Learning Center (SEAMOLEC) yang berkantor di area Universitas Terbuka, Tangerang.
Sebelum penandatanganan nota kesepahaman, sempat tebersit kekhawatiran dari kalangan petinggi provincial training center, semacam balai latihan Kamboja, bahwa kemitraan ini sulit dilaksanakan. Persoalan terbatasnya dana dari pemerintah bisa menghambat program kolaborasi pendidikan.
Gatot Hari Priowirjanto, Direktur SEAMOLEC, menepis keraguan tersebut dengan menawarkan program yang realistis. Caranya lewat pembentukan kelas maya (virtual class) yang akan mempertemukan guru dan siswa Indonesia-Kamboja.
”Kami sudah mengembangkan belajar berbasis web Edmodo, yang mirip Facebook, sebagai wadah untuk belajar bersama. Guru dan siswa Indonesia-Kamboja, ataupun dari negara lain, bisa membuat akun bersama dan saling terhubung. Kolaborasi pembelajaran tidak sulit lagi,” kata Gatot.
Pemanfaatan internet untuk mengembangkan belajar secara daring (online) yang terbuka dan jarak jauh terus dipromosikan SEAMOLEC yang kini berusia 16 tahun. Menghadapi komitmen untuk membentuk Komunitas ASEAN 2015, SEAMOLEC makin gencar menghubungkan berbagai institusi pendidikan di negara-negara ASEAN.
Pada akhir tahun lalu, SEAMOLEC mempertemukan 17 SMK Indonesia dan 26 college (setara D-2) Thailand di Bangkok. Kolaborasi pendidikan tidak hanya dijalin lewat pertukaran pelajar/guru, tetapi juga belajar dan ujian bersama.
Kerja sama pendidikan, terutama di kawasan ASEAN, tak hanya terbatas di kalangan institusi pendidikan yang besar. Perguruan tinggi swasta pun bisa menjalin kemitraan dengan institusi setara di luar negeri.
Di Kamboja, misalnya, kerja sama pendidikan dimulai SEAMOLEC dengan National Polytechnic Institute of Cambodia (NPIC). Terjadi pertukaran mahasiswa untuk belajar di Indonesia dan Kamboja. Kemudian, NPIC mengajak kampus lain di Kamboja untuk terlibat dalam kemitraan pendidikan. Dari Indonesia pun demikian.
Sethirom Huon Serey (26), mahasiswa NPIC, mendapat beasiswa untuk kuliah di D-4 Informatika Institut Teknologi Bandung (ITB) sejak tahun 2010. Kini, Serey melanjut ke jenjang S-2 ITB.
Serey fasih berbahasa Indonesia. Bahkan, dia menikmati kesempatan untuk berbagi pengetahuan dengan kalangan pendidik di Kalimantan dan Papua. Dengan dukungan SEAMOLEC, mereka memanfaatkan web conference dalam pembelajaran.
Di NPIC, saat ini ada delapan mahasiswa dari sejumlah politeknik dan sekolah tinggi bidang teknologi informasi dan komunikasi (TIK) di Jawa Barat. Mereka tinggal di Kamboja selama setahun sehingga mendapat gelar sarjana dari kampus mereka di Indonesia dan NPIC.
Gatot menuturkan, pemberian beasiswa dari pemerintah negara-negara ASEAN ataupun institusi pendidikan yang bekerja sama memungkinkan untuk memberikan pengalaman para anak muda itu ke luar negeri.
”Namun jumlahnya terbatas. Dengan mengembangkan kolaborasi pendidikan secara daring lewat Edmodo dan media sosial lain, hingga video conference, siswa dan guru Indonesia serta negara lain makin banyak yang bisa terhubung. Kita membutuhkan generasi muda yang mampu bekerja sama secara nasional, regional, dan internasional,” kata Gatot.
Pemanfaatan TIK
Pendidikan abad ke-21 membutuhkan keterampilan dalam penguasaan TIK untuk pembelajaran. SEAMOLEC sebagai salah satu dari 20 pusat SEAMEO yang tersebar di kawasan ASEAN berupaya memperkuat kapasitas institusi pendidikan guna menerapkan TIK untuk belajar terbuka dan jarak jauh.
Di Indonesia, SEAMOLEC menawarkan program kepada pemerintah daerah untuk memperkuat kapasitas pendidik menguasai TIK. Selain pemanfaatan Edmodo dan media sosial lain, kini dikembangkan pembuatan buku digital. Ada juga ujian bersama yang bersifat paperless (tanpa kertas) lewat SEACyberClass Evaluation.
SEAMOLEC berperan aktif mewujudkan sinergi dan kerja sama pendidikan di dalam dan luar negeri lewat pemanfaatan TIK. Bentuknya lewat pelatihan secara daring penuh atau kombinasi tatap muka-daring.
Ada juga tawaran kemitraan pendidikan dengan institusi pendidikan di kawasan ASEAN, Selandia Baru, Jerman, Australia, dan China. Sekolah atau perguruan tinggi di Indonesia umumnya secara swadaya menanggung keikutsertaan dalam program kemitraan pendidikan dengan luar negeri.
Pilihan kursus yang ditawarkan beragam. Ada technopreneurship, pengembangan bahan ajar mandiri, belajar inovatif, pengembangan game hingga musik digital untuk belajar, dan masih banyak lagi.
SEAMOLEC dan sejumlah perguruan tinggi membuat program pendidikan vokasi berkelanjutan yang jadi cikal bakal lahirnya akademi komunitas di Indonesia dalam waktu dekat. Program yang berjalan baik, dengan pemanfaatan TIK untuk belajar jarak jauh yang menjadi spesialisasi SEAMOLEC, antara lain program diploma satu animasi dan fashion di ITB.
Penguatan pendidikan technopreneurship menjadi salah satu fokus SEAMOLEC. M Ichsyan, mahasiswa D-1 Animasi ITB, lulusan Program Multimedia SMKN 1 Bogor, mengatakan, dalam pendidikan, mahasiswa menjalani magang dan wajib membuat bisnis sesuai potensi yang mampu menghasilkan uang. Pendidikan bisa dijalankan juga secara jarak jauh sehingga siswa bisa bekerja/magang sekaligus kuliah.
Guna mendukung implementasi Kurikulum 2013, SEAMOLEC menawarkan pemanfaatan sistem Seadunet 2.0. Materi kurikulum ataupun bahan ajar bisa didistribusikan secara masif dengan memanfaatkan Edmodo, Facebook, atau mailing list. Adapun untuk konten bisa dalam bentuk e-book dan video pembelajaran.
Untuk menjalin komunikasi bisa memanfaatkan Skype atau Google+. Terkait evaluasi, SEAMOLEC melaksanakan SEACyberClass hingga uji kompetensi guru secara daring.
”Dalam pemanfaatan TIK untuk pembentukan pembelajaran daring ini diupayakan memakai open source,” ujar Gatot.
Sumber: Cetak.Kompas.com
Dalam waktu dekat, guru/dosen dan pelajar dari kedua negara menerapkan kolaborasi pendidikan lewat teknologi informasi dan komunikasi dengan dukungan Southeast Asian Ministers of Education Organization Regional Open Learning Center (SEAMOLEC) yang berkantor di area Universitas Terbuka, Tangerang.
Sebelum penandatanganan nota kesepahaman, sempat tebersit kekhawatiran dari kalangan petinggi provincial training center, semacam balai latihan Kamboja, bahwa kemitraan ini sulit dilaksanakan. Persoalan terbatasnya dana dari pemerintah bisa menghambat program kolaborasi pendidikan.
Gatot Hari Priowirjanto, Direktur SEAMOLEC, menepis keraguan tersebut dengan menawarkan program yang realistis. Caranya lewat pembentukan kelas maya (virtual class) yang akan mempertemukan guru dan siswa Indonesia-Kamboja.
”Kami sudah mengembangkan belajar berbasis web Edmodo, yang mirip Facebook, sebagai wadah untuk belajar bersama. Guru dan siswa Indonesia-Kamboja, ataupun dari negara lain, bisa membuat akun bersama dan saling terhubung. Kolaborasi pembelajaran tidak sulit lagi,” kata Gatot.
Pemanfaatan internet untuk mengembangkan belajar secara daring (online) yang terbuka dan jarak jauh terus dipromosikan SEAMOLEC yang kini berusia 16 tahun. Menghadapi komitmen untuk membentuk Komunitas ASEAN 2015, SEAMOLEC makin gencar menghubungkan berbagai institusi pendidikan di negara-negara ASEAN.
Pada akhir tahun lalu, SEAMOLEC mempertemukan 17 SMK Indonesia dan 26 college (setara D-2) Thailand di Bangkok. Kolaborasi pendidikan tidak hanya dijalin lewat pertukaran pelajar/guru, tetapi juga belajar dan ujian bersama.
Kerja sama pendidikan, terutama di kawasan ASEAN, tak hanya terbatas di kalangan institusi pendidikan yang besar. Perguruan tinggi swasta pun bisa menjalin kemitraan dengan institusi setara di luar negeri.
Di Kamboja, misalnya, kerja sama pendidikan dimulai SEAMOLEC dengan National Polytechnic Institute of Cambodia (NPIC). Terjadi pertukaran mahasiswa untuk belajar di Indonesia dan Kamboja. Kemudian, NPIC mengajak kampus lain di Kamboja untuk terlibat dalam kemitraan pendidikan. Dari Indonesia pun demikian.
Sethirom Huon Serey (26), mahasiswa NPIC, mendapat beasiswa untuk kuliah di D-4 Informatika Institut Teknologi Bandung (ITB) sejak tahun 2010. Kini, Serey melanjut ke jenjang S-2 ITB.
Serey fasih berbahasa Indonesia. Bahkan, dia menikmati kesempatan untuk berbagi pengetahuan dengan kalangan pendidik di Kalimantan dan Papua. Dengan dukungan SEAMOLEC, mereka memanfaatkan web conference dalam pembelajaran.
Di NPIC, saat ini ada delapan mahasiswa dari sejumlah politeknik dan sekolah tinggi bidang teknologi informasi dan komunikasi (TIK) di Jawa Barat. Mereka tinggal di Kamboja selama setahun sehingga mendapat gelar sarjana dari kampus mereka di Indonesia dan NPIC.
Gatot menuturkan, pemberian beasiswa dari pemerintah negara-negara ASEAN ataupun institusi pendidikan yang bekerja sama memungkinkan untuk memberikan pengalaman para anak muda itu ke luar negeri.
”Namun jumlahnya terbatas. Dengan mengembangkan kolaborasi pendidikan secara daring lewat Edmodo dan media sosial lain, hingga video conference, siswa dan guru Indonesia serta negara lain makin banyak yang bisa terhubung. Kita membutuhkan generasi muda yang mampu bekerja sama secara nasional, regional, dan internasional,” kata Gatot.
Pemanfaatan TIK
Pendidikan abad ke-21 membutuhkan keterampilan dalam penguasaan TIK untuk pembelajaran. SEAMOLEC sebagai salah satu dari 20 pusat SEAMEO yang tersebar di kawasan ASEAN berupaya memperkuat kapasitas institusi pendidikan guna menerapkan TIK untuk belajar terbuka dan jarak jauh.
Di Indonesia, SEAMOLEC menawarkan program kepada pemerintah daerah untuk memperkuat kapasitas pendidik menguasai TIK. Selain pemanfaatan Edmodo dan media sosial lain, kini dikembangkan pembuatan buku digital. Ada juga ujian bersama yang bersifat paperless (tanpa kertas) lewat SEACyberClass Evaluation.
SEAMOLEC berperan aktif mewujudkan sinergi dan kerja sama pendidikan di dalam dan luar negeri lewat pemanfaatan TIK. Bentuknya lewat pelatihan secara daring penuh atau kombinasi tatap muka-daring.
Ada juga tawaran kemitraan pendidikan dengan institusi pendidikan di kawasan ASEAN, Selandia Baru, Jerman, Australia, dan China. Sekolah atau perguruan tinggi di Indonesia umumnya secara swadaya menanggung keikutsertaan dalam program kemitraan pendidikan dengan luar negeri.
Pilihan kursus yang ditawarkan beragam. Ada technopreneurship, pengembangan bahan ajar mandiri, belajar inovatif, pengembangan game hingga musik digital untuk belajar, dan masih banyak lagi.
SEAMOLEC dan sejumlah perguruan tinggi membuat program pendidikan vokasi berkelanjutan yang jadi cikal bakal lahirnya akademi komunitas di Indonesia dalam waktu dekat. Program yang berjalan baik, dengan pemanfaatan TIK untuk belajar jarak jauh yang menjadi spesialisasi SEAMOLEC, antara lain program diploma satu animasi dan fashion di ITB.
Penguatan pendidikan technopreneurship menjadi salah satu fokus SEAMOLEC. M Ichsyan, mahasiswa D-1 Animasi ITB, lulusan Program Multimedia SMKN 1 Bogor, mengatakan, dalam pendidikan, mahasiswa menjalani magang dan wajib membuat bisnis sesuai potensi yang mampu menghasilkan uang. Pendidikan bisa dijalankan juga secara jarak jauh sehingga siswa bisa bekerja/magang sekaligus kuliah.
Guna mendukung implementasi Kurikulum 2013, SEAMOLEC menawarkan pemanfaatan sistem Seadunet 2.0. Materi kurikulum ataupun bahan ajar bisa didistribusikan secara masif dengan memanfaatkan Edmodo, Facebook, atau mailing list. Adapun untuk konten bisa dalam bentuk e-book dan video pembelajaran.
Untuk menjalin komunikasi bisa memanfaatkan Skype atau Google+. Terkait evaluasi, SEAMOLEC melaksanakan SEACyberClass hingga uji kompetensi guru secara daring.
”Dalam pemanfaatan TIK untuk pembentukan pembelajaran daring ini diupayakan memakai open source,” ujar Gatot.
Sumber: Cetak.Kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar